Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN


KONGENITAL SISTEM KARDIOVASCULAR : PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS (PDA) DAN TETRALOGI OF FALLOT (TOF)

Dosen Pembimbing : Ns. Almumtahanah, M. Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

Ery Angreani (SNR192140)


Ofa Jekri Cagata (SNR192140)
Mariana (SNR19214005)
Herpin Septian (SNR192140)
Yakobus Pranata (SNR1921)
PRODI NON REGULER S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ ???”. Karya
tulis ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritikan dan masukkan guna
sempurnanya karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa
bermanfaat.

Pontiana, 26 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

PRAKATA.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................1

1.1 Definisi Tetralogy Of Fallot(TOF).............................................................1

1.2.Epidemiologi.................................................................................................2

1.3 Etiologi...........................................................................................................2

1.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................3

1.5 Patofisiologi...................................................................................................4

1.6 Parthway.......................................................................................................5

1.7 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................6

1.8 Penatalaksanaan...........................................................................................6

BAB 2. STUDI KASUS.........................................................................................9

2.1 Ilustrasi Kasus..............................................................................................9

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................10

3.1 Pengkajian Keperawatan...........................................................................10

3.2 Analisa Data................................................................................................13

3.3 Diagnosa Keperawatan..............................................................................15

3.4 Intervensi Keperawatan.............................................................................16

3.5 Implementasi...............................................................................................21

3.6 Evaluasi......................................................................................................25

BAB 4. PENUTUP................................................................................................27

Daftar Pustaka......................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kardiovaskular merupakan sistem yang memilikikhusus dalam proses


embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan
oksigen. Pembuluh darah berasal dari bahan mesoderm saat embrio
berusia 3 minggu.Pada saat awal, terbentuk empat ruangan yang
membentuk seperti tuba tunggal yang akhirnya berpisah.Hal ini untuk
memisahkan darah oksigenasi serta yang keluar dari paru-paru dan
sirkulasi tubuh.Kemudian pada akhir bulan kedua, ventrikel telah terpisah
dan dua atrium juga secara parsial.Keadaan ini tetap hingga setelah lahir
dan pada saat di dalam uterus darah secara bebas (mengingat paru belum
berfungsi secara maksimal) yakni semua darah masuk ke jantung embrio
melalui atrium kanan ke dalam vena kava superior dan inferior.Adanya
pembukaan dua atrium dapat memungkinkan separuh darah menyilang ke
sisi kiri dan kemungkinan fungsi pompa jantung di bagi di antara
ventrikel. Kemudian berangsur-angsur terjadi perubahan seiring dengan
perkembanganya arkus aorta, suatu arkus tunggal yang hingga dewasa
tetap menjadi aorta dana arkus yang terakhir menjadi aorta pulmonalis.

Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi


akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah,
sehingga dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah
jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis.Penyakit
jantung kongenital secara umum terdiri atas dua kelompok yakni sianosis
dan asianosis.

