Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAAN II
“IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN”

KELOMPOK :

1) Winda Ramdayanti (20151660067)


2) Maudy Maulidya Maliek (20151660070)
3) Firda Ani Siswanto (20151660071)

S1 KEPERAWATAN B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang disusun untuk memenuhi
tugas Al Islam KeMuhammadiyaan II sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Al Islam KeMuhammadiyaan
II yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah ini,
sehingga kami menjadi lebih mengerti dan memahami tentang materi “Iman dan Pengaruhnya
Dalam Kehidupan”. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam upaya
penyelesaian makalah ini baik yang mendukung secara moril dan materil.

Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan, kekurangan dan kekhilafan dalam
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik tetap kami harapkan demi perbaikan makalah ini ke
depan. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

Terima kasih

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang ........................................................................................................1

1. 2 Rumusan Masalah ...................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Iman ............................................................................................................3

2.2 Definisi Ilmu Iman ..................................................................................................3

2.3 Rukun Iman...............................................................................................................4

Iman kepada Allah SWT ..................................................................................4

Iman kepada Malaikat .......................................................................................5

Iman kepada kitab-kitab Allah .........................................................................7

Iman kepada Rasul ...........................................................................................10

Iman kepada Hari Akhir....................................................................................11

Iman kepada Qada dan Qadar ...........................................................................12

2.4 Hal-hal yang dapat Merusak dan Meniadakan Iman ...............................................14

Syirik ................................................................................................................14

Takabbur atau Sombong ..................................................................................14

Khianat .............................................................................................................15

Berbohong ........................................................................................................15

Jaza’..................................................................................................................16

2.5 Pengaruh iman dalam kehidupan ............................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................20

3.2 Saran .......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberitaan di Indonesia akhir-akhir ini banyak menayangkan berita mengenai


Korupsi, yang terasa tiada akhir. Orang-orang yang beragama, berilmu, dan berpendidikan
satu persatu mulai secara rutin berkunjung ke gedung KPK, entah untuk menjadi saksi untu
kasus tertentu, atau bahkan menjadi tersangka.

Belum lagi masalah Korupsi, masalah baru mulai muncul melanda negeri berpenduduk
muslim tersebar ini. Kerusakan remaja akibat pergaulan bebas semakin membengkak,
membuat harapan bangsa terasa akan redup. Padahal harapan bangsa ada ditangan remaja,
setidaknya itu yang dikatakan oleh para ahli.

Dan masalah bencana alam juga merupakan bencana yang terasa menjadi langganan
buat negeri ini. Mulai dari banjir di Jakarta dan Manado, Gunung meletus di Sumatra
dan Kediri, kabut asap di Riau, dan bencana lain yang menyelimuti negeri ini.

Dengan banyaknya masalah yang menimpah negeri ini, terkadang membuat


sebagian orang tersadar akan sebuah kekuatan yang memiliki kehendak yang luar biasa, yaitu
ALLAH SWT. Sehingga, disamping mereka melakukan penanggulangan bencana dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, mereka juga meminta bantuan kepada Sang Pemiliki alam
semesta.

Namun, tidak sedikit pula yang tidak menyadarinya, yang memandang semua
bencana ini secara teoritis yang berlebihan sehingga membuat semua Ilmu Pengertahuan itu
sebagai solusi akan bencana ini. Dan membuat mereka lupa akan suatu kekuatan yang
mengenggam semua alam semesta.

Sehingga, tentunya dalam menyikapi setiap bencana ini kita ingin masuk dalam
golongan orang pertama, yang menghadapi bencana tidak dengan teknologi semata, tapi
dengan cara spritual, memimta kepada Allah SWT. Namun, smua itu akan lebih mudah
dilakukan oleh orang-orang tertentu, yang kemudian kita sebut dengan orang-orang beriman.

Maka dari itu, kami akan memberikan penjelasan mengenai apakah pengaruh iman
dalam kehidupan. Dan kemudian sampai ke pertanyaan mengenai apa itu ilmu iman, apa saja
rukun iman,apa saja yang bisa merusak iman, dan apa saja pengaruh iman dalam kehidupan itu
sendiri. Dengan harapan bahwa terjawabnya semua pertanyaan diatas, kita semua bisa
memaknai kehidupan ini dengan dua sisi, habluminnas dan habluminallah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang ingin kami selesaikan yaitu
apa yang dimaksud dengan Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan.

