Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH PROFESI BK

“KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN PROFESI

BIMBINGAN KONSELOR”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas semester 2


Dosen pengampu : Dr.Yunita Dwi Setyoningsih, M. Pd, M. Psi.

Oleh :

Kelompok 3

1. Imam Qomarudin (210801015)


2. Ria Inandini (210801033)
3. Irma Ayuning M (210801024)

KELAS A

PRODI BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEMDIDIKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita dengan
bentuk yang sebaik-baiknya dan memberi banyak nikmat kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang di amanahkan oleh Ibu Dr.
Yunitha Dwi Setyoningsih S. Psi, M. Pd. mata pelajaran PROFESI BK

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “KOMPETENSI KEPRIBADIAN
PROFESI BIMBINGAN KONSELING. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu kami berharap adanya kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun daria anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Bojonegoro, 02 April 2021

Kelompok 3 Profesi BK

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................3

2.1 Standar Kompetensi Profesi Konselor ............................................................3

2.2 Kompetensi Kepribadian Konselor .................................................................6

BAB III PENUTUP ..................................................................................................11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................11


3.2 Kritik dan Saran ............................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................12

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan konseling bukan hanya ditentukan oleh pengetahuan dan


keterampilan yang dimiliki konselor, tetapi karakteristik pribadi menjadi
determinan yang paling kuat dalam konseling (Corey. 2009:18). Penguasaan
kompetensi akademik perlu ditunjang dengan penguasaan kompetensi
kepribadian, agar konselor tidak hanya mampu beretorika semata, tetapi lebih dari
itu seorang konselor diharapkan mampu menampilkan karakteristik yang empatik,
sekaligus mampu menjadi teladan bagi konseli.

Perilaku konselor adalah sebagian dari cermin kepribadiannya, yang dapat


mempengaruhi hasil konseling yang akan berlangsung. Secara tidak langsung
sikap dan perilaku konselor merupakan objek observasi bagi konseli, hal ini
khususnya berkaitan dengan tingkah laku konselor dalam kehidupan sehari-hari.
Konselor yang bersikap hangat dan rendah hati cenderung lebih mudah
mendatangkan rasa nyaman dalam diri konseli. Bahasa tubuh seorang konselor
selama berlangsungnya proses konseling juga dapat menjadi pendukung akan
keberhasilan suatu kegiatan konseling. Ketepatan seorang konselor dalam
bersikap dan memilih kata-kata selama berlangsungnya proses konseling,
merupakan faktor terpenting untuk menumbuhkan kepercayaan dan kenyamanan
pada individu yang dilayani. Konselor dapat menjadi “model” bagi konseli dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan standar kompetensi profesi konselor?

2. Apa yang di maksud tentang kompetensi kepribadian profesi konselor?

1
2

1.3 Tujuan

1. Memahami tentang standar kompetensi profesi konselor.

2. Memahami tentang kompetensi kepribadian profesi konselor.


3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Standar Kompetensi Profesi Konselor

Secara etimologi kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan yang


dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Kompetensi adalah kelayakan
kemampuan atau pelatihan untuk melakukan satu tugas”. Sedangkan Kartono
memberi pengertian bahwa: “kompetensi adalah kemampuan atau segala daya,
kesanggupan, kekuatan, kecakapan dan keterampilan teknis maupun sosial yang
dianggap melebihi dari kesanggupan anggota biasa”. (Mujib : 2006). Kompetensi
merupakan bagian penting dari sebuah profesi guna melandasi suatu sikap, nilai
dan pribadi yang sesuai dengan ekspektasi kinerja. Bagi profesi konselor sendiri
kompetensi sangat urgent adanya untuk dijadikan landasan dari kinerja konselor.

Kompetensi sangat penting disebabkan adanya klien atau konseli yang


dikonseling untuk mengembangkan dan memahami kompetensi-kompetensi
dalam penerapan pelayanan Bimbingan konseling, dengan tujuan agar tercapainya
kehidupan yang lebih aman, nyaman, produktif dan efektif. (Dalam artikel Saiful
Hadi : 2018). Kepribadian yang sehat akan tercipta dengan latihan yang tertib, uji
coba yang terus-menerus sehingga seorang konselor benar-benar mampu
mengarahkan konseli untuk keluar dari masalah yang dihadapi. Kepribadian
konselor sangat mempengaruhi keefektifan profesi mereka sebagai konselor.

Profesi konselor merupakan salah satu tenaga pendidik yang telah resmi
dan diakui pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dengan bunyi “Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan”. Dan setiap kualifikasi tenaga pendidik tersebut memiliki kompetensi
dan kualifikasi masing-masing yang telah ditentukan dan diatur oleh pemerintah.

3
4

Untuk itu demi terwujudnya pelayanan dan pemberian bantuan yang tepat
yang selaras dengan kompetensi dan kualifikasi dari pemerintah, maka pribadi
konselor harus dipastikan sebagai pribadi yang sehat. Kepribadian ada kalanya
sehat dan ada kalanya tidak sehat. Adapun makna dari kepribadian sehat
(psycholgical wellness) adalah keadaan individu yang mengarah pada
perkembangan yang kuat dan kemampuan mental yang memiliki kesesuaian
fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik. Berikut merupakan beberapa kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki oleh konselor dalam kepribadian yang sehat
yakni:

1. Empati
Empati yakni kemampuan serta keahlian seseorang agar dapat
merasakan secara tepat apa yang dirasakan juga dialami oleh orang lain
dengan mengkomunikasikan persepsinya. Orang yang memiliki tingkat
empati tinggi akan menunjukkan sikap siaga yang nyata dan berarti dalam
hubungannya dengan orang lain dia merupakan sosok yang mengayomi
dan peduli. Sementara mereka yang rendah empatinya menunjukan sikap
yang secara nyata kurang baik dan berarti dapat merusak hubungan antar
pribadi dengan sesama.
Lebih lanjut Eisenberg and Strayer mengatakan bahwa salah satu
yang paling penting dan mendasar pada proses empati adalah pemahaman
adanya perbedaan antara individu dan orang lain. Sehingga dapat
diterjemahkan bahwa seseorang yang empatik memiliki sifat dan keahlian-
keahlian yang terkait dengan personal komunikasi, perspektif dan
kepekaan dalam berinteraksi dengan orang lain, karena orang yang
empatik akan memiliki sifat pemahaman atas kondisi dan keadaan orang
lain dengan baik.

2. Respek
Respek menunjukan suatu sikap secara tidak langsung bahwa
seorang konselor menghargai martabat dan nilai konseli sebagai manusia.
5

Hal ini mengandung arti juga bahwa konselor menerima kenyataan bahwa
konselor hanya dapat mengarahkan, sebab setiap konseli menerima hak
atas dirinya untuk menentukan suatu pilihan, memiliki kebebasan,
kemauan, dan mampu membuat keputusannya sendiri. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Patterson bahwa respek itu sikap
mengakui, menghargai dan menerima konseli apa adanya, tidak
membodoh- bodohkan konseli, terbuka menerima pendapat dan pandangan
konseli tanpa menilai atau mencela serta terbuka untuk berkomunikasi
dengan konseli secara baik.

3. Kemampuan Berupa Kesiapan Diri


Kemampuan adalah seseorang yang memiliki kesanggupan,
kecakapan dan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan. Dari pengertian
tersebut dapat diketahui bahwa seseorang melakukan berbagai tugas dalam
satu pekerjaan dan dinilai oleh orang lain, maka dapat dinyatakan
seseorang tersebut memiliki kemampuan. Kesanggupan sebagai suatu
kekuatan yang dinamis dan magnetis dari kompetensi pribadi konselor.
Konselor yang memiliki sifat potensi ini selalu menampakkan
kekuatannya dalam penampilan pribadinya.
Selain itu kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang atau
individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban
dalam hal tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi.
Kesiapan sangat penting dilakukan bagi konselor untuk menunjukkan
kesanggupan, kekuatan, keahlian dan kemampuan seseorang untuk
merespon dan menanggapi masalah konseli dengan baik dan benar.

4. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur
diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan baik yang berasal dari
dalam diri maupun dari luar diri. Kemampuan seseorang untuk mengatur
diri sendiri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian
dirinya menampakkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan
6

diri. Dengan demikian dapat dipahami bahwa aktualisasi diri merupakan


suatu proses menjadi diri sendiri, tidak meniru dan tidak terkontaminasi
dengan dialek, gaya atau sikap orang lain dengan cara mengembangkan
sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada
untuk menjadi kepribadian yang utuh.
Maka dari itu menjadi seorang konselor diharuskan untuk dapat
mengaktualisasikan dirinya agar keberlangsungan kegiatan konseling
menjadi baik, serta dapat menghasilkan ciri kepribadian yang khas dari
dalam diri konselor tersebut.

2.2. Kompetensi Kepribadian Konselor

Kepribadian merupakan segala bentuk perilaku dan kebiasaan individu


yang terdapat pada diri seseorang dan digunakan untuk bereaksi dan
berinteraksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari
dalam maupun dari luar dirinya. Seorang konselor harus mempunyai
kepribadian yang sehat agar dapat bertindak secara efektif. Kelangsungan
praktik konseling sangat tergantung pada kepribadian konselor yang memiliki
peran sebagai pemandu, pengarah dan penunjuk jalan tengah dan solusi.

Kompetensi kepribadian menjadi tolak ukur yang sangat kompetitif,


karena konselor mempunyai peran yang penting terhadap pengawasan,
pengembangan bakat dan mendidik konseli untuk menjadi pribadi yang lebih
berintegritas. Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap konselor. Kepribadian menjadi landasan dan tendensi bagi
sebuah konselor karena dengan kepribadiannya menjadi cerminan sikap dan
perilaku terhadap konseli.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menjelaskan rumusan


kompetensi akademik dan profesional konselor terbagi menjadi 4 yakni :
a. Kompetensi Pedagogik
b. Kompetensi Kepribadian
c. Kompetensi Profesional
d. Kompetensi Sosial
7

Dalam makalah kali ini, penulis akan menjabarkan mengenai salah satu
dari 4 kompetensi diatas, yakni kompetensi kepribadian dari seorang konselor
menurut Undang-Undang No 19 Tahun 2005. Berikut rumusan kompetensi dari
kompetensi kepribadian:

1. Beriman dan bertaqwa - Menampilkan kepribadian yang


kepada Tuhan Yang Maha beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Esa Yang Maha Esa.
- Berkonsisten dalam menjalani
kehidupan
beragama dan toleran terhadap
pemeluk agama lain.
- Berakhlak mulia dan berbudi pekerti
luhur.

Jadi, seorang konselor diharuskan untuk memiliki pribadi yang taat kepada
tuhan yang maha esa, agar terbentuknya akhlak yang mulia dan berbudi pekerti
yang baik. Hal ini diimplementasikan dengan tujuan agar konselor dapat
memberikan arahan, bimbingan, tuntunan yang baik kepada konseli ketika
konseling sedang berlangsung. Seorang konselor bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa sebagai pondasi utama untuk melaksanakan segala kegiatan duniawi,
konselor juga diharuskan mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa
supaya nilai kespiritualannya kuat dan kokoh. Dalam hal ini seorang konselor
harus memiliki nilai toleran terhadap pemeluk agama lain.

2. Menghargai dan menjunjung - Mengaplikasikan pandangan positif


tinggi nilai-nilai dan dinamis tentang manusia sebagai
kemanusiaan , individualitas makhluk spiritual, bermoral, sosial,
dan kebebasan memilih. individual dan berpotensi.
- Menghargai dan mengembangkan
8

potensi positif individu pada


umumnya dan konseli pada
khususnya.
- Peduli terhadap kemaslahatan manusia
pada umumnya dan konseli pada
khususnya.
- Menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai dengan hak
asasinya.
- Toleran terhadap permasalahan
konseli.
- Bersikap demokratis.

Jadi, konselor diharuskan memiliki kepribadian yang mengaplikasikan


pandangan positif pada konselinya dengan menghargai dan menghormati atas
pilihan yang diputuskan oleh konseli. Konselor juga dituntut untuk menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia terlebih konselinya sesuai dengan hak
asasinya dengan sikap yang demokratis serta dinamis. Konselor tidak memiliki
hak untuk memaksa dan menuntut keputusan karena segala keputusan akhir
merupakan sepenuhnya hak milik konseli. Konselor hanya memberikan arahan
sesuai dengan kebutuhan konselinya.

3. Menunjukkan integritas dan - Menampilkan kepribadian dan


stabilitas kepribadian yang perilaku yang terpuji.
kuat. - Menampilkan emosi yang stabil.
- Memiliki perasaan peka, empati dan
saling menghormati keagamaan dan
perubahan.
- Menampilkan toleransi yang tinggi
terhadap konseli yang menghadapi
frustasi dan stress.
9

Jadi, seorang konselor harus menunjukkan integritas dan stabilitas


kepribadian yang terpuji dari dalam dirinya, dengan emosi yang stabil baik
dalam keadaan yang postif maupun negatif, konselor harus mengedepankan
perasaan yang peka dan empatinya supaya konseli tidak ragu untuk berkata dan
bercerita. Seorang konselor harus memiliki kepribadian yang kuat agar dapat
menghadapi situasi dimana konseli merasa frustasi dan stress. Hal ini bertujuan
agar konseli merasa nyaman dan aman ketika berkonsul kepada seorang
konselor.

4. Menampilkan kinerja yang - Menampilkan tindakan dan perbuatan


berkualitas tinggi yang cerdas kreatif, inovatif dan
produktif.
- Bersemangat, disiplin dan mandiri.
- Berpenampilan menarik dan
menyenangkan.
- Melakukan komunikasi secara efektif.

Jadi, seorang konselor harus menampilkan kinerja dengan tindakan dan


perbuatan yang kreatif, inovatif dan produktif disertai dengan semangat yang
tinggi, disiplin dan mandiri karena konselor merupakan role model bagi konseli
nya dalam memecahkan masalah. Dalam keberlangsungan kegiatan konseling
diharuskan seorang konselor cakap dalam berkomunikasi baik secara verbal
maupun nonverbal guna memahami keadaan konselinya dengan baik dan
benar.

Dari penjelasan diatas mengenai kompetensi kepribadian konselor maka


kepribadian konselor dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Menampilkan perilaku membantu berdasarkan keimanan dan ketaqwaan


kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengkomunikasikan secara verbal dan atau nonverbal minat yang tulus
dalam membantu orang lain
3) Mendemonstrasikan sikap hangat dan penuh perhatian
10

4) Secara verbal dan nonverbal mampu mengkomunikasikan rasa hormat


konselor terhadap klien sebagai pribadi yang berguna dan bertanggung
jawab
5) Mengkomunikasikan harapan, mengekspresikan keyakinan bahwa klien
memiliki kapasitas untuk memecahkan problem, menata dan mengatur
hidupnya, dan berkembang
6) Mendemonstrasikan sikap empati dan atribusi secara tepat
7) Mendemonstrasikan integritas dan stabilitas kepribadian serta kontrol diri
yang baik
8) Memiliki toleransi yang tinggi terhadap stress dan frustrasi
9) Mendemonstrasikan berfikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya
11

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kompetensi dan keahlian sangat dibutuhkan untuk menjadi konselor


efektif akan terus meningkat, sejalan dengan perkembangan konseling. Namun
ada beberapa kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dimiliki semua
konselor agar dapat bekerja dan memberikan pelayanan yang efektif. Juga
karena kompetensi kepribadian dan sosial konselor merupakan driving center
keberhasilan layanan bimbingan dan konseling.

Salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, yang mana


menjadi bekal seorang konselor untuk melaksanakan suatu pelayanan
konseling atau program kerja dalam suatu instansi. Konselor dituntut untuk
melakukan pelayanan yang efektif dan produktif agar konseli merasa aman dan
nyaman. Hal ini juga menimbulkan agar seorang konselor memiliki
karakteristik hangat, bersahabat, terbuka, peka, toleran, sabar dan kreatif pada
dirinya dalam menjalankan tugasnya.

3.2 Saran dan Kritik

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


pembaca. Apabila ada kritik dan saran yang ingin disampaikan, agar makalah
ini dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila ada kesalahan dalam penulisan atau
yang lainnya kami mohon maaf sebesar besarnya.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. (2006). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia Pustaka Indonesia.

Komarudin, E. (2020). Pengaruh Kompetensi Kepribadian dan Sosial Guru


terhadap Motivasi Belajar Siswa SD Muhammadiyah Kadisoro II. Jurnal
Bimbingan dan Konseling 5.1, 11-13. https://journal.upy.ac.id

Kurniasih, C. P. (2020). PENTINGNYA KOMPETENSI KEPRIBADIAN BAGI


GURU BK DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA. Prosiding Seminar
Nasional LP3M. https://proceeding.semnaslp3m.unesa.ac/

Lase, F. (2016). Kompetensi Kepribadian Guru Profesional. Pelita Bangsa


Pelestari Pancasila. https://pbpp.ejournal.unri.ac.id

Nasional, D. P. (2002). Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling.


Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Peratuhan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar


Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. (t.thn.).

Rini, D. S. (2016). Kompetensi Kepribadian Guru BK (Survei pada Guru


Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat se-
Kecamatan Citeureup). Jurnal Bimbingan Konseling 5.1, 27-29.
https://journal.unnes.ac.id/

Tia Risdiana, K. (2015). Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Kepribadian


Dengan Siswa terhadap Pelayanan BK. Indonesian Journal Of Guidance &
Counseling, 46-47. https://journal.unj.ac.id/

UNDANG-UNDANG RI. NO. 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN.


(t.thn.).

12
13

UNDANG-UNDANG RI. NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL. (t.thn.).

Anda mungkin juga menyukai