Pada kelompok sianosis tidak terjadi percampuran darah yang


teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan pada yang asianosis terjadi
percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik. Secara umum penyakit
jantung sianotik seperti tetralofifallot dan penyakit jantung nonsianotik
seperti cacat sekat ventrikel (ventrikel septal defect-VSD),cacat sekat
atrium (atrium septal defect-ASD),patent ductus arteriosus (PDA),stenosis
aorta, stenosis pulmonal, dan koartasio aorta. Di bawah ini beberapa
macam kelainan jantung bawaan yang sering di jumpai pada anak.
Penyakit jantung congenital atau penyakit jantung bawaan (pjb)
terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.Insiden lebih tinggi pada
yang lahir mati (2%), abortus (10-25%), dan bayi premature (sekitar 2%
termasuk defek sekat ventrikel), tetapi tidak termasuk duktus anteriosus
paten sementara (PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps
katup mitral, PDA pada bayi premature dan katup aorta bicuspid (ada
sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi-bayi dengan defek jantung
congenital, ada spectrum keparahan yang lebar, sekitar 2-3 dari 1000 bayi
neonatus total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama.
Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan
penyakit jantung congenital dan pada umur 1 bulan pada 50-60%
penderita. Sejak pembedahan paliatif atau korektif berkembang, jumlah
anak yang hidup dengan penyakit jantung kongenitalbertambah secara
dramatis.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
kongenital sistem kardiovaskular ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat memahami materi Kelainan Jantung Kongenital
pada mata kuliah Keperawatan Anak , diantaranya : Paten Duktus
Arteriosus (PDA), dan Tetralogi Fallot (TF) dan dapat
mengaplikasiakan langsung dalam proses keperawatan dalam
pembelajaran ataupun saat praktek di lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Paten Duktus
Arteriosus (PDA), dan Tetralogi Fallot (TF)
b. Mahasiswa mampu memahami Asuhan keperawatan pada pasien
dengan Paten Duktus Arteriosus (PDA), dan Tetralogi Fallot (TF)
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa
a. Sebagai sarana pembelajaran untuk mengetahui konsep dasar dan
asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital sistem
kardiovaskular
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang konsep dasar
dan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital
sistem kardiovaskular
2. Instansi
Dapat menambah referensi atau bahan pembelajaran mengenai konsep
dasar dan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital
sistem kardiovaskular
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tetralogy Of Fallot (TOF)


1. Definisi

Tetralogy of Fallot(TOF) merupakan kelainan jantung bawaan


sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana
terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum
intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek
tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I,
2010). Sebagai konsekuensinya, didapatkan adanya empat kelainan
anatomi sebagai berikut:

Gambar 1. Jantung normal dan jantung TOF

1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah
yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep
juga menebal dan menimbulkan penyempitan.
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari
ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah
sebagian aorta keluar dari bilik kanan.
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan
karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis
pulmonal
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek
septum ventrikel dan stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada
ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta (Yayan A.I,
2010).

B. Epidemiologi

Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan
menempati angka 5-7% dari kelainan jantung akibat congenital. Sampai
saat ini para dokter tidak dapat memastikan sebab terjadinya, akan tetapi
penyebabnya dapat berkaitan dengan factor lingkungan dan juga factor
genetic atau keduanya. Dapat juga berhubungan dengan kromosom 22
deletions dan juga Digeorge Syndrome.Ia lebih sering muncul pada laki-
laki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini
adalah sebagai hasil kegagalan dalam conal septum bagian anterior,
menghasilkan kombinasi klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and
overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah
oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup
pulmonal.Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan
operasi yang dini.Supit, Alice I., Kaunang. Erling D, 2012).

C. Etiologi

Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak


diketahui, biasanya melibatkan berbagai faktor. Faktor prenatal yang
berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi
virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang
menderita sindroma Down Tetralogi Fallot dimasukkan ke dalam
kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang
sedikit mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi
sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan) dan sesak nafas. Mungkin
gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami
serangan sianotik karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen, antara lain :
a. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
b. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB
oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin,
jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adaah multifaktor.Apapun sebabnya, pajanan
terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung
janin sudah selesai.
D. Manifestasi Klinis
Anak dengan TOF umumnya akan mengalami keluhan :
1. Sesak yang biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas
(misalnya menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis /kebiruan sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik
(pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan
menyebabkan peningkatan shunt dari kanan ke kiri (right to left
shunt).
Darah yang miskin oksigen akan bercampur dengan darah yang
kaya oksigen dimana percampuran darah tersebut dialirkan ke seluruh
tubuh. Akibatnya jaringan akan kekurangan oksigen dan menimbulkan
gejala kebiruan. Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka
alami dengan berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi
pembuluh darah sistemik karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini
akan meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah
dari ventrikel kanan ke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis
pulmonal yang terjadi maka akan semakin berat gejala yang terjadi
(Yayan A.I, 2010).
E. Patofisiologi

Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang


bersamaan, yaitu :
a. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau
dari sebuah lubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar,
sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.
b. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang
mengalir dari ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari
normal; malah darah masuk ke aorta.
c. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui
lubang septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke
aorta, mengaabaikan lubang ini.
d. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar
darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan
sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan
(Yayan A.I, 2010).

Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena


darah tidak melewati paru sehinggatidak mengalami oksigenasi.Sebanyak
75% darah vena yang kembali ke jantung dapat melintas langsung dari
ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010).
Untuk klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat:
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu
kerja sianosis bertambah, ada dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
F. Pathway

Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)
akibat saturasi oksigen yang rendah.Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai
BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan
PH. Pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung .gambaran khas jantung
tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke
kanan.Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar
dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi
ventrikel kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan
aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari
dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.Mendeteksi adanya
penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan,
dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab,
1996).
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot


dapat dirawat jalan jika derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa
sianosis maupun dispneu berat.Jika penderita perlu rawat inap, apabila
Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau dispneu
berat (Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
a. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1) Mengatasi kegawatan yang ada.
2) Oksigenasi yang cukup.
3) Tindakan konservatif.
4) Tindakan bedah (rujukan) :

Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi


total:dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang
jelas. (derajat IIIdan IV)

Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD +


reseksiinfundibulum.
5) Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6) Tatalaksana radang paru kalau ada.
7) Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endocarditis
b. Tatalaksana Rawat Jalan
1) Derajat I :

Medikametosa : tidak perlu

Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat


dikerjakan kalauBB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perludilakukan operasi paliatif.

Kontrol : tiap bulan.


2) Derajat II dan III :

Medikamentosa ; Propanolol

Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat


dikerjakankalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada
komplikasi abses otak, perludilakukan operasi paliatif.
Kontrol : tiap bulan

Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.


c. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
1) Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :

Membuat posisi knee chest atau fetus

Ventilasi yang adekuat


2) Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im
atau subkutan
3) Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv
untuk mencegah asidosis metabolic
4) Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan
sampai Hb 15-17gr/dl
5) Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell
diteruskan dosisrumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu
penutupan defek septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel
kanan. Pada umunya koreksi primer dilaksanakan pada usia kurang lebih
1 tahun denganperkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg.
Jika syaratnya belum terpenuhi, dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu
membuat pirau antara arteri sistemik dengan dengan arteri pulmonalis,
misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia dengan cabang
A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I,
2010).Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan
bisadiajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
a. Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
b. Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih
sering.
c. Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap
tenang.
d. Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi
kebutuhannya.
e. Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki
ditekuk ke dada selamaserangan sianosis.

H. Konsep Patent Duktus Arterious (PDA)


1. Definisi
Patent Ductus Arterious adalah kegagalan menutupnya ductus
arterious (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal).Pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari
aorta yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan
rendah.

Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus


arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner
(tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

I. Etiologi
a. Faktor Prenatal :
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2) Ibu alkoholisme.
3) Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
memerlukan insulin.
5) Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

b. Faktor Genetik :

1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung


bawaan.
2) Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4) Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

J. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatikterdapat tanda gagal jantung:

a. machinery murmur (khas pada PDA)


b. tekanan nadi besar (water hammer pulse),
c. ujung jari hiperemik,
d. Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
e. Tekanan nadi besar (water hammer
pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang
lebar (lebih dari 25 mm Hg)
f. Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170),
ujung jari hiperemik
g. Apnea, Tachypnea
h. Nasal fharing
i. Retraksi dada
j. Hipoksemia
k. Jika PDA memiliki lubang yang besar,
maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru
K. Patofisiologi

Paten duktus arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus


arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan mengalirnya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah).Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi
darah beroksigen yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke
dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah kiri.Usaha tambahan
dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan ini
menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif.Efek
jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan vena dan kapiler
pulmonal, yang menyebabkan terjadinya edema paru.Edema paru ini
menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
konstriksi arteriol paru yang progresif.

Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan


aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan
( fetus ). Hubungan ini ( shunt ) ini diperlukan oleh karena sistem
respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut.
Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari
ibu ( melalui vena umbilikalis ) kemudian masuk ke dalam atrium kanan
dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik
melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian
superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri
subklavia kiri.

Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos


(tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat
serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda
dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun rapat
( unfragmented ). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor
(pO2).Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang
dimulai segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya
perubahan tekanan, sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan
penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus
arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R
yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta
tahanan vaskuler paru (PVR).
Hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan dapat terjadi jika
keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis atau
bedah.Sebagian besar PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan, tetapi
pengaliran duktal dari kanan ke kiri dapat terjadi yang berkaitan dengan
penyakit paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan koarktasio aorta.Penutupan
PDA terutama bergantung pada respons konstriktor dari duktus terhadap
tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan
duktus adalah kerja prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan
sistemik, ukuran duktus, dan keadaan bayi (prematur atau cukup bulan).
PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat
ditoleransi dengan baik oleh bayi karena mekanisme kompensaisi
jantungnya tidak berkembang baik dan piaru kiri ke kanan itu cenderung
lebih besar.

L. Pemeriksaan penunjang
PDA kecil.Gambaran radiologis dan EKG biasanya dalam batas
normal.Pemeriksaan ekokardiografi tidak menunjukkan adanya
pembesaran ruang jantung atau arteri pulmonalis.

PDA sedang.Pada ruang foto toraks jantung membesar (terutama


ventrikel kiri), vaskularisasi paru yang meningkat, dan pembuluh darah
hilus membesar.EKG menunjukkan hipertropi ventrikel kiri dengan
atau tanpa dilatasi atrium kiri.

PDA besar.Pada foto toraks dijumpai pembesaran ventrikel kanan


dan kiri, di samping pembesaran arteri pulmonalis dan cabang-
cabangnya.Pada EKG tampak hipertropi biventrikuler, dengan dominasi
aktivitas ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.
M. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaanmedis

Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten dapat


diupayakan terapi farmakologis dengan memberikan :
1) endometasin intravena atau per oral dosis 0,2 mg/kgBB dengan
selang waktu 12 jam, diberikan 3 kali. Terapi tersebut hanya
efektif pada bayi prematur dengan usia kurang dari 1 minggu,
yang dapat menutup duktus pada lebih kurang 70 % kasus,
meski sebagian akan membuka kembali. Pada duktus arteriosus
persisten dengan shunt kiri ke kanan sedang atau besar dengan
gagal jantung diberikan terapi:
2) medikamentosa (yakni digoksin, furosemid Pemeriksaan
PenunjangPDA besar. Pada foto toraks dijumpai pembesaran
ventrikel kanan dan kiri, di samping pembesaran arteri
pulmonalis dan cabang-cabangnya. Pada EKG tampak
hipertropi biventrikuler, dengan dominasi), yang bila berhasil
akan dapat menunda operasi sampai 3-6 bulan sambil
menunggu kemungkinan duktus menutup. Indikasi operasi
duktus arteriosus dapat diringkas sebagai berikut:

a) Duktus arteriosus persisten pada bayi yang tidak memberi


respons terhadap pengobatan medikamentosa;
b) Duktus arteriosus dengan keluhan;
c) Duktus arteriosus persisten dengan endokarditis infeksius
yang kebal terhadap terapi medikamentosa.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas,
retraksi, bunyi jantung tambahan(murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
2) Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
3) Kaji adanya hipertermi pada ujung jari
4) Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

Prognosis dan Komplikasi

Penderita dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan atau tidak
sedikit gejala jantung; namun manifestasi lambat dapat terjadi.
a. Penutupan spontan duktus
b. Gagal jantung kongestif paling sering terjadi pada awal masa bayi
bila ada duktus besar tetapi dapat terjadi pada kehidupan akhir
walaupun dengan duktus sedang.
c. Beban ventrikel kiri yang lama semakin tua kurang ditoleransi
dengan baik.
d. Endokarditis infeksius dapat ditemukan pada setiap usia.
e. Emboli pulmonal atau sistemik dapat terjadi.
f. Hipertensi pulmonal (sindrom Einsenmerger) biasanya terjadi pada
penderita dengan PDA besar yang tidak mengalami penanganan
pembedahan.

E. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pasien TOF pada anak menurut Wong, dkk (2009),
adalah sebagai berikut antara lan :
1. Pengkajian
a. Riwayat kehamilan ibu
Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen
dan eksogen yang mempengaruhi).
b. Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat
dari kondisi penyakit.
c. Riwayat psikososial / perkembangan
1) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
2) Mekanisme koping anak / keluarga
3) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Pemeriksaan fisik
1) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi
tampak biru setelah tumbuh.
2) Clubbing finger (jari tabuh) tampak setelah usia 6 bulan.
3) Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat
dan dalam ,lemas, kejang, sinkop (kehilangan kesadaran) bahkan
sampai koma dan kematian.
4) Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan,
setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam
beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
5) Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah
pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat
obstruksi.
6) Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan
keras. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang
lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
7) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik.
e. Pengetahuan anak dan keluarga
1) Pemahaman tentang diagnosis
2) Pengetahuan dan penerimaan terhadap prognosis
3) Regimen pengobatan
4) Rencana perawatan ke depan
5) Kesiapan dan kemauan untuk belajar
BAB II

STUDI KASUS

A. Ilustrasi Kasus
Asti, seorang anak perempuan berusia 18 bulan datang ke klinik
Special Dental Care Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tanggal 07
Oktober 2017 atas rujukandari Bagian Kardiolog Anak untuk mencari
fokal infeksi danpenatalaksanaannya sebelumdilakukan operasi jantung di
RumahSakit Harapan Kita Jakarta. Pasiendidiagnosis dengan Tetralogi
Fallot, dengangejala-gejala klinis berupa mudahlelah, sesak napas. Pasien
Diagnosis kerja akhir dariBagian Kardiologi Anak adalah DF,yaitu
compensated heart disease, DA,yaitu TOF. Pasientampak lemah dan
kebiruan, ibu kalien mengatakan klien mengalami kesulitan dalam
bernafas dan tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan klinis ditemukan
keadaan sebagai berikut, status umum berupa nadi suhu = 36oC, nadi = 80
x / menit, respirasi = 40x/ menit, tekanan darah = 100 x/80 mmHg, BB = 9
kg sebelum sakit, saat dikaji BB 7 kg,TB = 75 cm. Pada status lokalis
terlihat ekstra oral tidak ada kelainan.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Tgl. MRS                 : 07 Oktober 2017
Ruangan/kelas          : Ratna/I
No. kamar                : 2B
Data Dasar               : -
a. Identitas Pasien
Nama Pasien : Asti
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Bulan
Status Perkawinan : Belum
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Belum
Pekerjaan :-
Alamat : Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis : Tetralogi of Fallot
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengalami kesulitan dalam bernafas (sesak
napas)
2. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami
penyakit seperti ini.
3.  Riwayat keluarga
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita
hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa
resep dokter.
c. Data Bio Psiko Sosial Spiritual
1. Bernafas
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalamikesulitan bernafas dan sesak.
-Makan dan Minum
- Makan
Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu
makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari menjadi
¼ porsi tiga kali sehari.
- Minum
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc.
Sekarang klien hanya bisa minum ± 4 gelas
- Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit satu
kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
2. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering
mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas.
3. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga
klien mudah keletihan
4.  Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur
jam 20.30 – 6.00. ibu mengatakan pasien sering terbangun di malam
hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
5. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk
mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri.
6. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu,
sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu
klien tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
7. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas
8. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan
kedua orang tuanya.
9. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih kecil.
10. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang
akademik.
D. Pengkajian Fisik
1.  Kesadaran Umum
 Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
 Kebersihan: cukup bersih
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas
kanan atas
Postur : tegak agak kurus
Status gizi  : baik
3. Sistem penglihatan          
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung
tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6.
4. Sistem pendengaran        
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak
ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem wicara                  
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries
tidak ada.
6. Warna kulit        : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras
8. Tonus otot        : Normal
9. Turgor kulit       : Normal
10. Kepala                : Bentuk normal, UUB tertutup,
ketombe dan rambut rontok tidak  ada.
11. Hidung               : Bentuk normal, secret tidak ada,
gerakan cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada
12. Leher                 : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada,
pembesaran kelenjar limfa di leher positif.
13. Persyarafan : normal
14. Alat kelamin     : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
15. Anus                 : bentuk normal, kebersihan cukup,
hemoroid tidak ada.
16. Gejala cardinal  :
suhu = 36oC
nadi = 80 x / menit
respirasi = 29 x / menit
Tekanan darah = 100 x/80mmHg
17. Antropometri :     
BB = 9 kg (sebelum sakit)
BB= 7 kg (saat dikaji)
TB = 75 cm

