Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Hakikat Iman.................................................................................................5
1. Iman...........................................................................................................8
2. Ilmu............................................................................................................9
3. Amal..........................................................................................................9
1. Syirik........................................................................................................14
3. Khianat.....................................................................................................14
4. Berbohong................................................................................................15
5. Jaza’........................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberitaan di Indonesia akhir-akhir ini banyak menayangkan berita
mengenai Korupsi, yang terasa tiada akhir. Orang-orang yang beragama, berilmu,
dan berpendidikan satu persatu mulai secara rutin berkunjung ke gedung KPK,
entah untuk menjadi saksi untu kasus tertentu, atau bahkan menjadi tersangka.
Belum lagi masalah Korupsi, masalah baru mulai muncul melanda negeri
berpenduduk muslim tersebar ini. Kerusakan remaja akibat pergaulan bebas
semakin membengkak, membuat harapan bangsa terasa akan redup. Padahal
harapan bangsa ada ditangan remaja, setidaknya itu yang dikatakan oleh para ahli.
Dan masalah bencana alam juga merupakan bencana yang terasa menjadi
langganan buat negeri ini. Mulai dari banjir di Jakarta, Gunung meletus di
Sumatra dan Kediri dan prokontra di pulau papua, kabut asap di Riau, di
kalimantan barat khusunya pontianak dan bencana lain yang menyelimuti negeri
ini.
Dengan banyaknya masalah yang menimpah negeri ini, terkadang
membuat sebagian orang tersadar akan sebuah kekuatan yang memiliki kehendak
yang luar biasa, yaitu ALLAH SWT. Sehingga, disamping mereka melakukan
penanggulangan bencana dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka juga
meminta bantuan kepada Sang Pemiliki alam semesta.
Namun, tidak sedikit pula yang tidak menyadarinya, yang memandang
semua bencana ini secara teoritis yang berlebihan sehingga membuat semua Ilmu
Pengertahuan itu sebagai solusi akan bencana ini. Dan membuat mereka lupa akan
suatu kekuatan yang mengenggam semua alam semesta.
Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk
dalam golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi
semata, tapi dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua itu
akan lebih mudah dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita sebut
dengan orang-orang beriman.
Maka daripada itu, kami akan memberikan penjelasan mengenai apakah
pengaruh iman dalam kehidupan. Dan kemudian sampai ke pertanyaan mengenai
apa itu iman?, apa hubungan iman, ilmu, dan amal?, untuk menjadi orang beriman
itu, karakteristiknya bagaimana?, dan apa saja yang bisa merusak iman?. Dengan
harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa memaknai
kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin kami
pecahkan yaitu, apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam
kehidupan.
C. Tujuan Penulisan
Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai,
adalah untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya
dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Iman
Menurut definisinya, kata iman berarti membenarkan, mempercayai.
Artinya, membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dibuktikan
dengan perbuatan. Dasarnya adalah hadits riwayat Ibnu Majah dari Ali R.A,
bahwa iman itu ma‟rifat di hati, pengakuan dengan lisan, dan pekerjaan dengan
anggota tubuh.
Ibnu Taimiyah ketika ditanya tentang iman, beliau menjawab: Ucapan
yang disertai dengan perbuatan, diiringi dengan ketulusan niat, dan dilandasi
dengan Sunnah. Sebab, iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan
adalah kufur, apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat
adalah nifaq, sedang apabila hanya ucapan, perbuatan dan ketulusan niat, tanpa
dilandasi dengan sunnah adalah bid‟ah (Al-Islam, 1999a).
Dari pengertian iman secara syari’at dan hakikat ini, imam Ghazali
membagi iman manusia kepada tiga tingkatan:
Iman tingkat pertama adalah imannya orang-orang awam yaitu imannya
kebanyakan orang yang tidak berilmu. Mereka beriman karena taklid semata.
Sebagai perumpamaan iman tingkat pertama ini, kalau kamu diberi tahu oleh
orang yang sudah kamu uji kebenarannya dan kamu mengenal dia belum pernah
berdusta serta kamu tidak merasa ragu atas ucapannya, maka hatimu akan puas
dan tenang dengan berita orang tadi dengan semata-mata hanya mendengar saja.
Iman yang semacam ini tidak jauh berbeda dengan imannya orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang juga merasa tenang dengan hal-hal yang mereka dengar
dari ibu, bapak dan guru-guru mereka. Bedanya adalah mereka memperoleh
ajaran yang salah dari orang tua dan guru-guru mereka, sedangkan orang-orang
Islam mempercayai kebenaran itu bukan karena melihat kebenaran karena
penyaksiannya terhadap Allah, tetapi karena mereka telah diberikan ajaran yang
haq, yang benar.
Selanjutnya iman tingkat kedua yaitu imannya orang-orang ahli Ilmu
Kalam yaitu dimana mereka beriman cukup berdasarkan dalil aqli dan naqli, dan
mereka merasa puas dengan itu. Iman tingkat kedua ini tidak jauh berbeda
derajatnya dengan iman tingkat pertama. Sebagai contoh, apabila ada orang yang
mengatakan kepadamu bahwa Zaid itu di rumah, kemudian kamu mendengar
suaranya, maka bertambahlah keyakinanmu, karena suara itu menunjukkan
adanya Zaid di rumah tersebut. Lalu hatinya menetapkan bahwa suara orang
tersebut adalah suara si Zaid.
Iman pada tingkat ini adalah iman yang bercampur baur dengan dalil dan
kesalahan pun juga mungkin terjadi karena mungkin saja ada yang berusaha
menirukan suara tadi, tetapi yang mendengarkan tadi merasa yakin dengan apa
yang telah di dengarnya, karena ia tidak berprasangka buruk sama sekali dan ia
tidak menduga ada maksud penipuan dan peniruan. Jadi imannya orang-orang ahli
ilmu kalam masih terdapat kesalahan dan kekeliruan padanya.
Adapun Iman tingkat ketiga yaitu imannya orang-orang ahli makrifat yang
telah mempelajari tarekat. Mereka beriman kepada Allah dengan pembuktian
melalui penyaksian kepada Allah. Sebagai perumpamaan: Apabila kamu masuk ke
dalam rumah, maka kamu akan melihat dan menyaksikan Zaid itu dengan
pandangan mata kamu. Inilah makrifat yang sebenarnya dan inilah yang dikatakan
iman yang sebenarnya. Karena mereka beriman dengan pembuktian melalui
penyaksian mata hatinya, maka mustahil mereka terperosok ke jurang kesalahan.
a. Rukun Rukun Iman Dalam Islam
1) Iman Kepada Allah SWT
2) Iman Kepada Malaikat
3) Iman Kepada Kitab Al-Quran
4) Iman Kepada Rasul
5) Iman Kepada Hari Kiamat
6) Iman Kepada Qadha’ & Qadar
Dari penjelasan diatas mengenai Iman, Ilmu, dan Amal, dapat ditarik
benang merah yang bisa menghubungkan mereka. Sehingga bisa membuktikan
kalau Iman, Ilmu, dan Amal merupakan tiga kesatuan yang utuh yang tida bisa
dipisahkan satu sama yang lainnya.
Beriman yang berarti meyakini kebenaran Allah SWT dan Rasulullah
SAW, harus dijalani dengan penuh ketaatan untuk melaksanakan ajaran Islam.
Untuk menjalankan ajaran Islam, terlebih dahulu kita perlu memahami ajaran
Islam tersebut dengan benar, sehingga tidak menyimpang dari apa yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.Sehingga kemudian muncul keterkaitan
antara Iman dan Ilmu yang dimana dengan adanya Ilmu, Iman kita akan lebih
mantap, dan dengan adanya Iman, Ilmu kita bisa lebih terkontrol dan tidak
membuat kita menjadi orang yang sombong akan Ilmu kita.
Sama hal Iman dan Ilmu, Iman dan Amal juga memiliki keterkaitan
yang erat, dimana Amal merupakan wujud dari keimanan seseorang yang
dilakukan dengan penuh hati. Sehingga orang yang beriman harus menjalankan
amalan keislaman, seperti shalat, puasa, haji, zakat, dan lain-lain.
Namun, untuk mejalankan amalan islam, tentunya kita perlu ilmu
tentang ajaran islam tersebut. Sehingga, amalan yang kita lakukan akan
berjalan sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan Allah SWT, dan akan
menekan yang namanya bid’ah dalam ibadah. Selain itu juga, amalan yang
dilandasi dengan ilmu akan lebih bernilai, begitu pula sebaliknya ketika ilmu
itu diamalkan akan lebih bernilai kepada kita dan orang lain disekitar kita.
Namun, pada Makalah kami ini kami akan menjabarkan beberapa larangan
Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut dapat merusak iman kita
terhadap Allah.
1. Syirik
Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan
secara terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal
yang merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di
samping berdoa kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.
Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sebagaimana
yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-Nisa: 48:
َشهرمك هباَاله فدقدهد اَمفتددرىى إهمثنماَ دعهظينما شدردك بههه دويدمغفههر دماَ هدودن ىدذلهدك لهدممن يد د
شاَهء ُ دودممن يه م اد دل يدمغفههر أدمن يه م
إهان ا
3. Khianat
Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang
sangat tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci
oleh Allah SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan Rasul-Nya.
Oleh sebab itu Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah,
Rasul dan amanh mereka sendiri, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. Al-
Anfal: 27:
4. Berbohong
Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari
shidiq. Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi
pembohong. Rasulullah ditanya oleh para sahabat “apakah ada orag mukmin
yang penakut? Nabi bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “apakah ada
orang mukmin yang kikir? Nabi menjawab “Ada”. Kemudian ditanya lagi:
“Apakah ada orang mukmin yang pembohong? Nabi menjawab: “Tidak
Ada”. (HR. Malik)
Seorang mukmin harus menjauhi segala menjauhi segala bentuk
kebohongan, baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu,
fitnah, gunjing atau bentuk-bentuk lainnya.
5. Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah jaza‟ yang berarti gelisah, sedih, keluh
kesah, cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, Q.S. Al-
Ma’arijat: 19
A. Kesimpulan
Dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini, kita perlu menyadari
akan sebuah kekuatan yang tidak akan pernah bisa kita kalahkan, yaitu kekuatan
Allah SWT (Tuhan Yang Maha esa). Sehingga dalam kehidupan ini kita tidak bisa
terlepas dari yang namanya Allah (Tuhan), yang merupakan hal mutlak dalam
hidup kita. Namun, hal ini tidak akan bisa disadari oleh orang-orang yang tidak
percaya, atau tidak yakin akan Allah, yang kemudian kita sebut debagai orang
yang tidak beriman.
Orang yang beriman adalah orang yang percaya dan yakin akan Allah
SWT. Baik yakin akan keberadaan Allah, akan ajaran Allah, maupun yakin akan
wahyu yang diturunkan-Nya. Namun, keyakinan kita atau iman kita tentunya
tidak hanya diyakini dengan hati, namun juga diikrarkan dengan lisan dan
wujudkan dengan tindakan amal saleh. Sehingga, keimanan itu tidak menjadi hal
yang tinggal dihati semata.
Untuk mewujudkan keimanan, kita perlu yang namanya ilmu dan amal,
yang kemudian mengikat iman, ilmu, dan amal dalam satu kesatuan yang utuh.
Yang dimana untuk menajalni keimanan dalam bentuk ajaran Islam, kita butuh
ilmu akan ajaran tersebut. Yang kemudian kita wujudkan dalam bentuk amal saleh
dalam kehidupan kita. Ketika kita bisa mewujudkan Iman dalam bentuk tindakan
amal saleh, maka disinilah letak dari hakikat sebuah iman, yang kemudian bisa
menuntun kehidupan kita ke arah yang diridhahi Allah SWT.
Dalam keperawatan merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai
kholifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaannya dengan keunikan
manusia itu ia harus didekati melalui silaturahmi (Interpersonal),yang didasari
dengan iman,ilmu dan amal perawat dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual,tehnikal,interpersonal dan amar ma’ruf nahi mungkar. Contohnya,
Bersikap Baik,sopan santun dalam berkomunikasi juga dalam memberi asuhan
keperawatan serta Alat alat kesehatan yang berteknologi canggih dari
perkembangan ilmu,dan masih banyak yang lainya.
B. Saran
Budianto, Elham. 2013. Iman, Ilmu, dan Amal. [Online]. Ditulis dala:
http://prezi.com/l5te-mpd5xxm/iman-ilmu-dan-amal/. Diakses pada 7
Maret 2014.
Prof.Dr.C.A van Peursen: Filsafat sebagai seni intuk bertanya,Dikutip dari buku
B.Arief Sidharta,Pustaka Sutra,Bandung 2008.Hal 7-11