Anda di halaman 1dari 16

INTEGRASI IMAN, ISLAM DAN

IHSAN DALAM MEMBENTUK MANUSIA


SEUTUHNYA

Disusun Guna Memenuhi


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen Pengampu : Siti Nurislamiah, S.Pd.I., M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 (2C)

1. Kasyfi Abi Derawa (2101030)


2. Razwa Praulan (2101030099)
3. Disha Aqmarina A (2101030100)
4. Muhammad Geri Suwandi (2101030)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVESITAS ISLAM SYEKH YUSUF – TANGERANG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan hidayat
serta taufik-Nya karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Integrasi Iman, Islam dan Ihsan dalam
Membentuk Manusia Seutuhnya” selesai tepat pada waktunya. Tentu saja dalam
penyelesaian makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih khususnya
kepada:

1) Ibu Siti Nurislamiah, S.Pd.I., M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang telah memberikan arahannya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
2) Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon
saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di kemudian hari.
Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.

Tangerang, 10 Maret 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
IMAN.........................................................................................................................................5
Iman dan amal shalih sebagai modal pendidikan........................................................................5
Iman dan Eksistensi Umat..........................................................................................................5
Pembentukan Iman, Karakter Dan Kepribadian..........................................................................6
Hadis yang menyatakan rukun iman...........................................................................................6
ISLAM.......................................................................................................................................8
IHSAN........................................................................................................................................9
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN..........................................................................10
KONSEP INSAN KAMIL........................................................................................................11
PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI...............................................................................12
INSAN KAMIL DALAM AL-QURAN...................................................................................12
CARA MEMPEROLEH DERAJAT INSAN KAMIL..............................................................13
BAB III.........................................................................................................................................15
PENUTUPAN..............................................................................................................................15
2.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15
2.2 Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Allah SWT menciptakan alam semesta ini hanya untuk semua manusia di
alam ini yang mendambakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Semua itu dapat
dicapai bila jiwa manusia benar-benar tertanam dalam keimanan, Islam, dan ihsan.
Mengingat pentingnya akhlak dalam Islam, maka semua umat Islam harus
mempelajari dan memahami masalah-masalah Islam untuk penegakan hukum Islam
secara maksimal, dan mengetahui hukum mandi Islam dan masalah-masalahnya, Kita
harus melakukannya di tempat yang sebenarnya. Dan untuk memudahkan umat Islam
memahaminya. Dalam mempelajari agama murni, kita membutuhkan iman karena
kita percaya pada sesuatu yang tidak terlihat untuk memahaminya dengan baik dan
untuk dapat melakukannya dalam aktivitas kita sehari-hari. Dalam hal ini, selalu
dorong kita untuk berbuat baik kepada semua orang. Dalam Islam, Anda perlu
mengenal istilah Iman, Islam, dan Ihsan. Kedudukan kasih sayang dalam hidup ini
sangatlah penting.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Cara mengetahui pola


pembentukan manusia seutuhnya melalui Iman, Islam dan Ihsan”.

1.3 Tujuan

1) Untuk memahami definisi Iman, Islam dan Ihsan secara keseluruhan serta
mengetahui hubungan ketiganya
2) Untuk mengetahui Pembentukan Iman, Karakter Dan Kepribadian
3) Pembaca dan penulis diharapkan memahami cara memperoleh derajat insan
kamil

4
BAB II

PEMBAHASAN

IMAN

Iman menurut bahasa artinya mempercayai ucapan seseorang dengan penuh


keyakinan dengan bersandar padanya. Sedangkan menurut istilah syara’, iman artinya
mempercayai dengan penuh keyakinan berita-berita Rasulullah saw tanpa melihatnya
semata-mata bersandar kepada beliau  Rasulullah SAW. Inti daripada keimanan
adalah mempercayai hal-hal yang gaib seperti yang menjadi rukun iman yang enam
semuanya adalah berhubungan dengan perkara-perkara ghaib. Al-Qur’an yang
dipercayai sebagai sumber ajaran pertama menjelaskan segala hal secara tersurat
maupun tersirat dari A hingga Z dan telah banyak menyinggung tentang keimanan.
Jika kita cermati dan lihat dari surat Al-Anfal ayat 74 jika dikaitkan dengan ayat 2-4,
di akhir ayat ditutup dengan kata "Mereka itulah orang-orang yang benar-benar
beriman". Hanya saja lengkapnya dalam ayat 4 "Bagi mereka derajat yang tinggi
disisi Rabb mereka”, Maghfirah dan pahala yang besar. Dalam dua ayat ini ada
pengertian iman yang lebih lekat dengan pembentukan iman individual dan iman
komunal yang kedua-duanya harus dibangun untuk menciptakan umat yang memiliki
karakter. 

