Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian tauhid dalam agama Islam secara bahasa berasal dari kata wahhada
yang berarti satu atau esa. Dalam Lisan al-Arab diterangkan bahwa tauhid adalah
beriman kepada Allah serta tidak menyekutukanNya. Al-Imam al-Junaid al -Baghdadi
juga menerangkan bahwa Tauhid adalah mensucikan Allah yang Maha Qadim (tanpa
permulaan) dari menyerupai makhluk-Nya.
Tauhid adalah kewajiban yang pertama kali dalam Islam, dan semua ibadah
tidak diterima dan tidak sah kecuali dilandasi dengannya. Oleh karena itu, dari Mu’az
bin Jabal Rasulullah SAW bersabda: “Maka hendaklah pertama kali yang kamu
serukan kepada mereka adalah, agar mereka mentauhidkan Allah. Apabila mereka
telah mengetahui hal itu maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan
kepada mereka shalat 5 kali sehari semalam, dan apabila mereka telah shalat maka
beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka, yang
diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang miskin di antara
mereka dan hati-hatilah dengan kemuliaan harta manusia.” (HR. Bukhari).
Tauhid bersal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan yang artinya “esa/tunggal”. Ini
merujuk pada sifat Allah yang tunggal, karena inti utama dari ajaran ini adalah
mengesakan Allah, makanya orang sering menyebut disiplin ajaran ini dengan ilmu
tauhid. Bagi semua Rasul, yang pertama Allah wahyukan kepada mereka adalah “Laa
ilaaha illallaah” mengajak manusia untuk hanya menyakini Allah SWT sebagai Ilah
(sesembahan) yang sebenarnya.

B. Rumusan masalah
Bagaimana Tauhid Dan Urgensinya Bagi Kehidupan Muslim?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan Pengertian Tentang Tauhid Dan Urgensinya Bagi Kehidupan
Muslim Kepada Penulis Atau Mahasiswa/i.
2. Tujuan khusus
a. Tauhid Dan Urgensinya Bagi Kehidupan Muslim

1
b. Makna Kalimat LAA ILLAHA ILLALLAH Dan Konsekuensinya Dalam
Kehidupan
c. Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan
d. Jaminan Allah Bagi Orang Yang Bertauhid Mutlak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tauhid
a. Tauhid dalam agama islam
Tauhid secara bahasa artinya keesaan, mengesakan Tuhan. Mengesakan
Tuhan berarti meyakini bahwa Tuhan itu Maha esa. Tuhan Maha Esa itu ialah
Allah SWT. Dan ilmu tauhid itu ialah suatu ilmu yang mempelajari atau membahas
tentang segala sesuatu kepercayaan atau keimanan yang diambil dari dalil-dalil
keyakinan dan hukum dalam Islam termasuk hukum tentang mempercayakan
bahwa Allah itu esa.
Urgensi Tauhid sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa perintah yang
utama bagi manusia adalah mentauhidkan Allah. Dan ibadah barulah dinamakan
ibadah jika disertai dengan tauhid. Tanpa tauhid ibadah tidaklah disebut ibadah.
Hal ini dapat kita misalkan dengan shalat tidaklah disebut shalat sampai seseorang
itu berthoharoh atau bersuci.
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan
manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan.
Allah berfirman :

‫ط ِيبَةً َولَنَجْ ِز َينَّ ُه ْم أَجْ َر ُه ْم‬


َ ً‫صا ِل ًحا ِم ْن ذَك ٍَر أ َ ْو أ ُ ْنثَى َو ُه َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّهُ َحيَاة‬
َ ‫َم ْن ع َِم َل‬
َ ُ‫س ِن َما كَانُوا يَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ْ‫ِبأَح‬
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An
Nahl : 97).
Menurut para ulama tauhid dibagi menjadi tiga yaitu : tauhid rububiyah,tauhid
uluhiyah,dan tauhid asma wa sifat.
1. Tauhid Rububiyah

