Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

Tentang

“KODE ETIK GURU DAN BK”

Disusun Oleh:

1. Syahnaifa Azzura (22129089)


2. Syakinah Meilani Hasibuan (22129090)

Dosen Pengampu:

Drs, Taufik, M.pd, Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur atas segala nikmat dan kehadirat dari Allah Swt.
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat sesuai
waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs, Taufik, M.pd, Kons selaku
dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling dengan judul “Kode etik guru dan BK”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs, Taufik, M.pd, Kons. yang telah
memberikan kami tugas makalah ini, sehingga kami mendapatkan wawasan dan ilmu baru. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna karena masih banyaknya kekurangan maupun kesalahan.
Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritikan dan saran yang membangun serta membantu agar
bisa lebih baik lagi kedepannya.

Padang, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN ......................................................................................

A. Latar Belakang .........................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................

BAB 2 : PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Hakikat dan pengertian kode etik guru dan BK .......................................


B. Tujuan kode etik BK ................................................................................
C. Kode etik BK ...........................................................................................
D. Permasalahan dalam penerapan kode etik guru dan BK ..........................

BAB 3 : PENUTUP ..................................................................................................

A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang makalah tentang kode etik guru dan Bimbingan Konseling (BK) sangat
relevan untuk memahami pentingnya norma dan nilai dalam profesi pendidikan. Guru dan
konselor BK memiliki peran krusial dalam membentuk karakter dan perkembangan peserta
didik. Kode etik menjadi pedoman moral yang mendukung integritas dan profesionalisme dalam
interaksi dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja.

Kode etik guru dan bimbingan konseling merupakan panduan moral dan prinsip-prinsip yang
mengatur perilaku para guru dan konselor dalam membimbing siswa. Seiring dengan perubahan
zaman dan kompleksitas kebutuhan siswa, pentingnya kode etik ini semakin meningkat. Kode
etik ini menjadi landasan dalam memastikan bahwa para profesional pendidikan bertindak secara
etis dan bertanggung jawab.

Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat menggambarkan konteks luas di mana kode
etik guru dan BK berkembang untuk menjaga standar tinggi dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Dengan uraian latar belakang diatas, penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah,
antara lain :

1. Apa hakikat dan pengertian kode etik guru dan BK?


2. Apa tujuan kode etik guru dan BK?
3. Apa saja kode etik guru dan BK?
4. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam penerapan kode etik guru dan BK?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
mengenai :

1. Hakikat dan pengertian kode etik guru dan BK


2. Tujuan kode etik guru dan BK
3. Kode etik guru dan BK
4. Permasalahan yang terjadi dalam penerapan kode etik guru dan BK
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat kode etik guru dan BK

Pada hakikatnya, ada banyak kode etik dalam konseling apabila dilihat dari sisi yang
berbeda-beda. Kode etik merupakan norma atau asa yang di miliki oleh seseorang atau
kelompok sebagai landasan untuk tingkah laku sehari-hari. (Octavia, 2020) Konseling
merupakan proses bantuan dengan keilmuan atau pengetahuan sebagai awal dari pelaksanaan
nya. Konseling tidak bisa dilakukan dengan percobaan, tapi harus dengan mempunyai kemahiran
tertentu, begitu juga tidak hanya kompetensi profesional, tetapi harus mempunyai kompetensi
seseorang,sosial, dan pengetahuan (Mulawarman & Munawaroh, 2016).

Setiap konselor pada bimbingan konseling harus membuat etika khusus dalam melakukan
kegiatannya, seperti kode etik profesi supaya meringankan konselor untuk memahami,
menghayati, dan melakukannya. Menurut Sunaryo Kartadinata (2011:15) kode etik profesi
adalah regulasi dan norma perilaku profesional yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam kehidupannya di dalam masyarakat. Menurut
Abkin (2006:94) kode etik merupakan suatu aturan yang melindungi profesi dari campur
tangan pemerintah, mencegah ketidaksepakatan internal dalam suatu profesi, dan
melindungi atau mencegah para praktisi dari perilaku-perilaku malpraktik. Kode etik
profesi konseling ialah aturan tingkah profesional yang akan dibuat untuk melakukan tugas
profesi nya. Kode etik ialah norma yang bisa menjaga anggota profesi dari pemerintah yang
mengikut campuri, pencegahan kepada gagal nya kesetujuan internal yang terjadi pada salah satu
kegiatan malpraktik (Jumrawarsi et al., 2021).

Kode etik bimbingan dan konseling yang pertama kali di buat oleh American Counseling
Association (ACA) oleh Donald Super dan di setujui tahun 1961 yang berdasarkan kode etik
American Psychological Association yang asli. Kode etik yang pertama di lakukan pada masa
konvensi yang di adakan di Malang tahun 1975 oleh sekelompok ahli bimbingan yang dikatakan
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang sekarang dinai Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia (ABKIN) menyatu anggota terhadap standar juga tanggung jawab selaku
anggota organisasi profesi. Disaat diadakan konvensi Organisasi Profesi, Kode etik seharusnya
ditingkatkan dan di pelajari ulang supaya bisa menyelaraskanpada situasi dan kondisi saat
tertentu agar para anggota profesi bisa menjalani kegiatan dan perannya tanpa membantah kode
etik yang sudah di tentukan secara tertulis dalam kode etik yang sudah di tentukan secara tertulis
dalam kode etik profesi tersebut (Nuzliah & Siswanto, 2019).

Kode Etik Bimbingan dan Konseling di Indonesia sebagaimana disusun oleh


ABKIN(2006:69)memuat hal-hal berikut:
1) Kualifikasi; bahwa konselor wajib memiliki a) nilai, sikap, keterampilan,
pengetahuan dan wawasan dalam bidang Bimbingan dan Konseling, b)
memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai Konselor.
2) Informasi, testing dan riset; a) penyimpanan dan penggunaan informasi, b) testing,
diberikan kepada Konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya,
c) riset, menjaga prinsip-prinisp sasaran riset serta kerahasiaan.
3) Proses pada pelayanan; a) hubungan dalam pemberian pada pelayanan, b) hubungan
dengan klien.
4) Konsultasi dan hubungan dengan rekan sejawat atau ahli lain; a) pentingnya
berkonsultasi dengan sesama rekan sejawat;b) alih tangan kasus apabila tidak dapat
memberikan bantuan kepada klien tersebut.
5) Hubungan kelembagaan; memuat mengenai aturan pelaksanaan layanan
konseling yang berhubungan dengan kelembagaan
6) Praktik mandiri dan laporan kepada pihak lain; 1) konselor praktik mandiri,
menyangkut aturan dalam melaksanakan konseling secara private, 2) laporan
kepadapihak lain.
7) Ketaatan kepada profesi, 1) pelaksanaan hak dan kewajiban, serta 2) pelanggaran
terhadap kode etik

B. Tujuan kode etik bk


Kode etik profesi bimbingan dan konseling Indonesia memiliki lima tujuan, yaitu :
1. Pedoman perilaku etis dan profesional dalam pemberian layanan bimbingan dan
konseling kepada guru.
2. Membantu guru membangun karir pelayanan yang profesional.
3. Mendukung kerja asosiasi profesi, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN).
4. Dasar-dasar dan pedoman untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang timbul dari
anggota profesional dan pengetahuan mereka.
5. Lindungi anggota dan layanan atau konseli (Lesmana, 2021).

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling Indonesia


(PBABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etikprofesi bimbingan dan
konsseling, maka sebaian dari kode etik itu adalah sebagai berikut:

1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap, keterampilan,pengetahuan dan wawasan.

a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai dirinya. Ia wajib mengerti
kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat
mempengarui
b. hubunganya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan
profesional serta merugikan klien.
c. Konselor wajib memperlihatkan sifatsifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati jajni,
dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
d. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran maupun peringatan yang
diberikan kepadanya, khususnya dari rekan – rekan seprofesi dalam hubungan dengan
pelaksanaan ketentuan keteentuaan tingkah laku profesional sebagaimana di atur dalam
Kode Etik ini.
e. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak mengutamakan
kepentingan pribadi, termasuk keuntungan material, finansial, dan popularitas.
f. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan prosedur khusus yang
dikembangkan ataas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.

2. Penyimpanan dan Penggunann Informasi

a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing, surat menyurat,
perekaman dan data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya
boleh digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/ informasi untuk keperlian riset
atau
b. Pendidikan calon konselor dimungkinkan, sepanjang identitas kien di rahasiakan.
c. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain
membutuhka persetujuan klien.
d. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat
dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak meruikan klien.
e. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang
berwenang menafsirkan dan menggunakanya.

3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.

a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien
dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor, meskipun proses
konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit. Sebaliknya konselor tidak akan
melanjutkan hubugan apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.

4. Hubungan dengan Klien.

a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.


b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan pribadinya.
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien atas dasar suku,
bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa izin dari
orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih lebih dalam keadaan darurat
atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang dikehendaki oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang sedang dibinadan batas-
batas tanggung jawab masig-masing dalam hubungan profesional.
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila timbul masalah dalam
kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga
tuntutan profesinya sebagai konselor.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya,
sepanjang hubunganya profesional.

5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.

Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau konselor merasa ragu-
ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk
hal itu ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.

6. Alih Tangan Kasus

Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik
(klien) kiranya dapat mengalih- tangankan kepada pihak yang lebih ahli.

Sedangkam menurut (ABKIN, 2018), dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan


konseling, ada 4 kode etik yang wajib dipatuhi dan diamalkan oleh konselor, yaitu:

1. Penghargaan dan keterbukaan


a. Penghargaan terhadap sasaran layanan
b. Kebenaran dan keterbukaan

2. Kerahasiaan dan berbagi informasi


a. Kerahasiaan
b. Berbagi informasi dengan pihak lain
c. Rekaman data konseling
d. Penelitian

3. Setting layanan
a. Suasana dan sarana fisik
b. Kondisi sosio-psikologis

4. Tanggung jawab konselor


a. Tanggung jawab kepada konseli
b. Tanggung jawab kepada atasan dan pemangku kepentingan lainnya
c. Tanggung jawab kepada ilmu dan profesi
d. Tanggung jawab kepada diri sendiri
e. Tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa
D. Konflik dalam Penerapan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling

Ketika kode etik diterapkan, masalah sering muncul saat diimplementasikan. Banyak
kejadian keliru atas pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan
oleh guru BK di sekolah itu tersendiri. Semacam penelitian yang di laksanakan Suhertina
mengenai implementasi kode etik bimbingan dan konseling, didapati hasil bahwasanya guru BK
atau konselor sekolah mempunyai pengetahuan yang pasti sudah rendah mengenai kode etik BK,
bahkan yang mengagetkan dalam arti beberapa konselor di sekolah tidak kenal dengan kode etik
BK(Suhertina, 2012). Selain itu, permasalahan yang terjadi seperti yang diungkapkan oleh
Prayitno dan Erman Amti (2004). Hal tersebut disebabkan oleh konselor yang bukan berasal dari
lulusan pendidikan BK. Banyak siswa yang tidak mau untuk menggunakan pelayyanan BK
karena kebanyakan pelayanan BK digunakan untuk menangani siswa yang melakukan
pelanggaran atau membuat masalah, dengan ditangani oleh guru BK sendiri maupu oleh guru
atau pihak lain. Mereka berpikir jika dibawa ke ruangan BK maka terdapat pelanggaran atau
kesalahan yang telah mereka lakukan.

Dengan demikian, guru BK perlu mengetahui dan memahami kode etik mereka sebagai guru
BK untuk membuat aktivitas mereka secara tertib dan efisien(Wahyoeningrum, 2021). (Sujadi,
2018) banyak kesalahpahaman mengenai bimbingan dan konseling. Beberapa akibat nya ialah
bagian bimbingan dan konseling disatukan oleh yang tidak berlatarbelakang pendidikan
bimbingan dan konseling. Pembentukan bimbingan dan konseling pada awalnya cuma untuk
menangani siswa yang memiliki masalah saja, baik yang di panggil secara langsung oleh
konselor begitu juga di tujukan oleh pihak yang lain,sehingga biasa jika peserta didik tidak mau
memanfataain pelayanan bimbingan dan konseling. siswa tersebut berpikir bahwasanya apabila
ada datang ke ruangan BK maka seolah-olah dirinya merasakan hal tidak baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kode etik guru dan bimbingan konseling (BK) memiliki peran penting dalam
membimbing perilaku dan profesionalisme dalam dunia pendidikan. Dengan kode etik ini
dihaapkan dapat menegaskan nilai-nilai moral, integritas, dan tanggung jawab yang harus
dijunjung tinggi oleh para pendidik dan konselor. Mereka memberikan panduan tentang
bagaimana berinteraksi dengan siswa, orang tua, dan rekan kerja secara etis, serta
menekankan pentingnya menghormati keberagaman dan mendukung perkembangan holistik
siswa. Dengan mematuhi kode etik ini, guru dan konselor dapat menciptakan lingkungan
pendidikan yang positif dan mendukung perkembangan optimal anak-anak.

B. Saran

Guru bimbingan dan konseling senantiasa meningkatkan kualitas diri dan keprofesional
dalam pemahaman kode etik profesi konseling dan juga memacu meningkatkan kode etik
pada siswa di sekolah sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam memahami kode
etik profesi konseling disekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Bunyamin, B. (2022). STANDARISASI KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN


KONSELING. Jurnal Sains Riset, 12(1), 186-192.

Harahap, A. P., Darus, A. R., Siregar, M. A., & Rahmadana, W. (2022). Analisis
Pemahaman Kode Etik Profesi Konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling di
MAN. Jurnal Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 6(2), 101-
110.

Hotmauli, M. (2021). Penerapan Kode Etik Konseling Oleh Guru Bimbingan Dan
Konseling Non BK. JOURNAL SCIENTIFIC OF MANDALIKA (JSM) e-ISSN
2745-5955| p-ISSN 2809-0543, 2(12), 605-611.

Jumrawarsi, J., Mudjiran, M., Neviyarni, N., & Nirwana, H. (2021). Kode Etik Konseling
Serta Permasalahan Dalam Penerapannya. Ensiklopedia of Journal, 3(4), 53-58.

Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam


penerapannya. Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, 14(2), 69-77.

Anda mungkin juga menyukai