Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS MODAL SOSIAL

(Prinsip-Prinsip Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat)

Oleh
Anita Florencya
1920021005

PENYULUHAN PEMBANGUNAN/PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modal sosial memiliki pengaruh yang sangat menentukan dalam konteks


pembangunan manusia . Beberapa dimensi pembangunan manusia yang
dipengaruhi oleh modal sosial antara lain kemampuan menyelesaikan beragam
masalah kolektif, mendorong perubahan kondisi masyarakat, memperluas
kesadaran bersama untuk memperbaiki nasib, memperbaiki mutu kehidupan
seperti meningkatkan kesejahteraan, perkembangan anak dan keuntungan
lainnya . Modal sosial dibutuhkan guna menciptakan jenis komunitas moral yang
tidak bisa diperoleh seperti dalam kasus bentuk-bentuk human capital. Akuisisi
modal sosial memerlukan pembiasaan terhadaap norma-norma moral sebuah
komunitas masyarakat dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi
kebajikankebajikan seperti kesetiaan, kejujuran, dan dependability. Modal sosial
menjadikan masyarakat mempunyai kesempatan untuk melakukan kerjasama satu
dengan lainnya. Kerja sama yang dibagun terkait dengan faktor rasa saling
percaya ,norma dan partisipasi yang merupakan kunci dari modal sosial yang
dilakukan oleh individu.

B. Tujuan

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka makalah ini bertujuan untuk
menganalisa modal sosial sebagai pengembangan masyarakat dan memberikan
contoh kasus yang relevan dalam pengaplikasian modal sosial sebagai basis
pengembangan masyarakat.

2
C. Manfaat

Berdasarkan pada tujuan di atas maka makalah ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada mahasiswa dan tenaga didik dalam hal ini dosen dalam mencari
sumber referensi terkait dengan pengembangan masyarakat berbasis modal sosial
serta memberi pengetahuan kepada sesame mahasiswa dan masyarakat tentang
modal sosial yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Modal Sosial

Menurut Fukuyama (1995), modal sosial adalah kapabilitas yang muncul dari
kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu
darinya. Modal sosial juga dapat diartikan sebagai serangkaian nilai dan norma
informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Robert D. Putnam (2000),
mendefinisikan modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial, seperti
kepercayaan, norma dan jaringan, yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat
dengan memfasilitasi tindakan terkordinasi. Sementara Hasbullah (2006)
mendefinisikan modal sosial adalah sumber daya yang dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru, dalam arti lain bahwa modal
sosial menekankan pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu
dalam suatu kelompok dan anatar kelompok yang menitikberatkan pada jaringan
sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama.

Dapat disimpulkan bahwa modal sosial merupakan sebuah norma dan aturan yang
mengikat masyarakat yang memiliki unsur kepercayaan dan jaringan antar warga
masyarakat.

Secara umum, pokok-pokok definisi modal sosial menurut Mardikanto (2013)


dapat diringkas sebagai berikut :
1. Jejaring sosial (social networking) dan jejaring pribadi yang bersifat sukarela
2. Keterlibatan dan partisipasi kewargaan dan penggunaan jejaring sipil
3. Identitas kewargaan lokal, rasa memiliki, solidaritas, dan kesetaraan anggota
kelompok masyarakat.

4
4. Prinsip timbal balik dan nilai kooperasi
5. Kepercayaan dalam komunitas.

Modal sosial juga memiliki perbedaan dan keunikan dari modal-modal lainnya,
antara lain:
1. Tidak habis karena digunakan, sebaliknya akan habis jika tidak digunakan.
2. Tidak mudah diamati dan diukur
3. Sulit dibangun dengan intervensi dari luar

Gambar 1. Modal sosial ang ada di masyarakat

B. Unsur-Unsur Modal Sosial

Menurut Fukuyama (1995) terdapat tiga unsur dalam modal sosial antara lain :
1. Kepercayaan (trust)
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang
ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan
norma-norma yang dianut bersama demi kepentingan anggota yang lain dari
komunitas atau masyarakat tersebut. Rasa saling percaya dan mempercayai

5
menentukan kemampuan suatu bangsa untuk membangun masyarakat dan
institusi-institusi di dalamnya guna mencapai kemajuan. Rasa saling
mempercayai ini juga akan mempengaruhi semangat dan kemampuan
berkompetisi secara sehat di tengah masyarakat. Rasa saling percaya ini
tumbuh dan berakar dari niai-nilai yang melekat pada budaya kelompok.