3
Artinya kita meyakini keesaan Allah dalam hal penciptaan, pemilik, pengatur,
pemberi rizeki dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Keyakinan seperti ini
juga diyakini oleh kaum musyrikin Makkah sebagai firman Allah:

‫ج ا ْل َح َّي‬ ُ ‫ار َو َم ْن يُ ْخ ِر‬ َ ‫َو ْاْل َ ْب‬


َ ‫ص‬ ‫س ْم َع‬َّ ‫ض أ َ َّم ْن يَ ْم ِلكُ ال‬ ِ ‫اء َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫قُ ْل َم ْن يَ ْر ُزقُ ُك ْم ِم َن ال‬
ِ ‫س َم‬
‫ِم َن ا ْل َحي ِ َو َم ْن يُ َد ِب ُر ْاْل َ ْمر‬ َ‫ج ا ْل َم ِيت‬ ِ ‫ِم َن ا ْل َم ِي‬
ُ ‫ت َويُ ْخ ِر‬
“Katakanlah: siapa yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan pengelihatan dan
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang
hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ? Maka mereka (musyrikin
Makkah) menjawab : “Allah”. Maka katakanlah (hai Muhammad) “mengapa kamu
tidak bertakwa kepada-Nya”. (QS. Yunus:31).
Hal itu karena hati manusia telah difitrahkan untuk mengakui rububiyyah Allah
SWT, sehingga orang yang meyakininya belum menjadi ahli tauhid sebelum dia
beriman kepada tauhid yang kedua. Hal ini menegaskan bahwa seseorang tidak
dikatakan beriman dengan hanya meyakini tauhid rububiyah.
2. Tauhid Uluhiyah
Artinya kita meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah
(diibadahi). Ibadah di sini adalah istilah yang meliputi segala apa yang Allah cintai
dan ridhai baik berupa ucapan serta amalan-amalan yang lahir maupun yang batin.
3. Tauhid Asma Wa Sifat.
Makna tauhid asma wa sifat (meng-esakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-
sifat-Nya) ialah meyakini secara mantab bahwa Allah menyandang seluruh sifat
kesempurnaan dan suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dia berbeda
dengan seluruh makhluk-Nya.
Caranya adalah dengan menetapkan (mengakui) nama-nama dan sifat-sifat Allah
yang Dia sandangkan untuk Dirinya atau disandangkan oleh Rasulullah dengan
tidak melakukan tahrif (pengubahan) lafazh atau maknanya, tidak ta’thil
(pengabaian) yakni menyangkal seluruh atau sebagaian nama dari sifat itu, tidak
takyif (pengadaptasian) dengan menentukan esensi dan kondisinya, dan tidak
tasybih (penyerupaan) dengan sifat-sifat makhluk.

4
b. Tauhid dalam agama kristen
Dalam ajaran agama Kristen, Tuhan diyakini sebagai Dzat Pencipta yang
memiliki tiga kepribadian, yaitu Allah Bapa, Putra dan Ruh Kudus. Namun
demikian, ummat Kristen diharuskan untuk meyakini bahwa tiga kepribadian
tersebut adalah satu pada hakikatnya. Artinya, agama Kristen dalam keyakinannya
mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Maha Esa, yaitu satu atau tunggal yang tiada
duanya, namun dalam praktiknya, ia mengajarkan bahwa Tuhan yang harus
diagungkan dan disembah itu adalah tiga Tuhan. Terlepas dari kebingungan kita
dalam memahami dan membenarkan konsep ‘satu namun tiga’ tersebut, pada
kenyataannya, konsep yang disebut Tritunggal atau Trinitas itu pun juga tidak
pernah secara tegas disebutkan di dalam kitab Injil itu sendiri, melainkan hanya
dilandasi oleh dalil-dalil yang samar dan lemah dari ayat-ayatnya, dan tak pernah
melalui pernyataan yang kuat dan mantap, misalnya pernyataan yang semestinya
diungkapkan sendiri oleh Yesus seperti, “Aku adalah Yesus, Tuhan di samping
Allah” atau “Sembahlah aku bersama Allah”, dan ungkapan-ungkapan lain yang
semacam itu. Mereka justru hanya mengambil dalil-dalil yang sangat rapuh yang
begitu sulit untuk dijadikan sandaran. Dan di antara dalil yang digunakan oleh
agama Kristen untuk menguatkan ajaran Tritunggalnya tersebut adalah salah
satunya ayat Injil yang berikut ini:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang
kepada Bapa, kalau tidak melalui aku.” (Yohanes 14:6)