Iman dan amal shalih sebagai modal pendidikan


Iman dan amal shalih sebagai modal keyakinan merupakan isu yang sangat
penting dalam kehidupan. Inti dari iman adalah percaya pada yang supranatural,
karena keenam rukun iman berhubungan dengan yang supranatural. Amal adalah
pekerjaan atau aktivitas seseorang. Dalam agama, sedekah terdiri dari dua hal:
perbuatan baik (amal baik) dan perbuatan buruk (amal sayyiat). Perbuatan baik adalah
tindakan mengikuti pelajaran agama atau tindakan mengikuti Sunnah Rasullullah
SAW. Sedangkan amal sayyiah merupakan amal yang tidak mengikuti atau bahkan
bertentangan dengan syariat dan sunnah Rasullullah SAW. Amal shalih merupakan
kelanjutan dan bukti dari keimanan seseorang. Oleh karena itu dalam Al-Qur`an
biasanya setelah kata iman kemudian diikuti dengan kata amal shalih. Pendidikan
dalam bahasa Arab disebut tarbiyah yang berarti proses persiapan dan pengasuhan
manusia pada fasefase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi
dan kanak-kanak.

Iman dan Eksistensi Umat


Dari surat Al-Anfal ayat 74 jika dikaitkan dengan ayat 2-4, di akhir ayat
ditutup dengan kata "Mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman". Hanya
saja lengkapnya dalam ayat 4 "Bagi mereka derajat yang tinggi disisi Rabb mereka,

5
Maghfirah dan pahala yang besar. Dalam dua ayat ini ada pengertian iman yang lebih
lekat dengan pembentukan iman individual dan iman komunal yang kedua-duanya
harus dibangun untuk menciptakan umat yang memiliki karakter.

Pembentukan Iman, Karakter Dan Kepribadian


Setiap orang diciptakan dengan karakter dan kepribadian yang berbeda-beda.
Selain itu, keimanan seseorang tidak dapat dinilai melalui kacamata dunia, tetapi
hanya dapat dinilai oleh Allah. Namun, salah satu hal yang mempengaruhi kehidupan
seseorang adalah pengaruh budaya. Lingkungan tempat tinggal seseorang merupakan
faktor penting tentang bagaimana seseorang menjalani kehidupannya. Iman, karakter
dan kepribadian seseorang dibentuk oleh berbagai proses dan tidak dapat disangkal
bahwa budaya ikut berperan di dalamnya. (Delsya Salonga OSF Preprints. December
7, 2021)

Hadis yang menyatakan rukun iman


Dalam sebuah hadits disebutkan suatu ketika Rasulullah SAW didatangi
seorang manusia lalu ditanya apakah Iman itu. Rasulullah SAW lalu bersabda:

ٍ ‫سو َل هَّللا ِ َما‬ ُ ‫س فََأتَاهُ َر ُج ٌل فَقَا َل يَا َر‬ِ ‫سلَّ َم يَ ْو ًما بَا ِرزًا لِلنَّا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ُ ‫عَنْ َأبِي ُه َر ْي َرةَ قَا َل َكانَ َر‬
ُ ‫اِإْل ي َمانُ قَا َل َأنْ تُْؤ ِمنَ بِاهَّلل ِ َو َماَل ِئ َكتِ ِه َو ِكتَابِ ِه َولِقَاِئ ِه َو ُر‬
ِ ‫سلِ ِه َوتُْؤ ِمنَ بِا ْلبَ ْع‬
‫ث اآْل ِخ ِر‬

Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada suatu
hari berada di hadapan manusia, lalu seorang laki-laki mendatanginya seraya berkata,
Wahai Rasulullah, apakah iman itu? Beliau menjawab, Kamu beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-Nya, beriman kepada kejadian pertemuan dengan-Nya, beriman
kepada para Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari kebangkitan yang akhir. (HR.
Bukhari Muslim) [ No. 9 Syarh Shahih Muslim] Shahih. Di dalam kitab Jawahirul
Kalamiyah Fi Idhahil A’qidah Al-Islamiyyah karya Syekh Thahir Al-Jazairi
dituliskan sebagai berikut:
ْ َ‫ستَّةُ ا‬
ُ‫ َوااْل ِ ْي َمان‬،‫ َوااْل ِ ْي َمانُ بِ ُكتُبِ ِه‬،‫ َوااْل ِ ْي َمانُ بِ َمالَِئ َكتِ ِه‬،‫ َو ِه َي ااْل ِ ْي َمانُ بِاهللِ تَ َعالَى‬:‫شيَا َء‬ ْ ِ ‫اَ ْر َكانُ ا ْل َعقِ ْي َد ِة ااْل‬
ِ ‫سالَ ِميَّ ِة‬
ُ ‫بِ ُر‬.
‫ َوااْل ِ ْي َمانُ بِا ْلقَ َد ِر‬،‫ َوااْل ِ ْي َمانُ بِا ْليَ ْو ِم ااْل َ ِخ ِر‬،‫سلِ ِه‬
“Rukun-rukun aqidah Islamiyah itu ada enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman
kepada malaikat-malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada rasul-
rasulNya, iman kepada Hari Akhir, dan iman kepada takdir (yang baik maupun yang
buru
Berikut penjelasan enam rukun iman:

6
1. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah yang paling mendasar dan mendasar dari semua ajaran
Islam dan harus diyakinkan oleh pengetahuan tertentu, seperti pengetahuan yang
terkandung dalam kalimat syahadat "laailaa hailallah".

2. Iman kepada Malaikat


Kita wajib beriman kepada para malaikat oleh karena Al-Qur’an dan Nabi
memerintahkannya sebagaimana wajibnya beriman kepada Allah dan para Nabinya.
Namun, ada 10 malaikat yang wajib diimani yakni:

1) Malaikat Nakir bertugas menanyakan ruh di alam kubur


2) Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu
3) Malaikat Malik bertugas menjaga pintu neraka
4) Malaikat Izrail bertugas mencabut ruh
5) Malaikat Mikail bertugas mengatur kesejahteraan makhluk (rezeki)
6) Malaikat israfil bertugas meniup sangkakala
7) Malaikat Atid bertugas mencatat amal buruk manusia
8) Malaikat Munkar bertugas menanyakan ruh di alam kubur
9) Malaikat Raqib bertugas mencatat amal baik manusia
10) Malaikat Ridwan bertugas menjaga pintu surga

3. Iman kepada Kitab-Kitab Allah


Allah menurunkan wahyu berisi petunjuk-petunjuk suci kepada para utusannya.
Petunjuk itu kemudian dihimpun menjadi kitab suci yang di namakan kitab-kitab
Allah, diantaranya adalah:

 Al Quran (diturunkan untuk Nabi Muhammad SAW),


 Injil (diturunkan untuk Nabi Isa),
 Taurat (diturunkan untuk Nabi Musa)
 Zabur (diturunkan untuk Nabi Daud).

4. Iman kepada Nabi dan Rasul


Muslim juga wajib mengimani nabi dan rasul yang diutus Allah SWT. Ada 25
nabi dan 5 rasul yang wajib diimani mulai dari Nabi Adam as hingga terakhir Nabi
Muhammad SAW. Sedangkan lima rasul yang juga disebut ulul azmi karena memiliki
ketabahan luar biasa dalam menghadapi umatnya ada lima yakni, Nabi Muhammad
SAW, Nabi Ibrahim As, Nabi Musa As, Nabi Nuh As, dan Nabi Isa As.