3.2 Analisa Data


No Analisa Data Etiologi Masalah
. Keperawatan

1. DS : Gangguan pertukaran Gangguan


- Ibu kalien mengatakan gas pertukaran gas
pasien mengalami kesulitan
dalam bernafas. Sesak napas dan
DO : kelemahan tubuh
- Pasientampak Iemah dan
kebiruan (sianosis), Hipoksemia
- pasien terlihat sesak napas
- suhu = 36oC
Pencampuran darah
- nadi = 80 x / menit
kaya O2dengan CO2
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg. Defek sektum vertikel
2. DS: Intoleransi aktifitas Intoleransi
- Ibu klien mengatakan, aktifitas.
aktivitas klien berkurang, Aktivitas berkurang
karena klien sering
mengalami kelelahan dan
Sering mengalami
sering mengalami sesak
kelelahan dan sesak
dalam bernafas.
bernafas.
- Ibu klien mengatakan
bahwa klien
mengalamikesulitan dalam Ketidakseimbangan
bernafas. antara suplai dan
DO: kebutuhan oksigen
- Pasientampak Iemah dan
kebiruan
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x / menit
-Tekanan darah = 100
x/80mmHg.
3. DS: Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
- Ibu klien mengatakan, nutrisi: kurang dari nutrisi: kurang dari
klien tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
awal 1 porsi, sekarang
menjadi ¼ porsi.
Berat badan menurun
- Ibu klien mengatakan,
aktivitas klien berkurang,
karena klien sering Kurang minat pada
mengalami kelelahan dan makanan
sering mengalami sesak
dalam bernafas.
DO:
- Klien biasanya minum ± 5
sampai 6 gelas/hari masing.
Sekarang hanya bisa minum
± 4 gelas.
- Pasientampak lemah
- BB = 9 kg (sebelum
sakit)
- BB= 7 kg (saat dikaji)

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia ditandai dengan
Ibu kalien mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam bernafas, pasientampak
Iemah dan kebiruan (sianosis), pasien terlihat sesak napas, suhu 36oC, nadi  80 x /
menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan Ibu klien mengatakan aktivitas klien
berkurang karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak
dalam bernafas, Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam
bernafas. Pasientampak Iemah dan kebiruan, suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit,
respirasi = 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu klien mengatakan, klien tidak
nafsu makan, awal 1 porsi, sekarang menjadi ¼ porsi, Ibu klien mengatakan,
aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering
mengalami sesak dalam bernafas. Klien biasanya minum ± 5 sampai 6 gelas/hari
masing, sekarang hanya bisa minum ± 4 gelas, pasientampak lemah, BB = 9 kg
(sebelum sakit), BB= 7 kg (saat dikaji).

3.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan Setelah diberi  Monitor tanda-tanda vital
pertukaran gas asuhan  Monitor kecepatan, irama,
keperawatan 2 x kedalaman dan kesulitan
24 jam diharapkan bernafas
gangguan  Catat pergerakan dada,
pertukaran gas catat ketidaksimetrisan,
dalam tubuh klien penggunaan otot-otot bantu
dapat diatasi. nafas, dan reaksi otot
Dengan kriteria supraclaviculas dan
hasil : interkosta
- Klien dapat  Monitor suara tambahan
bernafas dengan seperti ngorok atau mengih
normal  Monitor pola nafas
-    Tanda-tanda (misalnya bradipneu,
vital normal : takipneu, hiperfentilasi,
RR:23-35 x/menit pernafsasan kusmaul,
-   Saturasi
O2kembali normal pernafasan 1:1, apneustik,
-   Warna kebiruan respirasi beot, dan pola
yang timbul pada ataxic)
tubuh dapat  Monitor saturasi oxygen
berkurang pada pasien yang tersedia
(seperti SAO2, SVO2,
SPO2) sesuai dengan
protokol yang ada
 Pasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif
(misalnya pasang alat pada
jari, hidung dan dahi)
dengan mengatur alarm
pada pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai dengan
prosedur yang ada.

2. Intoleren Setelah diberikan  Pertimbangkan


Aktivitas asuhan kemampuan klien dalam
keperawatan berpartisipasi melalui
selama 2 x 24 jam, aktivitas spesifik
diharapkan  Berkolaborasi dengan
 Kriteria Hasil : (ahli) terapis fisik,
- Klien dapat okupasi dan terapi
melakukan rekreasional dalam
aktivitas
- Klien tidak perencanaan dan
tampak lemah    pemantauan program
- Nafas klien aktivitas, jika memang
kembali normal diperlukan
sehingga dapat  Pertimbangkan
melakukan komitmen klien untuk
aktivitas meningkatkan frekuensi
dan jarak aktifitas
 Bantu klien untuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya
bekerja) dan aktivitas-
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
memilih aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
3 Ketidakseimbang Setelah diberikan  Kolaborasi dengan tim
an nutrisi: kurang asuhan kesehatan lain untuk
dari kebutuhan keperawatan mengembangkan
tubuh selama 2 x 24 jam, rencana perawatan
diharapkan dengan melibatkan klien
gangguan nutrisi dan orang-orang
kurang dari terdekatnya dengan
kebutuhan tubuh tepat
dapat diatasi,  Ajarkan dan dukung
dengan konsep nutrisi yang baik
 Kriteria Hasil : dengan klien(dan orang
-   klien terlihat terdekat klien dengan
segar dan tidak tepat)
lemah  Dorong klien untuk
- Nafsu makan mendiskusikan makanan
klien meningkat yang disukai bersama
dengan dengan ahli gizi
menghabiskan  Kembangkan hubungan
porsi makan klien yang mendukung
saat dirumah sakit dengan klien
 Monitor tanda-tanda
fisiologis (tanda-tanda
vital, elektrolit) jika
diperlukan
 Timbang berat badan
klien secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Monitor intake/asupan
dan asupan cairan
secara tepat
 Monitor asupan kalori
makanan harian
3.5 Implementasi
NO Hari/tanggal/ Diagnosa Implementasi paraf
jam
1 Jumat, 21 Gangguan  Monitor tanda-tanda vital AK
oktober 2017 pertukaran  Memonitor kecepatan,
gas irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas pasien
 Mencatat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas, dan reaksi
otot supraclaviculas dan
interkosta
 Memonitor suara
tambahan seperti ngorok
atau mengih
 Memonitor pola nafas
(misalnya bradipneu,
takipneu, hiperfentilasi,
pernafsasan kusmaul,
pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi beot,
dan pola ataxic)
 Memonitor saturasi
oxygen pada pasien yang
tersedia (seperti SAO2,
SVO2, SPO2) sesuai
dengan protokol yang
ada
 Memasang sensor
pemantauan oksigen
noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari,
hidung dan dahi) dengan
mengatur alarm pada
pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang
ada.

2 Jumat/21 Intoleren  Mempertimbangkan AK


oktober 2017 Aktivitas kemampuan klien
dalam berpartisipasi
melalui aktivitas
spesifik
 Melakukan kolaborasi
dengan (ahli) terapis
fisik, okupasi dan
terapi rekreasional
dalam perencanaan
dan pemantauan
program aktivitas,
jika memang
diperlukan
 Mempertimbangkan
komitmen klien untuk
meningkatkan
frekuensi dan jarak
aktifitas
 Membantu klien
untuk mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya bekerja)
dan aktivitas-aktivitas
yang disukai
 Membantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.

3 Jumat/21 Ketidaksei  Melakukan kolaborasi AK


oktober 2017 mbangan dengan tim kesehatan
nutrisi: lain untuk
kurang dari mengembangkan
kebutuhan rencana perawatan
tubuh dengan melibatkan
klien dan orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
 Mengajarkan dan
dukung konsep nutrisi
yang baik dengan
klien(dan orang
terdekat klien dengan
tepat)
 Mendorong klien
untuk mendiskusikan
makanan yang disukai
bersama dengan ahli
gizi
 Mengembangkan
hubungan yang
mendukung dengan
klien
 Memonitor tanda-
tanda fisiologis
(tanda-tanda vital,
elektrolit) jika
diperlukan
 Melakukan timbang
berat badan klien
secara rutin ( pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
 Memonitor
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
 Memonitor asupan
kalori makanan harian

3.6 Evaluasi
No Hari/Tangga Diagnosa Evaluasi Ket
. l
1. Senin, 23 Gangguan S :    Ibu klien mengatakan AK
Oktober pertukaran gas bahwa, saat bernafas klien
2017. sudah terasa lebih lega atau
tidak susah lagi dalam
bernafas.
O :   klien terlihat bernafas
dengan normal dan tidak
terlihat tersengal – sengal
yaitu 30x/mnt, Saturasi
O2 klien ada pada batas
normal, Warna kebiruan yang
timbul pada tubuh mulai
berkurang
A :.Masalah  gangguan
pertukaran gas teratasi
sebagian
P :    lanjutkan intervensi
2. Senin, 23 Intoleransi S : Ibu klien mengatakan klien AK
oktober 2017 aktifitas sudah bisa beraktivitas
O :Klien tidak tampak lelah
dalam beraktivitas
A : Intoleren aktivitas teratasi
teratasi
P : Hentikan intervensi.

3 Jumat, 23 Gangguan nutrisi S :    ibu klien mengatakan, AK


Oktober kurang dari nafsu makan klien mulai
2017 kebutuhan tubuh kembali bertambah.
O :    Klien terlihat lebih
segar, porsi makan klien
sudah bertambah
A :   tujuan intervensi tercapai
dengan nafsu makan klien
bertambah
P  :   lanjutkan intervensi
memonitor nutrisi pada klien
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung kongenital merupakan penyakit jantung yang terjadi
akibat kelainan dalam perkembangan jantung dan pembuluh darah,
sehingga dapat mengganggu dalam fungsi jantung dan sirkulasi darah
jantung atau yang dapat mengakibatkan sianosis dan asianosis.Penyakit
jantung kongenital secara umum terdiri atas dua kelompok yakni sianosis
dan asianosis.Pada kelompok sianosis tidak terjadi percampuran darah
yang teroksigenasi dalam sirkulasi sistemik dan pada yang asianosis
terjadi percampuran sirkulasi pulmoner dan sistemik. Secara umum
penyakit jantung sianotik seperti tetralofifallot dan penyakit jantung
nonsianotik seperti cacat sekat ventrikel (ventrikel septal defect-
VSD),cacat sekat atrium (atrium septal defect-ASD),patent ductus
arteriosus (PDA),stenosis aorta, stenosis pulmonal, dan koartasio aorta.
Di bawah ini beberapa macam kelainan jantung bawaan yang sering di
jumpai pada anak

B. Saran
Kepada pembaca, jika menggunakan bahan ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah
ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui
dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013.Nursing Interventions Classification (NIC).


Kidlington: Elsevier

Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF).Diunduh pada tanggal 23 September


2020.Diunduh dari http://www.Files-of-DrsMed.tk.

Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012).Tetralogi fallot dan atresia


pulmonal.Diunduh pada tanggal 23 September 2020. Diunduh
darihttps://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/a
rticle/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington:
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai