Dosen Pengampu:
Oleh:
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puja serta puji, atas segala nikmat dan anugerah, yang pastinya tidak pernah
akan dapat disebutkan satu-persatu oleh para hamba-Nya, dan juga atas setiap
kebaikan, kasih sayang yang telah dilimpahkannya oleh rabb semesta alam. Karena
tanpa kuasa dan upaya yang telah diberikan oleh Allah, penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Elly Marlina, S.Ag., M.Si.
selaku dosen pengampu mata kuliah Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling,
yang telah berkenan membimbing dan mengarahkan. Saya juga haturkan banyak
terima kasih kepada teman-teman, kerabat, serta keluarga, yang telah memberikan
dukungan, moral, moril sera materil.
Makalah ini menjelaskan tentang kode etik profesi pada bimbingan dan
konseling islam dimulai dari pengertian dasar, tujuan, kualifikasi, kompetensi,
kegiatan profesional konselor, nilai-nilai pada pribadi konselor dan konseli, kekuatan
dan kelemahan pribadi konselor, serta isu-isu etik di dalam bimbingan dan konseling.
Penulis tidak dapat mengelak bahwa setelah selesainya makalah ini, ada
banyak sekali kekurangan, dan kesalahan. Maka dari itu, kritik, komentar, serta saran
sangat amat diharapkan dari pembaca maupun dosen kepada saya selaku penulis agar
menjadi lebih baik.
Adilah Sholihah
NIM: 1214010004
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
B. Profesional Konselor....................................................................................... 6
A. Kesimpulan .................................................................................................... 17
B. Saran .............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, dasar, pokok dan tujuan dari kode etik profesi bimbingan
dan konseling?
2. Bagaimana kualifikasi, kompetensi dan kegiatan profesional konselor?
1
3. Bagaimana nilai-nilai pribadi dari seorang konselor?
4. Bagaimana nilai-nilai pribadi dari seorang konseli?
5. Apa Kekuatan dan kelemahan pribadi konselor?
6. Bagaimana isu-isu etik dalam bimbingan dan konseling?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian, dasar, pokok, serta tujuan dari kode etik profesi
pada bimbingan dan konseling.
2. Mengetahui bentuk kualifikasi, kompetensi dan kegiatan seorang konselor
yang profesional.
3. Menjelaskan nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh seorang konselor.
4. Menjelaskan nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh seorang konseli.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pribadi konselor.
6. Mengetahui isu-isu etik di dalam bimbingan dan konseling.
7. Ditujukan untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Kode Etik Profesi
Bimbingan dan Konseling.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan
tentang tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia,
kelompok, atau budaya tertentu. Etika Profesi Bimbingan dan Konseling
adalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi rujukan bagi konselor dalam
melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya memberikan layanan bimbingan
dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah perilaku yang dimaksud adalah:
3
Kata profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Kata
profesi dalam bahasa Inggris yaitu ”profession” yang memiliki beberapa arti
yaitu: 1) pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pendidikan pada perguruan
tinggi (misal sarjana hukum, dokter, arsitek, konselor dan sebagainya); 2)
pernyataan; pengakuan; Pendapat lain dikemukakan George dalam Daryl
Koehn, profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan keahlian.
4
profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan, ditegakkan, dan diamankan
oleh setiap anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Oleh karena itu, kode etik wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran
pengurus dan anggota organisasi tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten
/Kota.
5
Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia memiliki lima
tujuan, yaitu:
B. Profesional Konselor
a. Kualifikasi Profesional Konselor
6
5. Konselor wajib memiliki keterampilan menggunakan teknik dan prosedur
khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-
kaidah ilmiah.
b. Kompetensi Professional Konselor
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan
landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan
kompetensi profesional, yang meliputi:
1. Memahami secara mendalam konseli yang dilayani,
- Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas, kebebasan memilih,
- Mengedepankan kemaslahatan konseli dalam konteks kemaslahatan
umum,
- Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta
perilaku konseli
2. Menguasai landasan dan kerangka teoritik bimbingan dan konseling,
menguasai teori dan praktisi pendidikan
- Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur,
jenis, dan jenjang, satuan pendidikan.
- Menguasai konsep dan praktis penelitian dalam bimbingan dan
konseling
- Menguasai kerangka teoritik dan praktis bimbingan dan konseling
3. Menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang
memandirikan
- Merancang program Bimbingan dan Konseling
- Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang
komprehensif
- Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling
- Menguasai konsep dan praktis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli
4. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan.
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
7
- Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat
- Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
- Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja
- Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan
keempat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan
kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan
profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
5. Kegiatan Profesional Konselor
1) Penyimpanan dan penggunaan informasi
- Catatan-catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil
wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan data lain,
semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya
boleh digunakan untuk kepentingan klien. Data tersebut dapat
digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor,
asalkan identitas klien dirahasiakan
- Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga atau
kepada anggota profesi lain membutuhkan persetujuan klien.
Penggunaan informasi dengan anggota profesi yang sama atau
yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien.
- Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
- Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien.
Kewajiban ini tetap berlaku, walaupun dia tidak lagi menangani
klien atau tidak lagi berdinas sebagai konselor.
2) Testing
- Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri
kepribadian yang menuntut adanya perbandingan dengan sampel
yang lebih luas, misalnya taraf intelegensi, minat, bakat khusus,
kecenderungan dalam pribadi seseorang.
- Data yang diperoleh dari hasil testing itu harus diintegrasikan
dengan informasi lain yang telah diperoleh dari klien sendiri atau
dari sumber lain.
8
- Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien
mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan
masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada klien dengan
disertai penjelasan tentang arti dan kegunaannya.
3) Riset
- Dalam melakukan riset harus dihindari hal-hal yang dapat
merugikan subjek yang bersangkutan.
- Dalam melaporkan hasil riset dijaga agar identitas subjek
dirahasiakan.
4) Layanan Individual, hubungan dengan klien
- Konselor harus menghormati harkat pribadi, integritas, dan
keyakinan klien.
- Konselor harus menempatkan kepentingan kliennya diatas
kepentingan pribadinya.
- Dalam menjalankan tugasnya konselor tidak membedakan suku,
bangsa, warna kulit, kepercayaan, atau status sosial ekonomi.
5) Konsultasi dan hubungan dengan rekan atau ahli lain
- Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalau
konselor merasa ragu-ragu tentang sesuatu hal, maka ia harus
berkonsultasi dengan rekan-rekan selingkungan profesi. Akan
tetapi untuk itu ia mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
- Konselor harus mengakhiri hubungan konseling dengan seorang
klien bila pada akhirnya dia menyadari tidak dapat memberikan
pertolongan kepada klien tersebut, baik karena kurangnya
kemampuan/keahlian atau keterbatasan pribadinya. Dalam hal ini
konselor akan mengizinkan klien berkonsultasi dengan petugas
atau badan lain yang lebih ahli, atau ia akan mengirimkannya
kepada orang atau badan ahli tersebut, tetapi harus atas
persetujuan klien.
- Bila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi
tanggung jawab konselor untuk menyarankan kepada klien orang
atau badan yang mempunyai keahlian penuh.
9
- Bila konselor berpendapat klien perlu dikirim ke ahli yang
disarankan oleh konselor maka konselor mempertimbangkan apa
baik buruknya kalau hubungan mau diteruskan lagi.
10
5. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang
6. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara baik
7. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen
terhadap tugas kewajiban
8. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang
diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau
silaturahim dengan sesama manusia
9. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal maupun eksternal
10. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif
11
mampu membantu konseli dari berbagai sisi. Dari tampilannya yang
menarik, konseli tertarik untuk dekat, dengan tutur kata yang ramah,
konseli senang berkonsultasi, dan sebagainya.
5. Menjaga rahasia.
Konselor mampu menjaga rahasia konseli. Berfokus pada pemikiran dan
perasaan konseli dalam interview dan tidak mengatakan hal-hal yang
tidak relevan serta mengakui keterbatasan diri. Mengakui keterbatasan
dan bekerja dengan supervise. Saling bertukar pikiran dalam hal teori,
konsep, dan pengalaman pribadi dalam interview dengan konselor-
konselor lain.
6. Kemampuan mengungkap berbagai masalah konseli.
Konselor yang inteligen dapat mengungkapkan dan melahirkan banyak
respon dari berbagai macam ragam situasi dan persoalan.
7. Mampu melihat permasalahan dari berbagai aspek.
Konselor profesional mampu bertindak dari berbagai sudut pandang.
Memecahkan masalah konseli bisa melakukannya dari berbagai teori,
pendekatan, keterampilan, dan teknik-teknik konseling.
8. Mampu berkomunikasi dengan konseli yang berbeda budaya .
Mampu mengungkapkan pernyataan-pernyataan langsung dan tak
langsung dalam jumlah maksimum guna berkomunikasi dengan orang-
orang sebudaya dengannya dan juga orang dari sejumlah budaya lain.
9. Pemahaman diri dan teori yang digunakan.
Secara terlihat dengan pengujian diri dan wawasan pandangannya
sendiri, menguasai secara mantap teori-teori baru dan mengembangkan
secara sistematis teori-teori konseling sendiri yang unik. Setelah
mendalami (studi) mungkin memutuskan untuk sepakat atau menerima
penuh suatu ancangan teoritis. Disamping memahami diri secara akurat
atas kelebihan dan kekurangannya maka konselor tidak berhenti untuk
mendalami teori-teori secara terus-menerus sesuai dengan
perkembangan.
10. Memiliki rasa kepedulian.
Konselor hendaknya peduli dengan apa yang terjadi pada konseli.
Perubahan-perubahan yang terjadi, baik ekspresi atau gerak menandakan
ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh konselor.
12
b. Kelemahan Pribadi Konselor
1. Keterbatasan dalam menyelesaikan masalah konseli.
Sebagai seorang manusia tentunya konselor juga memiliki
keterbatasan dalam menyelesaikan masalah, ini disebabkan masalah
yang dihadapi oleh konseli terlalu berat untuk ditangani oleh seorang
konselor.
2. Keterbatasan dalam memahami individu lainnya.
Sebagaimana dijelaskan didepan, konselor secara profesional dan
personal memiliki keterbatasan memahami konseli. Hal ini
disebabkan karena keragamannya karakteristik konseli. Selain itu,
mungkin juga analisis pribadi konseli tidak sesuai teori yang
digunakan oleh konselor dalam menganalisis masalah konseli.
3. Demikian pula keterbatasan dalam membentengi diri dari
permasalahan yang dihadapi oleh konseli.
Sebagai seorang konselor, kadang-kadang ikut larut dalam masalah
yang dihadapi konseli. Seperti misalnya dia merasakan kesedihan
yang berlarut-larut karena konseli menghadapi masalah yang cukup
berat.
4. Egoisme konselor.
Konselor berusaha memaksakan tujuan-tujuannya sendiri, mengikuti
agendanya sendiri. Karena wawasan yang terbatas, ia hanya mampu
bekerja hanya dalam satu kerangka kerja. Mungkin tidak bersedia
menyediakan arahan dan dukungan yang jelas diperlukan oleh
konseli. Berusaha membantu konseli dalam mencapai tujuan-tujuan
konseli menurut agenda konseli dan menyediakan media yang dapat
membantu konseli dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Berpegang pada satu cara respons.
Dalam hal ini, konselor menyelesaikan masalah dengan cara sama
antara konseli yang satu dengan konseli yang lain walaupun konselor
sudah menyadari adanya perbedaan karakteristik antara individu satu
dengan yang lainnya.
6. Hanya berfungsi pada satu kerangka budaya saja.
Dalam proses konseling, biasanya konselor memasukkan budayanya
sendiri untuk memecahkan masalah konseli yang memiliki
13
kebudayaan yang berbeda dengan konselor. Padahal, hal ini tidak
boleh terjadi.
7. Mendiskusikan atau membicarakan kehidupan konseli dengan orang
lain tanpa izin.
Ada konselor yang mengekspos masalah konseli kepada pihak lain
yang tidak bersangkut paut dengan konselor lain tanpa izin dari
konseli. Sesuai dengan asas kerahasiaan, ini adalah tidak benar.
8. Konselor yang individual.
Artinya, konselor bertindak tanpa mengenali keterbatasan sendiri dan
bekerja tanpa supervise. Tidak mau bertukar pikiran dalam kegiatan
profesional dengan orang lain.
9. Konselor yang kurang efektif dan efisien.
Memusatkan perhatian yang sungguh-sungguh pada hal-hal kecil
yang tidak relevan bagi masalah konseli sehingga waktu yang
digunakan menjadi tidak efisien dan efektif. Suatu saat dapat
mengabaikan perasaan dan pemikiran konseli.
10. Kurang perhatian konselor.
Memperlakukan para konseli secara tidak tulus, tanpa perhatian
penuh, tanpa perasaan, dan mungkin dengan cara-cara yang
merugikan atau membahayakan konseli.
11. Tidak berpikir alternative.
Secara membabi-buta (taklid) memakai satu jenis atau satu bidang
teori tunggal dengan tidak memberikan pemikiran alternative atau
tidak mampu sama sekali memaknakan secara sadar berbagai
ancangan yang sistematis
14
4. Kesalahan dalam melakukan praktek profesional (prosedur, teknik,
evaluasi, dan tindak lanjut).
b. Bentuk Pelanggaran terhadap Organisasi Profesi, misalnya:
1. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi profesi.
2. Mencemarkan nama baik profesi (menggunakan organisasi profesi
untuk kepentingan pribadi dan atau kelompok).
c. Bentuk Pelanggaran terhadap Rekan Sejawat dan Profesi Lain yang
Terkait.
1. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik (penghinaan,
menolak untuk bekerja sama, sikap arogan)
2. Melakukan referal kepada pihak yang tidak memiliki keahlian sesuai
dengan masalah konseli atau sebaliknya tidak melakukan referal
meskipun kasus klien di luar kewenangannya.
Sistem nilai, norma, aturan yang ditulis secara jelas, tegas dan
terperinci dalam kode etik profesi terkadang tidak selalu dapat diterapkan
secara mulus oleh anggota profesi sehingga banyak terjadi pelanggaran.
Beberapa sebab terjadi pelanggaran kode etik antara lain:
15
pengaruh jabatan, kekeluargaan/ kekerabatan, pertemanan, hubungan
yang bersifat simbiosis mutualism (timbal balik yang saling-
menguntungkan), keuntungan finansial dan sebagainya.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
B. Saran
Tidak dapat dipungkiri, atas keterbatasan ilmu penulis dan juga yang
lainnya, makalah ini sangat memiliki banyak kekurangan, baik itu dalam
penulisannya, kaidah bahasa dan jurnalistiknya, tata letak, kerapihan, referensi,
dan sebagainya.
Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada para pembaca untuk, tidak
menjadikan makalah ini sebagai referensi utama, dan seyogiyanya, para pembaca
memperbanyak lagi referensi-referensi dari berbagai literatur, baik itu buku,
jurnal, ataupun yang lainnya, yang memiliki kredibelitas lebih baik dari makalah
yang hadir di depan ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bunyamin. (2022). Standarisasi Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling. Jurnal
Sains Riset (JSR).
Lakadjo, M. A. (2023, January 15). Pengertian, Tujuan Kode Etik Bimbingan dan
Konseling . Retrieved October 28, 2023, from Edu Couns:
https://www.educounseling.id/2023/01/pengertian-tujuan-kode-etik-
bimbingan.html
Ningsih, R. (2015, Juni 5). Nilai-Niai Pribadi Konseli. Retrieved Oktober 28, 2023,
from Blogspot: https://julhehe6.blogspot.com/2015/06/makalah-nilai-nilai-
pribadi-konseli.html
19