Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING


Diajukan untuk memenuhi tugas Orientasi Profesi Bimbingan dan Konseling
Dosen pengampu : Rima Irmayanti, M.Pd

Disusun oleh :

Putri Shyarsheina Azzahra 21010077

Risma Gustianti 21010114

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP SILIWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ‘Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling’ guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Orientasi Profesi BK

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas pada mata kuliah Orientasi Profesi Bk
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
‘Kode Etik Profesi BK’.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada
mereka yang memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah.
Aamiiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Bandung, 24 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Kode Etik Profesi............................................................2
B. Pengertian Kode Etik Profesi BK.....................................................2
C. Landasan Kode Etik BK....................................................................4
D. Tujuan Kode Etik BK........................................................................5
E. Pelaksanaan Kode Etik Profesi.........................................................5
F. Pelanggran Dan Sanksi Kode Etik Profesi BK................................11
G. ACA (The American Counseling Association).................................13
H. Kode Etik ACA...................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................16
B. Saran....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti layaknya sebuah pembelajaran Bimbingan dan Konseling juga membutuhkan
apa yang di namakan strategi dalam pelaksanaan nya. Dalam hal untuk mengetahui
strategi apa yang tepat untuk di terapkan kepada seseorang yang nantinya akan di
bimbing (konseli) seorang yang akan membimbing (konselor) perlu membutuhkan
adanya kode etik untuk menjalankan profesi tersebut.

Dalam bimbingan dan konseling kode etik sangatlah dibutuhkan karena itu akan
menjadi acuan dan tuntutan dalam memberikan masukan-masukan kepada konseli
agar tidak keluar dari norma-norma yang berlaku baik di kalangan masyarakat atau di
kalangan antar sesama konselor.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kode etik profesi?
2. Apa itu kode etik profesi BK?
3. Apa tujuan kode etik profesi BK?
4. Apa saja dasar kode etik profesi BK?
5. Bagaimana pelaksanaan layanan BK?
6. Bagaimana bentuk pelanggaran kode etik profesi BK?
7. Ap aitu ACA? dan apa saja kode etik nya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi
2. Untuk mengetahui pengertian kode etik profesi BK
3. Untuk mengetahui apa saja dasar kode etik profesi BK
4. Untuk mengetahui apa tujuan dari kode etiik profesi BK
5. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan BK
6. Untuk Mengetahui apa saja pelanggaran kode Etik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Profesi


