Anda di halaman 1dari 17

NILAI - NILAI PRIBADI KONSELOR DAN KONSELI

DALAM MELAKUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Profesi Bimbingan dan konseling
Dosen Pengampu: Paramita N, M.Pd., Kons

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Siti Nurohimah 21.0301.0008
Tiara Qotrunnada 21.0301.0031
Syifa Akifah 21.0301.0032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Kesehatan serta limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami mempunyai kesempatan untuk
menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Nilai - Nilai Pribadi Konselor Dan Konseli
dalam melakukan BK” sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Profesi BK.
Selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang nilai-nilai pribadi konselor
dan konseli dalam melakukan BK bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Paramita Nuraini, M.Pd., Kons selaku
dosen pengampu mata kuliah pengembangan profesi BK. Ucapan terimakasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 20 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah........................................................................................................................ 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
A. Konsep Nilai .............................................................................................................................. 3
B. Nilai-nilai Pribadi Konselor ..................................................................................................... 4
C. Nilai-nilai Pribadi Konseli ........................................................................................................ 6
D. Kesadaran Konselor Terhadap Nilai Pribadi Diri Sendiri Dan Klien ................................. 6
E. Keterampilan Merefleksi Nilai-Nilai Pribadi Konselor ........................................................ 8
BAB III................................................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fitrohnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan
orang lain untuk membantu segala permasalahan dalam kehidupannya. Manusia berada
dan berhubungan dengan sesama dalam pola-pola tertentu sebagai individu yang
berhubungan dengan kelurga dan masyarakatnya. Dalam penyelesaian masalah tertentu
yang membutuhkan konselor, konseli membutuhkan etika ataupun nilai-nilai yang
harus diperhatikan Ketika melakukam proses penyelesaian masalah. Konselor adalah
profesi yang didedikasikan nntuk kemaslahatan manusia dan bekerja sesuai dengan
keilmuan dan pengalamannya dengan membimbing atas apa yang terjadi baik itu
berupa permasalahan maupun tidak. Untuk menjadi konselor harus memiliki nilai-nilai
di dala dirinya salah satunya nilai etika. Nilai etika merupakan segala sesuatu yang
menyangkut nilai terpuji. Dalam kehidupan sehari-hari, sering disebut dengan istilah
tata krama atau sopan santun. Nilai etika juga disebut nilai watak atau nilai kepribadian.
Memahami nila-nilai pribadi serta asumsinya tentang perilaku manusia dan
mengenali bahwa tiap manusia berbeda.Dalam melaksanakan konseling dengan klien,
konselor harus sadar penuh terhadap nilai-nilai yang dimilikinya. Konselor harus sadar
bahwa dalam melaksanakan konseling, konselor tidak akan bisa lepas dari nilai-nilai
yang dibawa dari lingkungan di mana dia berada, juga nilai-nilai yang sesuai dengan
tugas perkembangannya. Nilai--nilai yang dibawa dari lingkungan di mana dia berasal
adalah nilai- nilai yang tidak akan bisa dilepaskannya, walaupun dia akan berhubungan
dengan klien yang berbeda latar belakangnya.Menyadari hal tersebut di atas maka
konselor sebaiknya juga menyadari bahwa klien yang dibantunya juga berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda dan tentunya akan membawa seperangkat nilai- nilai
yang berbeda pula. Klien akan membawa seperangkat nilai-nilai yang berasal di mana
klien itu berada dan tentunya nilai- nilai klien ini tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Nilai nilai yang dibawa oleh klien akan menentukan segenap perilaku klien pada saat
berhadapan dengan konselor. Sebagai seseorang yang mengetahui banyak tentang ilmu
jiwa atau psikologi, konselor tentu memahami adanya tugas tugas perkembangan yang
harus dijalani oleh klien. Selain itu, konselor juga harus mengetahui bahwa masing
masing tugas perkembangan yang dijalani oleh masing masing individu itu berbeda
beda sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian, konselor harus
memandang individu yang ada secara berbeda (individual differences).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka bisa dirumuskan beberapa masalah
berikut ini:
1. Bagaimana konsep nilai pribadi konselor dan konseli dalam melakukan
bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimana nilai pribadi konselor dalam melakukan bimbingan dan
konseling ?

1
3. Bagaimana nilai pribadi konseli dalam melakukan bimbingan dan
konseling ?
4. Bagaimana kesadaran konselor terhadap nilai pribadi diri sendiri dan
konseli dalam melakukan bimbingan dan konseling ?
5. Bagaimana keterampilan merefleksikan nilai-nilai pribadi konselor dalam
melakukan bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui konsep nilai pribadi konselor dan konseli dalam
melakukan bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui nilai pribadi konselor dalam melakukan bimbingan dan
konseling
3. Untuk mengetahui nilai pribadi konseli dalam melakukan bimbingan dan
konseling
4. Untuk mengetahui kesadaran konselor terhadap nilai pribadi diri sendiri dan
konseli dalam melakukan bimbingan dan konseling
5. Untuk mengetahui keterampilan merefleksikan nilai-nilai pribadi konselor
dalam melakukan bimbingan dan konseling.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Nilai
Nilai – nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan
terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap / prilaku seseorang.
Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah tentang nilai – nilai yang dianggap penting
dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Nilai merupakan milik setiap pribadi
yang mengatur langkah – langkah yang seharusnya dilakukan karena merupakan
cetusan dari hati nurani yang dalam dan di peroleh seseorang sejak kecil. Nilai
dipengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan, yang dewasa ini mendapat perhatian
khusus.Klasifikasi nilai- nilai adalah suatu proses dimana seorang dapat
menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai- nilai mereka sendiri. Dalam kamus
besar bahasa Indonesia dikatakan, nilai adalah harga, hal-hal yang penting atau berguna
bagi manusia. Sedangkan Fraenkel menyebutkan nilai sebagai standar penuntutan
prilaku seseorang dalam menentukan apa yang indah, efisien, dan berhargatidaknya
sesuatu. Misalnya bunga itu indah, perbuatan itu susila. Indah dan susila dalam contoh
merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada bunga serta perbuatan. Secara garis
besar nilai pribadi dibagi kedalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of
being) dan nilai-nilai member (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nila yang ada
dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi prilaku serta cara kita
memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran,
keberanian, cinta damai, kendala diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan
kesesuaian. Nilai-nilai member adalah nilai yang perlu dipraktikan atau diberikan yang
kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk dalam kelompok
nilai-nilai member adalah setia, dapat dipercaya, hormat,
Secara umum hubungan konseling dimaknai sebagai hubungan yang bersifat
membantu, artinya pembimbing berusaha membantu terbimbing agar tumbuh,
berkembang, sejahtera dan mandiri. Shertzer & Stone (1981) mendefinisikan hubungan
konseling sebagai: “ interaksi antara seorang dengan orang lain yang dapat menunjang
dan memudahkan secara positif bagi perbaikan orang tersebut”. Selanjutnya Rogers
mendefinisikan hubungan konseling sebagai : “ Hubungan seorang dengan orang lain
yang datang dengan maksud tertentu”. Hubungan itu bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan, perkembangan, kematangan,memperbaiki fungsi dan memperbaiki
kehidupan. Sedangkan sifat dari hubungan konseling adalah menghargai terbuka,
fungsional untuk menggali aspek-aspek tersembunyi (emosional, ide, sumber-sumber
informasi dan pengalaman dan potensi secara umum). Benyamin (dalam Shertzer &
Stone,1981) mengartikan hubungan konseling adalah interaksi antara seorang
profesional dengan konseli, dengan syarat bahwa profesional itu mempunyai waktu,
kemampuan untuk memahami dan mendengarkan, serta mempunyai minat,
pengetahuan dan keterampilan. Hubungan konseling yang terjadi harus memudahkan
dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.
Sofyan S. Willis (2004) menjelaskan sejumlah karakteristik dari hubungan konseling,
yang dapat membedakan antara hubungan konseling dengan relasi antarmanusia biasa
seperti yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

3
Karakteristik yang dimaksud, antara lain :
1. sifat bermakna.
Maknanya adalah bahwa hubungan konseling mengandung harapan
bagi konseli dan konselor, juga bertujuan, yaitu tercapainya perkembangan
konseli.
2. Bersifat efek.
Efek adalah perilaku-perilaku emosional, sikap dan kecenderungan-
kecenderungan yang didorong oleh emosi. Efek hadir dalam hubungan
konseling karena adanya keterbukaan diri ( self-disclosure) konseli,
keterpikatan, keasyikan diri (self-absorbed ) dan saling sensitif satu sama lain.
3. Integrasi pribadi.
Integritas pribadi menyangkut sikap yang genuine” dari kedua
belah pihak (konseli dan konselor), yaitu sikap yang menunjukkan
ketulusan, tanpa kepura-puraan, menampilkan keaslian diri, membuang
kesombongan, arogansi dan kebohongan. Adanya ketulusan, kejujuran
keutuhan dan keterbukaan.
4. Persetujuan bersama.
Hubungan konseling terjadi atas persetujuan bersama,adanya
komitmen bersama, bukan sebuah paksaan.
5. Kebutuhan.
Hubungan konseling yang terjadi didasarkan atas faktor
kebutuhan,yaitu kebutuhan konseli dalam hubungannya dengan
persoalan yang tengah dihadapi. Maka hubungan konseling selalu
bercorak pemecahan masalah ( problem solving).
6. Perubahan.
Tujuan hubungan konseling adalah perubahan positif yang
terjadi pada diri konseli. Misalnya kemampuan konseli dalam mengatasi
masalah,mampu melakukan penyesuaian diri, mampu mengembangkan
diri secara optimal.
B. Nilai-nilai Pribadi Konselor
Selaku konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakukan
pekerjaan dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor. Seorang konselor
dalam menjalankan tugasnya harus dalam keadaan sadar dan menampilkan kepribadian
yang sesuai dengan keprofesionalitasnya. Sifat- sifat kepribadian konselor diantaranya:
1. Pribadi yang intelegen yaitu memiliki kemampuan berpikir verbal dan
kuantitatif,bernalar dan mampu memecahkan masalah secara logis.
2. Menunjukkan minat kerja sama dengan konseli yaitu konselor
menampilkan kepribadian yang dapat menerima dirinya dan tidak akan

4
menggunakan kliennya untuk kepuasan pribadinya melebihi batas yang
ditentukan oleh kode etik profesionalnya.
3. Reaksi situasi konseling yaitu konselor harus dapat bereaksi sesuai
dengan perasaan dan pengalaman konseli. Bentuk reaksi ini sangat
diperlukan oleh konseli karena dapat membantu konseli melihat
perasaannya sendiri.
Konselor yang menunjukkan integritas kepribadian yang kuat memiliki kepribadian
seperti :
1. Menampilkan kepribadian dan perilaku yang
berwibawa,jujur,sabar,ramah, dan konsisten.
2. Mampu menampilkan emosi yang stabil dengan mengontrol emosi diri
secara tepat.
3. Mampu merespon empati secara tepat.empati yaitu kemapuan seseorang
untuk merasakan secara tetap apa yang dirasakan dan dialami oleh orang
lain.
Konselor yang memiliki kesadaran terhadap komitmen profesional antara lain :
1. Dapat menjelaskan dan mengelola keterbatasan pribadi. Meskipun
seorang konselor memiliki keahlian yang lebih diantara manusia
lainnya,namun konselor juga memiliki kekurangan seperti manusia
biasa, dengan mengetahui apa yang menjadi keterbatasan dan
kekurangan diri konselor maka hendaknya ia termotivasi untuk lebih
meningkatkan dan mengelola kelebihan secara maksimal demi
keprofesionalitas dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor.
2. Dapat menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
dengan kewenangan profesional konselor.yaitu dengan mematuhi
komitmen profesional,dengan komitmen tersebut menunjukkan bahwa
seorang konselor akan melaksanakan tugasnya dengan profesional
sesuai kode etik.
3. Berupaya meningkatkan kompetensi akademik dan profesional
diri.kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dan kiat
pelaksanaan layanan profesional bimbingan dan konseling.landasan
ilmiah inilah yang merupakan khasanah pengetahuan dan keterampilan
yang digunakan oleh konselor untuk mengenal secara mendalam dari
berbagai segi kepribadian konseli.
Komitmen profesional konselor terhadap komitmen etika professional memiliki
kemampuan antara lain :
1. Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan.konselor yang tidak
mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli yaitu dengan
mengalihtangankan permasalahan tersebut kepada yang lebih ahli.

5
2. Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi
konselor
3. Menjaga kerahasian konseli.
C. Nilai-nilai Pribadi Konseli
Nilai pribadi konseli antara lain :
1. Memiliki Komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
2. Saling menghormati dan menghargai sesama manusia
3. Faham tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif, baik itu hal
yang menyenangkan ataupun hal yang menyedihkan. Kemudian
mampu meresponnya dengan positif
4. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan
baik fisik maupun psikis
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang
6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara baik
7. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk
komitmen terhadap tugas kewajiban
8. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau
silaturahim dengan sesama manusia
9. Memiliki kemampuan dlm menyelesaikan konflik(masalah) baik
bersifat internal maupun eksternal
10. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
D. Kesadaran Konselor Terhadap Nilai Pribadi Diri Sendiri Dan Klien
Pribadi konselor merupakan “instrumen? yang menentukan bagi adanya hasil
yang positif dalam proses konseling. Kondisi ini akan didukung oleh ketrampilan
konselor mewujudkan sikap dasar dalam berkomunikasi dengan konselinya.
Pemanduan secara harmonis dua instrument ini (pribadi dan ketrampilan) akan
memperbesar peluang keberhasilan konselor. Melaksanakan peranan profesional yang
unik sebagaimana adanya tuntutan profesi, konselor harus memiliki pribadi yang
berbeda dengan pribadi-pribadi yang bertugas dan bersifat membantu lainnya. Konselor
dituntut untuk memiliki pribadi yang mampu menunjang keefektifan konseling.
Brammer juga mengakui adanya kesepakatan helper, tentang pentingnya
pribadi konselor sebagai alat yang mengefektifkan proses konseling. Pribadi
berdasarkan sifat hubungan helping menurut Brammer di antaranya: (J) awareness of
self and values, (2) awareness of cultural experience, (3) ability to analyze the helper
's own Jeeling, (4) ability so serve as model and influencer, (5) altruism, (6) strong
sense of ethics, (7) responsibilit.
Pendapat Brammer tentang karakteristik konselor di atas dapat dideskripsikan
sebagai berikut.

6
1. Awareness of self and values (kesadaran akan diri dan nilai) Konselor
memerlukan kesadaran tentang posisi nilai mereka sendiri. Konselor
harus mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan, siapakah
saya? Apakah yang penting bagi saya? Apakah signifikan social dari apa
yang dilakukan? Mengapa saya mau menjadi konselor?. Kesadaran ini
membantu konselor membentuk kejujuran terhadap dirinya sendiri dan
terhadap konseli mereka dan juga membentuk konselor menghindari
memperalat secara bertanggung jawab atau tidak etis terhadap konseli
bagi kepentingan pemuasan kebutuhan diri pribadi konselor.
2. Awareness of cultural experience (kesadaran akan pengalaman budaya)
Suatu program latihan kesadaran diri yang terarah bagi konselor
mencakup pengetahuan tentang populasi khusus konseli. Missal, jika
seseorang telah menjalin hubungan dengan konseli dalam masyarakat
suku lain dengan latar belakang yang sangat berbeda, konselor dituntut
mengetahui lebih banyak lagi tentang perbedaan konselor dan konseli
karena hal tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi hubungan
helping yang efektif. Konselor professional hendaknya mempelajari
cirri ciri khas budaya dan kebiasaan tiap kelompok konseli mereka.
3. Ability to analyze the helper's own feeling (kemampuan untuk
menganalisis kemampuan konselor sendiri) Observasi terhadap
konselor spsialis menunjukkan bahwa mereka perlu “berkepala dingin”,
terlepas dari perasaan perasaan pribadi mereka sendiri. Selain adanya
persyaratan bagi konselor efektif, konselor jua harus mempunyai
kesadaran dan mengontrol perasaannya sendiri guna menghindari
proyeksi kebutuhan, harus pula diakui bahwa konselor mempunyai
perasaan dari waktu ke waktu.
4. Ability so serve as model and influencer (kemampuan melayanai sebagai
teladan dan pemimpin atau “orang yang berpengaruh”) Kemampuan ini
penting terutama dengan kredibilitas konselor dimata konselinya.
Konselor sebagai teladan atau model dalam kehidupan sehari hari adalah
sangat perlu. Konselor harus tampak beradab, matang dan efektif dalam
kehidupan sehari hari. Kemampuan konselor sebagai “pemimpin” atau
sebagai teladan sangat diperlukan dalam proses konseling.
5. Altruism (altuisme) Pribadi altuis ditandai kesediaan untuk berkorban
(waktu,tenaga, dan mungkin materi) untuk kepentingan, kebahagiaan,
atau kesenangan oranglain (konseli). Konselor merasakan kepuasaan
tersendiri manakala dapat berperan membantu oranglain dari pada diri
sendiri.
6. Strong sense of ethics (pengahayatan etik yang kuat). Rasa etik konselor
menunjukkan rasa aman konseli dengan ekspektasi masyarakat.
Konselor professional memiliki kode etik untuk dihayati dan dipakai
dalam menumbuhkankepercayaan pengguna jasa layanan konseling.
7. Responsibility (tanggung jawab) Tanggung jawab konselor dalam hal ini
khusus berkenaan dengan konteks bantuan khusus yang diberikan

7
kepada konselinya. Salah satu tempat penerapan tanggung jawab
konselor adalah dalam menangani kasus diluar bidang kemampuan atau
kompetensi mereka. Konselor menyadari keterbatasan mereka, sehingga
tidak merencanakan hasil atau tujuan yang tidak ralistik. Konselor
mengupayakan referral kepada spesialis ketika mereka menyadari
keterbatasan diri. Begitu juga dalam menagani suatu kasus, mereka tidak
membiarkan kasus-kasus “terlunta-lunta” tanpa penyelesaian.
Kemudian Hobbs menyatakan bahwa: “idealnya sebagai seorang konselor
adalah memiliki pribadi yang dapat mencerminkan perilaku dalam mewujudkan
kemampuan dalam hubungan membantu konseli tetapi juga mampu menyadari dunia
lingkungannya, mau menyadari masalah sosial politiknya, dan dapat berdaya cipta
secara luas dan tidak terbatas dalam pandangan profesionalinya”.

E. Keterampilan Merefleksi Nilai-Nilai Pribadi Konselor


1. Konsep Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu :
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan
perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan adalah ....”
b. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat
klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Contoh : ” Tampaknya yang Anda katakan...”
c. Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non
verbal klien.
Contoh :” Tampaknya yang Anda katakan suatu...”
2. Keterampilan Merefleksikan Nilai-Nilai Pribadi Konselor
Konselor harus memiliki keterampilan merefleksikan nilai-nilai pribadi
sebagai konselor. Cavanagh, mengemukakan bahwa kualitas pribadi guru bimbingan
dan konseling ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut :
a. self knowledge,
b. Competence
c. Good Psychological Health
d. Trustworthiness
e. Honesty
f. Strength
g. Warmth
h. Actives responsiveness
i. Patience
j. Sensitivity

8
k. Holistic awareness.
Pendapat Cavanagh tentang karakteristik konselor di atas dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
1) Self-knowledge (Pemahaman diri)
berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia
memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia
melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan.
Pemahaman diri sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan
berikut.
a) Konselor yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya
cenderung akan memiliki persepsi yang akurat pula tentang
orang lain atau klien (konselor akan lebih mampu mengenal
diri orang lain secara tepat pula).
b) Konselor yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia
akan terampil juga memahami orang lain.
c) Konselor yang memahami dirinya, maka dia akan mampu
mengajar cara memahami diri itu kepada orang lain.
d) Pemahaman tentang diri memungkinkan konselor untuk
dapat merasa dan berkomunikasi secara jujur dengan klien
pada saat proses konseling berlangsung.
2) Competence (Kompeten)
kompeten disini adalah bahwa konselor itu memiliki kualitas
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang
berguna. Kompetensi sangatlah penting bagi konselor, sebab klien
yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan
kompetensikompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan
yang efektif dan bahagia. Dalam hal ini, konselor berperan untuk
mengajar kompetensikompetensi tersebut kepada klien. Satu hal
penting yang membedakan hubungan persahabatan dengan
hubungan konseling adalah kompetensi yang dimiliki konselor.
Konselor yang efektif adalah yang memiliki pengetahuan akademik,
kualitas pribadi, dan keterampilan konseling.
3) Good Psychological Health (Kesehatan Psikologis yang Baik)
konselor dituntut untuk memiliki kesehatan psikologis yang lebih
baik dari kliennya. Hal ini penting karena mendasari
pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilan. Ketika
konselor memahami bahwa kesehatan psikologis yang
dikembangkan melalui konseling, maka dia membangun proses
konseling tersebut secara lebih positif. Apabila konselor tidak
mendasarkan konseling tersebut kepada pengembangan kesehatan
psikologis, maka dia akan mengalami kebingungan dalam
menetapkan arah konseling yang ditempuhnya. Kesehatan
psikologis konselor yang baik sangat berguna bagi hubungan

9
konseling. Karena apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka
dia akan teracuni atau terkontaminasi oleh kebutuhan-kebutuhan
sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai yang keliru, dan
kebingungan.
4) Trustworthiness (Dapat Dipercaya) kualitas Ini berarti bahwa
konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi
klien. Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam
konseling, karena beberapa alasan, yaitu sebagai berikut.
a) Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk
mengemukakan masalah dirinya yang paling dalam. Dalam
hal ini, klien harus merasa bahwa konselor itu dapat
memahami dan mau menerima curahan hatinya (curhatnya)
dengan tanpa penolakan. Jika klien tidak memiliki rasa
percaya ini, maka rasa frustrasi lah yang menjadi hasil
konseling.
b) Klien dalam konseling perlu mempercayai karakter dan
motivasi konselor. Artinya klien percaya bahwa konselor
mempunyai motivasi untuk membantunya.
c) Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari
konselor, maka akan berkembang dalam dirinya sikap
percaya terhadap dirinya sendiri.
5) Honesty (Jujur)
Jujur disini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan
(terbuka), autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam
konseling, karena alasan-alasan berikut.
a) Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk
menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama
lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup
atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien
dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat.
Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam
konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan yang
langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila
terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan
merintangi perkembangan klien.
b) Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan
umpan balik secara objektif kepada klien.”
6) Strength (Kekuatan)
kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting
dalam konseling, sebab dengan hal itu klien akan merasa aman.
Klien memandang konselor sebagai orang yang (a) tabah dalam
menghadapi masalah, (b) dapat mendorong klien untuk
mengatasi masalahnya, dan (c) dapat menanggulangi kebutuhan
dan masalah pribadi.

10
7) Warmth (Bersikap Hangat)
bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan
memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan
konselor, pada umumnya yang kurang mengalami kehangatan
dalam hidupnya, sehingga dia kehilangan kemampuan untuk
bersikap ramah, memberikan perhatian, dan kasih sayang.
Melalui konseling, klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut
dan melakukan “sharing” dengan konselor. Apabila hal itu
diperoleh, maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
8) Actives responsiveness (pendengar yang aktif)
keterlibatan konselor dalam proses konseling bersifat
dinamis, tidak pasif. Melalui respon yang aktif, konselor dapat
mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap kebutuhan
klien. Disini, konselor mengajukan pertanyaan yang tepat,
memberikan umpan balik yang bermanfaat, memberikan
informasi yang berguna, mengemukakan gagasan-gagasan baru,
berdiskusi dengan klien tentang cara mengambil keputusan yang
tepat, dan membagi tanggung jawab dengan klien dalam proses
konseling.
9) Patience (Sabar) melalui kesabaran konselor dalam proses
konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan
dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukkan lebih
memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang
sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku."
10) Sensitivity (kepekaan)
kualitas ini berarti bahwa konselor menyadari tentang
adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat
mudah tersinggung, baik pada diri klien maupun dirinya sendiri.
Klien yang datang untuk meminta bantuan konselor pada
umumnya tidak menyadari masalah yang sebenarnya mereka
hadapi. Bahkan ada yang tidak menyadari bahwa dirinya
bermasalah. Pada diri mereka hanya nampak gejala-gejalanya
(pseudo masalah), sementara yang sebenarnya tertutup oleh
perilaku pertahanan dirinya. Konselor yang sensitif akan mampu
mengungkap atau menganalisis apa masalah sebenarnya yang
dihadapi klien.
11) Holistic awareness (Kesadaran Holistik)
pendekatan holistik dalam wi berarti bahwa konselor
memahami klien secara utuh dan tidak mendekatinya secara
serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor sebagai
seorang ahli dalam segala hal, disini menunjukkan bahwa
konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang

11
menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi
yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya.
Dimensi-dimensi itu meliputi: fisik, intelektual, emosi, sosial,
seksual, dan moral-spiritual.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Nilai – nilai
(values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar
atau pegangan yang mengarah pada sikap / prilaku seseorang.Nilai dimilik setiap
pribadi yang mengatur langkah – langkah yang seharusnya dilakukan karena
merupakan cetusan dari hati nurani yang dalam dan di peroleh seseorang sejak kecil.
Nilai pribadi terbentuk melalui pengaruh lingkungan dimana seorang individu tumbuh
dan berkembang sehingga terbentuklah citra diri yang berkenaan dengan pandangan
seseorang terhadap diri baik tentang fisik maupun psikisnya.Sehingga sebagai konselor
harus memiliki keyakinan tentang hakikat manusia sebagai kliennya yang memiliki
kebaikan-kebaikan yang perlu dan dapat dikembanngkan.
B. Saran
Mahasiswa dan calon konselor yang professional, kita hendaknya dapat
memahami nilai-nilai pribadi yang di anut oleh konseli agar kita dapat menghargai dan
mengenal nilai-nilai pribadi

13
DAFTAR PUSTAKA

Dody Riswanto, A. M.-A. (2016). KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN IDEAL


KONSELOR. Jurnal Pendidikan, 2113-2117.
Gede Sedanayasa, P. a. (2010). Profesi bimbingan konseling. Singaraja.

14

Anda mungkin juga menyukai