Anda di halaman 1dari 12

TUKAS MAKALAH

MENGINTEGRASI IMAM,ISLAM DAN IHSAN

DALAM MEMBENTUK IHSAN KAMIL

OLEH

NAMA : ISMAN

STAMBUK : C1E121112

KELAS : B ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan segala
rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyusun Makalah dengan tema ‘Mengintegrasikan
iman,islam,dan ihsan dalam membentuk islam kaml’ ini tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asep Adi Ismanto,S.Th.I, M.Pd.I selaku Dosen Pendidikan
Agama Islam (PAI) kami yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami mendapatkan
banyak tambahan pengetahuan khususnya dalam masalah Konsep Tentang Tuhan dan Agama.
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun ini bisa memberikan
banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama dalam hal Konsep Tentang Tuhan dan
Agama.Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang membutuhkan
perbaikan, sehingga kami sangat mengharapkan masukan serta kritikan dari para pembaca.

DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 4

1.2 Rumusan masalahan ......................................................................................... 6

BAB 2 PEMBAHASAN

3.1 Devinisi iman .................................................................................................. 7

3.2 Devinisi islam.....................................................................................................8

3.3 Devinisi ihsan................................................................................................... 10

3.4 Mengintegrasi iman,islam,dan ihsan..................................................... 10

3.5 Perbedaan iman,islam dan ihsan menjadi persyaratan dalam bentuk insan
kamil ..................................................................................................... 10

3.6 Menurut para ahli.................................................................................. 10

3.7 Menanyakan alasan mengapa iman,islam,dan ihsan menjadi persyaratan

dalam membentuk insan kamil ............................................................. 11

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..................................................................................................... 12

3.2 DAFTAR PUSAKA ............................................................................................... 13

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju kearah
perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia.Oleh karena itu, pendidikan tidak
mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu
belajar di kelas.Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan
saja manusia mau dan mampu melakukan proses kependidikan.
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Islam, Iman, Ihsan. Tiap-tiap
tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan,
maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun.
Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jikakeduanya
berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan
hukumnya tersendiri.

Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat
baik.setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau
dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah
dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.Dalam
Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah membentuk “Insan Kamil”, yakni manusia
paripurna yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual sekaligus. Tujuan seperti ini tidak
mungkin bisa terwujud tanpa adanya sistem dan proses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, para
pakar pendidikan Islam kemudian mencoba merumuskan dan merancang bangunan pemikiran
kependidikan Islam yang diharapkan mampu menciptakan manusiamanusia paripurna, yang akan
mengemban tugas mensejahterakan dan memakmurkan kehidupan dimuka bumi ini.

Pendidikan merupakan salah satu bidang studi Islam yang mendapat banyak perhatiaan dari para
ilmuan. Hal ini karena disamping perannya yang amat strategi dalam rangka meningkatkan sumber
daya manusia, juga karena didalam pendidikan Islam terdapat berbagai masalah yang kompleks dan
memerlukan penanganan segera. Bagi mereka yang akan terjun kedalam bidang pendidikan Islam
harus memiliki wawasan yang cukup tetang pendidikan Islam dan memiliki kemampuaan untuk
mengembangkannya sesuai dengan tuntunan zaman.

Bekenaan dengan itu, pada bab ini pembaca akan diajak memahami apa yang dimaksud dengan
pendidikan Islam serta berbagai masalah yang terkait dengannya, dan mengetahui berbagai model
yang dilakukan dalam penelitian kependidikan Islam sebagai bahan perbandingan untuk melakukan
pengembangan konsep-konsep pendidikan Islam sesuai tuntutan zaman. Setiap proses yang dilakukan
dalam pendidikan harus dilakukan secara sadar dan Memiliki tujuan.
Dalam agama Islam,kitamengenalkonsep ImandanIhsan.Kedudukan Ihsan dalam kehidupan
merupakanhal yang penting. Kadangkala kita sebagai seorang muslim yang sudah diberikan tuntunan
masih saja melakukan hal-hal yang tidak baik. Inidiakibatkan karena tingkat keimanan yang tidak
stabil.Kita tahu bahwa Ihsanmerupakan realisasi dari Iman.Oleh karena itu,kita harus mengetahui
bagaimana kaitanya antara Islam, Iman, dan Ihsan.Karena dari ketiga konsep diatas merupakan kunci
untuk mencapaisuatu kehidupan yang bahagia.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.Mengetahui iman?

1.2.Mengetahui islam?

1.3.Mengetahui ihsan?

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Devinisi iman

Iman Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati; pembenaran hati”.
Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan
anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati Iman sering juga
dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman
mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan
kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging
dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin
sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya. Adapun
pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah: keyakinan
tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul
utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.] Dalam hadis
lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh (Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi),
selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu:
beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk
HR. Muslim iman ialah hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, utusan-utusanNya, hari kemudian, dan hendaknya kamu beriman dengan qada dan
qadarNya ketentuan baik dan buruknya dari Allah ta’ala.Tidak beriman seorang hamba sehingga dia
beriman dengan empat perkara: iaitu menyaksikan bahawa tiada tuhan melainkan Allah dan
bahawasanya aku Rasulullah yang diutuskan dengan benar dan beriman dengan mati, dan beriman
dengan kebangkitan sesudah mati, dan beriman dengan qadar – takdir.

2.2 Devinisi islam

Islam Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan
kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:

1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”

2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.
[Berdasarkan 2 (dua) surat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai
sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut.

Ada beberapa pengertian Islam[3], yaitu:


1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.

3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari

kata kerja Kata kerja asalnya ialah:

a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan

dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan

Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu

pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan

kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.

b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan,


menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.

c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri

Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:

1.Aspek vertikal Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia

dengan Tuhannya).Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
2.Aspek horisontal Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan

manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan

dan mengamankan manusia yang lain.

3.Aspek batiniah Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat
menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mentel.

2.3 Devinisi ihsan

Ihsan Ihsan berasal dari kata ‫ َنُس َح‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan
bentuk masdarnya adalah ‫ْن سَاْح ِا‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman
dalam Al Qur`an mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7) “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain)
seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan
dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan

kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat

dimata Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini,

sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai

ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.

Kemudian dia bertanya lagi: Maka sekarang khabarkanlah kepadaku darihal Ihsan.

Rasulullah s.a.w. menjawab: Ihsan ialah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah
engkau melihat-Nya, tetapi jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Ia melihat

engkau.

(HR. Muslim)

Ihsan adalah bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, jika

kamu tidak dapat melihatnya, maka sesungguhnya dia sedang melihat kamu.

(HR. Abu Hurairah)

2.4 Mengintegrasikan iman,islam,dan ihsan dalam membentuk insan kamil{manusia sempurna}

A.Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk Insan Kamil ( Manusia
Sempurna )
muhyidin Ibn Araby (abad ke-13 M) adalah orang pertama yang mengemukakan istilah insan kamil.
Kemudian Syekh Fadhlullah menyebut insan kamil sebagai proses tanazzul (turun) terakhir Tuhan.
Maksudnya, sebagaimana pandangan Ibn Araby, untuk dapat kembali kepada Tuhan, maka seseorang
haruslah mencapai martabat insan kamil. Apa persyaratan seseorang untuk mencapai derajat insan
kamil? Jika keislaman, keimanan dan keihsanan merupakan syarat-syarat utama, lalu kualitas Islam,
iman dan ihsan yang bagaimanakah yang dapat mengantarkan seseorang mencapai martabat insan
kamil? Ihsan dan insan kamil mungkin merupakan dua istilah yang asing (kurang diketahui) oleh
kebanyakan kaum muslimin. Ketika ditanyakan kepada mahasiswa apa itu ihsan, mereka memberikan
jawaban bahwa ihsan adalah menjalankan ibadah seolah-olah orang yang menjalankan ibadah itu
melihat Allah; kalau pun ia tidak dapat melihat Allah, maka Allah pasti melihatnya. Sampai di sini saja
pengetahuan kebanyakan kaum muslimin tentang ihsan. Bagaimanakah dengan Anda? Apa makna
ihsan menurut Anda? Demikian pula halnya istilah insan kamil. Konsep insan kamil mungkin hanya
dikenali di kalangan muslim sufi saja. Apakah Anda mengenal apa dan siapa insan kamil itu?

Hubungan Iman, Islam dan Ihsan Iman, islam dah ihsan hubungannya sendiri sangat erat.
Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata :
Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku
tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji
jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula
yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau
bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya
dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau
bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau
tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”.

Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku
tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-
lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian
beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku
berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)[4]
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu
iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu
adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat
masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din Hal
ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi
Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan,
dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi. Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang
hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya,
iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan
iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep
keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan
ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal
tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang
kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

2.5 Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga
terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya. Iman lebih menekankan pada segi
keyakinan di dalam hati. ¤Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal. ¤ihsan merupakan
perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu
sendiri
2.6 Menurut pendapat para ahli
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan. Pertama,
tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya, mereka

“ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya. Kedua, manusia

beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara mendefinisikan. Artinya, mereka
tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan
berdasarkan sifat – sifat dan nama – nama Tuhan. ( Asma’ul Husna )

Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.


a) Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan
sifat – sifat ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat
kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar –ramaniyyah ). Pengetahuan
yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena
sebagian dari hal – hal yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan
secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir

2.7 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan dalam Membentuk
Insan Kamil?
Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan jawaban yang sama kami
percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya malaikat –malaikatnya dan seterusnya.
Kemudian jika ditanya lebih lanjut adakah manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan
adakah manusia yang tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa
menjawab tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak ada seorang
manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya. Semua manusia percaya
adanya Tuhan, dan seterusnya.
Hanya saja mungkin di antara beberapa agama ada yang berbeda menamai Tuhan dan malaikat.
Orang Indonesia menyebutnya Tuhan, orang Arab menyebutnya Rabb, orang Inggris menyebutnya
God, orang Jawa dan orang Sunda menyebutnya Pangeran atau Gusti Allah, orang Hindu Bali
menyebutnya Sang Hyang Widi Wasa (Yang Maha Esa), dan orang Yunani Kuno menyebutnya
Hermeus. Untuk menyebut malaikat pun berbedabeda. Orang Islam, Kristen, dan Yahudi
menyebutnya malaikat (Angel). Akan tetapi, orang Hindu, Buddha, dan Konghucu menyebutnya
Dewa-Dewi.
Jika makna iman itu sekedar “percaya” berarti semua manusia di dunia ini beriman, karena semua
manusia percaya akan adanya Tuhan; semua manusia percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya.
Jadi, tidak ada seorang manusia punyang kafir Ada orang mengatakan,
belumtentu setiap muslim pasti beriman (mukmin) karena bisa jadi imannya sangat lemah sehingga
hatinya tidak meyakini dengan keimanan yang sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan
lahir dengan anggota badannya. Status orang seperti ini hanyalah muslim saja dan tidak tergolong
mukmin dengan iman yang sempurna. Setiap mukmin pasti muslim karena orang yang telah beriman
secara benar pasti akan merealisasikan iman dengan melaksanakan amal-amal Islam secara benar
pula, sebagaimana Allah Swt. telah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu

mengatakan, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kalian belumlah beriman, tetapi hendaklah kalian
mengatakan, „Kami telah berislam‟.” (QS Al-Hujuraat/49:14).Orang-orang Arab Badui itu berkata:
“Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’,
karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia
tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di dalam sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan Islam.
Oleh karena itu, orang yang bersikap ihsan itu lebih istimewa dibandingkan orang-orang mukmin yang
lain, dan orang yang mukmin itu juga lebih istimewa dibandingkan muslim yang lain.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sejatinya Allah (Tuhan) ada dalam diri kita, menuntun, dan memberi petunjuk tanpa kita sadari.
Karena Allah lebih dekat dari urat nadi manusia itu sendiri. Terlepas dari berbagai Konsep Tuhan,
Allah menegaskan didalam AlQur'an bahwa ialah yang menciptakan langit dan bumi, menjadikan
siang berganti malam. Dia juga Esa dalam Rubbubiyyah, sifatnya sebagai Rabb, sebagai pencipta,
pemelihara, dan pendidik. Dia juga Esa dalam segi Uluhiyah, berarti Esa untuk diibadahi, artinya tidak
dimungkinkan kita untuk beribadah kepada selain Allah, karena Dia-lah yang menentukan kehidupan
kita (iyyaaka na’budu wa iyyaka nasta’iin).
3.2 Daftar Pusaka
https://rizkiarahmayanti16.blogspot.com/2015/02/mengintegrasikan-iman-islam-danihsan.html
https://setyawandavid.blogspot.com/2018/10/mengintegrasikan-iman-islam-danihsan.html
https://cgeduntuksemua.blogspot.com/2012/04/makalah-iman-islam-dan-ihsan.html
https://ceritakuaja.wordpress.com/2013/05/25/makalah-hakikat-iman-islam-dan-ihsan/
https://alazabut.blogspot.com/2012/06/pengertian-tentang-iman-islam-dan-ihsan.html
https://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/iman-islam-ihsan.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Makkah_al-Mukarramah
https://pengajianislam.pressbooks.com/chapter/pengertian-islam-iman-dan-ihsan/
https://itla4islam.blogspot.com/2012

Anda mungkin juga menyukai