Kata “Kode” dalam KBBI berarti tanda atau tulisan yang di sepakati untuk
maksud tertentu (menjamin kerahasiaan, berita, perintah,) menurut KBBI kode juga
dapat di artikan sebagai kumpulan prinsip yang bersistem.
Sedangkan Kata “ Etika” dalam bahasa Inggris ”Ethics” artinya ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak; hal tingkah laku dan kesusilaan. Dalam bahasa
Yunani kuno ”Ethos” berarti timbul dari kebiasaan adalah cabang utama filsafat yang
mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Namun dalam bahasa Indonesia etik dan etika diartikan berbeda. Kata ”etik”
mempunyai dua arti yaitu 1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak;
2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sementara etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang
hak dan kewajiban moral (akhlak).
Dan kata “Profesi’ diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Kata profesi
dalam bahasa Inggris yaitu ”profession” yang memiliki arti yaitu pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pendidikan pada perguruan tinggi (misal sarjana hukum, dokter,
arsitek, konselor dan sebagainya).
Maka dapat disimpulkan kode Etik merupakan aturan-aturan susila, atau sikap
akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para anggota, yang
tergabung dalam suatu kumpulan atau organisasi (organisasi profesi).Oleh karena itu,
kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni
dari diri pribada para anggota atau dengan kata lain kode etik merupakan serangkaian
ketentuan dan peraturan yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para
anggota organisasi.
B. Pengertian Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Kode etik bimbingan dan konseling Indonesia adalah kaidah-kaidah nilai
dan moral yang menjadi rujukan bagi anggota organisasi dalam melaksanakan tugas,
atau tanggung jawabnya dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konseli. Kode etik ini merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan, ditegakkan, dan diamankan oleh setiap
anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Oleh karena itu,
kode etik wajib dipatuhi dan diamalkan oleh seluruh jajaran pengurus dan anggota
organisasi tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
Kode etik dinyatakan dalam bentuk seperangkat standar, peraturan, dan atau
pedoman yang mengatur dan mengarahkan ucapan, tindakan, dan/atau perilaku guru
bimbingan dan konseling, konselor, dosen bimbingan dan konseling anggota ABKIN
sebagai pemegang kode etik yang bekerja pada berbagai sektor dan dalam interaksi
mereka dengan mitra kerja serta sasaran layanan atau konseli dan anggota masyarakat
pada umumnya.
Layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan melalui tahapan asesmen
kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan program, evalusi, pelaporan, dan
tindak lanjut bimbingan dan konseling dilakukan dalam suatu kolaborasi dengan
pendidik lain serta pemangku kepentingan layanan yang dapat menciptakan peluang
kemandirian dan kesetaraan dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi konseli
berdasarkan prinsip-prinsip dasar profesionalitas/kode etik berikut:
1. Setiap individu dilayani atas dasar kemuliaan harkat dan martabat
kemanusiaannya.
2. Setiap individu memiliki hak untuk dihargai, diperlakukan dengan
hormat dan mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pelayanan
bimbingan dan konseling yang bermutu secara profesional.
3. Profesi bimbingan dan konseling memberikan pelayanan bagi individu
atau kelompok dari berbagai latar belakang kehidupan yang beragam
dalam budaya, etnis, agama dan keyakinan, usia, status sosial dan
ekonomi, individu dengan berkebutuhan khusus, individu yang
mengalami kendala bahasa, dan identitas gender.
4. Setiap individu berhak memperoleh informasi dan layanan yang
mendukung pemenuhan kebutuhan mereka untuk mengembangkan diri.
5. Setiap individu mempunyai hak untuk memahami arti penting dari
pilihan hidup dan bagaimana pilihan tersebut akan mempengaruhi masa
depan yang membahagiakan.
6. Setiap individu memiliki hak untuk dijaga kerahasiaan dirinya sesuai
dengan hak-hak pribadinya, aturan hukum, kebijakan, dan standar etika
pelayanan
C. Landasan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia ditegakkan berdasarkan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN, serta landasan legal
yang berlaku dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu:

1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia.


2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 tentang Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan).
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 tentang Guru.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
D. Tujuan Kode Etik

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia memiliki lima tujuan, yaitu:

1. Memberikan panduan perilaku yang berkarakter dan profesional bagi anggota dalam
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling
2. Membantu anggota dalam membangun kegiatan pelayanan yang profesional
3. Mendukung misi organisasi  profesi, yaitu Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) dan divisi-divisinya
4. Menjadi landasan dan arah dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang
datang dari dan mengenai diri anggota asosiasi
5. Melindungi anggota asosiasi dan sasaran layanan (konseli).
E. Pelaksanaan Kode Etik Profesi BK
Konselor menyadari bahwa kepentingan sasaran layanan atau konseli
terhadap layanan bimbingan dan konseling merupakan hal yang paling
utama. Oleh karena itu, konselor menyikapi dan melayani konseli didasari
oleh motif altruistik dan menampilkan karakteristik pribadi seorang konselor
yang hangat, penuh pemahaman yang empatik, tulus, menerima konseli apa
adanya, dan saling percaya.
Hal yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling:
a. Penghargaan dan Keterbukaan
1. Penghargaan terhadap Sasaran
a. Konselor menghargai konseli sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya.
b. Konselor menyadari dan menghargai konseli sebagai individu dengan hak-
hak pribadi dan kondisi mutikultural dirinya
c. Konselor memahami permasalahan yang dialami konseli dan
memposisikannya sebagai subjek yang perlu dibantu dan dicarikan solusi
atas masalah-masalahnya dengan sebaik-baiknya,bukan menjadikan
kesalahan yang diperbuat konseli sebagai objek layanan.
d. Konselor memahami dan memposisikan konseli sebagai subjek yang
berpotensi untuk mampu mencapai solusi atas permasalahan yang
dialaminya dan mengembangkan dirinya.
2. Kebenaran dan Keterbukaan
a. Dalam melaksanakan pelayanan konseling konselor membahas dan
menangani permasalahan konseli secara objektif atas dasar kebenaran
dengan prinsip konselor tidak pernah memihak, kecuali pada kebenaran.
b. Dalam pembahasan dan pencarian solusi atas permasalahan konseli,
konselor mendorong konseli untuk objektif dan terbuka sehingga segala
sesuatunya dapat dibahas dan dilayani secara mendalam, tuntas dan tepat.
c. Dalam menangani permasalahan konseli, konselor bertindak secara
objektif, konkrit dan menghindari kerancuan peran dan sesuatu yang tidak
jelas
b. Kerahasiaan dan Berbagi Informasi
1. Kerahasiaan
a. Konselor menyadari, menghargai dan menempatkan informasi dari
dan mengenai diri konseli, baik yang menyangkut kehidupan pribadi
maupun kondisi aktualnya pada posisi yang sangat penting dan harus
dirahasiakan sepenuhnya.
b. Konselor berbagi informasi tentang diri dan kondisi konseli dengan
pihak lainhanya atas izin konseli sesuai dengan asas kerahasiaan,atau
pertimbangan etika profesi dan/atau hukum.
2. Berbagi Informasi dengan Pihak Lain
a. Konselor harus memastikan keamanan atas kerahasiaan informasi dan
data-data tentang konseli yang dilayani dan yang dalam proses
pemberian bantuannya .
b. Dengan team konselor
1) Alih tangan kasus kepada konselor lain atau ahli lain harus seizin
konseli dan konseli di beritahu informasi apa saja tentang dirinya
yang di sampaikan kepada konselor lain atau ahli dalam itu.
2) Dalam diskusi professional antar konselor memastikan bahwa
nama konseli akan di rahasiakan.
3) Jika pelayanan terhadap konseli melibatkan konselor lain (dalam
satu tim) dengan peranannya masing-masing, maka konseli
terlebih dahulu diberitahu mengenai hal tersebut dan informasi
serta data apa saja tentang dirinya yang akan dibagi kepada
konselor lain itu.
c. Dengan Atasan Konselor. Konselor akan melaporkan kepada atasan
tentang pelaksanaan program Bimbingan dan konseling tanpa
menyebutkan nama-nama konseli dalam laporan tersebut.
d. Dalam Memindahkan informasi. Informasi data yang bersifat rahasia
yang terekam dalam komputer, melalui surat elektronik, mesin fax
telepon, dan perlengkapan teknologi komputer lainnya, dipindahkan
oleh konselor dengan memperhatikan serta memastikan keamanan
pemindahan informasi/data-data rahasia tersebut.
3. Rekaman Data Konseling
a. Proses perekaman dan tempat penyimpanan hasilnya hanya ditangani oleh
orang-orang yang memiliki wewenang untuk rekaman tersebut.
b. Izin untuk merekam, konselor wajib meminta izin sebelum melakukan
perekaman.
c. Penyimpanan rekaman setelah konseling berakhir. Jika konselor perlu
menyimpan rekaman data konseling untuk menindaklanjuti proses
konseling, konselor memelihara dan menjaga kerahasiaan rekaman.
Penghapusan data yang sudah using atau terlalu lama tersimpan boleh
dihapus secara aman jika telah tersimpan selama 10tahun.
4. Penelitian
a. Persetujuan institusi atau lembaga. Jika konselor akan menggunakan
informasi mengenai konseli sebagai bagian dari penelitian, maka konselor
harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari lembaga tempat
konselor bekerja.
b. Informasi rahasia yang diperlukan dalam penelitian. Konselor menjaga
kerahasiaan setiap rekaman data konseli dengan sebaik- baiknya jika
penelitian yang akan dilakukan melibatkan pihak lain.
c. Setting Layanan
1. Suasana dan Sarana Fisik
a. Konselor menyelenggarakan pelayanan kepada konseli di tempat (seperti
ruangan dan kelengkapannya) yang dijamin suasana yang aman dan
nyaman.
b. Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat diselenggarakan di luar
ruangan dengan catatan kondisi fisik dan suasananya harus sebagaimana
tersebut pada butir a di atas.
c. Tempat penyelenggaraan layanan dapat dilengkapi dengan alat-alat
seperti tempat relaksasi, persediaan air (untuk cuci tangan dan cuci muka,
serta untuk minum), serta perlengkapan hardware untuk penayangan
media, dan lain-lain.
2. Kondisi Sosio-Psikologis
a. Pelayanan konseling dilaksanakan di dalam ruangan tempat yang terjaga
konfidensialitasnya, artinya tidak dilihat oleh pihak ketiga yang dapat
mengganggu asas kerahasiaan.
b. Tempat penyelenggaraan konseling dipilih dan dipersiapkan sedemikiann
rupa sehingga konseli merasa dihargai/dihormati;dalam hal ini pilihan
tempat penyelenggaraan layanan merupakan kesepakatan antara konseli
dan konselor.
d. Tanggung Jawab
1. Tanggung Jawab Kepada Konseli
Yaitu bahwa konselor telah berbuat sesuatu yang menguntungkan konseli
melalui pelayanan konseling.
a. Konselor menjunjung tinggi dan memelihara hak-hak konseli sehingga
terwujudkan dengan cara yang baik seiring dengan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi konselor.
b. Konselor secara penuh membantu konseli dalam mengembangkan
potensi dan memenuhi kebutuhannya dalam berbagai bidang
kehidupannya, serta mendorongnya untuk mencapai solusi atas
permasalahannya dan mencapai perkembangan diri secara optimal.
c. Konselor mendorong konseli untuk mampu bertanggung jawab atas diri
sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan mandiri dalam menjalani
kehidupan secara efektif dan sukses.
d. Konselor mengerahkan segenap kemampuan profesionalnya yang terbaik
demi keberhasilan konseli.
2. Tanggung Jawab Kepada Atasan dan Pemangku Kepentingan Lain
a. Konselor memberikan informasi kepada pimpinan lembaga dan pihak-
pihak terkait tentang peranan konselor terutama tentang pelayanan
terhadap konseli yang menjadi tanggung jawab konselor di lembaga yang
dimaksud dan peran konseling demi suksesnya lembaga.
b. Konselor menerima masukan, pendapat atau kritikan dari pimpinan
lembaga sebagai dasar untuk mengembangkan, memperbaiki dan
melaksanakan dengan sukses program bimbingan dan konseling di
lembaga yang dimaksud.
3. Tanggung Jawab Kepada Ilmu dan Profesi
a. Konselor tidak menyalahgunakan kedudukannya sebagai konselor
kepentingan diluar tujuan dan kemanfaatan ilmu dan profesi konseling.
b. Dalam kaitannya dengan asosiasi profesi (ABKIN), konselor secara
konsisten tunduk dan menjalankan aturan dan kode etik profesi,
sepanjang asosiasi profesi tersebut terarah dan menjalankan kaidah-
kaidah keilmuan dan profesi bimbingan dan konseling dengan benar.
4. Tanggung Jawab Kepada Diri Sendiri
a. Konselor menyadari bahwa kualitas layanan konseling yang
dilakukannya berdampak pada pribadi konselor sendiri, terutama
dalam hal pandangan pihak lain tentang kemampuan dan kualitas
keprofesian konselor.
b. Konselor berusaha terus-menerus untuk mengembangkan kompetensi
keprofesionalannya dengan menjaga kualitas diri dan profesinya.
5. Tanggung Jawab Kepada Tuhan Yang Maha Esa
a. Konselor, dalam menjalankan pelayanan konseling merasakan bahwa
hal itu merupakan ibadah. Untuk itu setiap kali memohon petunjuk dan
ridho dari Tuhan Yang Maha Esa demi suksesnya pelayanan yang
dimaksud.
b. Konselor menyadari bahwa apa yang dilaksanakannya dalam
pelayanan konseling wajib terlaksana di jalan yang benar, hanya untuk
kebaikan dan kemaslahatan semua pihak serta terhindar dari kesalahan-
kesalahan yang disadari dan disengaja.
F. Pelanggaran dan Sanksi
Konselor wajib memperhatikan apa yang seharusnya dilakukan, apa yang tidak boleh
dilakukan, dan apa yang dianjurkan untuk dilakukan kepada konseli. Setiap
pelanggaran terhadap Kode Etik akan merugikan diri konselor sendiri, konseli,
lembaga dan pihak lain yang terkait, serta profesi Bimbingan dan Konseling.
Pelanggaran Kode Etik akan mendapatkan sanksi, baik secara moral berkenaan
dengan kerugian diri konselor sendiri, konseli dan pihak lain, serta sanksi secara
formal dari organisasi profesi.
A. Bentuk Pelanggaran
1. Pelanggaran Umum
a. Melanggar nilai dan norma yang mencemarkan nama baik profesi
Bimbingan dan Konseling dan organisasinya, yaitu ABKIN.
b. Melakukan tindak pidana yang mencemarkan nama baik profesi
Bimbingan dan Konseling.
2. Pelanggaran Kepada Konseli
a. Menyebarkan/ membuka rahasia konseli kepada orang yang tidak
terkait dengan kepentingan konseli.
b. Melakukan praktik professional yang tidak sesuai standar profesi
c. Tidak memberikan pelayanan atau mengabaikan permintaan konseli
untuk mendapatkan pelayanan.
d. Melakukan perbuatan asusila, seperti pelecehan seksual, penistaan
agama, rasialis terhadap konseli, dan merugikan konseli.
3. Pelanggaran dengan Lembaga Kerja Terkait
a. Melakukan tindak kesalahan terhadap lembaga berkenaan dengan
tanggung jawabnya sebagai konselor yang bekerja di lembaga yang
dimaksudkan.
4. Pelanggaran Terhadap Rekan Sejawat
a. Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik antar sejawat
konselor, seperti penghinaan, menolak untuk bekerja sama, sikap
arogan.
b. Berebut konseli untuk dilayani antar sesama konselor
5. Pelanggaran Terhadap Organisasi Profesi
a. Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh
organisasi profesi
b. Mencemarkan nama baik profesi dan organisasi profesinya.
B. Bentuk Sanksi
Apabila terjadi pelanggaran terhadap Kade Etik Profesi Bimbingan
dan Konseling maka kepada konselor diberikan sanksi sebagai berikut.
1. Teguran secara lisan dan tertulis.
2. Peringatan keras secara tertulis.
3. Pencabutan keanggotaan ABKIN.
4. Pencabutan lisensi izin praktik mandiri.
5. Apabila terkait dengan permasalahan hukum/kriminal maka
6. permasalahan tersebut diserahkan pada pihak yang berwenang.
C. Mekanisme Penerapan
Penerapan sanksi terhadap konselor yang dianggap melanggar Kode Etik
dilakukan sebagai berikut;
1. Diperolehnya pengaduan dan/atau informasi tentang adanya pelanggaran
dari konseli dan/atau pihak lain.
2. Pengaduan/informasi disampaikan kepada Dewan Kade Etik untuk
diverifikasi.
3. Konselor yang bersangkutan dipanggil oleh dewanpertimbangan kode
etik untuk verifikasi pengaduan/ informasi yang disampaikan oleh
konseli dan/atau pihak lain.
4. Konselor yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
5. Apabila ternyata memang ada pelanggaran dan pelanggaran itu dianggap
masih relatif ringan, maka penyelesaiannya dilakukan oleh Dewan Kode
Etik Daerah, yang kemudian dikuatkan oleh Pengurus Besar Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (PB-ABKIN).
6. Apabila pelanggaran dilakukan oleh konselor menciderai profesi
bimbingan dan konseling, Dewan Kade Etik Daerah melimpahkan
penyelesaiannya kepada Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia (PB-ABKIN).
G. ACA (The American Counseling Association)
The American Counseling Association (ACA) adalah asosiasi profesional
untuk semua konselor. Misi dari organisasi ini adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup dalam masyarakat dengan mempromosikan pengembangan konselor
profesional, memajukan konseling profesi, dan menggunakan profesi dan praktek dari
konseling untuk mempromosikan penghormatan terhadap martabat
manusia dan keragaman. Secara organisasi ACA adalah organisasi  yang mewakili
kemitraan kemitraan konselor profesional yang meningkatkan pembangunan manusia.
Hal ini terdiri dari 18 divisi yang mewakili pengaturan kerja tertentu atau bidang
minat dalam bidang konseling; 56 negara atau afiliasi cabang, yang terbagi menjadi 4
wilayah yang mewakili wilayah geografis utama; beberapa organisasi dan afiliasinya,
yang meningkatkan layanan anggota. Melalui kegiatan dan entitas, ACA
mempengaruhi semua aspek konseling profesional. Daerah ini termasuk credentialing
konselor dan akreditasi program pendidikan konselor, mengembangkan dan
menyebarkan standar etika, yang menawarkan pengembangan profesional,
menawarkan sumber daya profesional dan jasa, dan mempengaruhi kebijakan publik
dan perundang-undangan
ACA memiliki 14 komite berdiri yang membahas banyak bisnis profesional
dari asosiasi. Salah satu komite adalah Komite Etika, yang bertanggung jawab untuk
memperbarui standar etika untuk asosiasi dan menyelidiki dan menengahi keluhan
etis. Ketika bergabung dengan ACA, seseorang harus menandatangani pernyataan
setuju untuk mematuhi Kode Etik dan Standar Praktek. Informasi tambahan tentang
etika, isu-isu etika, dan perilaku profesional tersedia melalui sejumlah layanan dan
sumber daya yang ditawarkan oleh asosiasi. ACA dan entitas yang menawarkan
berbagai pelatihan dan kesempatan pengembangan profesional.
H. Kode Etik ACA
Kode etik ACA dibagi menjadi 8 sub yaitu;
Bagian A : The Counseling Relationship
Mencakup semua yang berhubungan dengan klien termasuk kesejahteraan dengan
klien dan kerahasiaan klien.
Bagian B : Confidently and Privacy
Mencakup semua bidang yang terkait dengan hak-hak kerahasiaan dari klien dan
membahas batas-batas kerahasiaan. Ini termasuk subtopik berikut: hak atas privasi,
kelompok dan keluarga, klien kecil atau tidak kompeten, catatan, penelitian dan
pelatihan, dan konsultasi.
Bagian C : Professional Responsibility
Mencakup tanggung jawab konselor 'terhadap klien mereka, diri mereka, profesional
lain dan masyarakat. Ini termasuk subtopik berikut: standar pengetahuan, kompetensi
profesional, klien iklan dan meminta, kepercayaan, tanggung jawab publik, dan
tanggung jawab kepada profesional lainnya.
Bagian D : Relationship With Other Professional
Hubungan dengan Profesional Lain - mencakup isu-isu kerja pengaturan dan termasuk
subtopik berikut: hubungan dengan majikan dan karyawan, konsultasi, biaya untuk
referensi, dan pengaturan subkontraktor.
Bagian E : Evaluation, Assessment, and Interpretation
Hal ini mencakup terkait dengan penilaian klien, keterampilan konselor, dan
kesesuaian penilaian. Ini termasuk subtopik berikut: isu-isu penilaian umum,
kompetensi menggunakan dan menafsirkan tes, informed consent untuk penilaian,
informasi melepaskan, diagnosis yang tepat gangguan mental, seleksi tes, kondisi
administrasi tes, keragaman dalam pengujian, penilaian dan interpretasi tes, keamanan
tes , tes usang dan hasil tes usang, dan konstruksi tes.
Bagian F : Supervision,Training and Teaching
Mencakup masalah yang berkaitan dengan pelatihan dan program konselor konselor
pendidikan. Ini mencakup subtopik berikut: pendidik konselor dan pelatih, konselor
pendidikan dan program pelatihan, dan mahasiswa dan supervisees.
Bagian G : Research and Publication
Mencakup masalah yang berkaitan dengan perlakuan etis dari subyek dan prosedur
penelitian etis. Subtopik termasuk tanggung jawab penelitian, informed consent, hasil
pelaporan, dan publikasi.
Bagian H : Distance Counseling, Technology, and Social Media
Mencakup prosedur konselor profesional harus diikuti jika mereka tersangka lain
konselor perilaku yang tidak etis. Subtopik meliputi: pengetahuan tentang standar,
dugaan pelanggaran, dan kerjasama dengan komite etika.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kode etik profesi adalah pola aturan atau norma-norma,tata cara dan pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang harus di perhatikan oleh setiap tenaga profesi.
Kode etik bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah nilai moral yang menjadi rujukan
bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada konseli.

Kode etik bimbingan dan konseling Indonesia di tegakan berdasarkan ADRT ABKIN, serta
landasan legal yang berlaku dalam NKRI.

DAFTAR PUSTAKA
2014 Code Of Ethics.tersedia: https://www.counseling.org/resources/aca-code-of-ethics.pdf
[diakses pada 30 Mei pukul 19.00]

Fira,Shafira.Etika BK.tersedia: https://www.academia.edu/40133923/Etika_BK [diakses pada


24 Mei pukul 17.00]

HUNAINAH, H. ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING.

Sujadi, E. (2018). Kode etik profesi konseling serta permasalahan dalam


penerapannya. Tarbawi: Jurnal ilmu pendidikan, 14(2), 69-77.

Anda mungkin juga menyukai