5. Iman kepada Hari Akhir (Kiamat)

7
Muslim juga wajib mengimani adanya hari akhir atau hari kiamat yang pasti
terjadi. Karena itu, Muslim perlu membekali diri dengan amal ibadah dan berbuat
baik sebanyak-banyaknya dengan tidak menunggu hingga menjelang kiamat karena
hanya akan berbuah penyesalan.Iman kepada Takdir Qadha dan Qadar (Baik dan
Buruk)

6. Iman kepada Takdir Qadha dan Qadar (Baik dan Buruk)

Terakhir, umat muslim juga mesti mempercayai adanya qadha dan qadar atau
takdir baik dan buruk. Sebab, semuanya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Yang
perlu dilakukan Muslim hanyalah selalu berbuat baik dan beribadah kepada Allah
SWT agar selamat di dunia dan akhirat.

ISLAM

Pengertian
Terminologi Islam secara bahasa (secara lafadz) memiliki beberapa makna.
Makna-makna tersebut ada kaitannya dengan sumber kata dari "Islam" itu sendiri.
Islam terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam", dan "Mim".
Beberapa kata dalam bahasa Arab yang memiliki huruf dasar yang sama dengan
"Islam", memiliki kaitan makna dengan Islam. Dari situlah kita bisa mengetahui
makna Islam secara bahasa. Jadi, makna-makna Islam secara bahasa antara lain: Al
istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan sejahtera),
As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau tadarus). 

a. Al- Istislam (berserah diri)


Al istislam juga memiliki huruf dasar yang sama dengan "Islam", yaitu Sin, Lam,
dan Mim. Sehingga Al istislam atau berserah diri merupakan makna lain dari Islam
secara bahasa. Allah SWT berfirman, "Maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.” serta "Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-
tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
b. Saleem (suci bersih)
 As-salaamah berarti suci bersih. Di dalam Al Qur'an dijelaskan bahwa penganut
dinul Islam memiliki hati yang bersih (qalbun salim) saat menghadap kepada Allah
Yang Maha Suci. allah berfirman, “kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.” 
Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang suci dan bersih. Islam
membawa ajaran kesucian dan kebersihan. Suci bersih di sini adalah dalam segala hal,

8
baik dari segi fisik, akhlak, pikiran, dan sebagainya. Dalam hal fisik misalnya Islam
mengajarkan penganutnya agar bersih pakaian dan tempat. Sebelum shalat, kita pun
diwajibkan untuk bersuci dengan berwudhu. Kalaupun tidak ada air, bersuci tetap
diwajibkan, yaitu dengan tayamum. Dalam surat Ash Shaffat: 84: "(ingatlah) ketika ia
(Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci”
c. Salam (selamat / sejahtera) 
"Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu,
maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara kamu
lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan
perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." As-
Silmu bermakna perdamaian. Lafaz As-silmu ini tersirat dalam Al Qur’an pada surat
Muhammad (47) ayat 35 yang berbunyi, “Janganlah kamu lemah dan minta damai
padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak
akan mengurangi pahala amal-amalmu.”

d. Sullam
Sullam memiliki huruf dasar yang sama dengan Islam, yaitu Sin Lam dan Mim.
Sullam artinya tangga. Istilah Sullam digunakan di beberapa ayat di Al Qur'an.
Contohnya pada surat At-Tur ayat: 38 berikut ini: "Ataukah mereka mempunyai
tangga/sullam (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)?
Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu
keterangan yang nyata.
e. al-silmu
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang
nyata bagimu.” Berkaitan dengan ayat di atas, oleh sekelompok muslim dijadikan
rujukan untuk mengkampanyekan istilah “Islam Kaffah” atau “Islam utuh”. Dalam
pandangan mereka, ayat ini merupakan ajakan wajib bahwa setiap muslim harus
menjalankan ajaran Islam secara utuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki; dari
bangun tidur sampai tidur kembali. Tidak jelas makna utuh yang dimaksudkan karena
keutuhan itu ternyata sangat bergantung pada pemahaman tertentu tentang Islam.
Ketika pemahaman tentang Islam bercorak fiqih, maka keutuhan yang dimaksud
adalah keutuhan dalam konteks fikih. Itu pun masih dipengaruhi hanya oleh mazhab
tertentu dalam fikih sambil mengabaikan mazhab-mazhab yang lain. Puncak idealisasi
Islam Kaffah adalah mendirikan sebuah negara yang berasaskan Islam karena,
menurut logika mereka, tanpa negara Islam tidak dapat dijalankan secara utuh. 
(Nurcholish Madjid, Jakarta: Paramadina, 1995).

