Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“DIMENSI – DIMENSI AGAMA ISLAM”


Dosen Pengampu
Bapak Muhammad Mualif

Disusun oleh

Muhammad Al-Fillah Dwi Firmansyah : 2231210021 : D3 TM 1A / 15

Raihan Dedrik Susanto : 2231210136 : D3 TM 1A / 21

PROGRAM STUDI D III TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
TAHUN AKADEMIK 2022 / 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah Pendidikan Agama Islam dengan judul “Dimensi - Dimensi Agama Islam” dapat tersusun
hingga selesai.
Sholawat serta salam tak luput kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, dan serta kepada keluarga, sahabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata kuliah Pendidikan
Agama Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Muhammad Mualif, ,M.Ag. selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini, bukan hanya itu saja penulisan makalah
ini agar menjadi bahan bacaan yang bermanfaat. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta wawasan kepada para pembaca. Karena keterbatasan serta
kurangnya pengalaman kami, maka dalam penulisan makalah ini mungkin banyak sekali
kesalahan serta kekeliruan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini nantinya.

Malang, 28 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3

A. Dimensi Islam ............................................................................................................... 3

1. Aqidah ...................................................................................................................... 3

2. Syariat ..................................................................................................................... 5

3. Akhlaq ...................................................................................................................... 7

B. Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan ................................................................................ 8

1. Iman ....................................................................................................................... 10

2. Islam ...................................................................................................................... 11

3. Ihsan ....................................................................................................................... 13

C. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan .................................................................... 14

D. Perbedaan Iman, Islam, dan Ihsan .............................................................................. 15

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 16

A. Kesimpulan................................................................................................................. 18

B. Saran............................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam
kehidupan manusia dalam berbagai dimensi, termasuk agama Islam. Namun, yang menjadi tolak
ukur dalam membedakan suatu agama adalah isi atau dimensi ajaran agamanya. Dalam Islam,
ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Komponen utama agama Islam atau unsur utama
ajaran agama Islam (akidah, syari’ah, dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Yang dikembangkan adalah ajaran
agama yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadist. Dengan kata lain, yang dikembangkan lebih
lanjut supaya dapat dipahami oleh manusia.
Latar Belakang Islam adalah sebuah agama yang menjadi rahmatanlilalamin bagi seluruh
pemeluknya, namun kita pun belum mengetahui secara garis besar tentang Islamdan bagian-bagian
yang memperkokoh Islam itu sendiri. Islam sebagai agama bisa dilihat dari berbagai dimensi;
sebagai keyakinan,sebagai ajaran dan sebagai aturan. Apa yang diyakini oleh seorang muslim,
boleh jadi sesuai dengan ajaran dan aturan Islam, boleh jadi tidak, karena proses dalamdiri
seseorang itu mempunyai keyakinan yang berbeda-beda, dan kemampuannyauntuk mengakses
sumber ajaran juga berbeda-beda.
Dimensi-dimensi atau tahapan-tahapan yang terkandung dalam islam sangatlah berurutan sesuai
dengan kemampuan jiwa yang terkandung dalam diri manusia sebagai makhluk yang telah
dikaruniai hati dan pikiran sebagai alat untuk menjalani kehidupan.
Adapun tahapan-tahapan bukanlah perbedaan yang memecah belah persatuan sebagai sesama
muslim,akan tetapi berfungsi saling melengkapi.dan dengan sadar atau tidak,itulah tahapan-
tahapan yang akan kita lalui sebagai manusia yang berakal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dimensi Islam ?
2. Apa saja Dimensi Islam itu ?
3. Apa yang dimaksud Aqidah ?
4. Apa yang dimaksud Syariat ?
5. Apa yang dimaksud Akhlak ?

1
6. Apa yang dimaksud dengan Iman ?
7. Apa yang dimaksud dengan Islam ?
8. Apa yang dimaksud dengan Ihsan ?
9. Apa hubungan antara iman, islam, dan ihsan?
10. Perbedaan antaraa iman, islam, dan ihsan?
C. Tujuan Penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan agar kita lebih tahu dan lebih memahami apa itu Islam dan
dimensi-dimensinya. Makalah ini disusun agar dapat mengetahui bagaimana pengertian tentang
iman,islam dan ihsan, hubungan antara iman,islam dan ihsan, serta dapat membedakan antara iman,
islam, dan ihsan. Bukan hanya itu saja, tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam dan sebagai bahan penambah wawasan bagi siapa
saja yang membacanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIMENSI ISLAM
Allah SWT menurunkan ajaran Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam nilai dengan
kesempurnaan tertinggi. Bisa kita lihat pada sebuah keterangan:
"Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam"
Dimensi-dimensi Islam, secara garis besar terhimpun dalam tiga hal yaitu : Aqidah, Syari'at dan
Akhlaq yang masing masing adalah subsistem ajaran Islam. Aqidah dan syariat tanpa akhlaq adalah
omong kosong, begitu pula syari'at tanpa akhlaq adalah kemunafikan, dan aqidah tanpa akhlaq
adalah kesesatan.
Islam dengan seperangkat ajarannya yang dibawa oleh nabi Mauhmmad SAW merupakan agama
“rahmatan lil ‘alamin”. Agama yang dijamin dapat membawa terwujudnya kedamaian, kete
nangan, ketentraman dan kesejahteraan baik lahir dan bathin, dunia dan akhirat. Didalamnya
terdapat berbagai petunjuk bagaimana seha-rusnya manusia menyikapi hidup dan kehidupan secara
lebih bermakna dalam arti yang seluas-luasnya baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan
sesama manusia maupun dengan alam sekitar.
Islam merupakan agama multi-dimensional. Ia mengandung ajaran tentang akidah, ibadah, dan
akhlak. Kesemuanya mesti dipegang dan dijalankan, dengan totalitas, dari ketiga unsur itulah yang
akan membentuk kepribadian seorang muslim.
Dimensi ajaran islam adalah cara yang dilakukan untuk melihat permasalahan yang terjadi di suatu
kelompok atau seseorang dalam dunia islam. Dimensinya dibagi menjadi tiga yaitu aqidah
(kepercayaan sesorang pada islam), syariah (jalan yang ditempuh manusia untuk menuju sang
khaliq), ahlaq (sikap, budi pekerti).
Hubungan antara ketiganya yaitu sangat melengkapi karna jika aqidah tidak bersamaan dengan
syariah, maka manusia akan kebingungan untuk menuju tuhannya, begitu pula akhlak yang harus
dimiliki manusia karna manusia memerlukannya untuk berhubungan dengan tuhan, hubungan
dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam sekitar.
1. Aqidah
Secara garis besar akidah islam meliputi rukun iman yaitu sebuah keiman yang mesti tampak ada
keraguan sama sekali olehkaran itu, berpegang teguh kepada aqidah yang benar merupakan
kewajiban seluruh umat islam.

3
Akidah artinya kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah S.W.T. yang Maha esa dan yang
wajib diibadahi, sebagai-mana firman Allah dalam surah Al - Ikhlas {112}: 1 - 4.

ْ‫ْ ُق‬
‫ل‬ ‫ُو‬ ٰ‫ْ ا‬
‫ّللُ ه‬
ْ ‫احد‬
Arab-latin: qul huwallāhu aḥad
Artinya: Katakanlah (Muhammad), "Dialah Allah, Yang Maha Esa.

ٰ‫د ا‬
ُ‫ّلل‬
ْ ُ‫َّم‬
ْ ‫الص‬
Arab-latin: allāhuṣ-ṣamad
Artinya: Allah tempat meminta segala sesuatu.

ِْ
‫د لم‬
ْ ‫ْ يل‬
‫ْ ولم‬
‫ُولد‬
‫ي‬
Arab-latin: lam yalid wa lam yụlad
Artinya: (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

ُْ
‫ن ولم‬
ْ ْ‫ًا َّل‬
‫ه يك‬ ‫ُو‬‫ُف‬
‫ْ ك‬
‫احد‬
Arab-latin: wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad
Artinya: Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia."

Akidah merupakan kekuatan rohaniah dan kekuatan iman bagi setiap muslim. Aqidah Islam
merupakan penutup agama-agama yang diturunkan allah sebelumnya, dengan di utusnya Nabi
Muhamad sebagai Rasul terakhir.
Secara Harfiyah aqidah adalah mengikat atau terikat. Adapun secara istilah adalah sistem
kepercayaan dalam Islam. Kenapa di sebut aqidah? Karena kepercayaan itu mengikat pada diri
sesseorang dalam bertingkah laku.
Aqidah secara bahasa yaitu sesuatu yang mengikuti keimanan dalam istilah sistem kepercayaan
atau keimanan dalam islam

4
Orang yang kuat aqidahnya, keyakinan itu mengikatnya pada suatu nilai (misalnya dalam
berkorban dalam kebaikan) dan seterusnya mengikay pada prilakunya (misalnya tidak mau
kompromi dalam kedzaliman). Sebaliknya orang yang lemah aqidahnya akan mudah terpengaruh
oleh hal hal yang tidak baik dan tentunya mudah putus asa dalam hal kebaikan selain itu akan selalu
memandang rendah nilai kebaikan.
Sistem kepercayaan ini berkembang dengan nama lain yaitu Ilmu Tauhid yang membahas tentang
Rukun Iman yang enam. Kajian Filosofis tentang Ilmu Tauhid adalah Ilmu Kalam disebut juga
dengan Teologi (ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan).
Secara garis besar Teologi islam dapat di bagi menjadi dua tipe yaitu Jabariyah dan Qodariyah.
Jabariyah adalah golongan yang percaya pada kekuasaan allah dan kemahaesaan allah yang
menganggap bahwa manusia itu seperti wayang yang semua tingkah lakunya diatur oleh sang
dalang. Dan manusia tidak berhak juga tidak bisa mengatur perbuatanya, oleh karena itu manusia
masuk surga dan neraka itu tidak bergantung pada amalnya melainkan itu adalah kemurahan sang
Kholiq.
Sedangkan paham Qodariyah adalah paham yang menganggap bahwa manusia memiliki
kekuasaan penuh dalam menentukan perbuatanya karena melihat pada kekuasaan allah dan dengan
kekuasaan-Nya allah memberikan balasan kepada setiap perbuatan manusia baik itu balasan yang
baik untuk manusia yang berbuat baik dan adzab bagi manusia yang berbuat salah.
Menunjukkan tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran agamanya, terutama terhadap
ajaran ajaran fundamental atau dogma. Akidah atau i’tiqod secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu
yang artinya berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Adapun secara istilah umum, kata akidah
bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan. Keyakinan ini ditunjukkan
dengan keyakinan seseorang terhadap rukun iman.
2. Syari'at
Syariat menurut bahasa jalan yang diikuti, sedangkan menurut istilah yaitu aturan atau undang-
undang yang di turunkan oleh allah untuk mengatur hubungan manusia dengan allah, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Syariat berarti peraturan atau hukum yang datang dan bersumber dari Allah. Sebagaimana firman
Allah dalam surah Al - Jaatsiah {45} : 18

5
‫مر‬
ِ ْ َ
َْ‫اْل‬ ‫ِن‬
‫ٍ م‬ ‫َة‬
‫يع‬ ‫لى شَر‬
ِْ َٰ‫ٰكَ ع‬
‫لن‬ َْ
‫َع‬‫َّ ج‬
‫ثم‬ُ
َۤ
‫ء‬ ‫َا‬
‫هو‬َْ
‫ْ ا‬‫ِع‬‫َّب‬
‫تت‬ ََ
َ ‫ْل‬ ‫ها و‬ َْ
‫ِع‬ َّ َ
‫اتب‬ ‫ف‬
َْ
‫ن‬ ‫ُو‬ َْ
‫لم‬ ‫يع‬ َ َ
َ ‫ْل‬ ‫ين‬ِْ َّ
‫الذ‬
Terjemahan
Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu,
maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak
mengetahui.

Syari'at diambil dari kata syara'dari etimologi jalan yang dapat dilalui maksudnya yang ditempuh
kita menuju allah. Syariat islam adalah hukum atau peraturan yang mengatur seluruh sendi
kehidupan islam baik di dunia maupun di akhirat.
Syariat merupakan rambu-rambu yang harus diper-hatikan dan ditaati oleh setiap muslim dalam
kehidupan ini sebagai menifestasi dari imannya. Kata syari'at secara harfiyah artinya adalah jalan
raya atau jalan menuju sumber mata air, atau bermakna jalanya suatu hukum atau perundang-
undangan. Kemudian di imbuhi kata islam yang kemudian menjadi syariat islam yang dapat di
artikan suatu jalan yang mengatur umat islam dan yang harus di patuhi yang berisi perintah, anjuran
dan larangan yang akan menentukan kehidupan manusia dan sebagai muslim hal itu harus di patuhi.
Sebagai istilah keislaman, syariat adalah dimensi hukum atau peraturan dari ajaran islam.
Disebut syari'at karena di maksudkan untuk memberikan jalan atau mengatur lalu lintas perjalanan
hidup manusia. Perjalanan hidup manusia itu ada yang bersifat vertikal dan horizontal, aturan hidup
manusi dengan sang kholiq dan aturan hidup manusia ddengan sesama manusia.
Aturan manusia dengan sang kholiq di wujudkan dalam ritual ibadah, dan prinsif ibadah itu ialah
tunduk merendah kepada sang kholiq tanpa banyak menanyakan mengapa dan kenapa begini dan
begitu, pokonya siap untuk mengerjakan perinta sang kholiq dan menjauhi larangan-Nya. Dan
hubungan yang bersifat horizontal disebut dengan muamalah.
Prinsip dalam bermuamalah adalah saling memberi manfa'at dan saling mengingatkan juga
berlomba dalam kebaikan tanpa rasa ingin menjatuhkan satu sama lain.

6
Dari sudut keilmuan, ilmu yang membahas tentang syari'at adalah Ilmu Fiqih dan ahlinya-ahlinya
disebut Faqih atau juga Fuqaha dan ilmu ini adalah ilmu yang di hasilkan melalui teori ijtihad.
Menunjukkan tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual yang
dianjurkan di dalam agamanya. Secara istilah, syariat Islam adalah semua aturan yang Allah
turunkan untuk para hamba-Nya, baik terkait masalah aqidah, ibadah, muamalah, adab, maupun
akhlak. Dimensi ini terbagi menjadi praktik umum dan praktik pribadi. Baik terkait hubungan
makhluk dengan Allah, maupun hubungan antar-sesama makhluk. Kepatuhan ini ditunjukkan
dengan kepatuhan seseorang dalam melaksanakan ibadah, sholat, puasa, dan lain-lain.
3. Akhlaq
Akhalak berasal daru bahasa arab jama' yaitu khuluk yang berarti budi pekerti sedangkan menurut
istilah adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu terjadi
secara spontan tampa berfikir untung dan ruginya.
Ada dua pendekatan untuk mengetahui pengertian akhlaq yaitu secara etimologis dan terminologis,
secara etimologis akhlaq adalah perangai, tabi'at, (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau
kelaziman, dan peradaban yang baik dan akhlaq menurut istilah ialah seperti yang di lontarkan Al-
Gozali akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa dan yang dapat menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
Merujuk pada ilmu tasawuf akhlaq ialah berasal dari bahasa arab, jamak dari yang menurut bahasa
adalah budi pekerti. Kata kata tersebut mengandung persesuaian dengan kata kholqun yang berarti
kejadian dan juga erat dengan kholiq berarti pencipta dan juga memilki kaitan erat dengan
makhluqu yang berarti yang diciptakan.
Perumusan akhlaq timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara kholiq
dan makhluq.
Selain definisi akhlaq yang dikemukakan oleh Al-Gozali terdapat juga beberapa pendapat
mengenai definisi akhlaq yaitu menurut Ibnu Maskawaih memberikan penjelasan tentang akhlaq
yaitu :
" Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan fikiran."
Selain itu menurut Prof.Dr. Ahmad Amin memberikan penjelasan tentang akhlaq yaitu:
" Akhlaq adalah sesuatu yang di biasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu,
maka kebiasaan itu di sebut akhlaq".