konon konsep Tritunggal tersebut pun juga baru mulai diresmikan pada
sebuah pertemuan yang disebut Konsili Nicea I yang dihimpun oleh seorang Kaisar
Romawi pada tahun 325 M. Padahal, seharusnya tidak pantas jika Tuhan
membutuhkan peresmian dari makhluq-Nya, karena tanpa diresmikan sekalipun,
Tuhan tetaplah Tuhan untuk selamanya. Dan lebih dari itu, di dalam Injil sendiri
juga telah disebutkan secara sangat jelas dan tegas bahwa Tuhan adalah Dzat Yang
Maha Esa, Satu atau Tunggal, yang tiada sesuatupun yang bisa diserupakan dengan-
Nya, yang mana itulah bentuk pesan monotheisme atau tauhid di dalam Injil itu
sendiri. Dan Injil juga menyebutkan bahwa Yesus atau Isa AS hanyalah seorang
rasul atau ‘utusan’ Tuhan semata, dan bukan bagian dari Tuhan itu sendiri. Di
dalam Injil disebutkan berikut ini

5
“Maka sebab itu besarlah Engkau, ya Tuhan Allah, karena tiada yang dapat
disamakan dengan Dikau dan tiada Allah melainkan Engkau, menurut segala yang
kami dengar dengan telinga kami.” (Samuel 7:22)
“Maka jawab Yesus kepadanya, ‘Hukum yang terutama ialah: Dengarlah olehmu,
hai orang-orang Israel, adapun Allah Tuhan kita, Dialah Tuhan yang
Esa.’” (Markus 12:29)
“Dengarlah, hai orang Israel. Tuhan adalah Allah kita. Tuhan adalah
satu.” (Ulangan 6:4)
“Maka aku tidak boleh berbuat satu apapun dari mauku sendiri. Seperti aku dengar,
begitulah aku hukumkan, dan hukumku itu adil adanya, karena tiada aku coba
menuruti mauku sendiri, melainkan maunya Bapa yang sudah mengutus
aku.” (Johanes 5:30)

B. Makna Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH Dan Konsekuensinya Bagi


Kehidupan.
a. Makna Kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH
Kalimat Laa Ilaaha IlIa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna
penolakan segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna
menetapkan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata.
Berkaitan dengan kalimat ini Allah SWT berfirman :

‫َّللاُ َي ْعلَ ُم‬


َّ ‫ت ۗ َو‬ َ ِ‫ست َ ْغ ِف ْر ِلذَ ْن ِبكَ َو ِل ْل ُم ْؤ ِمن‬
ِ ‫ين َوا ْل ُم ْؤ ِمنَا‬ َّ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ََل إِ َٰلَهَ إِ ََّل‬
ْ ‫َّللاُ َوا‬
‫ُمتَقَلَّبَ ُك ْم‬
ْ‫َو َمثْ َواكُم‬
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah". (Qs. Muhammad : 19)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib
hukumnya dan mesti didahulukan dari pada rukun-rukun Islam yang lain.
Rasulullah SAW juga menegaskan :"Barang siapa yang mengucapkan laa
ilaaha illa-Allah dengan ikhlas maka akan masuk ke datang surga."(HR.
Ahmacl). Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah memahami,
mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang lainnya.

6
Bersaksi dengan laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat.Tanpa
syarat-syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang
mengikrarkannya. Secara singkat tujuh syarat itu ialah :
1. ilmu (mengetahui), yang menafikan jahil (Kebodohan)
2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
5. Ikhlash, yang menafikan syirik
6. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian).

b. Konsekuensi Laa Ilaaha Illa-Allah bagi kehidupan


Siapa yang memalingkan sebagian ibadah kepada selain Allah, seperti
berdo’a atau menyembelih atau bernadzar kepada selain Allah, atau meminta
pertolongan kepada selain Allah padahal yang mampu memberikan
pertolongan itu hanyalah Allah, maka dia telah terjatuh kepada syirik akbar,
yaitu dosa yang paling besar yang tidak diampuni Allah kecuali dengan taubat.
Baik dia tujukan ibadah tersebut kepada berhala, pohon, nabi, wali yang hidup
atau yang sudah mati, sebagaimana yang banyak terjadi di zaman ini.
Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan dalam ibadah. Allah ta’ala
berfirman,

‫سانًا َو ِبذِي القُربَ ٰى َواليَتَا َم ٰى‬


َ ‫َّللا َو ََل تُش ِر ُكوا ِب ِه شَيئًا ۖ َو ِبال َوا ِلدَي ِن ِإح‬
َ ‫َواعبُدُوا ه‬
‫سبِي ِل‬
‫ب َواب ِن ال ه‬ ِ ‫ب بِال َجن‬
ِ ‫اح‬ِ ‫ص‬ ‫ب َوال ه‬ ِ ُ‫ار ال ُجن‬ ِ ‫ار ذِي القُربَ ٰى َوال َج‬ ِ ‫ين َوال َج‬ِ ‫سا ِك‬
َ ‫َوال َم‬
‫ورا‬ َ ‫َو َما َملَ َكت أَي َمانُ ُكم ۗ ِإ هن ه‬
ً ‫َّللا ََل ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُمخت َ ًاَل فَ ُخ‬
”Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah saja dan janganlah
berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.” (QS.An-Nisaa’:36). (Al Irsyad ’ala
shahih al i’tiqad, Syaikh Shalih Al-Fauzan, hal 24-25).
Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya.
Sehingga mereka menetapkan ke Tuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa
makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Dengan
kata lain, orang tersebut mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan
menjauhi segala yang dilarang-Nya.

7
C. Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan
Tauhid adalah sesuatu yang sudah akrab di telinga kita. Namun tidak ada
salahnya kita mengingat beberapa keutamaannya. Karena dengan begitu bisa
menambah keyakinan atau meluruskan tujuan sepak terjang kita yang selama ini
yang mungkin keliru. Karena melalaikan masalah tauhid akan berujung pada
kehancuran dunia dan akhirat. Tauhid merupakan landasan dari seluruh aspek
kehidupan manusia secara pribadi, dalam keluarga, masyarakat dan berbangsa,
baik dari masalah kegiatan ekonomi, budaya, sosial politik dan lainnya tidak
terlepas dari semangat tauhid. Allah berfirman :

‫اَّللِ فَقَ ْد‬ َٰ َ ‫إ َّن َّللا ََل َي ْغ ِفر أ َ ْن يشْركَ ب ِه و َي ْغ ِفر ما د‬


َّ ‫ُون ذَ ِلكَ ِل َم ْن َيشَا ُء ۚ َو َم ْن يُش ِْر ْك ِب‬ َ ُ َ ِ َ ُ ُ َ َّ ِ
‫ض ََل ًَل بَ ِعيدًا‬
َ ‫ض َّل‬ َ

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni


dosa selain itu bagi orang-orang yang Dia kehendaki.” (An Nisaa':116). Sehingga
syirik menjadi larangan yang terbesar. Sebagaimana syirik adalah larangan
terbesar maka lawannya yaitu tauhid menjadi kewajiban yang terbesar pula. Allah
menyebutkan kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan
oleh hamba. Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah pada kedua orang
tua.”(An Nisaa':36).Kewajiban ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan
lebih wajib daripada berbakti kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua
memaksa anaknya untuk berbuat syirik maka tidak boleh ditaati. Allah berfirman,
“Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya

D. Jaminan Allah Bagi Oran Yang Bertauhid Mutlak


Tidak diragukan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung
dalam Islam. Oleh karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid
dengan benar akan mendapat beberapa keistimewaan. Sungguh,
keberuntungan yang besar bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid. Allah
‘Azza wa Jalla menjanjikan banyak sekali kebahagiaan, baik di dunia, lebih-lebih

8
di akhirat. Itu semua hanya khusus diberikan bagi ahli tauhid. Semoga Allah
menggolongkan kita termasuk ahli tauhid.
Keteguhan para sahabat dalam mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan
mereka adalah contoh sebuah generasi yang telah mendapatkan jaminan surga dari
Allah SWT serta telah meraih kemenangan dalam berbagai medan pertempuran,
sehingga banyak negeri takluk dan ingin hidup di bawah naungan Islam. Inilah
generasi teladan yang dianugerahi kemenangan oleh Allah di dunia dan di akhirat.
Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) dari kalangan
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun telah ridha kepada Allah. Allah
telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang
besar.”(At Taubah: 100). Sesungguhnya tidak diragukan lagi bagi orang yang
memahami al-Qur'an dan sunnah rasul-Nya bahwa puncak teratas dan tujuan
tertinggi yang wajib diwujudkan oleh seluruh kaum muslimin pada dirinya dan
masyarakat luas adalah peribadatan yang ditujukan hanya kepada Allah semata
(tauhid).
Hal ini karena tauhid merupakan sesuatu yang paling penting dari segala yang
penting dan merupakan penentu keselamatan di dunia dan kebahagiaan di akhirat
kelak dengan balasan kenikmatan surge jannatun naim. Tidaklah Allah mengutus
para rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, dan menciptakan jin dan manusia
melainkan karena tauhid. Amal yang tidak dilandasi dengan tauhid akan
berkesudahan sia-sia, tidak dibalas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda,
bahkan dijadikan-Nya sebagai debu yang berterbangan, hilang bertaburan tanpa
ada hasilnya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian tauhid dalam agama Islam secara bahasa berasal dari kata
wahhada yang berarti satu atau esa. Dalam Lisan al-Arab diterangkan bahwa tauhid
adalah beriman kepada Allah serta tidak menyekutukanNya. Al-Imam al-Junaid al -
Baghdadi juga menerangkan bahwa Tauhid adalah mensucikan Allah yang Maha
Qadim (tanpa permulaan) dari menyerupai makhluk-Nya.
Keteguhan para sahabat dalam mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan mereka
adalah contoh sebuah generasi yang telah mendapatkan jaminan surga dari Allah Swt
serta telah meraih kemenangan dalam berbagai medan pertempuran, sehingga banyak
negeri takluk dan ingin hidup di bawah naungan Islam.

B. Saran
Penulisan menyarankan makalah yang dibuat bisa dijadikan referensi namun
masih banyak kekurangan perlunya, referensi lain untuk menambahkan materi –
materi tentang tauhid semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca
untuk sumber ilmu pengetahuan

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad bin AbdulWahab, KitabTauhid, (http://www.scribd.com/ doc/


10055486 / Kitab-Tauhid, Yayasan Al-Sofwa, 2007)
Aziz.Abdul,Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, Terj. Ainul Haris Umar Arifin
Thayib, Jakarta: Yayasan Al-sofwa, 2000
https://muslim.or.id/2481-inilah-jaminan-bagi-ahli-tauhid.html

11

Anda mungkin juga menyukai