1.3 Tujuan Penulisan

Merujuk kepada rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin kami capai, adalah untuk
mengetahui tentang apa yang dimaksud Iman dan pengaruhnya dalam kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Iman


Untuk memahami pengertian kata atau kalimat yang terdapat dalam Al-Quran
dan sunah, terlebih dahulu kita harus memahami pengertian kalimat itu menurut istilah
bahasa arab, kemudian kita perhatikan bagaimana syariat menggunakan kalimat
tersebut dalam berbagai keadaan yang berbeda-beda. Pada umumnya, kebiasaan orang
pada masa dan tempat tertentu, kecuali masa syari’at diturunkan, tidak dapat dijadikan
landasan untuk meletakkan hukum-hukum tertentu pada kalimat tersebut.

Kata iman merupakan bentuk kata yang tidak harus ditafsirkan, kecuali menurut
penafsiran yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dengan penafsiran seperti ini,
pengertian syari’at terhadap kata itu akan dapat ditentukan.

Bila kita perhatikan penggunaan kata iman dalam Al-Quran, kita akan
mendapatinya dalam dua pengertian dasar, yaitu :

1. Iman dengan pengertian membenarkan


2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal

2.2 Definisi Ilmu Iman

Ilmu adalah suatu yang menjadi sarana penyingkap berbagai perkara sesuai
dengan faktanya (ma tankasyifu bibil umur ala baqa’iqiba)
Sedangkan Iman secara bahasa adalah mashdar (akar kata) dari amana,
yu’minu, imanan. Ibnu Faris berkata “amana yang terdiri dari hamzah, mim dan nun
memiliki dua makana yang saling berdekatan. Pertama, maknanya adalah amanah yang
merupakan kebalikan kata khianat, yang berarti tentramnya hati. Kedua, maknanya
adalah membenarkan; kedua makna ini berdekatan. Adapun iman dengan makna
membenarkan tercantum dalam firman Allah yang mengisahkan ucapan saudara-
saudara Nabi Yusuf As. Kepada ayah mereka, Ya’kub As :
“Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah
orang-orang yang benar.” (Q.S Yusuf : 17)
Ilmu iman ialah ilmu yang mengkaji tentang penetapan akidah agama
berdasarkan dalil-dalil rasio (aqli) dan naqli yang meyakinkan dan menghilangkan
keraguan.

2.3 Rukun Iman

1. Iman kepada Allah SWT

Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah SWT. Iman artinya
percaya atau yakin, iman kepada Allah adalah meyakini adanya Allah Yang Maha Esa,
tidak ada Tuhan selain Ia, Allah maha Pencipta, Pengatur, Pemelihara alam semesta
dengan segala isinya. Inilah ajaran pokok yang mendasari seluruh ajaran islam dan
tertuang dalam kalimat syahadat : tersimpul dalam kalimat Tauhid atau kalimat
Tayyibah : Laa ilaaha illallah yang artinya tidak ada Tuhan yang haq disembah kecuali
Allah SWT. Firman Allah sebagai berikut :

(yang memiliki sifat-sifat) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain
Dia, pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah pemelihara segala
sesuatu (Q.S. Al An’am, 6: 102)

A. Penghayatan terhadap sifat-sifat Allah dalam perilaku sehari-hari

Dalam kehidupan manusia iman kepada Allah adalah sebagai pegangan hidup.
Orang mukmin tidak akan mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang
terpuji, karena ia akan selalu berpegang teguh kepada aturan Allah yang selalu
menyuruh umatnya untuk berbuat baik, diantaranya:

a. Dengan mengetahui sifat-sifat Allah, ia akan merasa bahwa segala


perbuatannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Melihat. Ia akan berusaha
untuk meninggalkan segala perbuatan yang tidak baik dan perbauatan dosa.
Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya dalam
berbuat dosa, namun Allah Maha Melihat dan maha mengetahui.
b. Dengan mengetahui sifat-sifat Allah, ia akan menyadari kelemahan dan
kekurangan dirinya di hadapan Allah yang Maha Besar, Maha agung,
Mahakuasa dan maha sempurna, sehingga ia tidak mau berbuuat sombong
dan takabur serta menganggap orang lain hina dan lemah.
c. Dengan mengetahui sifat-sifat Allah, ia akan selalu bersyukur kepada-Nya,
karena ia akan menyadari bahwa segala nikmat yang ia rasakan berasal dari
Allah SWT serta akan lebih meningkatkan pengabdian (ibadah) dan
ketaqwaan kepada-Nya.
d. Dengan mengetahui sifat-sifat Allah ia akan menyadari bahwa segala amal
perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban kelak sesudah mati, maka ia
akan selalu berhati hati dalam setiap ucapan dan perilaku sehari-hari. Bila ia
berbuat salah atau dosa, ia akan segera memohon ampunan dan bertaubat
kepada-Nya

2. Iman kepada malaikat

Iman kepada malaikat artinya percaya bahwa malaikat adalah makhluk ghaib,
yang asal kejadiaanya dari nur (cahaya). Mereka memiliki akal dan tidak mempunyai
nafsu. Karena itu, mereka senantiasa patuh kepada Allah SWT serta tidak pernah
mendurhakai-Nya.

Hukum iman kepada adanya malaikat adalah fardhu ain. Seseorang yang
mengaku beragama islam (muslim atau muslimah) jika tidak percaya kepada adanya
Malaikat. Dapat dianggap murtad (keluar dari agama islam). Perintah untuk beriman
kepada malaikat terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun dalam hadist Rasulullah
SAW berfirman :

Artinya : “segala mereka yang beriman, semanya beriman kepada Allah dan
Malaikat-Nya” (Q.S Al-Baqarah, 2: 285)

A. Fungsi iman kepada Malaikat


 Memberikan dorongan kepada orang beriman untuk meningkatkan iman
dan keyakinannya kepada kemahakuasaan Allah SWT. Hal ini disebabkan
adanya kesadaran, bahwa Allah tidak hanya berkuasa menciptakan mahluk-
Nya yang syahadah (nyata), tetapi juga berkuasa menciptakan makhluk-Nya
yang gaib (tidak nampak) sepeti malaikat (Q.S Fathir, 35:1)
 Memberi dorongan kepada orang beriman agar berusaha menjadi muslim
yang betul-betul bertaqwa kepada Allah SWT. Hal ini karena adanya
kesadaran bahwa Allah SWT akan mencintai setiap muslim yang betu-betul
bertaqwa dan bahkan Allah SWT menyuruh malaikat jibril agar
mencintainya pula.
 Setiap orang beriman berkeyakinan bahwa rezeki yang diperoleh masing –
masing manusia pada hakekatnya sudah diatur dan ditentukan oleh Allah
SWT, melalui malaikat Mikail. Keyakinan tersebut memberi dorongan
kepada setiap mukmin untuk menerima dengan ikhlas rezeki itu untuk hal-
hal yang di ridhai Allah SWT.
 Setiap mukmin berkeyakinan bahwa sikap dan perbuatanya selalu dilihat
dan dicatat oleh Raqib dan Atid.
Allah SWT berfirman:

Artinya : “tidak sebuah kata pun yang diucapkan manusia melainkan


didekatnya ada pengawas yakni malaikat Raqib (pencatat kebaikan) dan
Atid (pencatatan kejahatan) (Q.S Qaaf, 50:18)
Pada pengadilan Allah SWT di alam akhirat, catatan amal manusia pada
kedua malaikat tersebut akan menjadi bukti yang tidak dapat dibantah,
apakah seseorang itu lebih banyak kebaikannya sehingga berhak masuk
surga, ataukah lebih banyak kejahatannya sehingga berhak masuk neraka.
Keyakinan seperti tersebut akan memberi dorongan kepada setiap mukmin
agar selalu berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Ia akan
berusaha agar dapat membiasakan diri dengan sikap dan tingkah laku terpuji
yang diridhai Allah SWT, serta menjauhkan diri dari sikap dan tingkah laku
tercela yang dimurkai oleh Allah SWT.
 Setiap mukminn berkeyakinan bahwa Allah SWT telah menugaskan
Malaikat Izrail untuk mencabut nyawa masing-masing manusia. Juga Allah
SWT telah menugaskan malaikat Munkar dan Nakir untuk menanyai setiap
manusia yang sudah mati serta memasuki alam barzah tentang amal
perbuatanny aketka di dunia. Allah SWT berfirman: “Allah SWT yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu
yang lebih baik amalnya”. (Q.S Al-Mulk, 67:2)

Keyakinan seperti tersebut akan memeberi dorongan kepada setiap


mukmin untuk banyak mengingat mati dan hidup sesudah mati (alam kubur
dan alam akhirat).

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Iman kepada kitab-kitab Allah berarti percaya dan yakin sepenuh hati bahwa Allah
menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya berupa kitab-kitab untuk pedoman hidup
umatnya. Mengimani wahyu Allah yang termasuk dalam kitab-kitab-Nya merupakan
salah satu dasar kepercayaan bagi orang-orang yang beriman. Kerena iman kepada
kitab-kitab Allah termasuk rukun iman yang ketiga. Hal ini menunjukkan bahwa iman
kepada kitab-kitab Allah termasuk ha yang sangat mendasar bagi akidah. Seseorang
akan digolongkan sebagai mukmin jika ia percaya kepada kitab-kitab Allah, maka
keimanannya menjadi gugur. Artinya, orang itu tidak bisa lagi digolongkan sebagai
mukmin. Diturunkannya kitab-kitab Allah kepada rasul-Nya agar menjadi petunjuk
bagi umat manusia .

1) Kitab-kitab Allah dan Rasul penerimanya


a. Taurat
Taurat adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Musa A.S sebagai
pedoman hidup bagi kaum Bani Israil. Allah berfirman :

Atinya :
“Dan kami berikan kepada Musa, kitab (Taurat) dan kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman):’janganlah kamu
mengambil penolong selain aku’”. (Q.S Al-Isra, 17:2).
Adapun isi pokok Kitab Taurat sikenal dengan The Ten Commandement
(sepuluh perintah Tuhan).
1. Jangan ada padamu Tuhan lain di hadirat-Ku
2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung
karena Aku Tuhan Allahmu.
3. Jangan kamu menyebut Tuhan Allahmu dengan sia-sia
4. Ingatlah kamu akan hari Sabat (sabtu), supaya kamu sucikan dia
5. Berilah hormat kepada bapak ibumu
6. Jangan membunuh sesama manusia
7. Larangan berbuat zina
8. Larangan mencuri
9. Larangan menjadi saksi palsu
10. Larangan berkeinginan memiliki hak orang lain
b. Zabur
Zabur adalah kitab yang diturukan kepada Daud A.S untuk dijadikan
pedoman hidup bagi kaumnya. Firman Allah:

Artinya :
‘Dan Tuhan-Mu lebih mengetahui siapa yang (ada) dilangit dan di bumi.
Dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain) dan kami berikan Zabur kepada Daud.” (Q.S Al-Isra,
17:55)

Kitab zabur berisi kumpulan nyanyian oujian kepada Allah atas segala
nikmat ilahiah. Didalamnya juga berisi zikir,doa,nasehat dan hikmah.
Menurut orang-orang Yahudi dan nasrani, kitab Zabur sekarang ada pada
perjanjian lama yang terdiri atas 150 pasal.
c. Injil
Injil adalah kitab yang diturunkan kepada nabi Isa A.S sebagai pedoman
dan petunjuk hidup bagi Bani Israil. Firma Allah SWT :
Artinya:
“Dan kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan Isa putra
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya yaitu Taurat. Dan kami
telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi) dan membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran
untuk orang-orang yang bertakwa.” (Al-Maidah, 5:46)

Isi pokok kitab Injil adalah ajaran untuk hidup dengan Zuhud dan
menjauhi kerakusan dan ketamakan dunia. Ini dimaksudkan untuk
meluruskan kehidupan orang-orang Yahudi yang materialistis.
d. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada nabi terakhir,
Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup umatnya. Berbeda dengan
kitab-kitab sebelumnya yang hanya terbatas untuk satu kaum, Al-Quran
tidak hanya diturunkan untuk bangsa arab, melainkan untuk seluruh
umat. Firman Allah SWT

“sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan


berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Q.S Yusuf:2)

Fungsi beriman kepada kitab-kitab Allah


 Sebagai petunjuk hidup agar manusia tidak tersesat
 Agar manusia mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat
serta memberi penjelasan tentang persoalan-persoalan hidup
manusia dan bagaimana jalan keluarnya
 Memberi penjelasan tentang yang haq dan yang batil
 Sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman
 Untuk memberi kabar gembira berupa surga dan memberi
peringatan berupa neraka
 Sebagai dasar pengambilan keputusan dan peraturan hidup
manusia
 Sumber informasi dunia metafisik yang tidak terjangkau oleh akal
manusia
 Mukjizat para nabi dan rasul, sehingga menguatkan risalah
mereka

