Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“BERPIKIR ILMIAH”

Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr. Rusijono, M.Pd.
2. Dr. Soedjarwo, M.S.

Oleh:
Kelompok 5 (Pendidikan Manajemen 2020B)
Yuni Hartatik (.........................)
Ani Soesanti ( 20070845014 )
Achmad Ali Asfahani ( 20070845024 )

MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Berpikir
Ilmiahini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memperluas
wawasan para pembaca dan penulis, sehingga dapat memahami materi tersebut
dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Rusijono, M.Pd., dan Dr.
Soedjarwo, M.S. selaku dosen Filsafat Ilmu serta semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II : BERPIKIR ILMIAH........................................................................... 2
2.1. Bahasa.......................................................................................................... 2
2.2. Logika.......................................................................................................... 3
2.3. Kesalahan-Kesalahan Berpikir..................................................................... 4
BAB III : PENUTUP........................................................................................... 9
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 9
3.2. Saran ............................................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia mencari ilmu untuk memperoleh kepastian atau kebenaran dalam
menghilangkan keraguan. Dalam filsafat ilmu berkaitan dengan semua asumsi,
landasan, metode, implikasi dari ilmu dan penggunaannya . Ilmu pengetahuan telah
didefenisikan dengan beberapa cara dan defenisi untuk operasional. Berfikir
secara ilmiah adalah upaya untuk menemukan kenyataan dan ide yang belum
diketahui sebelumnya. Ilmu merupakan proseskegiatan mencari pengetahuan
melalui pengamatan berdasarkan teori dan ataugeneralisasi. Ilmu berusaha
memahami alam sebagaimana adanya dan selanjutnya hasil kegiatan keilmuan
merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala alam.
Adapun pengetahuan adalah keseluruhan hal yang diketahui, yang
membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah bagian dari
pengetahuan, sebaliknya setiap pengetahuan belum tentu ilmu. Untuk itu
terdapat syarat-syarat yang membedakan ilmu (science) dengan pemgetahuan
(knowledge),antara lain : Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan
Management Umum1982, Ilmu harus ada obyeknya, terminologinya,
metodologinya, filosofinya danteorinya yang khas. Menurut Prof.DR.Hadari
Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial 1985,ilmu juga harus memiliki
objek, metode, sistematika dan mesti bersifatuniversal.Sarana yang digunakan
untuk berpikir ilmiah diantaranya bahasa dan logika.

1.2 Tujuan
1.3.1. Memahami arti berpikir ilmiah
1.3.2. mengidentifikasi sarana berpikir ilmiah

1
BAB II
BERPIKIR ILMIAH

2.1. Bahasa
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai
kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berfikir
secara sistematis dan teratur. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiranseluruh proses berpikir ilmiah. Yang dimaksud
bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang merupakan sarana komunikasi ilmiah
yang ditujukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan,
syarat-syarat bebas dari unsur emotif,reproduktif, obyektif dan eksplisit.
- Bebas unsur emotif
Bahasa yang digunakan tidak ada unsur-unsur perasaan emosi, atau
menimbulkan emosi. Maksudnya bahasa yang di ungkapkan harus rasional,
tanpa di beri tambahan pendapat subjektif dan emosional penulisnya.
- Reproduktif
Bahasanya reproduktif maksudnya apa yang ditulis memiliki makna yang
sama dengan maksud penulisnya, jadi pembaca dapat menerimanya dengan
makna yang sama dengan penulis.
- Obyektif
Bahasa yang digunakan faktual sesuai kenyataan yang ada.
- Eksplisit
Bahasa yang digunakan jelas, terus terang tidak berbelit-belit, sehingga
orang membacanya tidak ambigu

2
2.2. Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan
akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Sebagai ilmu,logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau
ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, danteratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk
mewujudkan pengetahuane dalam tindakan.

