Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

Tugas Mata Kuliah Pendekatan Konseling

Dosen pengampu:

Riski Putra Ayu Distira,M.pd

Disusun oleh :

1. Intan Indriya Dyatmika (210801051)

2. Tri Agista Ervania (210801053)

Program Studi Bimbingan dan Konseling


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nahdatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Kata Pengantar

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarganya, sahabatnya beserta sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendekatan
Konseling. Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penyusun banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penyusun mengucapkan banyak
terima kasih kepada Dosen mata Pendekatan Konseling.
Allah memberikan balasan yang melimpah. Makalah ini bukanlah karya yang sempurna,
masih banyak kekurangan, baik salam isi, sistematika dan penulisannya.
Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun
demi kesempurnaan makalah yang berikutnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan dosen pengampu. Amin ya robbal ‘alamin.

Bojonegoro, 4 April 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Konseling Trait and Factor..............................................................................5

B. Konsep Dasar Konseling Trait adn Factor........................................................................6

C. Asumsi Dasar Konseling Trait and Factor........................................................................9

D. Tujuan Konseling Trait and Factor...................................................................................10

E. Hubungan antara Konselor dan Klien...............................................................................11

F. Proses Konseling...............................................................................................................12

G. Aplikasi Teori Trait and Factor ( Contoh Kasus )............................................................15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepribadian manusia ditentukan oleh faktor pembawaan maupun lingkungannya.


Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu
dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap, dan tempramen. Pada tiap individu
ada sifat-sifat yang umum dan sifat yang khusus, terdapat pada seseorang yang
merupakan sifat yang unik. Oleh sebab itu, kepribadian adalah suatu sistem saling
bergantungan dengan trait atau faktor seperti; kecakapan, minat, sikap, temperamen,
dan lain-lain.

Menurut Gibson & Mitchell (2011:45) teori awal yang muncul bagi konseling dan
pengembangan karir disebut faktor-sifat/watak (trait-factor). Hal yang mendasar bagi
konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk
menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi
pengembangan potensinya.

Perry & Vanzandt (2005:5) The structural school focuses on matching individuals to
occupations that mesh with their interests and aptitudes. Struktural sekolah berfokus
pada pencocokan individu untuk pekerjaan yang cocok dengan minat dan bakat
mereka. Oleh karenanya, pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang
akan mencocokan pilihan karir (vocational choice) yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan bakat dan minatnya.

Lebih lanjut Winkel (1997:574) pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai
relevansi bagi bimbingan dan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri
peserta didik sendiri merupakan bahan pertimbangan penting dalam merencanakan
karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data hasil testing psikologi. Demikian
pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan
merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut
dipertimbangkan.

Pandangan Trait and Factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan testing
secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sebagai pelopor
pengembangan teori Trait and Factor juga sudah memandang data lain, sebagai data
yang penting dalam konseling karir di luar data hasil testing. Sebagai data yang
penting dalam konseling karir, misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial
budaya. Dengan demikian, pandangan Trait and Factor diperluas sehingga dapat
menghasilkan suatu pendekatan praktis dalam konseling karir.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Konseling Trait and Factor


2. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor

3. Asumsi Dasar Konseling Trait and Factor

4. Tujuan Konseling Trait and Factor

5. Hubungan antara Konselor dan Klien

6. Proses Konseling

7. Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh Kasus)

BAB ll

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konseling Trait and Factor


Teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian
seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari
hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian tertentu.

Konseling Trait and Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-
tes psikologis untuk menanalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri
dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi.

Winkel (2010:407) Istilah konseling Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak
konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan
pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem/masalah yang dihadapi, terutama
yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.

Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling ini
bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika
Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa dihubungkan
dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley,
Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak
menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan, minat,
tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan
pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan
hidupnya.

Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah
yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell,
2011:454)

1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti
kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.

2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.

3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi
sebuah perencanaan karir yang sukses.

B. Konsep Dasar Konseling Trait and Factor


Menurut Gibson & Mitchell (2011:454) Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan
keputusan karir adalah yang tertua, dan mungkin yang paling bertahan lama dari sekian
pendekatan teoritis yang tersedia bagi konseling karir. Teori Trait and Factor tergolong
pada pandangan kognitif atau pendekatan rasional.

Sayekti (1998:47) teori Trait and Factor ialah pendekatan mencoba secara intelektual
logis dan rasional menerangkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi klien, cara pemecahan
kesulitan-kesulitan serta proses konselingnya didekati secara logis rasional. Konseling
dengan pendekatan Trait and Factor yang dipelopori oleh Williamson ini disebut pula
konseling yang mengarahkan (directive counseling), karena konselor secara aktif
membantu klien mengarahkan perilakunya kepada pemecahan kesulitannya.

Winkel (2010:407) dalam segi teoritis dan dalam segi pendekatannya, corak konseling ini
bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana dikembangkan di Amerika
Serikat sejak awal abad yang ke-20. Teori Trait and Factor senantiasa dihubungkan
dengan Universitas Minnesota yang termasuk di dalamnya Walter Bingham, John Darley,
Patterson, dan W.G Williamson. Dalam bekerjanya, tokoh-tokoh pendekatan ini banyak
menggunakan alat pengukur terhadap atribut klien seperti bakat, kemampuan, minat,
tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut konseli dapat diarahkan
pendidikan dan jabatan apa yang cocok bagi klien, sehingga dapat membahagiakan
hidupnya.

Dalam bukunya Choosing a Vocation (1909), Frank Person menunjukkan tiga langkah
yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai: (Gibson & Mitchell,
2011:454)

1. Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti
kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.

2. Sebuah pengetahuan tetang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.

3. Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi
sebuah perencanaan karir yang sukses.

Lebih lanjut dalam Winkel (2010:408) memaparkan mengenai tiga langkah besar untuk
pengembangan pengambilan keputusan karir individu: jadi langkah yang pertama
menggunakan analisis diri, langkah yang kedua memanfaatkan informasi jabatan
(vocational information), langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berpikir
rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian, yang mempunyai
relevansi terhadap kesuksessan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan,
dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau
jabatan. Dengan demikian, dalam keputusan karir klien bukan hanya mencari pekerjaan
demi asal punya pekerjaan (the hunt of a job), melainkan memilih secara sadar suatu
pekerjaan (the choice of a vacation).
 Pandangan Tentang Manusia
Slamet Riyadi (2010:103) manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.
Manusia berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya
sebagai dasar pengembangan potensinya.
Sesuai dengan pendapat Slamet riyadi di atas Williamson mempunyai pandangan tentang
manusia sebagai berikut (dalam Sayekti, 1998:49)
- Manusia mempunyai potensi untuk berbuat baik atau buruk
Makna hidup adalah mencari kebenaran dan berbuat baik serta menolak kejahatan. Menjadi
manusia seutuhnya tergantung pada hubungan dengan orang lain. Maka seorang konselor
mestilah optimis dan percaya bahwa manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya,
terlebih lagi jika manusia belajar menggunakan kemampuannya.
- Diri manusia hanya berkembang di dalam masyarakat dan pada hakikatnya manusia tidak
dapat hidup sepenuhnya diluar masyarakat.
- Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik, sebenarnya usaha kearah itupun sudah
menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.

Sayekti (1998:49) Konsep dasar dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor
kepribadian seseorang. Sifat dan faktor kepribadian seseorang dapat diungkap dengan
menggunakan metode multi variate dan analisis faktor. Dengan menggunakan metode
tersebut akan diketemukan unsur dasar yang berstruktur dari kepribadian. Unsur dasar ini
disebut dengan sifat dan merupakan kecenderungan luas untuk memberikan reaksi dan
merupakan perilaku yang relatif tetap.

Lebih lanjut Cattell (dalam Sayekti; 1998:49) menjelaskan trait atau sifat adalah suatu
struktur mental, suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati,
untuk menunjukkan ketetapan dalam tingkah laku.

Penjelasan mengenai trait adalah sebagai berikut :

1) Common Trait atau Unique Trait

a) Common trait, atau sifat umum yaitu sifat yang dimiliki oleh semua individu atau
setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama

b) unique trait, atau sifat khusus yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh individu-individu
masing-masing, dan tidak dapat ditemukan pada individu lain dalam bentuknya yang
demikian. Selanjutnya sifat khusus ini dapat dibedakan lagi menjadi :

- relatively unique, yaitu yang kekhususannya timbul dari oengaturannya unsur-unsur sifat
itu

- intrinsically unique, yaitu yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
2) Surface Trait dan Source Trait

a) Surface Trait atau sifat tampak adalah kelompok dari variabel-variabel yang tampak.

b) Source Trait, atau sifat asal adalah variabel-variabel yang mendasari berbagai
manifestasi yang tampak.

Lebih lanjut dalam bukunya Sayekti (2002:50) memaparkan sifat dapat digolongkan
menjadi tiga macam,yaitu:

a) Dinamic traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan perbuatan
untuk mencapai suatu tujuan.

b) Ability traits, apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan efektif atau tidaknya
individu (klien) dalam mencapai suatu tujuan.

c) Temprament traits, yaitu apabila ekspresi sifat tersebut berhubungan dengan aspek
konstitusional, seperti misalnya energi kecepatan, reaksi emosional dan sebagainya.

Tentu saja dalam tingkah laku seorang individu (klien), ketiga sifat tersebut sama-sama
berfungsi, namun salah satunya tentu ada yang dominan. Sehingga secara teori seorang
konselor tetap perlu membedakannya.

 Pandangan Tentang Kepribadian

Menurut Slamet Riyadi (2010:105) pandangan tentang kepribadian dalam teori Trait and
Factor adalah sebagai berikut:

1. Kepribadian adalah suatu sistem yang saling tergantung dengan sifat dan faktor, seperti
kecakapan, minat, sikap, dan temperamen.

2. Perkembangan kepribadian manusia ditentutan oleh faktor pembawaan dan


lingkungan.

3. Setiap individu ada sifat-sifat yang umum dan ada sifat-sifat yang khusus, yang
merupakan sifat yang unik.

4. Unsur dasar dari struktur kepribadian disebut sifat dan merupakan kecenderungan luas
untuk memberi reaksi dan membentuk tingkah laku yang relatif tetap.

5. Sifat (trait) adalah struktur mental yang dapat diamati untuk menunjukkan keajegan
dan ketepatan dalam tingkah laku.

Dengan demikian, manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Konsep dasar
dari konseling Trait and Factor adalah sifat dan faktor kepribadian seseorang. Oleh
karenanya, sifat dan faktor kepribadian yang tampak dari individu (klien) sangatlah
dominan dalam pelaksanaan konseling Trait and Factor.
C. Asumsi Dasar Trait and Factor

Williamson merumuskan asumsi yang mendasari Trait and Factor yang dimuat dalam
Theories of Counseling (Stefflre:1965) (dalam Winkel, 2010:410):

1. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi
umum, bakat khusus, taraf kreatifitas, wujud minat serta keterampilan, yang bersama-sama
membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu.

2. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan hubungan yang
berlain-lainan dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja di
berbagai bidang pekerjaan.

3. Kurikulum sekolah yang berbeda akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda.
Dengan kata lain, individu akan belajar dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan
bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.

4. Setiap individu mampu, berkeinginan, dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri
serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik.

Sesuai dengan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa asumsi yang mendasari teori
trait and factor adalah setiap individu mempunyai keunikan, pola kemampuan dan potensi
yang tampak pada individu disesuaikan dengan pemilihan pekerjaan, kurikulum sekolah yang
akan menuntut kapasitas dan minat yang berbeda pada diri individu, dan kecenderungan
mengenal diri sendiri serta pemanfaatan diri sendiri untuk memahami diri dengan berpikir
baik-baik.
D. Tujuan Konseling Trait and Factor

Menurut Sayekti (2002:51) Tujuan konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:

1. Membantu individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri
dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol
perkembangannya secara rasional.

2. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga


dapat bereaksi secara wajar dan stabil.

3. Mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri)
dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

Lebih lanjut Slamet Riyadi (2010 :106) memaparkan tujuan konseling menggunakan
pendekatan Trait and Factor adalah:

1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek


kehidupan manusia.

2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri


dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelamahan diri dalam kegiatan dengan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.

3. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan


diri serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.

4. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan


mengggunakan metode ilmiah.

Untuk itu secara umum konseling Trait and Factor dimaksudkan untuk membantu
klien mengalami:

1. Klarifikasi diri (self clarification)

2. Pemahaman diri (self understanding)

3. Pengarahan diri (self acceptance)

4. Pengarahan diri (self direction)

5. Aktualisasi diri (self actualization)

Dengang demikian, tujuan dari konseling Trait and Factor adalah membantu individu
merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berfikir lebih jernih dalam memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya
secara rasional, memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-
sifat sehingga dapat bereaksi secara wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan
kesalahan dalam penilaian diri (konsep diri) dengan menggunakan metode atau cara
ilmiah.

E. Hubungan antara Konselor dan Klien

Menurut Sayekti (2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor
adalah:

1. Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor dari hasil
testing, angket dan alat pengkukur yang lain. Berdasarkan hasil testing dan lain-lain tersebut
konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien, sehingga dapat meramalkan jurusan,
pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi klien. Konselor membantu klien menentukan
tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Dengan memberitakukan sifat
serta bakat klien, maka klien dapat mengelola hidupnya sendiri dapat hidup bahagia.

2. Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.

3. Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal untuk
menentukan individualitasnya, karena ia tak dapat memahami dirinya secara penuh, diagnosis
ekternal yang dilakukan konselor melengkapi persepsinya. Berdasarkan data yang ada,
konselor merumuskan hipotesis untuk memahami individu.

4. Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi,


mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan sebagai guru,
yang bertugas mengajar klien belajar tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.

Sesuai dengan penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan konselor
disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pendekatan
ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.
F. Proses Konseling

Sayekti (1998:48) teori Trait and Factor di dalam pendekatannya baik terhadap proses
konseling maupun pemecahan kesulitan klien, secara rasional, logis, dan intelektual, tetapi
dasar filsafatnya bukan Rationalisme. Teori ini lebih dekat kepada Empirisme, yang
mempunyai pandangan optimistis, bahwa walaupun manusia telah dibekali pembawaan,
tetapi itu tidak menentukan.

Sayekti (1998:52) menjelaskan ada dua teknik konseling yang diaplikasikan dalam teori Trait
and Factor:

1. Teknik tes, untuk mengungkapkan kepribadian, bakat, minat, dan data yang lain yang
hanya dapat diungkap dengan tes.

2. Teknik non tes, meliputi wawancara, angket, observasi, otobiografi, dokumentasi, dan
yang lain.

Lutfi Fauzan (2004:92) Konseling Trait and Factor memiliki enam tahap dalam prosesnya,
yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis, konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-
up ).

1. Analisis

Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi yang diperoleh tentang diri klien
beserta latar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek kepribadian yang
dimiliki klien, seperti kemampuan, minat, motif, kesehatan fisik, dan karakteristik lain yang
dapat mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri klien pada umumnya. Data yang
dikumpulkan diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

a) Data Vertikal (mencakup diri klien) yang dapat dibagi lebih lanjut atas:

§ Data Fisik: kesehatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dan lain
sebagainya.

§ Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dan lain sebagainya.

b) Data Horizontal (berkenaan dengan lingkungan klien yang berpengaruh terhadapnya):


keluarga klien, hubungan dengan familinya, teman-temannya, orang-orang terdekatnya,
lingkungan tempat tinggalnya, sekolahnya dan lain sebagainya.
2. Sintesis

Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data yang


telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat menunjukkan
keseluruhan gambaran tentang diri klien. Dari hasil analisis dapat menunjukkan bakat klien,
kelemahan serta kekuatan, penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan diri.
Rumusan diri klien dalam sistesis ini bersifat ringkas dan padat.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam merangkum data pada tahap sistesis tersebut: cara
pertama dibuat oleh konselor, kedua dilakukan klien, ketiga adalah cara kolaborasi antara
konselor dan klien.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut) problema
yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan atau penarikan
simpulan yang logis.

Sesuai dengan Sayekti (2002:53) dalam tahap ini terdapat tiga kegiatan yang dilakukan,
yaitu :

a) Identifikasi masalah, yang bersifat deskriptif berdasar pada data yang diperoleh, dapat
merumuskan dan menarik kesimpulan permasalahan klien.

b) Menentukan sebab-sebab, mencangkup pencaharian hubungan antara masa lalu, masa


kini atau masa depan yang dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan
intuisinya yang dicek oleh logika, oleh uji coba dari program kerja berdasarkan diagnosis
sementara.

c) Menentukan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Konselor bertanggung jawab


dan membantu siswa untuk mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab untuk dirinya
sendiri, berarti ia mampu dan mengerti secara logis, tetapi juga secara emosional mau. Sebab
mungkin saja secara logis mengerti, tetapi emosional belum mau menerima.

4. Prognosis

Winkel (2010:412) prognosis atau perkiraan tentang perkembangan klien serta berbagai
implikasi dari hasil diagnosis. Menurut Williamson prognosis ini bersangkutan dengan upaya
memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada
sekarang. Misalnya: bila seorang klien (siswa di sekolah) berdasarkan data sekarang dia
malas, maka kemungkinan nilainya akan rendah, kemungkinan nanti tidak dapat diterima
dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru.

5. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu klien untuk menemukan sumber-sumber pada dirinya
sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu klien dalam penyesuaian
yang optimum sejauh dia bisa. Bantuan dalam konseling ini mencakup lima jenis bantuan
yaitu:

 Hubungan konseling yang mengacu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman
diri.
 Konseling jenis edukasi atau belajar kembali yang individu butuhkan sebagai alat
untuk mencapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
 Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk klien dalam
memahami dan trampil untuk mngaplikasikan pinsip dan teknik-teknik dalam
kehidupan sehari-hari.
 Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh
teraputik atau kuratif.
 Konseling bentuk redukasi bagi diperolehnya kataris secara terapiutik.

Sesuai dengan lima jenis konseling menurut Sayekti dalam buku “Berbagai Pendekatan
Dalam Konseling” (2002:54), yaitu:

 belajar terpimpin menuju pengertian diri.


 mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai
alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
 bantuan pribadi dari Konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam menerapkan
prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
 mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif
 suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran.

Konseling merupakan usaha dari konselor untuk membantu klien sehingga lebih siap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan situasi penyesuaiannya, sebelum klien begitu
jauh terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya hingga membutuhkan terapi.

6. Tindak Lanjut (Follow Up)

Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka memperoleh
layanan konseling, tetapi kemudian menemui masalah-masalah baru atau munculnya masalah
yang lampau. Tindak lanjut ini juga mencakup penentuan keefektifan konseling yang telah
dilaksanakan, sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor
harus disesuaikan dengan individualitas klien, mengingat bahwa tiap individu memiliki
keunikan sifatnya, sehingga tak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.

G. Aplikasi Teori Trait and Factor (Contoh Kasus)

Setelah kita memahami tahapan proses konseling menggunakan teori Trait and Factor.

Berikut contoh kasus yang diambil sebagai aplikasi antara masalah yang dihadapi oleh
klien dengan penggunaan teori Trait and Factor , sebagai berikut:Seorang siswa kelas XII
SMA belum dapat menentukan pilihan programstudi di perguruan tinggi. Disepakati akan
dikumpulkan data tentang siswa yang relevan, yaitu taraf intelegensi, bakat khusus, dan
minat melalui testing psikologis (Analisis). Data hasil testing yang masuk menyatakan
bahwa siswa bertaraf intelegensi tinggi, berbakat khusus dalam bidang studi matematika,
cukup mampu dalam pengamatan ruang, dan mempunyai minat yang mengarah kepada
pekerjaan sosial. Maka tampak suatu minat dan kemampuan tertentu (Sintesis). Siswa
dahulu pernah mengatakan bahwa diapernah memikirkan program studi teknik sipil,
arsitektur, dan keguruan di bidang matematika. Sebenarnya ada kecocokan antara
milik/bekal kemampuan kognitif dengan kualitas yang dituntut dalam ketiga bidang studi
itu, tetapi hanya terdapat kecocokan dalam ranah minat dengan bidang keguruan. Dengan
demikian inti dari kasusnya adalah menentukan/memilih suatu bidang studi yang menuntut
pola kualifikasi yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif maupun dengan
arah minat (Diagnosis). Implikasi dan hasil diagnosis itu adalah supaya siswa meninjau
kecocokan antara pola kualifikasi yang dituntut dalam ketiga bidang studi tersebut, dengan
pola kemampuan dan minat yang telah diidentifikasikan pada dirinya sendiri (Prognosis).
Peninjauan itu dilaksanakan dalam wawancara dengan konselor, sampai akhirnya siswa
memilih program studi matematika di FIP, S1 (konseling). Siswa menghadap kembali
kalau ternyata timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya (Follow-Up)
Bab lll

PENUTUP

Kesimpulan

Manusia merupakan sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya, seperti: kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Manusia berusaha untuk
menggunakan pemahaman diri pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar pengembangan
potensinya.

Pendekatan faktor-sifat/watak bagi pengambilan keputusan karir adalah yang tertua. Corak
konseling trait dan faktor ini bersumber pada gerakan bimbingan jabatan, sebagaimana
dikembangkan di Amerika Serikat sejak awal abad yang ke-20. Pelopor pengembangan corak
konseling trait dan faktor yang paling terkenal adalah E.G. Williamson.

Trait and Factor dapat dideskripsikan sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman
diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka
problem/masalah yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang
pekerjaan.
Pandangan tentang Trait and Factor ini mempunyai relevansi bagi bimbingan dan konseling
karirdan di institusi pendidikan. Data tentang diri peserta didik sendiri merupakan bahan
pertimbangan penting dalam merencanakan karir, asal data itu tidak hanya dibatasi pada data
hasil testing psikologi. Demikian pula data tentang kualifikasi yang dibutuhkan dalam
memegang suatu jabatan merupakan sebagian dari data tentang lingkungan hidup (data
sosial) yang harus ikut dipertimbangkan.

Tujuan konseling Trait adn Factor adalah membantu individu merasa lebih baik dengan
menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu berfikir lebih jernih dalam
memcahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara rasional, memperkuat
keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifat sehingga dapat bereaksi secara
wajar dan stabil, mengubah sifat-sifat subjektif, dan kesalahan dalam penilaian diri (konsep
diri) dengan menggunakan metode atau cara ilmiah.

Dalam prosesnya terdapat dua teknik yang digunakan yaitu teknik tes dan teknik non tes.
Tahapan proses konseling yang dilakukan adalah analisis, sistesis, diagnosis, prognosis,
konseling (treatment) dan tindak lanjut ( follow-up ).

Daftar Pustaka

Fauzan, Lutfi. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual. Malang : Elang Mas

Fauzan, Lutfi dan Suliono. 1992. Konseling Individu Trait and Factor.
Malang:DEPDIKBUD

Gibson & Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Perry & Vanzandt. 2005. Exploring Future Options A Career Development Curriculum for
Middle School Student. New York: IDEBATE Press Books

Sayekti P. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Yogyakarta: Menara Mas Offset

Slamet Riyadi. 2010. Model-model Konseling. Semarang: Universitas Negeri Semarang

_______. 2002. Berbagai Pendekatan Dalam Konseling. Surakarta: Universitas Slamet


Riyadi Surakarta
Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Winkel & Sri Hastuti. 2010. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi

Anda mungkin juga menyukai