4. Iman Kepada Rasul


Dalam bahasa arab, kata rasul berarti utusan. Menurut istilah, rasul adalah orang
yang diberi wahyu oleh Allah SWT berupa suatu perintah syariat tertentu untuk
disampaikan kepada umatnya. Beriman kepada nabi dan rasul termasuk rukun iman
keempat. Beriman kepada rasul hukumnya wajib. Artinya mukmin wajib mengimani
adanya para rasul. Firman Allah SWT :

Artinya:

“.. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-


rasul-Nya..” (Q.S Al Baqarah 2:285)

Cara mengimani para rasul :

a) Tidak boleh membedakan antara rasul yang satu dengan yang lainnya
b) Mengikuti ajarannya dengan sepenuh hati

Fungsi beriman kepada Rasul Allah :

a. Mendapat rahmat Allah SWT


b. Kita mendapat figur yang dapat dijadikan suri tauladan
c. Sebagai perantara mengenal Allah SWT dengan segala sifat kesempurnaan-Nya
d. Kita dapat membedakan antara yang benar (baik) dan yang salah (buruk)
e. Kita mengetahui adanya kehidupan sesudah mati

5. Iman kepada hari akhir


Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh
setiap muslim termasuk segala peristiwa atau kejadian yang terjadi pada hari itu.
Mengimani hari akhir dengan segala sesuatu yang berkenaan dengan hari itu adalah
termasuk masalah-masalah sam ‘iyyal yaitu maslah-masalah yang dapat diketahui,
diyakini, dan diimani berdasarkan pemberitaan Al-Quran dan hadist. Kejadian hari
akhir tidak dapat dibuktikan dengan penemuan pancaindra.
Peristiwa pada hari kiamat merupakan peristiwa yang luar biasa dahsyatnya,
peristiwa itu dimulai dengan tiupan sangkakala yang pertama. Setelah sangkakala
ditiup bumi terangkat dan berguncang hebat, gunung-gunung terlepas dari tempatnya,
berbenturan dan bertebaran seperti kapas tertiup angin.
Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Haaqqah ayat 13-16

“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung
lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat dan
terbanglah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.

A. Fungsi beriman kepada hari akhir


Allah SWT telah menetapkan atau memerintahkan agar umat manusia beriman
kepada hari akhir, termasuk kepada semua yang ada hubungannya dengan hari itu.
Perintah itu tentu ada hikmahnya bagi manusia karena Allah tidak pernah
memerintahkan sesuatu hal dengan sia-sia tanpa membawa manfaat.
a) Memahami kehidupan di dunia adalah fana
Kehidupan didunia tidaklah kekal, kehidupan kekal adalah dialam yang
kedua nanti yaitu akhirat. Kita semua menuju kesana sesudah dibangkitkan
dari alam kubur untuk mempertanggung jawabkan seluruh amal perbuatan
kita selama didunia, didepan suatu pengadilan Yanag Maha Bijaksana yaitu
Allah SWT.
b) Takut berbuat kesalahan
Takut berbuat kesalah disini adalah takut melakukan pekerjaan yang
dilarang oleh agama, negara maupun masyarakat kerena rasa iman yang
dalam. Iman kepada Allah dan sekaligus iman kepada hari Akhir. Hal ini
memang tidak bisa dipisahkan karena ia merupakan bagian dari rukun iman.
Jadi sikap dan perbuatan orang yang beriman kepada hari akhir kakan lebih
tanggung jawab dan berhati-hati dalam melakukan sesuatu
c) Selalu mengerjakan amal kebaikan
Dengan beriman kepada hari akhir maka kita menyadari bahwa kehidupan
didunia tidak kekal, karena keimanan dan ketakwaan maka kita akan
berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
d) Hidup selalu Optimis
Hikmah lainya adalah hidup kita optimis. Hidup optimis ini diajurkan oleh
agama islam, kita tidak boleh berputus asa, kecewa dalam menghadapi
kesukaran hidup. Karena itu merupakan ujian dan harus dihadapi dengan
rasa ketabahan dan tawakal kepada Allah SWT.
e) Menumbuhkan sikap sabar
Iman kepada hari akhir menumbuhksn sikap sabar bagi seseorang, setiap
tindakan yang akan dilakukan memang benar-benar datang dari hati
sanubari yang penuh rasa iman. Ia sadar bahwa segala tindakannya itu harus
benar-benar sesuai dengan ajaran islam dan penuh rasa keimanan yang
mendalam. Hidup didunia seperti orang yang merantau, singgah sejenak
sambil berusaha untuk hidup, karena ia yakin hidup sementara dan nanti ada
hidup yang kekal dan abadi dialam akhirat.
6. Iman kepada Qada dan Qadar
Qada artinya ketetapan atau keputusan. Maksudnya ketetapan atau keputusan
Allah terhadapp makhluk-Nya atau segala sesuatu yag akan terjadi baik didunia
maupun di akhirat. Qadar artinya ketentuan. Maksudnya segala ketentuan terhadap
makhluk-Nya yang telah terjadi.
Iman kepada qada dan qadar ialah meyakini sepenuh hati bahwa Allah telah
menetapkan segala sesuatu (baik maupun buruk) atas hamba-hamba-Nya didunia dan
akhirat.
Allah menciptakan dunia ini lengkap dengan ketentuan-Nya dan segala hal yang
bersangkut paut dengan tiap makhluk, menurut batas-batas yang telah ditentukan oleh
Allah, misalnya ketentuan tentang umur, bahagia dan sengsara, sehat sakit dan
sebagainya. Semua dibawah keputusan Allah SWT.

A. Fungsi beriman kepada Qada dan Qadar


1. Menyadarkan manusia terhadap pentingnya ikhtiar dan tawakkal
Ikhtiar adalah berusaha dengan sungguh-sungguh dan tidak mengenal
putus asa. Tawakkal adalah berserah diri kepada Allah setelah berikhtiar.
Mengingat qada dan qadar meruapakn rahasia Allah yang tidak dapat
diketahui oleh siapapun maka manusia harus berusaha untuk mencapai
apa yang diharapkan, setelah itu manusia menyerahkan diri kepada
Allah terhadap takdir apa yang mau diberikan.
Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum


sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
(Q.S Ar-Ra’d: 11)
2. Meningkatkan kesabaran dalam menghadapi cobaan dan ujian
Dengan adanya takdir Allah, manusia tidak berkuasa karena segala
sesuatu ketetapan adalah dalan kekuasaan Allah, manusia tinggal
menerimannya, oleh sebab itu manusia harus menerima dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan dalam menerima ujian dari Allah kapan saja
dan dimana saja. Sebab, tanpa dilandasi kesabaran manusia akan
terbawa kepada jurang kesesatan dan keingkaran kepada Allah
3. Menyadari bahwa cobaan itu merupakan ketentuan qada dan qadar
Apabila kita gagal mencapai tujuan atau cita-cita kita harus sabar dan
terus berusaha, tidak boleh putus asa. Kewajiban kita hanyalah berusaha
sedangkan keputusan diserahkan kepada Allah SWT. Jika kita gagal
setelah berikhtiar hendaknya kita bertawakkal kepada Allah SWT. Hal
ini merupakan cobaan yang tidak lepas dari qada dan qadar Allah SWT.
2.4 HAL-HAL YANG DAPAT MERUSAK DAN MENIADAKAN IMAN

Pada dasarnya hal yang dapat merusak iman adalah segala hal yang menjadi
larangan Allah SWT. Karena iman merupakan wujud keyakinan kita kepada Allah,
sehingga ketika kita melakukan sesuatu yang menjadi larangan Allah maka keyakinan kita
akan Allah itu dapat berkurang atau diragukan. Namun, pada Makalah kami ini kami akan
menjabarkan beberapa larangan Allah yang umum dilakukan manusia dan hal tersebut
dapat merusak iman kita terhadap Allah.

1. Syirik

Syirik secara etimologi berarti menyekutukan atau menyamakan, dan secara


terminologi berarti menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang
merupakan kekhususan Allah, misalnya berdoa kepada selain Allah di samping berdoa
kepada Allah, mempersembahkan ibadah kepada selain Allah.

Selain itu syirik merupakan induk dari segala dosa besar, sebagaimana yang
dijelaskan Allah dalam firman-Nya, Q.S An-Nisa: 48:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar.”

2. Takabbur atau Sombong

Lawan dari sikap tawadhu‟adalah takbur atau sombong, yaitu sikap yang
menganggap diri lebih dan meremehkan orang lain. Karena sikapnya itu orang
sombong akan menolak kebenaran, kalau kebenaran itu datang dari orang yang
dianggap statusnya lebih rendah darinya.

