Oleh :
Kelompok 3
1. Achmad Rifa’i
2. Dewi Roso Wulan
3. Diyah N
KELAS A
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga penulisan makalah Profesi Bimbingan dan Konseling yang berjudul :
“Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial Konselor” yang dibimbing oleh ibu Yunita
Dwi, M,Pd. dapat kami selesaikan.
Dalam proses penyajiannya, makalah ini berusaha disusun dengan baik. Sejumlah
sumber kami gunakan untuk membantu kami dalam memahami beberapa teori psikologi
perkembangan. Terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam menyukseskan
penyusunan makalah ini, dan kami mengharapkan kritik dan saran yang mampu membangun
pola pikir yang baik dan benar.
Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan
dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kepribadian dalam bahasa Inggris adalah personality. Istilah itu berasal dari bahasa
Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan personare, yang artinya menembus. Istilah
topeng berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada
zaman Yunani Kuno. Dengan topeng yang dikenakan diperkuat dengan gerak-gerik
ucapannya, karakter tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat
dipahami oleh para penonton.
Kepribadian adalah semua bentuk perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun
dalam diri dan digunakan untuk bereaksi dan berinteraksi serta menyesuaikan diri terhadap
segala rangsangan baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Seorang konselor harus
mempunyai kepribadian yang sehat agar dapat bertindak secara efektif. Kesuksesan praktik
konseling sangat tergantung pada kepribadian konselor yang berperan sebagai pemandu,
pengarah dan penunjuk jalan tengah dan solusi.
Kepribadian yang sehat akan tercipta dengan latihan yang kontiniu, uji coba yang
terus-menerus sehingga konselor benar-benar mampu menggiring konseli untuk keluar dari
masalah yang dihadapi. Kepribadian konselor mempengaruhi keefektifan profesi mereka
sebagai konselor. Orang yang menjadi konselor juga mengalami kesulitan sama seperti orang
lain, baik penuaan, penyakit, kematian, pernikahan, perceraian dan masalah-masalah lainnya.
Dan bisa saja konselor mengalami pengalaman traumatik yang menimbulkan stres, tapi yang
paling penting di sini adalah bagaimana konselor menangani masalah yang ditimbulkan oleh
peristiwa dalam kehidupannya.
Kompetensi kepribadian menjadi tolak ukur yang sangat kompetitif, karena konselor
mempunyai peran yang penting terhadap pengawasan, pengembangan bakat dan mendidik
2
konseli untuk menjadi pribadi yang lebih berintegritas. Kompetensi kepribadian merupakan
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap konselor. Kepribadian menjadi landasan dan
tendensi bagi sebuah konselor karena dengan kepribadiannya menjadi cerminan sikap dan
perilaku terhadap konseli.
Demi terwujudnya pelayanan dan pemberian bantuan yang tepat guna, maka pribadi
konselor harus dipastikan sebgai pribadi yang sehat. Karena kepribadian itu ada kalanya sehat
dan ada kalanya tidak sehat. Adapun makna dari kepribadian sehat (psycholgical wellness)
adalah keadaan individu yang mengarah pada perkembangan yang kuat dan kemampuan
mental yang memiliki kesesuaian fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan
kemampuan-kemampuan mentalnya secara lebih baik.
1. Empati
Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan secara tepat apa yang
dirasakan dan dialami oleh orang lain mengkomunikasikan persepsinya. Orang yang
memiliki tingkat empati tinggi akan menampakkan sikap bantuannya yang nyata dan
berarti dalam hubungannya dengan orang lain, sementara mereka yang rendah
empatinya menunjukan sikap yang secara nyata dan berarti merusak hubungan antar
pribadi.
Lebih lanjut Eisenberg and Strayer mengatakan bahwa salah satu yang paling penting
dan mendasar pada proses empati adalah pemahaman adanya perbedaan antara
individu (perceiver) dan orang lain
Sehingga dapat diterjemahkan bahwa seseorang yang empatik memiliki sifat dan
keahlian-keahlian yang terkait dengan personal komunikasi, perspektif dan kepekaan
dalam berinteraksi dengan orang lain, karena orang yang empatik akan memiliki sifat
pemahaman atas kondisi dan keadaan orang lain.
2. Respek
Respek menunjukan secara tak langsung bahwa konselor menghargai martabat
dan nilai konseli sebagai manusia. Hal ini mengandung arti juga bahwa konselor
menerima kenyataan. Setiap konseli menerima hak untuk memilih sendiri, memiliki
kebebasan, kemauan, dan mampu membuat keputusannya sendiri. Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Patterson bahwa respek itu sikap mengakui,
menghargai dan menerima konseli apa adanya, tidak membodoh- bodohkan konseli,
terbuka menerima pendapat dan pandangan konseli tanpa menilai atau mencela,
terbuka untuk berkomunikasi dengan konseli.
3. Kemampuan
Kemampuan berarti memiliki kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk
melakukan sesuatu.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ketika seseorang melakukan
berbagai tugas dalam satu pekerjaan dan dinilai oleh orang lain, maka dapat diketahui
kemampuan yang dimiliki orang tersebut. Kesanggupan sebagai suatu kekuatan yang
3
dinamis dan magnetis dari kompetensi pribadi konselor. Konselor yang memiliki sifat
potensi ini selalu menampakkan kekuatannya dalam penampilan pribadinya.
4. Kesiapan
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang
membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu
terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi.
5. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri
sehingga bebas dari berbagai tekanan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari
luar diri. Kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri dari tekanan internal dan
eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah
mencapai kematangan diri. Dengan demikian dapat dipahami bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu proses menjadi diri sendiri, tidak meniru dan tidak terkontaminasi
dengan dialek; gaya atau sikap orang lain dengan cara mengembangkan sifat-sifat
serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian
yang utuh.
4
Konselor yang merupakan pendidik dengan kompetensi sosial, diharapkan dapat
berkomunikasi dengan efektif, dapat memahami diri sendiri dan orang lain, memperoleh
peran gender yang tepat, mengamati tugas moral dalam kelompok yang dihadapi,
mengatur emosi, menyesuaikan tingkah laku mereka dalam memberi respon sesuai
tingkat usia dan norma yang ada.
Pelaksanakan pelayanan bimbingan konseling, selain mampu mendekatkan diri
dengan siswa guru BK/konselor sekolah juga harus mampu bekerja sama dengan personil
sekolah lainya sehingga pelayanan konseling dapat berjalan optimal, hal ini sesuai
dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) mengemukan bahwa layanan
bimbingan dan konseling akan efektif apabila adanya kerjasama dengan berbagai pihak.
Pertama, pihak sekolah, antara lain: seluruh tenaga pengajar dan tenaga kependidikkan
serta seluruh tenaga administrasi sekolah dan OSIS. Kedua, pihak luar sekolah, antara
lain: orangtua siswa, organisasi, profesi, lembaga organisasi kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat.
Kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat luar. Seorang guru yang berkompetensi sosial memiliki ciri-ciri,
diantarannya memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, menguasai
psikologi sosial, dan memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok.
5
dan pemikiran, dimana individu yang kurang berpengalaman tidak mengerti untuk
apa sebuah pertemuan dilakukan atau tidak dapat memperkirakan apa yang akan
terjadi saat wawancara kerja, Beberapa individu tidak memahami persahabatan,
cinta, tidak menyadari pentingnya loyalitas dan komitmen).
e. Non-verbal communication, (Komunikasi non verbal; dibutuhkan dalam
pemberian respon sebagai reinforcement, ucapan akan lebih berarti jika didukung
oleh mimik muka dan tingkah laku yang mendukung).
f. Verbal communication, (Komunikasi verbal; dalam beberapa hubungan
komunikasi verbal merupakan hal pokok karena ada beberapa individu yang tidak
dapat memberikan komunikasi non verbal yang baik).
g. Personal perception, (Persepsi pribadi; berpengaruh pada proses penerimaan
informasi dari tanda-tanda sosial yang diberikan orang lain dan bagaimana
mengartikan serta memilih perilaku yang sesuai untuk respon dari kondisi yang
dihadapi
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kompetensi dan keahlian sangat dibutuhkan untuk menjadi konselor efektif akan terus
meningkat, sejalan dengan perkembangan konseling. Namun ada beberapa kompetensi dan
kemampuan dasar yang harus dimiliki semua konselor agar dapat bekerja dan memberikan
pelayanan yang efektif. Juga karena kompetensi kepribadian dan sosial konselor
merupakan driving center keberhasilan layanan bimbingan dan konseling.
Salah satu kompetensi tersebut adalah kepribadian dan sosial konselor. Orang merasa
nyaman bekerja dalam lingkungan konseling karena latar belakang, minat dan
kemampuannya. Mayoritas konselor yang efektif memiliki minat di bidang sosial, seni dan
enjoy bekerja dengan manusia di berbagai bidang pemecahan masalah. Konselor yang
efektif biasanya mempunyai karakteristik hangat, bersahabat, terbuka, peka, sabar dan
kreatif. Konselor berusaha agar tidak mengalami kelelahan dan ketidak efektifan di dalam
memberikan pelayan bimbingan dan konseling.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada kritik & saran yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami Apabila ada
kesalahan dalam penulisan atau yang lainya saya mohon maaf sebesar besarnya, Atas
perhatianya, kami ucapkan terima kasih
7
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2009.
Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar, Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gramedia Pustaka Indonesia, 2008.
Dewi, Kartika Sari. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang,
2012.
Anas Sudijono. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Belferik Manullang. (2004). Pembelajaran yang mendidik Education Touch. Jakarta: Rineka
Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama