Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

“LANDASAN YURIDIS PROFESI BK (Lanjutan)”

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Zikra, M.Pd., Kons

OLEH KELOMPOK 7:
Riri Sri Yana 18006206
Ririn Mailiza 18006207
Sisri Osmayeni 18006210
Vebri Muliani 18006215

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
diberikan kesehatan dan kemudahan dalam pembuatan makalah ini. Shalawat beriringan salam juga
kami sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kepada
umat manusia dan mengubah pola pikir manusia dari kehidupan yang jahiliyah menuju kehidupan
yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Makalah ini kami susun bersama untuk pendamping dalam penyajian materi mata kuliah
Profesi BK tentang "Landasan Yuridis Profesi BK (Lanjutan)". Terimakasih kami ucapkan kepada
dosen pembimbing matakuliah Konseling Integritas, yaitu ibu Dra. Zikra, M.Pd., Kons.

Dalam pembuatan makalah ini kami berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Kami juga membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun karena kami menyadari
makalah ini belum bisa dikatakan sempurna. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Padang, 11 Oktober 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Pengertian Landasan Yuridis .................................................................................. 2

B. Landasan Yuridis Profesi BK ................................................................................. 2

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 11

B. Saran ....................................................................................................................... 11

KEPUSTAKAAN .............................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia Bimbingan dan Konseling berkembang dengan pesat dibeberapa negara.
Sebagai kebutuhan layanan pendidikan, ternyata sejak lama orang-orang pada abad ke 18
sudah mulai membentuk layanan perkonselingan dan mengembangkannya. Ini membuktikan
bahwa kebutuhan konseling sudah disadari sejak lama. Ada banyak sekali faktor dan latar
belakang yang mendasari suatu ilmu untuk tumbuh dan berkembang, tak terkecuali dalam
bidang ilmu Bimbingan dan Konseling. Ada banyak sekali landasan- landasan yang menjadi
pijakan ilmu tersebut muncul dan berkembang. Munculnya landasan-landasan tersebut
merupakan faktor pendorong kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan konseling.
Salah satu landasan adanya Bimbingan dan Konseling adalah landasan yuridis profesi
BK. Landasan ini berkontribusi memberi peran guna lahirnya bimbingan konseling yang
sekarang ini kita kenal. Sebagai seorang calon konselor yang akan menghadapi banyak sekali
rupa-rupa psikologis individu, maka penting bagi mereka untuk memahami sisi psikologis
konselinya guna memberikan pelayanan terbaik yang bersifat pribadi. Hal-hal yang mencakup
pengetahuan untuk kebutuhan psikologis konseli, disebut sebagai landasan psikologis
bimbingan konseling. Guna memberikan penjaminan kualitas yang bertujuan untuk melindungi
hak-hak konseli, maka dibuatlah tata aturan mengenai praktek-praktek konseling terutama di
sekolah. Tata aturan tersebut disebut sebagai landasan yuridis profesi bimbingan dan
konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan landasan yuridis ?

2. Apa-apa saja landasan yuridis profesi bimbingan konseling?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan landasan yuridis

2. Untuk mengetahui apa-apa saja landasan yuridis profesi bimbingan dan konseling

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LANDASAN YURIDIS

Landasan yuridis merupakan suatu sekumpulan perangkat konsep peraturan


perundang-undangan. Perundang-undangan tersebut menjadi dasar pijakan dari
penyelenggaraan di suatu negara. Dapat ditarik kesimpulan bahwa landasan yuridis diartikan
sebagai seperangkat konsep peraturan dan perundang-undangan yang berlaku untuk menjadi
titik tolak atau acuan (bersifat material, dan bersifat konseptual). Pentingnya landasan hukum
adalah dasar atau fondasi perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan di suatu
negara (Lestari & Rahmawati., 2012 (dalam Bagus Rachmad, Darmaji, dkk, 2020).

B. LANDASAN YURIDIS PROFESI BK

Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan
yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan
dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan
bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (konseli). Landasan yuridis atau hukum
pendidikan di dalam bimbingan dan konseling, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek
pendidikan atau studi pendidikan bimbingan dan konseling.
Adapun Landasan yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan
perundangan yang berlaku di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling,
yang bersumber dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Keputusan Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia (Deni Febriani, 2020).

2
1. Permendikbud No. 27 Tahun 2008 tentang SKAKK

Permendikbud No. 27 Tahun 2008 membicarakan tentang keunikan konteks tugas,


ekspetasi kinerja, sosok utuh kempetensi konselor, dan pembentukan kompetensi
akademik konselor yang terdiri atas 3 pasal. Pada permendikbud ini dikatakan bahwa
konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan
potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemasalahan umum.
Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah
pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan
formal dan nonformal.
Di tahun 2008 itu juga diberlakukan Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2008
tentang Guru. PP ini memuat uraian tentang berbagai hal yang terkait dengan Guru. Dalam
PP tersebut pengertian “Guru” dirumuskan dalam makna dan pengertian yang luas,
termasuk di dalamnya istilah “membimbing” yang sudah tentu dapat dimaknai sebagai
“pelayanan bimbingan dan konseling”. Dalam PP tersebut juga seara eksplisit disebutkan
adanya Konselor atau Guru BK, tetapi penyebutan itu dimaknai sebagai tugas tambahan
yang diemban oleh guru-guru pada umumnya. Kemudian yang terkait dengan Dosen,
pemerintah sudah menerbitkan Peraturan No 37 Tahun 2009 tentang Dosen. Dalam PP ini
pun tidak menyebutkan sesuatu yang secara langsung ataupun tidak langsung berkenaan
dengan pelayanan bimbingan dan konseling ataupun Konselor (Abd. Kadir, 2019).
Pada dasarnya kinerja guru BK profesional ditentukan oleh standar kualifikasi
akademik dan kompetensi, serta kesejahteraan. Penetapan standar kualifikasi akademik
dan kompetensi terkait dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) Pasal 1 Ayat 1 yang
menyebutkan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi
standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional.
Sedangkan kesejahteraan guru BK terkait dengan tunjangan yang diberikan kepada
konselor yang telah bersertifikasi. Kesejahteraan yang memadai akan mendorong,
memotivasi kepada guru BK agar melakukan peran dan tugasnya secara professional
secara sungguh-sungguh.

3
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional
sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat
pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik
merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1)
memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka
teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas
konselor secara berkelanjutan.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan
formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada
penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan
Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat
penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta
diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam
konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan
kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan
dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.
Adapun penjabaran kompetensi profesional secara lebih rinci dalam lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 yaitu:
a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan
masalah konseli.
b. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling

c. Merancang program Bimbingan dan Konseling

d. Mengimplementasikan program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif

e. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling

f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional

g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling

4
2. UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6 yang berbunyi “Keberadaan konselor dalam
sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar
dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan
instruktur” Seperti halnya guru dan tenaga pendidik professional lainnya yang diwajibkan
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi, guru bimbingan dan
konseling/konselor juga diwajibkan memenuhi standar kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Mugi
Lestari, 2013).
3. Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada
Pnedidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Permendikbud no 111 tahun 2014 membicarakan tentang dasar yuridis formal
layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dalam undang-undang ini mulai diterapkan
Bimbingan dan Konseling. Permendikbud nomor 111 tahun 2014 ini terdiri atas 14 Pasal
yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014. Isi dari permen ini adalah sebagai
berikut:
Pasal 1

Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling
untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian dalam kehidupannya.
2. Konseli adalah penerima layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan.

3. Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana


Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus pendidikan
profesi guru Bimbingan dan Konseling/konselor.
4. Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan
memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling.
5. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah
5
Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah
Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
Pasal 2

Layanan Bimbingan dan Konseling bagi Konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi:

a. Pemahaman diri dan lingkungan

b. Fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan

c. Penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan

d. Penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan karir

e. Pencegahan timbulnya masalah

f. Perbaikan dan penyembuhan

g. Pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri
Konseli
h. Pengembangan potensi optimal

i. Advokasi diri terhadap perlakuan diskriminatif

j. Membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan terhadap program dan


aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan, bakat, minat,
kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli.
Pasal 3

Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai


perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial,
dan karir.
Pasal 4

Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan asas:

a. Kerahasiaan sebagaimana diatur dalam kode etik Bimbingan dan Konseling

b. Kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan


6
c. Keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi

d. Keaktifan dalam penyelesaian masalah

e. Kemandirian dalam pengambilan keputusan

f. Kekinian dalam penyelesaian masalah yang berpengaruh pada kehidupan Konseli.


g. Kedinamisan dalam memandang Konseli dan menggunakan teknik layanan sejalan
dengan perkembangan ilmu Bimbingan dan Konseling
h. Keterpaduan kerja antarpemangku kepentingan pendidikan dalam membantu Konsel

i. Keharmonisan layanan dengan visi dan misi satuan pendidikan, serta nilai dan norma
kehidupan yang berlaku di masyarakat
j. Keahlian dalam pelayanan yang didasarkan pada kaidah-kaidah akademik dan
profesional di bidang Bimbingan dan Konseling
k. Tut Wuri Handayani dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk mencapai tingkat
perkembangan yang optimal.
Pasal 5

Layanan Bimbingan dan Konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip:

a. Diperuntukkan bagi semua dan tidak diskriminatif

b. Merupakan proses individuasi

c. Menekankan pada nilai yang positif

d. Merupakan tanggung jawab bersama antara kepala satuan pendidikan, Konselor atau
guru Bimbingan dan Konseling, dan pendidik lainnya dalam satuan pendidikan
e. Mendorong Konseli untuk mengambil dan merealisasikan keputusan secara bertang
gungjawab
f. Berlangsung dalam berbagai latar kehidupan

g. Merupakan bagian integral dari proses pendidikan

h. Dilaksanakan dalam bingkai budaya Indonesia

i. Bersifat fleksibel dan adaptif serta berkelanjutan

j. Dilaksanakan sesuai standar dan prosedur profesional Bimbingan dan Konseling; dan

7
k. Disusun berdasarkan kebutuhan Konseli.

Pasal 6

1. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang


mencakup:
a. Layanan dasar

b. Layanan peminatan dan perencanaan individual

c. Layanan responsif; dan

d. Layanan dukungan sistem.


2. Bidang layanan Bimbingan dan Konseling mencakup:

a. Bidang layanan pribadi

b. Bidang layanan belajar

c. Bidang layanan sosial

d. Bidang layanan karir

3. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
bidang layanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dituangkan ke dalam program
tahunan dan semester dengan mempertimbangkan komposisi dan proporsi serta
alokasi waktu layanan baik di dalam maupun di luar kelas.
4. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang
diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 (dua) jam perminggu.
5. Layanan Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang
diselenggarakan di luar kelas, setiap kegiatan layanan disetarakan dengan beban
belajar 2 (dua) jam perminggu.
Pasal 7
1. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling dibedakan atas:

a. Jumlah individu yang dilayani

b. Permasalahan

c. Cara komunikasi layanan.

8
2. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dilaksanakan melalui layanan individual,
layanan kelompok, layanan klasikal, atau kelas besar.
3. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan permasalahan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf b dilaksanakan melalui pembimbingan, konseling, atau
advokasi.
4. Strategi layanan Bimbingan dan Konseling berdasarkan cara komunikasi layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dilaksanakan melalui tatap muka atau
media.
Pasal 8

1. Mekanisme layanan Bimbingan dan Konseling meliputi:

a. Mekanisme pengelolaan
b. Mekanisme penyelesaian masalah.

2. Mekanisme pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a merupakan


langkah-langkah dalam pengelolaan program Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan yang meliputi langkah: analisis kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengembangan program.
3. Mekanisme penyelesaian masalah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b
merupakan langkah-langkah yang dilakukan oleh Konselor dalam pelayanan
Bimbingan dan Konseling kepada Konseli atau peserta didik yang meliputi langkah:
identifikasi, pengumpulan data, analisis, diagnosis, prognosis, perlakuan, evaluasi,
dan tindak lanjut pelayanan.
4. Program Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dievaluasi
untuk mengetahui keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.
Pasal 9

1. Layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dilakukan oleh Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling.
2. Tanggung jawab pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling pada satuan
pendidikan dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
3. Pada satuan pendidikan yang mempunyai lebih dari satu Konselor atau Guru

9
Bimbingan dan Konseling kepala satuan pendidikan menugaskan seorang
koordinator.
4. Tanggung jawab pengelolaan program layanan Bimbingan dan Konseling pada
satuan pendidikan dilakukan oleh kepala satuan pendidikan.
5. Dalam melaksanakan layanan, Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat
bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan di luar satuan
pendidikan.
6. Pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 mendukung pelaksanaan
layanan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan dalam bentuk antara lain: mitra
layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui strategi layanan
kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun alih-tangan kasus.
Pasal 10
1. Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SD/MI atau yang sederajat
dilakukan oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
2. Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat,
SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan oleh
Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor atau Guru
Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta didik.
Pasal 11

1. Guru Bimbingan dan Konseling dalam jabatan yang belum memiliki kualifikasi
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan
kompetensi Konselor, secara bertahap ditingkatkan kompetensinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
2. Calon Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki kualifikasi
akademik Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah
lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.
Pasal 12

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling menggunakan Pedoman Bimbingan dan


Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. Pedoman Bimbingan dan Konseling sebagaimana dimaksud pada ayat 1 perlu diatur
10
lebih rinci dalam bentuk panduan operasional layanan Bimbingan dan Konseling.
3. Panduan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disusun dan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar atau Direktur Jenderal Pendidikan Menengah
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 13

Semua ketentuan tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini
berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
Pasal 14

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa landasan yuridis
profesi BK, berguna untuk mengatur kebijakan-kebijakan profesi konselor serta melindungi
hak-hak konseli maupun konselor, maka pemerintah membuat beberapa regulasi sebagai
batasan kerja wilayah konselor. Regulasi dasar tersebut disebut dengan landasan yuridis
profesi BK, dimana profesi konselor di sekolah diakui keberadaannya secara hukum.
Adapun landasan yudiris profesi BK yang dibahas pada makalah ini terdiri atas
Permendikbud No. 27 Tahun 2008 tentang SKAKK, UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6,
dan Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pnedidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.

B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian makala


terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dari kurangnya sumber buku, pemakalah sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemakalah guna mengingatkan dan
memperbaiki setiap kesalahan yang ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah.
Terakhir tidak lupa pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

12
KEPUSTAKAAN

Febriani, Deni. 2020. Bimbingan dan Konseling. Bengkulu: CV. Brimedia Global

Husain, Abd Kadir. 2019. Profesi BK (online).


“https://www.researchgate.net/publication/335977164_PROFESI_BK”. Diakses pada 11
Oktober 2021.

Lestari, Mugi. 2013. Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Smp Negeri Se-Kota Cilacap Tahun
Pelajaran 2012/2013. Fakultas Ilmu Pendidikan: Universitas Negeri Semarang.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2014


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27 Tahun
2008
Saputra, Bagus Rachmad, Darmaji, dkk. 2020. Urgensi Landasan Yuridis-Politis dalam Kebijakan
Pendidikan di Indonesia. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume 20(2)

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 6

13

Anda mungkin juga menyukai