Anda di halaman 1dari 17

1

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM DAN IHSAN

DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1

Dosen Pengampu : Moh. Miftahul Choiri, M.Pd.I

Disusun oleh:

1. DEVANA ZADA AVTANA (210801029)

2. ZAKIYATUN NAJIHAH (210801013)

3. PUTRI AILUULUN HANDAYANI (210801011)

KELAS A

PRODI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

2021
2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT telah


memberikan kita rahmat taufiq serta hidayat Nya. Hanya kepada Nya lah kita memuji
dan bersyukur serta memohon ampunan sehingga makalah ini bisa sampai kepada
pembaca sekalian tanpa kendala apapun. Tak luput dari ajaran Nabi Muhammad SAW
sehingga kita senantiasa berada di jalan yang di ridhoi Allah SWT, Beliau yang
memperjuangkan dan mendakwahkan ajaran islam hingga akhir hayat beliau.

Penulisan makalah “mengintegrasikan iman, islam dan ihsan dalam membentuk


insan kamil” ini membutuhkan cukup banyak waktu agar teman-teman sekalian,
mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling Offering A dan Bapak Dosen pengampun mata
kuliah Pendidikan Agama Islam, Bapak Moh. Miftahul Choiri, M.Pd.I dari Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri bisa membaca makalah ini secara bersama-sama, dengan
tujuan yang sama yakni agar kita semua belajar lebih mendalam dari sebuah istilah
iman, islam dan ihsan yang tak lagi asing bagi kita.

Penulisan makalah ini pun masih belum sempurna. Karena kesempurnaan


hanyalah milik Allah SWT semata. Dan yang menulis hanyalah manusia biasa. Jika
terdapat beberapa kata dan kalimat yang kurang tepat, kami sebagai penulis
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih pula atas apresiasi nya.
Semoga makalah ini bisa menjadi manfaat bagi kita semua.

Bojonegoro, 11 Oktober 2021

Kelompok 3 PAI
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................1

KATA PENGANTAR ........................................................................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................4


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................4
C. TUJUAN .................................................................................................................4
D. MANFAAT ............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. DEFINISI IMAN, ISLAM DAN IHSAN ...............................................................6


B. KARAKTERISTIK INSAN KAMIL .....................................................................11
C. URGENSI IMAN, ISLAM DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN
KAMIL ...................................................................................................................12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................15

A. KESIMPULAN ......................................................................................................15
B. SARAN ...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................16


4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dapat kita ketahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling istimewa,
seorang manusia dibekali Allah SWT akal dan nafsu. Berbeda dengan hewan yang
hanya diberi nafsu dan karena itu hewan tidak bisa membedakan sesuatu. Dari
keistimewaan tersebut harus diketahui bahwa manusiapun diperintahkan oleh Allah
SWT untuk iman dan taqwa kepada Nya dan menjauhi segala larangan Nya karena kita
telah dibekali akal yang mana pasti bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.

Namun manusia pun masih butuh dibimbing dan diarahkan dengan suatu pentunjuk
yang kita sebut dengan agama. Dalam agama islam kita kerap sering mendengar istilah
iman atau islam ataupun ihsan. Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai seorang
muslim terkadang masih melakukan kekhilafan baik disengaja maupun tidak disengaja.
Dengan ini kita harus memahami apa pengertian dari iman, islam dan ihsan yang lebih
mendalam supaya menjadi insan kamil yang sesungguhnya. Agar kita tahu ditingkatan
mana keimanan kita saat ini terhadap Allah SWT dan agar kita merasakan apa yang
disebut dengan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari iman, islam dan ihsan?
2. Apa karakteristik dari insan kamil?
3. Bagaimana urgensi iman, islam dan ihsan dalam membentuk insan kamil?

C. TUJUAN
1. Memahami definisi dari iman, islam dan ihsan
2. Mengetahui karakteristik dari insan kamil
3. Mengetahui urgensi iman, islam dan ihsan dalam membentuk insan kamil
5

D. MANFAAT
Berdasarkan materi yang akan dibahas pada makalah ini penulis berharap
para pembaca bisa mendapatkan manfaat sebagai berikut :
1. Pembaca bisa memahami semua materi yang telah dituliskan oleh penulis.
2. Pembaca dapat mengamalkan pokok-pokok ajaran kehidupan yang ada di
makalah ini yang berjudul “Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan Dalam
Membentuk Insan Kamil”.
3. Dibuatnya makalah ini supaya menjadi acuan pembelajaran di mata kuliah
Pendidikan Agama Islam kelas A Prodi Bimbingan Konseling Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri.
6

E.
7

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI IMAN, ISLAM DAN IHSAN

1. IMAN

Menurut para ulama, iman mencakup keyakinan, perkataan dan perbuatan. Iman
secara bahasa yakni tashdiq yang berarti membenarkan. Sedangkan menurut istilah,
berdasarkan pendapat imam syafi’i iman adalah perkataan, amal dan niat. Jika
dalam syariat, iman secara istilah adalah keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati,
diikhrarkan oleh lidah dan dibuktikan dengan amalan dan perbuatan. Tidaklah
cukup salah satu saja tanpa mencakup ketiga unsur lainnya.

Dan menurut Imam Al-Baghawi, seorang ahli tafsir dan ahli hadits, juga sebagai
ulama dari madzhab Imam Syafi’i berkata bahwa amal juga termasuk keimanan,
iman adalah perkataan, amalan dan aqidah. Jadi bisa disimpulkan bahwa Iman
adalah pembenaran dalam hati (keyakinan), mengucapkan dengan lisan (perkataan)
dan pengamalan dalam tindakan (perbuatan). Berikut merupakan hadis dari Nabi
Muhammad, beliau bersabda:

‫ان تؤمن باهلل ومالئكته وكتبه ورسله واليوم االخر وتؤمن بالقدرخيره وثره (رواه‬
)‫مسلم‬

Yang berarti : “Sesungguhnya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat


Allah, kitab-kitab Allah, rosul-rosul Allah, hari kiamat dan takdir baik dan buruk.
(HR. Muslim).

Dari hadis diatas bisa disimbulkan bahwa rukun iman yang ada 6 yaitu :

1. Iman kepada Allah


2. Iman kepada malaikat Allah
8

3. Iman kepada kitab Allah


4. Iman kepada rosul Allah
5. Iman kepada hari kiamat
6. Iman kepada qada dan qadar
Setiap manusia di muka bumi pasti memiliki sebuah keimanan. Namun tidak
dapat di pungkiri bahwa keimanan setiap orang pasti berbeda-beda sebab ketaatan
dan keyakinan seorang tidak dapat disamakan. Berikut tingkatan-tingkatan dalam
keimanan
a. Tingkat Kebanyakan kaum muslim
Seorang muslim ditingkatan ini adalah mereka yang mengetahui, meyakini
kebenaran dan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan Nya. Mereka
juga mengajak manusia ke jalan kebenaran sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-
Hadist
b. Tingkat Sahabat dan Para Ulama
Tingkatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan tingkatan yang pertama. Pada
tingkatan ini seseorang telah memiliki kesadaran dengan landasan-landasan yang
akurat. Mereka telah mewarisi segala ajaran-ajaran Rasulullah SAW baik yang
bersifat tertulis atau tidak tertulis (perbuatan) yang ada pada diri Rasulullah
SAW. Setiap ilmu yang mereka ketahui selalu diamalkan dengan sungguh-
sungguh serta didakwahkan kepada manusia yang lain agar bersama-sama
berada di jalan yang benar.
c. Tingkat Para Nabi dan Rasul Allah
Tingkatan ini adalah tingkatan paling tinggi, paling sempurna dan paling
paripurna. Dimana di tingkatan ini adalah mereka yang keimanan nya paling
sempurna. Mereka menyadari, meyakini dan mengamalkan perintah Allah
dengan ketaatan dan keistiqomahan yang luar biasa. Para Nabi dan Rasul
senantiasa melakukan kebajikan mulai dari sebelum dipilih menjadi Nabi dan
Rasul hingga setelah dipilihpun. Beliau mengemban risalah dan mendakwahkan
ajaran dari Allah dengan penuh ketaatan dan ketaqwaan.
9

Keterangan diatas dapat kita simpulkan dengan QS. Al-An’am:132 sebagai


berikut

‫ولكل درجت مما عملوا وما ربك بغفل عما يعملون‬

Artinya : “Dan masing-masing orang memperoleh tingkatan-tingkatan (sesuai)


dengan apa yang dikerjakannya. Dan tuhanmu tidak lengah dengan apa yang apa
kamu kerjakan” (QS. Al-An’am : 132)

1. ISLAM

Kata islam berasal dari kata ‫ السالمة‬/ ‫ سلم‬yang memiliki arti selamat, yang
dari kata tersebut muncullah kata ‫الم‬vv‫ اس‬yang berarti menyerahkan diri atau
tunduk dan patuh. Dan dari itulah islam muncul dan umatnya disebut dengan
muslim.

Dan secara istilah islam mempunyai makna yakni agama yang


diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah
yang terakhir, yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, melainkan hubungan manusia dengan manusia dan alam semesta. Mari
kita simak ayat berikut:

‫ دين هللا يبغون وله اسلم من في السموت و االرض طوعا وكرها واليه يرجعون‬v‫افغير‬

Artinya : “Maka apakah mereka mencari agama lain dari agama Allah, padahal
kepada Nya lah menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka
dikembalikan”(QS. Al-Imron : 83)

Jadi berdasarkan ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa islam


merupakan agama terakhir yang diturunkan Allah SWT dimuka bumi kepada
Nabi Muhammad SAW perantara malaikat jibril untuk pegangan umat manusia
hingga akhir zaman dan sebagai umat muslim kita menyerahkan diri, memohon
10

dan berdoa hanya kepada Allah SWT. Terdapat beberapa karakteristik islam
yang harus kita ketahui, dalam KBBI karakteristik berarti suatu ciri khas atau
bentuk watak. Berikut karakteristik islam menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawy :

a. Rabbaniyyah (ketuhanan), islam murni agama dari Allah SWT tanpa ada
campur tangan dari manusia.
b. Insaniyyah (manusiawi), islam diciptakan oleh Allah SWT sesuai dengan
fitrah manusia.
c. Syumul (lengkap), islam merupakan agama yang membicarakan mengenai
dunia, akhirat, pribadi, keluarga, hingga negara.
d. Waqi’iyyah (realitas), islam sebagai agama akhir zaman dan tidak akan
ketinggalan zaman dan dapat direalisasikan dimanapun dan kapanpun.
e. Wasathiyyah (moderat), islam sebagai agama tengah-tengah yakni
memandang segala sudut.
f. Wudhuh (jelas), konsep islam yaitu jelas.
g. Al-Jam’u Baina Ats-Tsabat wa Al-Muruunah (perpaduan antara konsisten
dan flesibel), islam memadukan sebuah tanggungjawab dan toleransi.

Rukun islam sendiri ada 5 yakni

1. Syahadat
2. Solat
3. Puasa
4. Zakat
5. Haji

2. IHSAN
Ihsan berasal dari bahasa arab (isim mufrod) ‫ حسن‬yang berarti baik.

Dan menjadi ‫ان‬vv‫ إحس‬yang mempunyai makna terbaik atau sempurna. Secara
istilah, ihsan adalah seseorang yang menyembah Allah SWT seolah-olah ia
melihat-Nya dan bila ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang
11

tersebut membayangkan bahwa Allah SWT pasti melihat ia. Berikut hadis yang
menguatkan pengertian diatas,

ْ‫يَ َرا َك فَإِنَّهُ تَ َراهُ تَ ُكنْ لَ ْم فَإِنْ ت ََراهُ َكأَنَّكَ هللاَ تَ ْعبُ َد أَن‬
Artinya : “engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan
apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”
(HR. Muslim)
Ihsan dapat diartikan segala perbuatan baik yang dilakukan didasarkan
dengan keikhlasan dan keridhoan kepada Allah SWT serta dilakukan dengan
terus-menerus (istiqomah). Ihsan yang paling sempurna bisa dilakukan dengan
ibadah yang dipenuhi oleh rasa harap dan keinginan, seolah-olah kita melihat-
Nya sehingga kita pun sangat ingin sampai kepada-Nya. Jika tidak mampu maka
kita bisa ibadah dengan menyembah Allah dengan dipenuhi kecemasan dan rasa
takut akan siksa-Nya kelak. Berikut ihsan dan aspek-aspeknya :
1. Aspek ibadah
Dalam aspek ibadah, kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk
menunaikani ibadah seperti solat, zakat, puasa, wirid dan yang lainnya dengan
cara menyempurnakannya dengan ajaran-ajaran dalam islam.
2. Aspek muamalah
Telah dijelaskan didalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 36 sebagai
berikut,

‫ـا‬vًًٔ‫اعبُ ُدوا هّٰللا َ َواَل تُ ۡش ِر ُك ۡوا بِ ٖه َش ۡيـٔـ‬


ۡ ‫َو ۡاليَ ٰتمٰ ى َو َّوبِ ِذى ۡالقُ ۡر ٰبى اِ ۡح َسانًا َّوبِ ۡال َوالِد َۡي ِن َو‬

ۡ ۡ ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬
ِ ‫ب ال َم ٰس ِك ۡي ِن َوال َج‬
 ‫ـار ِذى‬ ِ ُ‫ـار ۡالجُـن‬ ِ ‫بِ ۡال َج ۡۢـن‬
ِ ‫ب َو ۡاب ِن ال َّسبِ ۡي ِل‬
ۡ‫فَ ُخ ۡو َرا اِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ َم ۡن َكانَ ُم ۡختَااًل َو َما َملَـ َك ۡت اَ ۡي َمانُ ُكم‬
Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak (orang
tua), karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga terdekat
maupun jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya” (QS. An-Nisa : 36).
12

Dari ayat diatas kita diharuskan berbuat baik dengan siapapun karena itu
merupakan muamalah dari sebuah ihsan.

3. Aspek akhlak
Akhlak merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Akhlak seseorang
tergantung pada seberapa maksimal seseorang itu dalam melaksanakan ibadah
dan muamalah. Jika kita telah bermuamalah dengn baik yakni memperlakukan
orang tua, kerabat, sahabat, tetangga dan yang lainnya dengan baik maka secara
tidak langsung kita pun telah memperbaiki akhlak kita.

B. KARAKTERISTIK INSAN KAMIL


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) insan adalah
manusia. Dan kamil dalam bahasa arab mempunyai arti sempurna. Jadi bisa
disimpulkan secara bahasa bahwa insan kamil merupakan manusia sempurna.
Dan secara istilah insan kamil adalah manusia yang sempurna dari segi wujud
dan pengetahuannya.
Menurut Abdul Karim bin Ibrahim Al-Jilli, menggagas bahwa insan kamil
ini merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai manusia ideal dengan
kesempurnaan illahi, bahkan menjadi poros dikehidupan dunia ini. Al-Jilli
membagi insan kamil atas 3 tingkatan :
1. Tingkat Al-Bidayah (permulaan).
Insan kamil di tingkat permulaan ini mulai bisa mereaalisasikan asma
dan sifat-sifat Allah pada dirinya.
2. Tingkat Tawasuth (menengah).
Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusian
yang terkait dengan realitas kasih tuhan (al-haqaiq ar-rahmaniyah)
3. Tingkat Al-Khitam (terakhir).
Di tingkat terakhir ini insan kamil telah merealisasikan citra tuhan secara
utuh. Dengan begitu pada insan kamil tingkat ini akan sering terjadi hal-hal
yang luar biasa.
13

Berikut merupakan ciri-ciri dari insan kamil berdasarkan buku manusia


sempurna :
a. Jasmani yang sehat serta kuat dan berketerampilan.
b. Cerdas dan pandai.
c. Rohani yang berkualitas tinggi.

Jika berdasarkan suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW berikut merupakan
ciri-cirinya :

a. Amanah (dapat dipercaya), maksudnya dapat memegang kepercayaan yang


telah orang lain berikan.
b. Fathanah (cerdas), maksudnya yakni cerdas dalam memilih lingkungan
bukan hanya pintar dan cerdas dibangku sekolah.
c. Shidiq (jujur), kejujuran merupakan hal yang sangat dekat dengan kita dalam
sehari-hari. Daru ucapanlah orang lain menilai kepribadian kita..
d. Tabligh (menyampaikan), menyampaikan apa yang telah kita dapatkan yang
bermanfaat bagi orang sekeliling kita seperti menyampaikan berita, namun
harus disertai dengan kenyataan yang benar-benar ada.

C. URGENSI IMAN, ISLAM DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN


KAMIL
Urgensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mempunyai arti
keharusan yang mendesak atau sesuatu hal yang penting dilakukan. Dapat
dimengerti bahwa perwujudan insan kamil harus dibentuk, tidak semata-mata
dengan cara yang instan dan merupakan keharusan seorang muslim untuk
membentuk manusia sempurna yakni insan kamil. Pembentukan insan kamil
terbagi 2 bagian sebagai berikut :
1. Proses Pembentukan Kepribadian
Kepribadian seorang muslim merupakan identitas yang ada pada
seseorang tersebut. Baik secara lahiriyah seperti ucapan, cara berjalan,
melihat, makam minum dan lainnya ataupun batiniyah seperti keikhlasan,
rasa iba, sabar dan lainnya yang berada didalam hati setiap individu. Proses
14

pembentukan kepribadian setiap individu bisa dilakukan dengan 3 macam


pendidikan sebagai berikut :
a. Pranata Education (Tarbiyah Golb Al-Biladah)
Pendidikan ini terjadi secara tidak langsung. Dimana kita mecari
pasangan hidup yang baik, paham agama dan berakhlak. Berikut
sabda Nabi Muhammad SAW : “Pilihlah tempat yang sesuai untuk
benih (mani) mu karena keturunan. Kemudian dilanjutkan dengan
sikap perilaku orang tua yang islam”. Dari sabda Rasulullah SAW
bisa dipetik hikmah bahwa mencari pasangan yang baik dan
berakhlak sangat dianjurkan.

b. Education By Another (Tarbiyah Ma’aghoirihi)


Pada masa pendidikan ini seorang akan dididik oleh manusia
Meliputi orang tua ketika dirumah, guru ketika disekolah dan para
pemimpin ketika dimasyarakat. Sebab seorang ketika lahir tidak
mengetahui apa yang ada dirinya sendiri seperti sabda Allah dalam
surat An-Nahl ayat 78 sebagai berikut

‫ ۙا َوهّٰللا ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢ ْن بُطُوْ ِن‬vًًٔ‫اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َش ْئـ‬
‫ َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َّو‬ ‫صا َر‬ َ ‫ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ نَ َوااْل َ ْب‬vِِٕ‫َوااْل َ ْفٕـ‬
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur” (QS.
An-Nahl : 78).
c. Self Education (Tarbiyah An-Nafs)
Menurut muzayyin, self education timbul karena dorongan dari
naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Self education ini biasa
dilakukan dengan membaca buku-buku, majalah, koran dan yang
lainnya. Tidak semua orang di anugrahi hal ini karena kecenderungan
setiap orang berbeda-beda. Dan pergaulan sangat memengaruhi
15

kepribadian seseorang, maka dari itu sangat perlu diperhatian


pergaulan setiap anak.

ْ‫ ٰايٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَتَّ ِخ ُذو‬ ‫اَل يَأْلُوْ نَ ُك ْم خَ بَااًل ۗ بِطَانَةً ِّم ْن ُدوْ نِ ُك ْم‬

‫ض ۤا ُء ِم ْن اَ ْف َوا ِه ِه ۖ ْمقَ ْد َو ُّدوْ ا َما َعنِتُّ ۚ ْم‬


َ ‫ت ْالبَ ْغ‬
ِ ‫َو َما تُ ْخفِ ْي بَ َد‬

ِ ‫ص ُدوْ ُرهُ ْم اَ ْكبَ ُر ۗ قَ ْد بَيَّنَّا لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬


َ‫ت اِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعقِلُوْ ن‬ ُ

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu


menjadikan teman (dari) orang-orang yang diluat kalanganmu
(seagama) sebagai teman kepercayaanmu (karena) merekan tidak
henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan
kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka,
dan apa yang tersembunyi dihati mereka lebih jahat. Sungguh, telah
kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami) jika kamu mengerti. (QS.
Al-Imran :118)
2. Pembentukan Kepribadian muslim sebagai ummah
Ummah memiliki arti kelompok atau komunitas manusia.
Abdullah Al-Darraz membagi kajian pembentukan ini menjadi 4 tahapan
sebagai berikut:
- pembentukan nilai-nilai islam dalam keluarga
- memberikan bimbingan untuk berbuat baik kepada anak
- memelihara anak dengan kasih sayang
- memberikan tuntunan akhlak kepada anggota keluarga
16

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Iman, islam dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan karena ketiganya memiliki tujuan yang sama yakni menyempurnakan
agama setiap individu. Iman, islam dan ihsan saling berkaitan dalam segala
aspek misal ibadah. Jika seseorang telah kukuh dalam ketiganya maka orang
tersebut bisa dikatakan sebagai insan kamil. Dimana insan kamil merupakan
manusia yang sempurna.
Jadi insan kamil ini harus dibentuk sejak pemilihan calon pasangan kita.
Kita harus memilih seorang pasangan yang baik dan berakhlak agar insan kamil
tersebut lahir dari sebuah hubungan suami istri yang sah. Kemudian bisa dididik
dengan berbagai upaya dan tentunya melalui beberapa proses, sebagaimana yang
telah disebutkan diatas.
B. SARAN
Sebagai penulis kami selalu menantikan sebuah kritik dan saran dari
pembaca agar nantinya bisa menjadi pembelajaran dan ilmu yang kami terapkan
pada makalah atau karya tulis lainnya. Makalah ini ditulis dengan penuh kehati-
hatian jika masih terdapat salah dan luput yang disengaja maupun tidak
disengaja, penulis mengucapkan banyak permohonan maaf.
17

DAFTAR PUSTAKA

AL, Q. (t.thn.). Al Imron ayat 118.

AL, Q. (t.thn.). Al-An'am ayat 132.

AL, Q. (t.thn.). Al-Imron ayat 83.

AL, Q. (t.thn.). an nahl ayat 78.

AL, Q. (t.thn.). AN NISA AYAT 36.

Al-Qardhawi, Y. (1994). Buku Karakteristik Islam; Kajian Analitik.

Az-Zandani, S. A. (2016). ensiklopedia iman. Dalam tingkatan ahli iman dan


kesempurnaannya (hal. 29-31).

Hadis. (t.thn.). Riwayat Imam Muslim.

Mahmud, A. (2014). Insan Kamil Perspektif Ibnu Arabi. jurnal wawasan keislaman.

Muthahhari, M. (2013). Manusia Sempurna: Nilai dan Kepribadian Manusia pada


Intelektualitas, Spiritualitas dan Tanggung Jawab Sosial. jogjakarta.

shania, e. (2019). Makalah pendidikan agama islam iman islam ihsan. 7-8.

Anda mungkin juga menyukai