7
Dari beberapa definisi diatas yang sekalipun beragam dalam memberi pengertian tentang akhlaq
namun maksud dan maknanya sama, maka ada beberapa ahli yang menyimpulkan definisi akhlaq
yaitu kesimpulan menurut Prof. K.H Farid Ma'ruf bahwa akhlaq ialah:
" Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa
memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu".
Dan tidak terlalu jauh maknanya dengan kesimpulan Prof. K.H Farid, dengan bahasa yang
berbeda Dr. M Abdullah Dirroz menyatakan kesimpulan dari definisi akhlaq ialah:
" Akhlaq adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan kehendak mana
berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal yang baik)
atau pihak yang jahat (dalam hal yang jahat)".
Akhlaq merupakan dimensi nilai dari syari'at Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh
nilai akhlaq. Jika syari'at berbicara tentang syarat rukun, sah dan bathal, akhlaq menekankan pada
kualitas perbuatan. Contohnya adalah setiap perbbuatan dilihat dari niat orang yang mengamalkan
perbuatan tersebut.
Akhlaq juga mempunyai dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horizontal sama dengan dimensi
syariat.
B. Pengertian Iman, Islam dan Ihsan

Dalam sebuah hadits dikatakan :

‫َا‬ َ‫د‬
‫ثن‬ ‫َ ح‬
ََّ ‫َال‬‫د ق‬ ََّ‫مس‬
ٌ‫د‬ ُ ‫َا‬ َ‫د‬
‫ثن‬ ََّ
‫ح‬
ََ
‫نا‬ ‫ْب‬
‫َر‬ ‫َخ‬
‫َ أ‬‫ِيم‬ ‫َاه‬‫بر‬ ‫ُ إ‬
ِْ ْ ُ
‫بن‬ ‫ِيل‬ ‫َاع‬
‫ِسْم‬‫إ‬
‫ِي‬ َ َْ
‫ِيُّ عن أب‬ ْ َّ َ َّ
‫أبو حيان التيم‬ َ ُ َ
َ‫َا‬
‫ن‬ ‫ ك‬:َ ‫َال‬‫ة ق‬ََ‫ير‬َْ
‫هر‬ُ ‫ِي‬‫َب‬
‫ْ أ‬ ‫َن‬‫ة ع‬ ََ
‫ْع‬‫ُر‬‫ز‬
َ
‫لم‬ََّ‫َس‬ ‫ْه‬
‫ِ و‬ ََ
‫لي‬ ‫اَّللُ ع‬
َّ ‫لى‬ ََّ ‫َّب‬
‫ِيُّ ص‬ ‫الن‬

8
‫تاُ‬
‫ه‬ ‫ََ‬
‫َأ‬‫َّاسِ ف‬‫ِلن‬‫ما ل‬‫ًْ‬‫يو‬‫ًا َ‬‫ِز‬
‫بار‬ ‫َ‬
‫َال‬
‫َ‬ ‫ن ق‬ ‫َاُ‬‫ِيم‬ ‫ما اإل‬ ‫َ‪َ :‬‬‫َال‬‫َق‬‫ُ ف‬
‫ِيل‬‫ْر‬‫جِب‬
‫ِ‬
‫ِه‬ ‫َ‬
‫ِكت‬ ‫َ‬‫َ‬ ‫َّ‬
‫ِاَّللِ ومالئ‬ ‫َ‬
‫ِن ب‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ن أن تؤم‬ ‫َاُ‬‫ِيم‬‫اإل‬
‫َ‬
‫ِن‬‫ْم‬
‫تؤ‬‫َُ‬
‫ِ و‬ ‫ِه‬‫ُسُل‬‫َر‬
‫ِ و‬ ‫َائ‬
‫ِه‬ ‫ِل‬
‫ِق‬ ‫َب‬‫ِ و‬
‫ِه‬ ‫ُت‬
‫ُب‬ ‫َك‬‫و‬
‫َال‬
‫َ‪:‬‬ ‫ُ ق‬‫ِسْالَم‬
‫ما اإل‬‫َ‪َ :‬‬‫َال‬ ‫َع‬
‫ْثِ‪ ،‬ق‬ ‫ب ْ‬
‫ِالب‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫اَّللَ وْل تشر‬
‫ِك‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ُ أن تعبد َّ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ِسْالَم‬
‫اإل‬
‫َد‬
‫ِيَ‬ ‫َُ‬
‫تؤ‬ ‫َّالََ‬
‫ة و‬ ‫َ الص‬ ‫ِيم‬
‫تق‬ ‫ًا و‬
‫َُ‬ ‫ْئ‬‫ِ شَي‬ ‫ِه‬
‫ب‬
‫َ‬‫ُوم‬
‫تص‬‫ََ‬‫ة و‬‫ََ‬
‫ُوض‬‫ْر‬
‫َف‬ ‫ة ْ‬
‫الم‬ ‫َاَ‬ ‫َّك‬
‫الز‬
‫ْسَاُ‬
‫ن‪،‬‬ ‫ِح‬‫ما اإل‬‫َ‪َ :‬‬‫َال‬‫ن‪ ،‬ق‬ ‫َاَ‬
‫مض‬‫ََ‬
‫ر‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫َ‪ :‬أن تعبد َّ‬
‫اَّللَ كأنك تراه‬ ‫َ‬‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َال‬‫ق‬
‫َ‪،‬‬
‫َاك‬
‫ير‬‫ه َ‬ ‫إَّ‬
‫نُ‬ ‫َِ‬‫ه ف‬‫َاُ‬
‫تر‬‫ْ َ‬‫ُن‬ ‫ْ َ‬
‫تك‬ ‫ن َلم‬
‫إْ‬‫َِ‬
‫ف‬
‫َ‪َ :‬‬
‫ما‬ ‫َال‬
‫ة‪ ،‬ق‬ ‫َُ‬
‫َى السَّاع‬‫مت‬‫َ‪َ :‬‬‫َال‬‫ق‬
‫ْ‬
‫ِن‬‫َ م‬
‫لم‬ ‫َع‬
‫َْ‬ ‫ِأ‬
‫ها ب‬ ‫َْ‬
‫َن‬ ‫ُول‬
‫ُ ع‬ ‫َسْئ‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫‪9‬‬
‫َِ‬
‫ها‪:‬‬ ‫َاط‬‫َشْر‬
‫ْ أ‬
‫َن‬‫َ ع‬ ‫ُك‬
‫ِر‬‫ْب‬‫ُخ‬‫َسَأ‬
‫ِ و‬‫ِل‬‫السَّائ‬
‫َا‬
‫ِذ‬‫َإ‬ ‫بَ‬
‫ها و‬ ‫ََّ‬
‫ة ر‬‫مُ‬‫ْ األََ‬‫دت‬ ‫َا و‬
‫ََلَ‬ ‫ِذ‬
‫إ‬
‫ِي‬ ‫ُ ف‬‫هم‬‫ُْ‬ ‫ِ ْ‬
‫الب‬ ‫ِل‬‫ِب‬ ‫َاُ‬
‫ة اإل‬ ‫ُع‬ ‫َ ر‬‫َل‬ ‫َاو‬ ‫َ‬
‫تط‬
‫َّ‬
‫هن‬ ‫ُُ‬ ‫َْ‬
‫لم‬‫يع‬ ‫ْسٍ ْلَ َ‬‫َم‬
‫ِي خ‬‫َانِ‪ ،‬ف‬ ‫ْي‬ ‫ُن‬ ‫ْ‬
‫الب‬
‫اَّللُ‬
‫لى َّ‬ ‫ََّ‬ ‫َّب‬
‫ِيُّ ص‬ ‫َّ َ‬
‫تالَ الن‬ ‫ثم‬ ‫اَّللُ ُ‬
‫ِْلَّ َّ‬‫إ‬
‫ُ‬
‫لم‬‫ِْ‬‫ه ع‬ ‫َْ‬
‫دُ‬ ‫اَّللَ ع‬
‫ِن‬ ‫ن َّ‬ ‫َِّ‬
‫َ إ‬‫لم‬‫َسََّ‬
‫ِ و‬‫ْه‬
‫لي‬ ‫ََ‬‫ع‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬‫ْ‬
‫َّ أدبر فقال‬ ‫َ‬ ‫ثم‬‫ة ُ‬‫يَ‬‫ِ اآلَ‬ ‫َة‬‫السَّاع‬
‫َال‬
‫َ‬ ‫َق‬‫ًا ف‬‫ْئ‬‫ْا شَي‬ ‫َو‬‫ير‬‫ْ َ‬‫لم‬ ‫ََ‬
‫ه ف‬‫دوُ‬ ‫ُُّ‬
‫ر‬
‫َّاسَ‬
‫ُ الن‬
‫ِم‬‫َل‬
‫يع‬‫ء ُ‬ ‫ُ ج‬
‫َاَ‬ ‫ْر‬
‫ِيل‬ ‫ذا جِب‬ ‫هَ‬
‫َ‬
‫ْ‬
‫هم‬‫َُ‬
‫ِين‬‫د‬
‫‪Artinya :‬‬

‫‪Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah‬‬
‫‪menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kepada‬‬
‫‪kami dari Abu Hurairah r.a berkata:‬‬

‫‪10‬‬
Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki
dan bertanya, “apakah iman itu?”. Jawab Nabi saw.: “iman adalah percaya Allah swt., para
malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada
hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam itu? Jawab Nabi saw.,
“Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu
laki-laki itu bertanya lagi: “apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau
menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-
Nya, ketahuilah bahwa Allah melihatmu.

Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari kiamat itu? “Nabi saw. menjawab: “orang yang
ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu
beberapa syarat (tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan
majikannya, dan jika penggembala onta dan ternak lainnya telah berlomba-lomba membangun
gedung-gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak dapat diketahui kecuali oleh Allah,
selanjutnya Nabi saw. membaca ayat: “Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang
mengetahui hari kiamat… (ayat).

Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda kepada para sahabat: “antarkanlah orang itu.
Akan tetapi para sahabat tidak melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu
adalah Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR. Bukhari,
Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).

1. Iman

Kata iman berasal dari bahasa arab, yang merupakan masdar dari madli Amana, Yu’minu, Imanan,
yang artinya percaya. Sedangkan menurut hadits pokok yang telah kami paparkan diatas, iman
adalah percaya (adanya) Allah swt., para malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan
Allah, para Rasul-Nya serta percaya pada hari berbangkit dari kubur.

Pada redaksi lain juga disebutkan, yakni hadits yang diriwayatkan oleh bukhori muslim, selain
yang telah disebutkan pada hadits pokok diatas, ada tambahan mengenai obyek iman, yaitu beriman
adanya qodlo dan qodar, baik maupun buruk. Wal hashil, dari sinilah para ulama’ menyimpulkan

11
bahwa rukun iman ada enam, yang mana setiap mu’min wajib mempercayainya untuk
menyandang sebuah titel mu’minnya. Yakni :

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada malaikat Allah

3. Iman kepada rusul Allah

4. Iman kepada kitab-kitab Allah

5. Iman kepada hari akhir (kiamat)

6. Iman kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun buruk keberadaannya.

Banyak sekali hadits yang memuat tentang iman, yang tak mungkin kami sajikan disini, maka kami
hanya mengambil sebagian saja, diantaranya :

‫حدثنا عبد هللا بن محمد قال‬


‫حدثنا أبو عامر العقدي قال‬
‫حدثنا سليمان بن بالل عن عبد‬
‫هللا بن دينار عن أبي صالح عن‬
‫أبي هريرة رضي هللا عنه عن‬
‫النبي صلى هللا عليه و سلم‬
‫ ( اإليمان بضع وستون‬: ‫قال‬

12
‫شعبة والحياء شعبة من‬
) ‫اإليمان‬
Artinya : Abdulloh bin Muhammad telah bercerita kepada kita, seraya berkata; Abu Amir al Aqdi
bercerita kepada kita seraya berkata ; sulaiman bin bilal telah bercerita kepada kita dari abdulloh
bin dinar dari abu sholih dari abu hurairoh ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “iman terdiri dari
70 lebih sekian cabang, sedangkan malu termasuk salah satu cabang darinya”.

Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa
seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak
lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan \dapedoman
hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin.
Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi
mempertahankan aqidahnya

2. Islam

Sebagaimana telah maklum, islam berasal dari bahasa arab juga, dari madli Aslama yuslimu
islaman, yang berarti selamat. Sedangkan menurut hadits pokok diatas, islam diartikan sebagai
Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan. Dilain
redaksi, ada yang mencantumkan perihal haji, sehingga dapat disimpulkan bahwa rukun iman
berjumlah lima, yaitu :

1. Syahadat.

2. Sholat.

3. Zakat

4. Puasa.

5. Dan haji

13
Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi :

‫حدثنا عبيد هللا بن موسى قال‬


‫اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان‬
‫عن عكرمة بن خالد عن ابن‬
‫عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و‬:
‫سلم ( بني اإلسالم على خمس‬
‫شهادة أن ْل إله إْل هللا وأن‬
‫محمدا رسول هللا وإقام الصالة‬
‫وإيتاء الزكاة والحج وصوم‬
) ‫رمضان‬
Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi
kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam
dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan

14
sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan
puasa ramadhan”.

Islam merupakan agama terakhir dari syariat yang telah dirurunkan oleh Allah kepada rasul
sekaligus nabinya yang terakhir pula. Disini, eksistensi islam sebagai agama yang paling benar
telah tak diragukan lagi adanya. Banyak kaum orientalis yang berusaha menyerang islam, dengan
mempelajari islam itu sendiri, dengan tujuan mencari celah untuk meruntuhkan islam melalui
kekurangan-kekurangan yang ada dalam islam, tapi apa yang terjadi, banyak diantara mereka yang
malah berbalik kiblat kemudian masuk islam tanpa ragu. Karena islam merupakan agama yang
sempurna, sekaligus sebagai penyempurna dari agama-agama masawi yang terdahulu. Allah
berfiman :

ََ
‫ما‬ ‫و‬ ُ ٰ ِ
ۗ‫سل‬
‫م‬ َّ ‫د‬
‫اَّللِ اإل‬ ‫َ ع‬
َ‫ِن‬ ‫ن الدين‬ َِّ
‫إ‬
‫ِْل‬ ‫ٰب‬
‫َ إ‬ ‫ِت‬
‫توا الك‬ ُ‫َ أو‬ َّ َ
‫الذين‬ ََ
‫لف‬ ‫اخت‬
‫ًا‬ َ ُ
‫بغي‬ ‫ِلم‬‫ُ الع‬ ‫هم‬ ُ‫ء‬َ‫ِ ما جا‬ َ ‫ِن‬
‫بعد‬ ‫م‬
َّ ِ‫يت‬
ِ‫اَّلل‬ ٰ‫ٔا‬
‫ِـ‬‫ُر ب‬ َ ‫من‬
‫يكف‬ ََ‫و‬ ‫هم‬
ۗ َُ َ
‫بين‬
‫اَّللَ سَريع‬
ِ‫ُ الحِساب‬ َّ ‫ن‬ َِ
َّ‫إ‬ ‫ف‬
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab[4] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.[5]

3. Ihsan

Kata ihsan, lahir dari madli ahsana yuhsinu ihsanan, yaitu bahasa arab yang berarti bebuat baik,
atau memperbaiki. Sedangkan bila memandang dri hadits pokok diatas, ihsan diartikan sebagai

15
menyembah Allah seakan akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita merasa selalu diawasi oleh
Allah.Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini. Yang artinya:

Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)

ْ
‫ِن‬‫ْ إ‬ُ َ َ
‫ْ أحسنتم‬ ُ َ
‫ْ أحسنتم‬َ ‫ِلَن ف‬
‫ُسِكُم‬ ِْ ۖ
ْ
‫ِن‬‫َإ‬
‫ْ و‬ ُ‫َسَأ‬
‫تم‬ ‫َه‬
‫َا أ‬ ‫َل‬‫ْف‬ۚ ‫َا‬‫إذ‬َِ‫ْ ف‬َ
‫جَاء‬
ُ ‫َع‬
ْ
‫د‬ ‫َة‬
‫ِ و‬
ْ ‫ء وا اْل خِر‬ُ‫َسُو‬‫لي‬ ِ
‫َ كُم‬
ْ ‫ُ وا و‬
‫ُجُوه‬ ‫َد خُل‬ َِ
‫لي‬ ‫ْ و‬َِ‫َس ج‬
‫د‬ ‫ال م‬
َ َ
‫ْ كما‬ ُ َُ َ
‫ْ د خ ل وه‬َ َّ
‫ْ أول‬َ ‫َّة‬
‫مر‬َ
‫َبِر‬
‫ُوا‬ ‫ُت‬ َِ
‫لي‬ َ ‫َو ا‬
‫ما و‬ ‫عَل‬
‫ًا‬ َ
‫ت ت بِير‬
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-
Qashash:77)

َْ
‫غ‬
ِ ‫َٱبت‬ ‫َا‬
‫ْ و‬ ‫كَ ف‬
‫ِيم‬ ْٰ
‫تى‬َ‫ءا‬ َّ َ
َ ُ‫ٱّلل‬
ْ َّ
ْ‫ٱلدا‬
‫ر‬
ََ
ْ
‫ة‬ ‫ءاخِر‬َ‫ْٱل‬ۖ ‫ل‬ََ
ْ ‫نسَ و‬
ْ ‫ت‬َ َ‫ك‬
َْ ‫ِيب‬‫نص‬َ َِْ
‫ن‬ ‫م‬
َ ُّ
‫ْٱلدنيا‬ ۖ ‫ِن‬ َ َ
‫ْ وأحس‬ َ َ
‫ن كما‬ ََ َ
ْ‫ٱّللُ أحس‬
َّْ

16
ْ‫َِلي‬
َ‫ك‬ ‫ْإ‬ۖ ‫ل‬
ََْ
‫ِ و‬ َ ‫د‬
ْ‫تب‬
‫غ‬ َ‫َسَا‬
ْ ‫ِى ٱلف‬‫ف‬
ِ‫ْٱِلَر‬
ْ
‫ض‬ َِّ
ۖ ‫ن‬
ْ ‫ٱّللَ إ‬
َّ ‫ل‬
ْ َ ُّ
ْ ْ‫يح‬
‫ِب‬ ُ
َْ‫ِي‬
‫ن‬ ‫ُفس‬
‫ِد‬ ‫ٱلم‬
Disini terdapat indikasi lebih mengenai ihsan dibanding dengan yang lain. Karena ihsan sendiri
merupakan usaha untuk selalu melakukan yang lebih baik, yang lebih afdol, dan bernilai lebih
sehingga seseorang tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan kewajiban dalah beribadah,
melainkan justru berusaha bagaimana amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah.
SWT. Karena dia akan merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya tuntutan untuk
selalu memperbaiki amal perbuatannya dari yang kurang baik menjadi yang baik, dari yang sudah
baik, terus berusaha untuk yang lebih baik demi diterimanya amal perbuatan mereka.

C. Hubungan antara Iman, Islam, dan Ihsan

Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik antara
ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila diumpamakan sebagai pondasi dalam
keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila
iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau
malah mungkin tidak terdirikan.

Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh
bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi
tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah
bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal
imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan
berdampak juga pada tipisnya iman.

Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :

17
‫قال علي كرم هللا وجهه إن‬
‫اإليمان ليبدو لمعة بيضاء‬
‫فإذا عمل العبد الصالحات‬
‫نمت فزادت حتى يبيض القلب‬
‫كله وإن النفاق ليبدو نكتة‬
‫سوداء فإذا انتهك الحرمات‬
‫نمت وزادت حتى يسود القلب‬
‫كله‬
Artinya : Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila
seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga
hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang
melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga
hitamlah (warna) hati

Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat
mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama
halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga
dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja,
melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana
yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa

18
mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya.
Disinilah hakikat dari ihsan.

D. Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan

Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang
merupakan ciri di antara ketiganya.

1. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.

2. Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal.

3. ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar iman dan islam itu sendiri.

19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dimensi ajaran islam adalah cara yang dilakukan untuk melihat permasalahan yang terjadi di suatu
kelompok atau seseorang dalam dunia islam. Dimensinya dibagi menjadi tiga yaitu aqidah
(kepercayaan sesorang pada islam), syariah (jalan yang ditempuh manusia untuk menuju sang
khaliq), ahlaq (sikap, budi pekerti).
1. Aqidah
Secara garis besar akidah islam meliputi rukun iman yaitu sebuah keiman yang mesti tampak ada
keraguan sama sekali olehkaran itu, berpegang teguh kepada aqidah yang benar merupakan
kewajiban seluruh umat islam.
Akidah artinya kepercayaan dan keyakinan bahwa hanya Allah SWT. yang Maha Esa dan yang
wajib diibadahi
Akidah merupakan kekuatan rohaniah dan kekuatan iman bagi setiap muslim. Aqidah Islam
merupakan penutup agama-agama yang diturunkan allah sebelumnya, dengan di utusnya Nabi
Muhamad sebagai Rasul terakhir.
Secara Harfiyah aqidah adalah mengikat atau terikat. Adapun secara istilah adalah sistem
kepercayaan dalam Islam. Kenapa di sebut aqidah? Karena kepercayaan itu mengikat pada diri
sesseorang dalam bertingkah laku.
Aqidah secara bahasa yaitu sesuatu yang mengikuti keimanan dalam istilah sistem kepercayaan
atau keimanan dalam islam
2. Syariah
Syariat menurut bahasa jalan yang diikuiti, sedangkan menurut istilah yaitu aturan atau undang-
undang yang di turunkan oleh allah untuk mengatur hubungan manusia dengan allah, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam. Syariat berarti peraturan atau hukum yang datang dan
bersumber dari Allah
3. Ahlaq
Akhlak berasal dari bahasa arab jama' yaitu khuluk yang berarti budi pekerti sedangkan menurut
istilah adalah keadaan batin yang menjadi sumber lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu terjadi
secara spontan tampa berfikir untung dan ruginya.

20
Ada dua pendekatan untuk mengetahui pengertian akhlaq yaitu secara etimologis dan terminologis,
secara etimologis akhlaq adalah perangai, tabi'at, (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau
kelaziman, dan peradaban yang baik dan akhlaq menurut istilah ialah seperti yang di lontarkan Al-
Gozali akhlaq ialah sifat yang tertanam dalam jiwa dan yang dapat menimbulkan macam-macam
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
Merujuk pada ilmu tasawuf akhlaq ialah berasal dari bahasa arab, jamak dari yang menurut bahasa
adalah budi pekerti. Kata kata tersebut mengandung persesuaian dengan kata kholqun yang berarti
kejadian dan juga erat dengan kholiq berarti pencipta dan juga memilki kaitan erat dengan
makhluqu yang berarti yang diciptakan.
Iman,islam dan ihsan merupakan tripologi agama islam dimana sesuai dengan hadist nabi diatas.
Iman,islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang hanya menganut islam sebagai agama
belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman.Sebaliknya iman takan berarti jika tidak didasari
dengan islam.selanjutnya,kebermaknaan islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan ihsan,sebab ihsan akan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam
ibadah.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan didalam hati,islam adalah sikap aktif untuk berbuat
/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan
dari kadar iman dan islam itu sendiri.

B. SARAN
Tidak seharusnya kita saling bertengkar, saling menyalahkan dan saling menumpahkan darah
karena adanya suatu perbedaan paham pemikiran. Kita mempunyai daya pikir dan daya tanggap
yang berbeda-beda, sehingga wajar kalau kita mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda.

21
DAFTAR PUSTAKA
Pendidikan Agama Islam Dr. Sarinah, M.Pd.I.
https://www.google.co.id/books/edition/_/OeNeDwAAQBAJ?hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiF3t
7Mr-n6AhXUTWwGHRmsAPgQre8FegQIEhAE
Metodologi Studi Islam Prof. Dr. Supiana, M.Ag.
https://books.google.co.id/books?id=V9iDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Dimensi+aga
ma+islam&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUK
EwjF0YCq1On6AhWt6HMBHZP3Ck8Q6wF6BAgGEAU#v=onepage&q=Dimensi%20agama%
20islam&f=false
Dimensi Dimensi Pendidikan Agama Islam
https://books.google.co.id/books?id=9VV-
EAAAQBAJ&pg=PA361&dq=Dimensi+agama+islam&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&so
urce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjF0YCq1On6AhWt6HMBHZP3Ck8Q6AF6BAg
FEAM#v=onepage&q=Dimensi%20agama%20islam&f=false
Islam dalam Berbagai Dimensi
https://books.google.co.id/books?id=7RLatK6D9bgC&pg=PA5&dq=Dimensi+islam&hl=id&ne
wbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjXj5KR1en6AhW
STmwGHbhEDscQ6wF6BAgDEAU#v=onepage&q=Dimensi%20islam&f=false
Dimensi Islam
https://books.google.co.id/books?id=X1zvDwAAQBAJ&pg=PP2&dq=Dimensi+islam&hl=id&n
ewbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjXj5KR1en6Ah
WSTmwGHbhEDscQ6AF6BAgBEAM#v=onepage&q=Dimensi%20islam&f=false
Pendidikan Anak Dalam Dimensi Islam
https://books.google.co.id/books?id=NWr7DwAAQBAJ&pg=PA8&dq=Dimensi+islam&hl=id&
newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjXj5KR1en6Ah
WSTmwGHbhEDscQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=Dimensi%20islam&f=false
https://123dok.com/article/dimensi-dimensi-ajaran-islam-studi-islam.zk7n62pq
( 29 September 2022, 15.27 )
https://www.academia.edu/35123931/ISLAM_DAN_DIMENSI_DIMENSINYA
( 29 September 2022, 18.03 )

22

Anda mungkin juga menyukai