Sifat sombong adalah warisan dari Iblis yag menolak Allah SWT. untuk
bersujud kepada Adam As. Karena Iblis mengklaim karena dirinya lebih mulia dari
Adam, karena Adam diciptakan dari tanah sedangkan Iblis diciptakan api. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah: 34:

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:


"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan
takabur dan adalah ia Termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

Karena kesombongannya itulah Iblis dikutuk oleh Allah SWT, dan karena
kesombongannya itu pula dia tidak berniat untuk meminta ampun kepada Allah
SWT. Oleh sebab itu para ulama mengatakan sifat sombong adalah induk dosa-
dosa.

3. Khianat

Lawan dari amanah adalah khianat, yang merupakan sebuah sifat yang sangat
tercela. Sifat khianat adalah sifat kaum munafik yang sangat dibenci oleh Allah
SWT, apalagi kalau yang dikhiantinya adalah Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu
Allah melarang orang-orang beriman untuk mengkhianati Allah, Rasul dan amanh
mereka sendiri, sebagaimana Firman-Nya dalam Q.S. AlAnfal: 27:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah


dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

4. Berbohong
Sifat bohong adalah sifat yang tercela yang merupakan kebalikan dari shidiq.
Rasulullah SAW. menyatakan, (mestinya) mukmin tidak mungkin jadi pembohong.
Rasulullah ditanya oleh para sahabat “apakah ada orag mukmin yang penakut? Nabi
bersabda: “Ada”. Beliau ditanya lagi: “apakah ada orang mukmin yang kikir?
Nabi menjawab “Ada”. Kemudian ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang
pembohong? Nabi menjawab: “Tidak Ada”. (HR. Malik)
Seorang mukmin harus menjauhi segala menjauhi segala bentuk kebohongan,
baik dalam bentuk pengkhianatan, mungkir janji, kesaksian palsu, fitnah, gunjing atau
bentuk-bentuk lainnya.
5. Jaza’
Lawan dari sifat sabar adalah jaza‟ yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah,
cemas, dan putus asa. Sebagaimana dalam firman Allah, dalam Q.S Ibrahim: 21
dan Q.S. Al-Ma’arijat: 19-22:

Artinya: “....sama saja bagi kita, Apakah kita mengeluh ataukah bersabar. sekali-
kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri".

Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang


yang dihinggapi sifat ini, bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan
akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan perjuangan.

2.5 PENGARUH IMAN DALAM KEHIDUPAN

Sebagian manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat mereka
indra. Bagi mereka, apa yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu pancaindra itu berarti tidak
ada. Sebagian lagi ada yang berpendirian bahwa mereka hanya dapat menerima kebenaran
sesuatu, bila hal itu masuk akal. Orang-orang seperti ini hanya mempergunakan akalnya untuk
menerima sesuatu, tanpa melibatkan unsur kepercayaan. Mereka menyamakan kepercayaan
dengan keterbelakangan karna itu mereka tidak mempercayai pada apa saja yang dianggap
tidak rasional. Padahal pada kenyataan sehari-hari seseorang tidak mungkin melepaskan diri
dari kepercayaan. Misalnya dalam perjalanan, ia mempercayakan keselamatannya kepada sopir
atau pilot. Dirumah dia mempercayakan masakannya kepada isteri. Di sekolah dia
mempercayakan pengajarannya kepada guru. Mempercayakan itu didasari oleh rasa percaya.
Tanpa kepercayaan, hidup ini akan sulit dan repot. Misalnya, semua calon penumpang bus
harus menguji terlebih dahulu kemampuan sopirnya sebelum mau naik kendaraan itu , atau
calon penumpang pesawat harus menguji dulu kemahiran pilotnya dalam menerbangkan
pesawat. Betapa repot dan semrawutnya.
Banyak ahli dibidang kedokteran jiwa, psikologi, sosiologi, dan lain-lain, yang
melakukan penelitian mengenai daya tahan manusia menahan kesulitan yang datang bertubi-
tubi dalam kehidupannya. Mereka akhirnya sampai kepada kesimpulan, bahwa yang dapat
dijadikan perisai untuk semua itu ialah kepercayaan yang kuat kepada Yang Mahakuasa,
walaupun kepercayaan itu dasarnya berlain-lainan.