IHSAN
Kata Ihsan berasal dari hasuna yang berarti baik atau bagus. Kata Ihsan
(berbuat baik) merupakan kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yakni
perbuatan seseorang untuk melakukan perbuatan yang ma‟ruf dan menahan diri dari

9
dosa. Ihsan merupakan jalan menuju kesempurnaan melakukan perintah yang
diwajibkan, maka wajib hukumnya. Rasulullah Saw bersabda, “kamu menyembah
Allah seakan-akan melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya; sesungguhnya
Allah melihatmu”. Ihsan berarti berbuat baik, sedangkan mukhsin merupakan sebutan
untuk orang yang Ihsan yang artinya orang yang berbuat baik. Ihsan menurut aqidah
islam adalah berbuat kebaikan dengan niat ibadah kepada Allah atau dilihat Allah
SWT. Perwujudkan Ihsan ini adalah perbuatan dan amal yang dihiasi dengan budi
pekerti yang rendah dan ahklak yang luhur.
Mengamalkan Ihsan dalam kehidupan masyarakat akan memunculkan rasa
cinta, persaudaraan, kasih sayang, dan saling mencintai. Oleh karena itu, Ihsan
diharuskan dalam kehidupan sosial, dibayangi oleh rasa cinta, tolong-menolong,
tanggung jawab, rasa persatuan, rasa persaudaraan antara Muslim dan non-Islam, dan
rasa pengampunan dan wajah bahagia. Anda akan dapat menjatuhkan. Semua itu
tercermin dalam pergaulan, akhlak, dan pergaulan Rasulullah SAW. Unsur ketiga dari
pemahaman Islam adalah Ihsan. Yaitu, iman (iman), perbuatan (Islam), dan kebajikan
(Islam).
Ihsan juga memiliki arti memperindah segala perbuatan yang kita lakukan.
Ihsan memiliki 3 tingkatan, berbuat kebaikan yang telah semestinya dikerjakan yang
menyangkut harta, kata-kata, tindakan, dan segenap keadaan.
1. berbuat kebaikan yang telah semestinya dikerjakan yang menyangkut
harta, kata-kata, tindakan, dan segenap keadaan.
2. beribadah dengan penuh kehadiran dan kesadaran, seperti seseorang
yang benar-benar melihat tuhannya.
3. merenungkan dan memikirkan Allah dalam semua sesuatu dan setiap
saat. (Totok Jumantoro Jakarta : Amzah, 2005).

HUBUNGAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Ibaratnya, Islam seperti pohonnya, lalu Iman merupakan bagian akar,


sedangkan Ihsan merupakan buah dari pohon tersebut. Iman ada di hati, Islam ada di
amalan, Ihsan ada di hati, di amalan seluruh tubuh. Iman, Islam, dan Ihsan dapat
dibedakan dari perdebatan dan pokok bahasannya, tetapi keyakinan terhadap
keyakinan yang terkandung dalam akal membutuhkan anggota tubuh kita berupa
perbuatan untuk dibuktikan dengan iman, sehingga pada kenyataannya ketiganya
tidak dapat dipisahkan. Islam mengharuskan ini dilakukan dengan cara yang konsisten
dengan iman. Untuk mencapai semua itu semaksimal mungkin, kita harus bersabar
sebagai berikut:
Al-Qur‟an surat Hud ayat 115 :

ِ ‫َواصْ ِبرْ َفاِنَّ هّٰللا َ اَل ي‬


‫ُض ْي ُع اَجْ َر ْالمُحْ ِس ِني َْن‬
 “Dan bersabarlah, karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-
orang yang berbuat kebaikan”.

10
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattabr.a. umat Islam
menggambarkan tiga elemen penting agama Islam: iman, Islam, dan Ihsan. Setelah
itu, para ulama mengembangkan Imu-ilmu Islam untuk memahami tiga unsur. Umat
Islam Indonesia lebih mengenal konsep akidah, syariah, dan akhlak daripada ketiga
unsur dan komponen Islam. Aqidah adalah pembagian agama untuk memahami rukun
iman. Syariah adalah pembagian agama untuk memahami rukun Islam. Dan akhlak
adalah ladang agama untuk memahami rukun kasih sayang.
Tindakan melakukan sesuatu untuk mencapai tingkat Isan harus dimulai
dengan iman yang benar-benar kuat dan fitrah Tuhan yang mempercayakan fitrah
manusia pada apa yang telah diberikan kepadanya. Allah menuntut manusia untuk
mencapai tingkat Ihsan dalam kehidupan sehari-harinya. (Thoha Putra, 1989, h. 345).

KONSEP INSAN KAMIL

Istilah insan kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh


Syekh Ibn Araby (abad ke-14). Insan kamil berarti orang yang suci, murni, polos,
sempurna. Lebih khusus lagi, adalah manusia yang egonya mencapai kekuatan
tertingginya. Artinya, ketika ego (konsep diri atau prinsip) dapat sepenuhnya menekan
pemikiran, bahkan ketika bersentuhan langsung dengan apa yang diikat oleh ego (ego
mutlak atau Tuhan).

Keinginan untuk sangat dekat dengan Tuhan ini biasa disebut sebagai cucian
kehidupan di kalangan sufi. Dan dalam menjalani kehidupan mencuci itu, mereka
(kaum sufi) berusaha untuk mengambil dirinya dari kehidupan duniawi disamping
sewaktu-waktu berkontemplasi, yaitu dengan jalan mengarah sifat yang mirip dengan
yang mutlak. Akan tetapi tidak sembarang orang yang dapat melaksanakannya.
Menurut para kaum sufi, orang-orang tingkat pertama yang hidup di dekat citra Tuhan
adalah para Nabi, kemudian para sufi khusus dan para sufi khusus dari para wali.
Karena kemampuan manusia, kita tidak dapat berhasil mencapai tingkat kehidupan
yang begitu sempurna.

Kaum sufi mengetahui bahwa hal itu dimungkinkan karena seseorang melalui
proses pemurnian pikirannya, kemudian mengisi alam suci dengan jiwa sucinya, dan
kemudian bersentuhan dengan yang mutlak. Ini adalah cara hidup yang mengarah
pada "ke-Tuhan-an". Ada berbagai denominasi di dunia Sufi yang mengikuti jalan
berbeda untuk sedekat mungkin dengan Tuhan. Salah satunya untuk berbagi debat
adalah metode (ide) yang diberikan oleh tokoh sufi Al-Jili melalui idenya, Insan
Kamil. (Dr. h.aceng kosasih, m.ag)

11
PENGERTIAN MENURUT PARA AHLI

Menurut Khan Sahib Khaja Khan, kata "'insan" dipandang berasal dari turunan
sejumlah kata. Misalnya "'uns" yang artinya cinta. Padahal yang lain melihatnya
bermuka dari kata "nas" yang artinya pelupa, karena manusia hidup di dunia dimulai
dari terlupa dan berakhir dengan terlupa. Yang lain lagi berkata asalnya adalah "ain
san", “seperti mata". Manusia adalah mata, dengan nama Tuhan meberikan sifat dan
asma-Nya secara terbatas. Insan Kamil, akhirnya adalah cermin yang merupakan
cerminan dari sifat dan asma Tuhan". Dalam Insan Kamil, Tuhan tidaklah sebuah
layar untuk makhluk-Nya, dan makhluk tidak akan tertabiri dari Khalik. Ia merupakan
seimbang dalam kedua arah. Ia adalah seseorang yang telah membuat suluk
(perjalanan pencarian) mengarah Tuhan dan bersama Tuhan, dan memenuhi titik
Haqiqat-i-Muhammadi, yang Al-Quran 53:9), sebuah titik yang berjarak dua busur
atau bahkan lebih dekat lagi.

Menurut al-Jili, Insan Kamil adalah dia yang berhadapan dengan Pencipta dan
pada saat yang sama juga dengan makhluk. Insan Kamil atau manusia sempurna
myakni quib atau axis, tempat semua sesuatu berpindah-pindah dari mula hingga
akhir. sebab itu segala sesuatu menjadi jelas, bahwa dia merupakam satu (wahid)
untuk selamanya. Ia mempunyai beberapa bentuk dan ia datang dalam kana'is atau
rupa yang beragam. Untuk menghormati hal yang seperti itu, maka namanya
dipanggil secara berlain dan untuk menghormati selain daripadanya, bahwa panggilan
nama yang seperti itu tidak dilakukan pada mereka. Siapakah dia? Nama sebenarnya
adalah Muhammad, nama untuk kehormatannya adalah Abdul Qosim, dan gelarnya
Syamsudin atau Sang Menteri Agama. Suatu pengetahuan pernah disampaikan oleh
al-Jili, ya itu menurutnya: "sekali waktu saya bertemu dengan dia dalam wujudnya
persis seperti syekh saya, Syarifuddin (Drs h.aceng kosasih ,m.ag

INSAN KAMIL DALAM AL-QURAN

Kata insan ialah berasal dari kata al-uns, nasiya dan an-nisa maka bisa dapat
di katakan bahwa kata insan menunjuk suatu pengertian yang ada kaitanya dengan
sikap lahir dari adanya kesadaran dan penalaran.singkat nya insan itu dipakai untuk
menunjukan kualitas pada pemikiran dan dan kesadaran.. Kata Insân diartikan sebagai
manusia, ini berdasarkan beberapa rujukan ayat, seperti pada surat al-Ashr, ayat ke 2
disebutkan kata Al-Insân yang berarti manusia 

ْ ‫سانَ لَفِ ْي ُخ‬


:  ‫س ۙ ٍر‬ َ ‫اِنَّ ااْل ِ ْن‬

Artinya : Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,(Q.S al-Ashr : 2 )   

Menurut Murtadha Muthahhari manusia sempurna ( Insân Kamil ) yakni mempunyai


ciri-ciri sebagai berikut : 

12
1. Jasmani

Di dalam jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan. di dalam jiwa
orang Islam memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terlebih utama berhubungan
dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakan agama islam. Dalam surah al-Anfal
: ayat 60 disebutkan agar orang islam mempersiapkan kekuatan dan pasukan berkuda
untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Jasmani yang sehat serta kuat berkaitan pula
dengan menguasai keterampilan yang diperlukan dalam mencari rezeki untuk
kehidupan. 

2. Cerdas dan pintar.

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menuntaskan persoalan dengan cepat


serta tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan misalnya
banyak memiliki isu. Di dalam surah az- Zumar : ayat 9 disebutkan antara orang
mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya hanya orang yang
barakallah yang dapat menerima pelajaran.

3. Rohani

Rohani yang berkualitas tinggi. Qalbu yang ma‘rifat kepada Allah SWT
merupakan qalbu yg berisi iman dan takwa pada Allah SWT, qalbu yang beriman itu
ditandai keliru satunya artinya mengerjakan shalat, Bila ia khusu dalam mengerjakan
shalat, disebutkan ayat-ayat Allah maka bergetarlah hati mereka lalu bersujud dan
menangis. Sifat-sifatnya terdiri asal : Keimanan, ketaqwaan, Keadilan, Keilmuan,
Ketertiban, Kegigihan pada kebaikan serta kebenaran, Persaudaraan, Persepakatan
pada kehidupan, deretan umah, untuk cara-cara mencapainya merupakan
menggunakan mengucapkan Istigfar kepada Allah Swt, tulus, tabah, cermat, optimis
dan serta Syukur. Kemudian kata manusia diistilahkan juga dalam Al-Quran dengan
istilah basyar kata basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia
sebagai basyar, melalui tahapan-tahapan sehingga mencapai tahapan kedewasaan.
Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat al-Rum: ayat 20.  

ٍ ‫ َو ِمنْ ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَنْ َخلَقَ ُك ْم ِّمنْ تُ َرا‬                 


  َ‫ب ثُ َّم اِ َذٓا اَ ْنتُ ْم بَ َش ٌر تَ ْنتَ ِش ُر ْون‬
      Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu
dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.(Q.S
al-Rum : 20) 

CARA MEMPEROLEH DERAJAT INSAN KAMIL


Rusdia “ Pemikiran Ahmad Tafsir tentang Manajemen pembentukan Insan
Kamil” ( AtTanbaw Vol. 2 No.2 tahun 2017) Di Dalam Penelitiannya ia memaparkan.
manusia diciptakan ilahi Secara sempurna. Kesempurnaan itu pada hakikatNya
menjadikan nya tidak sama menggunakan makhluk yang lain. insan dikaruniai
potensi, keunikan, dan keistimewaan, manusia dijadikan Khalifah dimuka bumi ini

13
pada diri manusia terpancar Nur Allah dan tipuan ruh yang kuasa, semua alam
semesta ini ditundukan sang Allah hanya untuk insan.

Dalam mencapai derajat insan kamil, seseorang harus memulainya dengan


melakukan pengalaman rukun Islam secara baik dan dilakukan secara lahir dan batin.
Dari segi lahir hendaknya manusia dalam melakukan amalanamalan tersebut
dilakukan dengan merujuk pada ketentuan syari’at, sementara dari segi batin adalah
dengan melakukan penghayatan terhadap amalan-amalan yang dilakukan tersebut.

Untuk mencapai kesempurnaan hakiki berupa “insan Kamil “ manusia


membutuhkan bimbingan serta proses pendidikan. serta setiap pendidik haruslah
memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lainnya, akhlak yang mulia ialah tiang
pendidikan Islam, Pemikiran Ahmad Tafsir perihal ” pendidikan membentuk manusia
Kamil” mengundang arti bahwa konsep manusia Kamil sangat relevan dengan tujuan
pendidikan Nasional, maupun tujuan Pendidikan Islam yang disepakati beberapa ahli
ilmu pendidikan sama-sama ingin membentuk manusia atau siswa yg cerdas, dan
beriman bertaqwa. (Akilah Mahmud Vol.9 No. 2 tahun 2004).

14
BAB III

PENUTUPAN

2.1 Kesimpulan
Seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak
yang utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari aqidah dan bagian
terbesar dari keislamannya karena, islam di bangun atas tiga landasan utama, yaitu
iman, islam, dan ihsan, seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah Saw.dalam
haditsnya yang sahih . Hadits ini menceritakan saat Rasulullah Saw. Menjawab
pertanyaan malikat jibril – yang menyamar sebagai seorang manusia – mengenai
islam, iman, dan ihsan. Setelah jibril pergi, Rasulullah Saw. Bersabda kepada
sahabatnya, “ inilah jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama
kalian.” Beliau menyebut ketiga hal diatas sebagai agama, dan bahkan Allah Swt.
Memerintahkan untuk berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-qur’an.   Jadi,
Islam, iman, dan ihsan merupakan suatu aspek yang membentuk sebuah rangkaian
kesatuan yang saling mengait satu sama lain. 

2.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Jumantoro, Totok. Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta: Amzah,
2005.

Mahmud, Akilah. Jurnal Aqidah Filsafat UIN Alauddin Makasar, “Insan Kail
Prespektif Ibn’ Arabi” Sulesena. Vol.9 No. 2 tahun 2004

Madjid, Nurcholish. Jakarta: Paramadina, 1995

Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Semarang :


Thoha Putra, 1989.

Basri, Muhammad Mu’inudinillah. Universitas Muhammadiyah


Surakarta, 2009

Salonga, Delsya. OSF Preprints. December 7, 2021

Japar. Ilmu Hadits. 2014

Habibie Yusuf Fak. Tarbiyah Dan Keguruan Uin Syarif Hidayatullah

Amien Wahyudi. Jurnal Fokus Konseling 2 (2), 2016

Pamungkas, Darmawan. Konsep Ihsan Dalam Al-Qur’an


Perspektif Tasawuf. 2019

16

Anda mungkin juga menyukai