Jenis logika
 Logika Alamiah
Kemampuan logika ini ada sejak lahir. Logika alamiah lebih mengarah
pada tindakan dan pengambilan keputusan berdasarkan salah dan benar
atau harus dan tidak. Tanpa mempertimbangkan belas kasihan mengenai
sebuah keadaan.Sama dengan sifat alamiah, aliran arus dalam pengolahan
informasi dalam sistem ini masih sangat murni tanpa adanya
pertimbangan dan pemikiran yang melibatkan rasa ingin, namun lebih
cenderung subjektif.
 Logika Ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang
harus ditepati dalam setiappemikiran. Manusia akan lebih bersikap dalam
mempertimbangkan hal secara detail, mempelajari apa yang ada dalam
sebuah kejadian dan menemukan alasan yang lebih berkaitan. Selain itu
tujuan dalam logika ini adalah untuk meminimalisir kemungkinan
kesalahan yang berulang dari peristiwa yang dialami oleh diri sendiri
ataupun oleh orang lainnya.

3
Cara-cara berfikir logis dalam rangka mendapatkan pengetahuan baru
yang benar:
 Induksi
Cara berpikir dari pernyataan khusus menuju ke kesimpulan yang umum.
 Deduksi
Cara berpikir daripernyataan yang bersifat umum menuju yang bersifat
khusus.
 Analogi
Berpikir dengan cara membuktikan hal-hal yang sudah diketahui
sebelumnya, dan disimpulkan secara tidak langsung dengan
menggunakan media yang serupa dengan apa yang dibuktikan.
 Komparasi
Berpikir dengan cara membandingkan sesuatu yang mempunyai
kesamaan. Dasarnya sama dengan analogi.

Manfaat Logika
 Membantu berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan
koheren.
 Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan obyektif.
 Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
 Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan azas-azas sistematis.

2.3. Kesalahan – Kesalahan Berpikir


Jenis-jenis kesalahan berpikir ilmiah :
1. Fallacy of Dramatic Instance
Kesalahan berpikir ilmiah ini juga sering disebut over generalisation yaitu
kesalahn berpikir yang mengambil argumen bersifat general atau umum

4
kesimpulan yang diambil merujuk pada satu objek, namun validitas fakta
semua objek akan sama belum dapat dibuktikan.
Contoh : ada seorang yang mengatakan bahwa umat Islam adalah jorok
berbeda dengan umat Kristen yang dikatakan bersih. Seseorang yang
mengatakan bahwa umat Islam itu jorok hanya mengambil contoh pada
satu lokalitas tertentu, misalnya diwilayah Cipaku –yang wilayahnya
jorok dan dapat dikatakan mayoritas Islam, sedangkan mengatakan bahwa
umat Kristen itu bersih karena melihat sekolah yang ternama dan bersih
serta disiplin menjalankan aturan. Ini mengindikasikan seseorang itu
hanya mengambil satu-dua kasus tertentu untuk melakukan generalisasi
bahwa umat Islam itu jorok.
2. Fallacy of Retrospective Determinism
Merupakan kebiasaan masyarakat yang menganggap masalah sosial yang
terjadi sebagai suatu yang historis tidak bisa dihindari akibat dari sejarah
yang cukup panjang. Cara berpikir ini selalu mengacu pada kembali ke
belakang atau historis.
Contoh : mengenai permasalahan Ahmadiyah. Pada sebuah kesempatan
di TV, ketika itu sedang hangat-hangatnya permasalahan SKB
Ahmadiyah, juru bicara Ahmadiyah berargumen untuk mempertahankan
ketidak sepakatannya agar dibubarkannya Ahmadiyah dengan
mengatakan bahwa Ahmadiyah itu sudah ada sejak kemerdekaan, dan ia
turut membantu kemerdekaan RI oleh karena itu mengapa MUI yang baru
berdiri setelah Ahmadiyah di Indonesia mengatakan bahwa Ahmadiyah
itu harus dibubarkan dan disesatkan.
3. Post Hoc Ergo Propter Hoc
Singkatnya untuk menjelaskan kekeliruan berfikir ini ialah sesudah itu -karena
itu- oleh sebab itu. Jadi, apabila ada sebuah peristiwa yang terjadi dalam urutan
temporal, maka kita menyatakan bahwa yang pertama adalah sebab dari yang
kedua.

5
Contoh : dahulu di suatu daerah ada sebuah mitos yang mengatakan
bahwa bila ada pejabat atau orang-orang sukses yang melalui jalan
Kutagara, katanya, tidak lama pamornya akan meredup dan tidak akan
sukes kembali. Dahulu Aa Gym pernah melalui jalan itu, ternyata
beberapa saat kemudian ia ditimpa oleh oleh isu poligami dan kemudian
yayasan yang dimilikinya tidak segemilang pada masa awal dia sukses.
4. Fallacy of Misplaced Concretness
Merupakan kesalahan berfikir yang muncul akibat atau karena kita
mengkongkretkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak, atau dapat
dikatakan sebagai menganggap real seuatu yang sebetulnya hanya ada
dalampikiran kita.
Contohnya: ada sebuah pamphlet yang menyatakan bahwa “mengaku
Islam tapi kok menolak syari’at”. Syariat jika dikatakan bahwa aturan
yang “… bersumber dari wahyu, yaitu al Qur’an dan as Sunnah dan apa
yang ditunjuk oleh al Qur’an dan as Sunnah yakni ijma sahabat dan
Qiyas” (dikutip dari buku Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam karya
Muhammad Husain Abdullah halaman 11). Orang yang menempelkan
pamphlet itu hendak berkata bahwa orang Islam itu harus ikut syari’at dan
itu digunakan agar orang-orang Islam mengikuti tujuan-tujuan organisasi
atau orang yang menempelkan pamphlet itu, misalnya system khilafah.
Syariat sendiri masih umum dan memiliki penafsiran yang beragam
bagaimana kita menjalankannya.
5. Argumentum ad Verecundiam
Kekeliruan berfikir ini memiliki pengertian memberikan argument
dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan dan
ambigu. Otoritas adalah sesuatu atau seseorang yang sudah diterima
kebenaranya.
Contoh:seorang penulis hendak mendukung argumennya dengan cara
menggunakan otoritas, ayat Al Qur’an. Sering kali orang pertama
memaksa lawan bicaranya untuk diam, tidak membantah, bahkan

6
mengkafirkan yang membantah (dengan alas an membantah al Qur’an itu
sendiri) setelah orang pertama itu dengan seenaknya mengutip ayat dari al
Qur’an. Padahal seandainya lawan bicaranya itu hendak membantah,
bukanlah al Qur’an yang dibantah, melainkan tafsiran seseorang itu.
6. Fallacy of Composition
Kekeliruan berfikir ini memeiliki pengertian dugaan bahwa terapi yang
berhasil untuk satu orang pasrti juga berhasil untuk semua orang atau
salah membandingkan sesuatu yang pada dasarnya berbeda.
Contoh : ada seorang pemuda berkreasi mengubah motornya menjadi
ojek. Kemudian usahanya berhasil. Melihat ini, pemuda atau orang-orang
lainnya berbondong-bondong membeli motor untuk di-ojek-kan.
Akibatnya, karena lahan kerja ojek menjadi rebutan semua orang
terjadilah berbagi kemiskinan. Itu diakibatkan bahwa terapi yang berhasil
untuk satu orang pasrti juga berhasil untuk semua orang.
7. Circular Reasoning
Digunakan untuk menyebut pemikiran yang berputar-putar, menggunakan
kesimpulan untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju
kesimpulan semula semula. Maksudnya ialah menggunakan kesimpulan
(A) untuk mendukung penejasan atau dugaan (B) dan penjelasan atau
dugaan (B) yang digunakan untuk memperkuat kesimpulan (A).
Contoh: Ketika seorang mengikuti Sidang Uum (SU) Bem FPIPS. Pada
sidang itu hanya ada beberapa fraksi yang hadir, kira-kira 3-4 fraksi- ,
kemudian satu fraksi mengatakan bahwa ketidak hadiran fraksi-fraksi
dalam SU Bem FPIPS disebabkan oleh ketidak pedulian atas adanya Bem
FPIPS, kemudian orang tersebut bertanya, bagaimana bisa tahu mereka,
fraksi yang tidak hadir, tidak peduli akan adanya Bem FPIPS? Salah satu
dari anggota fraksi mengatakan bahwa itu dibuktikan dari ketidak
hadirannya pada SU

7
8. Black and White Fallacy
Inti dari kesalahan berfikir ini ketika seseorang melakukanpenilaian atau
berargumentasi berdasarkan dua alternative saja dan menafikan
alternative lain.
Contoh : Seseorang yang menganggap temannya kafir ketika tidak
dijumpainya sekali waktu dalam pelaksanaan sholat jum’at tanpa melihat
alasannya, inilah salah satu bentuk dalam kesalahan berpikir . Karena bisa jadi
ada alternatif lain yang pada saat itu membuat tidak pergi shalat Jum’at. Jika
sekiranya seperti ini cara berfikir kita, berarti semua yang tidak shalat Jum’at
kafir, dan semua yang pergi shalat Jum’at beriman. Meskipun ia tidak tahu
kenapa ia harus shalat Jum’at dan hukum-hukum shalat Jum’at. Singkatnya ia
shalat Jum’at hanya ikut-ikutan saja atau karena kebiasaan saja. Dan tentunya
seseorang tidak bisa disebut begitu saja beriman hanya dengan faktor kebiasaan
dan ikut-ikutan.
9. Argumentum ad Miseria
Merupakan kesalahan berpikir dalam menarik kesimpulan berdasarkan
rasa kasihan tanpa berdasarkan bukti.
Contoh : Presiden Soeharto itu kosrupsi tapi beliau juga mantan presiden,
oleh karena itu diampuni atas kesalahannya.
10. The Fallacy of The Undistrubed Midle Term
Merupakan kesalahan berfikir karena orang yangmengambil kesimpulan
tidak melakukan sesuatu apapun selain menghubungkandua ide dengan
ide ketiga, dan dalam kesimpulannya orang yang mengambil
idemengklaim bahwa telah menghubungkan satu sama lain.
Contoh : Misalnya, Katolik percaya adanya sistem kependetaan yang harus
diikuti. Islam percaya adanya sistem keulamaan yang harus diikuti. Jadi Islam
itu identik dengan Katolik, ini sama saja dengan kesalahan kesimpulan premis
berikut; jika 2+2 = 4 dan 100-96 = 4 maka 2+2 itu identik dengan 100-96. Atau
Islam percaya sama Tuhan, Hindu percaya sama Tuhan, apakah ini berarti Islam
dan Hindu identik?

8
11. Fallacy Determinisme Paranoid
Merupakan kesalahan berfikir, karena adanya rasa takut yang berlebihan
karena tekanankebodohannya.
Contoh : Ketika seorang mahasiswa baru yang mengikuti salah satu
kegiatan kerohanian islam di kampusnya, dengan pemikiran mahasiswa
baru yang “kosong”  mereka dilarang membaca buku-buku dari beberapa
penerbit yang dianggap aliran sesat dan menganggap tidak ada gunanya
membaca buku-buku tersebut, bahkan lebih ekstrim lagi dengan
menyebutkan nama pengarangnya. Belakangan barulah mereka tahu cara
berfikir seperti ini adalah bentuk dari kesalahan berfikir. Yang akhirnya timbul
pertanyaan, Islam yang mana yang dibahayakan? Karena yang namanya umat
Islam itu tidak pernah mundur dalam hal intelektual atau ilmu. Kenapa begitu
takut membaca buku yang berbeda golongan, entah itu Kiri atau Kanan. Atas
atau Bawah. Justru jika hanya membaca buku itu-itu saja maka tidak akan maju.
Ibarat katak dalam tempurung. Kalau memang Islam benar kenapa harus takut,
karena hanya orang yang salahlah yang takut

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bahasa sebagai sarana komunikasi antar manusia, tanpa bahasa tiada
komunikasi. Sebagai sarana komunikasi maka segala yang berkaitan dengan
komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir sistematis dalam
menggapai ilmu dan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan hal yang
diketahui, yang membentuk persepsi tentang kebenaran atau fakta. Ilmu adalah
bagian dari pengetahuan.

3.2. Saran
Manusia diharus untuk mencari ilmu supaya memperoleh kepastian atau kebenaran
dalam menghilangkan keraguan. Tanpa ilmu kita pasti tidak mengetahu mana yang
benar dan mana yang salah, sedangkan cara memproleh ilmu dengan cara mempunyai
bahasa yang logis, untuk berkomunikasi dengan baik dan berfikir secara ilmiah.

10

Anda mungkin juga menyukai