Dalam kehidupan dunia manusia selalu berhadapan dengan masalah. Jalan yang
ditempuhnya kadang-kadang datar, kadang-kadang naik, dan kadang-kadang turun. Ia akan
bertemu dengan nikmat dan bencana, bahagia dan musibah dan sebagainya. Dalam menghadapi
kehidupan yang demikian itu, manusia memerlukan tempat berpijak berupa iman. Apabila
iman sudah menjadi landasan hidupnya, maka ia akan mampu menguasai keadaan yang
dihadapinnya, dan bukan keadaan yang menguasainya, pengaruh iman terhadap kehiduapan
manusia sangat besar. Di bawah ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman
pada kehidupan manusia.

1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda


Orang yang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolonganNya, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencaegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka
tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan
dan keyakinan yang demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang
kebetulan sedang memegang kekuasaan; menghilangkan kepercyaan kepada
‘kesaktian’ benda-benda keramat; mengikis kepercayaan kepada khurafat,takhyul,
jampi-jampi, dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman dalam hal ini, adalah
firman Allah Surat Al-Fatihah, ayat 1-7, yang dibaca berulang-ulang paling sedikit 17
kali dalam sehari semalam.

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut


Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara
manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran karena takut menghadapi resiko.
Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian itu ditangan Allah. Pegangan
orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Alah:
“Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” . (An-Nisaa’,4:78)

3. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehiduapan


Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya karena kepentingan
kehidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah:

“Dan tidak ada satu binatang melatapun melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,
dan Dia mengetahui tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (lauh mahfud)”.(Hud, 11:6)

4. Iman memberikan ketentraman jiwa


Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram
(mutmainnah), jiwanya tenang (sakinah), seperti firman Allah:

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin


supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)”.
(Al-Fath, 48:4)

5. Iman mewujudkan kehidupan yang balk (hayatan tayibah)


Kehidupan manusia yang baik ialah kehidupan orang-orang yang selalu
melakukan kebaikan, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa telah mereka kerjakan”.(An-Nahl, 16:97)

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen


Iman memberikan pengaruh bagi seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas,
tanpa pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman akan senantiasa konsekuen
dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia
berpedoman kepada firman Allah:

Katakanlah: ”Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk


Allah, Tuhan semesta Alam.”(Al-An’aam, 6:162)

7. Iman memberikan keberuntungan


Orang yang beriman akan selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah
membimbing dan mengarahkannya kepada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntungdalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah:

Mereka itulah yang akan tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, aan merekalah
orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)
Demikianlah pengaruh manfaat iman pada kehiduapan manusia, ia bukan
hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang
mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri
dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram,
damai, dan sejahtera.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu adalah suatu yang menjadi sarana penyingkap berbagai perkara sesuai dengan
faktanya (ma tankasyifu bibil umur ala baqa’iqiba) Sedangkan Iman secara bahasa
adalah mashdar (akar kata) dari amana, yu’minu, imanan. Ibnu Faris berkata “amana
yang terdiri dari hamzah, mim dan nun memiliki dua makana yang saling berdekatan.
Pertama, maknanya adalah amanah yang merupakan kebalikan kata khianat, yang
berarti tentramnya hati. Kedua, maknanya adalah membenarkan; kedua makna ini
berdekatan.
Ilmu iman ialah ilmu yang mengkaji tentang penetapan akidah agama berdasarkan
dalil-dalil rasio (aqli) dan naqli yang meyakinkan dan menghilangkan keraguan.
Beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia diantaranya:
 Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
 Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
 Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
 Iman memberikan ketentraman jiwa
 Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayibah)
 Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
 Iman memberikan keberuntungan

3.2 Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan dengan diselesaikannya makalah ini, baik
pembaca maupun penyusun dapat mengerti tentang iman dan pengaruhnya bagi
kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi dkk. 2002. Buku teks pendidikan agama islam pada perguruan tinggi umum.
Jakarta: departemen agama RI

Khalid, Abdul Rahman Abdul. 2004. Garis Pemisah Antara Kufur Dan Iman. Jakarta: Bumi
Aksara

Az-Zidani, Syeikh Abdul Majid.2007. Samudera Iman. Jogjakarta: Diva Press

Guru, Abdi dkk. 2004. Ayo Belajar Agama Islam. Jakarta: Erlangga

Rahmat, A dkk. 2004. Pendidikan Agama Islam 1. Bandung: PT Remaja Rondakarta

Syamsuri, 2004. Pendidikan Agama Islam Sma Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Aminuddi dkk, 2004. Pendidikan Agama Islam 3. Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai