Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LANDASAN SOSIO CULTURAL & PEDAGOGIS


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Dasar-Dasar Bimbingan Konseling

DOSEN PENGAMPU : VESTI DWI CAHYANINGRUM, M. Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

1. ADINDA SALFA NUR FATEKAH ( 210801025 )


2. LASTRI SULISTIANI ( 210801032 )
3. RANGGA NEFRIDIO PUTRA ( 210801080 )

KELAS 1A
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang sudah melepimpahkan rahmat,
taufik dan hidayat-nya sehingga kami bisa menyusun Tugas pembuatan Makalah ini dalam mata
kuliah Dasar Dasar Bmimbingan Konseling , dengan tema ”Landasan sosio cultural dan
pedagogis” ini dengan baik serta tepat waktu.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini biasa memberikan manfaat bagi kita semua
dalam kehidupan sehari hari dapat meemberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca,
terutama dalam bidang Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.

Bojonegoro, 7 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................3

B. Rumusan .................................................................................................................3

C. Tujuan .....................................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................4

A. Landasan sosio cultural............................................................................................4

B. Landasan Pedagosis..................................................................................................9

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................................10

A. Kesimpulan .............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bimbingan dan Konseling adalah suatu proses interaksi anatara konselor dan konseling baik
interaksi secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseling agar
dapat mengembangkan potensi dirinya ataupun memcahkan masalah dan memberikan solusi
terhadap konseling tersebut. Serta memberikan bantuan untuk peserta didik baik secara perorangan
maupun kelompok agar mereka mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam
pengembangan hidup pribadi, sosial, kemampuan belajar, karir dan lain-lain melaluui berbagai
jenis layanan serta kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Bimbingan dan Konseling merupakan dua pengertian yang saling berhubungan dengan arti
pemberian bantuan terhadap seseorang. Bimbingan adalah bantuan yang dapat diberikan oleh
penasehat kepada seseorang agar mereka sadar dan dapat mengambil keputusan yang berkaitan
dengan kegiatannya atau yang menentukan arah tujuannya. Sedangkan konseling memiliki arti
suatu situasi bantuan penyelesaian masalah yang bersifat terbuka dengan cara face to face yang
diberikan oleh konselor atau tenaga yang profesional

Disini dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan istilah yang berbeda
makna namun tetap saling berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan .Bimbingan lebih bersifat
preventif sedangkan konseling lebih bersifat ke kuartif. Dalam Bimbingan Konseling Terdapat
beberapa landasan yaitu, landasan filosofis, landasan religius, landasan psikologis, landasa ilmiah
dan teknologi, landasan sosio cultural dan landasan pedagois.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Landasan Sosio Cultural?
2. Apa itu Landasan Pedagogis ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan Memahami Landasan sosio Cultural.
2. Mengetahui dan Memahami Landasan pedagogis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. LANDASAN SOSIO CULTURAL

1. PENGERTIAN

Landasan sosio cultural atau yang disebut sosial budaya adalah landasan yang dapat
memberikan pemahaman terhadap konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Seoarang individu pada dasaranya merupkan
orang yang sejak lahir sudah dididik dan diajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku yang
sejalan dengan tuntutan sosial budaya yang ada di sekitarnya. Lingkungan sosial budaya atau sosio
cultural juga melatar belakangi dan melingkupi individu yang berbeda-beda sehingga
menyebabkan kesamaan dan perbedaan pula dalam pembetukan perilaku dan kepribadian yang
bersangkutan. Jika perbedan sosio cultual atau sosial budaya ini tidak dijembatani dengan baik,
maka akan timbul konflik-konflik yang akhirnya nanti dapat menghambat terhadap proses
perkembangan kehidupan pribadi dan sosialnya.

Perkembangan konseling tidak lepas juga dari pengaruh lingkungan atau cultural, baik fisik,
psikis maupun sosio atau sosial. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat juga
mempengaruhi life style masyarakat bahkan individu itupun sendiri. Apabila berubahan itu terjadi
maka akan melahirkan konfik-konflik atau masalah pribadi atau juga perilaku,yang diduga
mempengaruhi gaya hidup. diantarmya, pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, perumbuhan
kota-kota, kesengjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi dan
pergeseran struktur keluarga. Iklim kehidupan kehidupan yang kurang sehat pun dapat
menimbulkan efek yang mempengaruhi pikiran,gaya hidup dan pola perilaku, diantaraya,
maraknya tayangan pornografi di televisi, internet, dvd maupun vcd, pennyalahgunaan obat-obat
tertentu, minuman keras, narkoba, ketidak harmonisan kehidupan, kurang kasih sayang dan
dekadensi moral orang dewasa juga sangat mempengaruhinya terutama pada usia remaja.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku seperti diatas adalah dengan cara
mengembangkan potensi konseling dan mefsilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk
memcapai standar kopetensi mereka, memberikan dorongan dan energi positif terhadap mereka.
Nah upaya ini merupakan wilayah garapan bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara
proaktif dan berbasis dengan data tentang perkembangan konseling beserta berbagai faktor yang
membengaruhinya.

4
Landasan sosial budaya atau sosio cultural ini juga menunjukkan pentingnya gambaran
aspek-aspek sosial budaya atau sosio cultural yang mewarnai kehidupan seseorang. Aspek sosial-
budaya atau sosio cultural inilah yang membentuk individu selain dari faktor pembawaan, tepatlah
jika landasan ini menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan bimbingan dan
konseling.

2. FAKTOR-FAKTOR SOSIO CULTURAL YANG MENIMBULKAN KEBUTUHAN

Nah dari faktor-faktor ini kebutuhan Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan dan
dibutuhkan karena adanya konflik-konflik yang timbul dihadapi oleh individu yang terlibat dalam
kehidupan sosial masyarakat. Faktor-faktor tersebut yaitu :

a. Individu sebagai produk lingkungan sosio cultural

Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial dimana ia hidup
sejak lahirnya sudah didik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial cultural atau sosial budaya yang ada disekitarnya,nah kegagalan dalam
memenuhi tuntutan sosial budaya atau sosial cultural tersebut dapat mengakibatkan tersingkirnya
dari lingkungan ia berada. Pesatnya arus globalisasi dan perkembangan zaman berdapak positif
tetapi juga berdampak kurang menguntungkan yakni dengan merebaknya berbagai problema yang
semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Kondisi ini sangat kondusif bagi
berkembanynya konflik-konflik atau masalah-masalah pribadi maupun sosial yang terekspresikan
dalam suasana psikologis yang kurag yaman,contoh seperti perasaan cemas,stress dan perasaan
tersaing serta terjadinya penyimpangan moral atau sistem nilai. Pada dasarnya bimbingan juga
sangat perlu untuk mengatasi situasi seperti ini.

b. Perubahan konstelasi keluarga

Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti:
melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum perempuan,
dan meretaknya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah-masalah tersebut diikuti
oleh permasalahan lain yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai
tahun 1980-an, dan kecenderungan pola orang tua tunggal (one/single-parent) dan suatu keluarga.
Suatu artikel yang berjudul “Typical American Famili-A Vinishing Institution” menyimpulkan
hasil penelitiannya dan sejumlah pemikiran dari para ahli nasional tentang keluarga yan isinya
sebagai berikut:

1) Anak-anak diasuh secara berbeda dan sering dilakukan oleh orang luar (outsiders).
2) Ibu merasa dihantui oleh perasaan bersalah saat meninggalkan anak untuk pergi bekerja.
3) Perceraian dan masalah lain yang menyertai terus meningkat.
4) Keluarga kehilangan fungsi ekonomi,
5) Pasangan suami-isteri cenderung kurang berminat untuk mempunyai anak

5
Kecenderungan gambaran kehidupan keluarga di atas, sangat tidak diharapkan, karena
bagaimanapun kan keadaan keluarga sangat berpengaruh pada kehidupan masyarat teutama
anaknya sendiri dan kehidupan masyarakat sangat berpengaruh dalam membangun bangsa dan
negara. Kestabilan, keharmonisan keluarga yang diwarnai dengan nilai-nilai agama akan
melahirkan pemuda-pemudi yang berakhlak mulia dan berdampak pula pada kehidupan
masyarakat yang harmonis. Namun jika yang terjadi sebaliknya maka, malapetaka akan menimpa
hubungan anggota keluarga, masyarakat pada umumnya juga bangsa dan negara. Untuk
memelihara keutuhan dan keharmonisan hubungan keluarga memang tidaklah mudah, karena
banyak sekali faktor yang turut mempengaruhinya, baik itu faktor bersifat internal (yakni keluarga
itu sendiri) maupun faktor eksternal. Maka ini sangat perlu dibutuhkannya bimbingan.

c. Perkembangan pendidikan

Demokrasi di bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang pendidikan


juga. Oleh karena itu, ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari beberapa kalangan yang
latar belakangnya berbeda-beda seperti (agama, budaya, keadaan sosial, adat-istiadat dan
ekonomi). Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi oleh orang-orang
yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Tidak sedikit konflik atau masalah yang akan terjadi.
Kelompok tersebut terdiri atas orang yang mulanya tidak hendak bersatu, sedangkan kesempatan
terbuka memaksa mereka bergaul bersama. Dan akhirnya Hal ini menyebabkan kelompok kecil
yang berusaha memisahkan diri dari kelompok besar dan menambah runcingnya pertentangan
sehingga memerlukan pemecahan masalah yang sungguh-sungguh.

d. Dunia kerja

masalah karir menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandingkan
masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya perubahan dalam dunia kerja terutama di
tahun 1970-an. Perubahan itu diantaranya, Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para
pekerja yang tidak memiliki keterampilan, Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang
profesional dan memiliki keterampilan teknik, Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai
dampak dari penerapan teknologi maju, Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah,
Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru, Semakin
bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.

e. Perkembangan komunkasi

 Dampak media massa temasuk televisi terhadap kehidupan manusia sangat besar apalagi
internet dan SmartPhone telah menjadi pusat hiburan bagi keluarga. Anak-anak juga para remaja
dan kaum dewa rata-rata menghabiskan waktu tiap hari sekitar 6 jam bahkan bisa lebih untuk
menonton televisi dan internetan. Propaganda atau iklan di televisi dan internet telah menebalkan
sikap konsumerisme masyarakat. Disamping program penayangan acara atau iklan tersebut bahwa
ada juga yang ditayangkan sedikit merusak nilai-nilai pendidikan karena adanya adegan yang
kurang layak atau kekerasan, mistik dan moral.

6
Hal ini sangat penting bagi orangtua untuk membimbing anak-anaknya dalam
mengembangkan kemampuan anak untuk menilai setiap tayangan yang ditonton secara kritis,
Dalam hal ini layanan bimbingan memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam
mengambil keputusan.

f. Seksisme dan rasisme

Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis
kelamin lainnya. Sementara rasisme merupakan paham yang mengunggulkan ras yang satu dari ras
lainnya. Di Amerika , seksisme masih merupakan fenomena umum dikalangan masyarakat.
Fenomena ini nampak dari sikap orang tua yang masih memegang budaya dan adat tradisional
dalam pemilihan karir bagi anak wanita, dan mereka membatasi atau tidak memberikan kebebasan
kepada anak wanita untuk memilih karirnya sendiri yang diminatinya. Berdasarkan persoalan itu,
maka program bimbingan mempunyai peranan penting dalam upaya membantu orangtua agar
memiliki pemahaman bahwa anak wanita memiliki peluang yang sama dengan anak laki-laki
dalam memilih karir yang diminati.
Rasisme masih menyelimuti iklim kehidupan masyarakat Amerika. Selama tahun 1978-
1979 para pemimpin kulit hitam sudah bersikap apatis dalam melawan perlakuan diskriminatif
(rasisme) terhadap mereka. Perlakuan diskriminatif (rasisme) berupa seperti adanya pembatasan
pemberian kesempatan bekerja pada kalangan muda kulit hitam yang menyebabkan sekitar 25%
kalangan muda kulit hitam menjadi pengangguran.

g. Kesehatan mental

Masalah kesehatan mental diamerika serikat ternyata semakin marak, dan tidak dapat
dihentikan. Coleman melakukan survey pada tahun 1974 yang menunjukan bahwa :

1) 10 juta orang amerika mengalami gangguan jiwa atau yang disebut neurotik
2) 2 juta orang mengalami sakit jiwa
3) 4 juta orang atau lebih memiliki kebribadian anti sosial
4) 1,5 juta remaja atau orang dewasa melakukan kejahatan yang serius
5) 500 ribu orang berurusan dengan lembaga-lembaga pengadilan
6) 9 juta orang kecanduan alkohol
7) 1 juta orang atau lebih menyalah gunakan obat-obatan terlarang
8) 5,5 juta anak dan orang dewasa mengalami gangguan emosional

Terkait dengan masalah ini, sekolah dan lembaga perusahaan dituntut untuk
menyelenggarakan program layanan bimbingan don konseling dalam upaya mengembangkan
mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang kurang sehat atau tidak sehat.

7
h. Perkembangan teknologi

Dengan perkembangan teknologi yang pesat, telah menimbulkan 2 masalah penting yang
menyebabkan kerumitan strukturserta keadaan masyarakat yaitu :

1) Penggantian sebagian tenaga kerja dengan alat mekanis sampai elektronik dan hal ini
menyebabkan pengangguran karena tenaga kerja sudah tidak dibutuhkan.
2) Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru yang menghendaki keahlian
khusus dan memerlukan pendididkan khusus pula bagi orang yang hendak
menjabatnya.

Nah jadi kedua masalah ini timbul bagi orang yang bersangkutan terutama kepada murid-
murid sekolah untuk mendapatkan pengetahuan tentang pilihan jabatan dan cara memilihnya
dengan tepat. Dan merupakan kebutuhan mereka bagi yang mengalami kesulitan dan
membutuhkan bantuan dari orang lain atau badan berwenang untuk memecahkannya. Disinilah
bimbingan itu akan terasa sangat-sangat dibutuhkan.

i. Kondisi moral dan keagamaan

Kebebasan menganut agama sesuai keyakinannya masing-masing menyebabkan setiap


individu bepikir dan menilai agama yang dianut dan dikerjakannya. Penilaian tersebut terkadang
berdasarkan nilai-nilai moral umum yang dianggap paling baik dan hal semacam ini kadang
menimbulkan keraguan akan kepercayaan yang diwarisi orangtua mereka. Pada saat itulah,
terutama para kaum-kaum muda memberikan penilaian terhadap keyakinan agama itu sendiri yang
didasarkan atas kesenangan pribadi yang akan membawa kepada perasaan tertekan oleh norma-
norma agama ataupun nilai moral yang dianut oleh orangtua dan masyarakat lingkungan
sekitarnya. Perbandingan akan tampak antara norma agama dari orangtua dan masyarakat sekitar
dengan norma yang telah diciptakan oleh kelompok mereka sendiri. Dengan begitu pilihan-pilihan
yang sulit akan dihadapi mereka dan membuat penentuan adalah hal yang tidak mudah bagi
mereka. Makin sulit ragam ukuran penilaian maka, makin besar pula konflik yang dihadapi
individu yang bersangkutan dan kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang baik untuk
menanggulanginya.

j. Kondisi sosial ekonomi

Perbedaan yang sangat besar dalam faktor ekonomi antara kelompok campuran juga
menimbulkan masalah yang berat yang sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan
ekonomi tingkat bawah atau lemah. Di kalangan mereka, terutama anak-anak tidak mustahil akan
timbul kecemburuan sosial, perasaan rendah diri, iri dengki dan tidak nyaman bergaul serta
perasaan asing dan merasa ada jurang perbedaan dari kelompok atau kalangan orang-orang kaya.
Untuk menanggulangi masalah tersebut tentu jelas memerlukan adanya bimbingan, baik terhadap
mereka yang datang dari golongan tidak mampu maupun golongan yanng wah yang sangat elite.

8
3. PERMASALAHAN YANG TERJADI DALAM SOSIO CULTURAL

Dalam proses konseling pasti akan terjadi komunikasi antara konselor dan konselig atau
klien, yang mungkin memiliki latar sosio and cultur tertentu dan pasti berbeda. Pederson dalam
prayitno (2003), mengemukaan 5 macam sumber hambatan yang timbul dalam sosio cultural
yaitu :

1) Perbedaan bahasa
2) Komunikasi non verbal
3) Stereotipe
4) Kecenderungan menilai
5) Kecemasan

B. LANDASAN PEDAGOGIS

1. PENGERTIAN

Pedagogis merupakan ilmu yang yang membahas pendidikan,yaitu pendidikan anak. Jadi
maksudnya pedagogis ini menjelaskan tentang seluk buluk pendidikan anak. Bisa dibilang teori
pendidikan anak. Ilmu ini sangat dibutuhkan oleh guru sekolah dasar karena mereka akan
berhadapan langsung dengan anak anak atau bocil yang belum dewasa. Karena tugas guru bukan
hanya mengajar melainkan ia memiliki tugas untuk mengembangkan kepribadian anaknya
didiknnya secara terpadu. ia juga mengembangkan sikap mental anak,hati nurani, mengajarkan
menghargai sesama manusia, mengmbangkan keterampilan dan bakat. Pedagogis juga dapat
diartikan ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi
pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogis juga kadang merujuk pada penggunaan yang
tepat dari strategi mengajar. Pedagogis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu paidagogeo yang
berarti membimbing secara literal. Kata yang berhubungan dengan kata pedagogis yaitu adalah
pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar,
dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.

Landasan pedagogis merupakan suatu landasan yang digunakan oleh pendidik untuk dapat
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencapai tujuannya, yaitu dengan tujuan
membimbing peserta didik ke arah tujuan tertentu agar peserta didik dapat menyelesaikan masalah
dengan mandiri. Landasan ini juga salah satu bagian dari pendidikan yang amat penting dalam
upaya untuk memberikan bantuan atau pemecah masalah dan motivasi agar perserta didik dapat
mencapai tujuan pendidikan yang akan diharapkan.

9
2. LAYANAN LANDASAN PEDAGOGIS

Ketika seseorang melakukan praktik bimbigan dan konseling berarti dia sedang mendidik
dan begitupula sebaliknya. Maka bimbingan dan konseling ini sangat identik dengan pendidikan.
pendidikan itu merupakan satu lembaga yang universal dan brfungksi sebagai sarana reproduksi
sosial (budi santoso, 1992). Layanan pedagogis dalam layanan bimbingan dan kondeling ditinjau
dari 3 segi, yaitu :

a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu karena bimbingan merupakan


bentuk upaya dari pendidikan

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat
menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan
manusia tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualnya,kesosialisasinya dan
keberagamaanya. Dalam pengertian tersebut disebutkan bahwa bimbingan konseling salah satu
bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu bimbingan dan konseling tidak boleh lepas dari
pengertian pendidikan. Pelayanan bimbingan dan konseling juga tetap mengacu pada pendidikan,
karena apa ? karena pelayanan bimbingan dan konseling merupakan usaha sadar menyiapkan
peserta bimbingannya atau klien nya untuk perannya di masa yang akan datang.

b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling

Indikator utama yang menandai adanya pendidikan ialah peserta didik yang terlibat di
dalamnya menjalani proses belajar  dan kegiatan bimbingan konseling bersifat normatif.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang akan dijalani oleh klien-kliennya.
Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling
adalah proses yang berorientasi pada belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri,
belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai pemahaman. (dalam Belkin,
1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari
ketrampilan dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien dapat memperoleh berbagai hal yang baru bagi
dirinya.

c. Pendidikan lebih lajut sebagai inti tujuan bimbingaan dan konseling

Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus dan tujuan umum. Mari kita mengutip
dari pendapat crow and crow, prayitno dan erman amti yang menyatakan bahwa tujuan khusus
dalam pelayanan bimbingan dan konselinglah membantu individu memecahkan konflik-
konfliknya atau masalh-masalah nya yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya adalah
bimbingan itu sendiri.

10
Tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan-tujuan pendidikan juga menunjang
proses pendidikan pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan
dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut
kawasan kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang sd dan smp juga sma
(broders dan dury, 1992 ). Hasil dari bk pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan
pada umumnya.

A. KESIMPULAN

 Karakteristik sosio cultural tidak dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan meningkatkan
mutu kehidupan serta martabat manusia. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan bimbingan dan
konseling harus dilandasi oleh pertimbangan keanekaragaman sosio cultural yang hidup dalam
masyarakat, disamping kesadaran akan dinamika sosio cultural itu menuju masyarakat yang lebih
maju. Landasan sosio cultural merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi
terhadap perilaku individu yang pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosio cultural yang
dimana ia hidup. Latar belakang sosial yang berbeda itu tidak dapat disamaratakan
penanganannya, karena masalah yang datang dari satu individu dengan individu lainnya sudah
pasti berbeda sesuai apa yang sedang ia hadapi. Akar budaya asli yang sekarang masih hidup dan
memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat yang berbudaya asli itu patut, dikenali, dihargai dan
dijadikan pertimbangan utama dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Hal yang semestinya
menjadi tanggung jawab penuh para konselor.
Landasan dalam bimbingan konseling pada hakikatnya merupakan fator-faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan lo, apalagi khusunya bagi konselor selaku pelaksana utamanya
dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Landasan pedagogis adalah salah satu
bagiaan dari pendidikan yang amat penting dalam upaya untuk memberikan bantuan atau pemecah
masalah dan memotivasi agar peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkannya.Landasan pedagogis mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan
memang dapat dibedakan, akan tetapi tidak dapat dipisahkan karena saling ketergantungan atau
membutuhkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling ini merupakan salah satu bentuk
pendidikan. Jadi demikian lah proses bimbingan dan konseling yang merupakan proses pendidikan
yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative. Tujuan bmbingan dan konseling juga
memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang program pendidikan secara menyeluruh atau
universal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Amti, Erman. (2003). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.


Jakarta: Depdikbud.
Yusuf, Syamsu., dan Nurihsan, A. Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
http://umiaeesyah.blogspot.co.id/2013/12/landasan-sosial-budaya-dalam bimbingan.html?m=1
http://lenterailmubastari.blogspot.com/2017/06/bab-i-pendahuluan-1.html
http://ziqyan1995bk.blogspot.com/2018/09/ladasan-pedagogs-dalam-bk.html
Santoso,djoko budi. (2009). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Universitas negeri malang

12

Anda mungkin juga menyukai