2. Norma (norm)
Modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah
komunitas dan dalam konteksnya, sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan
seperti kesetiaan, kejujuran dan dependability (dapat dipercayai, dapat
dipertanggungkan/diandalkan). Kelompok lebih-lebih harus mengadopsi
norma-norma bersama sebagai satu keseluruhan sebelum kepercayaan bisa
digeneralisasikan diantara anggota-anggotanya. Dengan kata lain, modal
sosial mustahil diperoleh dari individu-individu yang biasa bertindak diatas
kepentingannya sendiri.

3. Jaringan (network)
Jaringan adalah kemampuan masyarakat dalam berasosiasasi karena terikat
oleh komunitas moral yang eksis sebelumnya, maka mereka mampu
bekerjasama secara efektif. Kemampuan tersebut adalah kemampuan untuk
ikut berpartisipasi guna membangun sejumlah asosiasi berikut membangun
jaringannya melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan
dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesaamaan (equality),
kebebasan (freedom), dan keadaban (civility).

C. Bentuk Modal Sosial

Menurut Aiyar dan Adi (2008) terdapat tiga macam bentuk modal sosial antara
lain sebagai berikut :

6
Gambar 2. Bentuk-bentuk modal sosial

1. Bonding capital
Adalah modal sosial yang mengikat anggota masyarakat dalam suatu
kelompok tertentu. Karakteristik utamanya adalah potensi kekuasaannya
berkaitan erat dengan besaran kelompok. Semakin besar anggota suatu
perkumpulan semakin bagus modal sosial di sana.

Modal sosial bonding ini menjadi perekat dan pengikat anggota komunitas
karena adanya kesamaan kepentingan untuk mempertahankan eksistensi
kelompok.Kekuatan ini memberi manfaat bagi setiap anggota kelompok untuk
mengutarakan berbagai permasalahannya, di mana permasalahan individu
anggota menjadi bagian dari masalah kelompok, anggota merasa terayomi,
terfasilitasi dan memberi rasa aman dan nyaman. Komunitas dengan modal
bonding sosial ini biasanya kontrol kelompok sangat kuat, kepedulian sangat
tinggi, namun juga stratifikasi sosial sangat rendah dalam arti simbol-simbol
pelapisan tidak terlalu nampak.

2. Bridging capital
Adalah modal sosial yang menghubungkan masyarakat dari kelompok sosial
yang berbeda. Minimnya modal sosial ”bridging” sangat berpotensi menyulut
konflik antar kelompok sosial karena kurang adanya interaksi antar kelompok.

7
Pola- pola interaksi dan jaringan yang terbentuk dalam bridging social capital
ini dengan pihak luar mereka ditegakkan dengan semangat untuk saling
menguntungkan , bukan yang lain menyadaran diri kepada yang lain, hal ini
ada nuansa equalitas dan inklusivitas. Karakteristik yang muncul sebagai
konsekuensi dari prinsip bridging social capital adalah keanggotaan
kelompok biasanya heterogen dari berbagai latarbelakang sosial budaya.

Terdapat perbedaan prinsip pada Bonding dan Bridging capital yang dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Perbedaan Prinsip Bonding Capital dan Bridging Capital

BONDING CAPITAL BRIDGING CAPITAL


Terikat/ketat, jaringan yang Terbuka
bersifat eksklusif
Pembedaan yang kuat antara Memiliki jaringan yang fleksibel
orang internal dan eksternal
Hanya ada satu alternatif Toleran
jawaban
Sulit menerima arus Memungkinkan untuk memiliki
perubahan banyak alternatif jawaban dan
penyelesaian masalah
Kurang akomodatif dengan Akomodatif menerima
pihak luar perubahan
Mengutamakan kepentingan Cenderung memiliki sikap yang
kelompok alturistik, universal dan
humanistic.

3. Linking capital
Adalah modal sosial yang berupa suatu ikatan antar kelompok warga
masyarakat yang lemah dan kurang berdaya dengan kelompok warga
masyarakat yang lebih berdaya. Dalam modal sosial ini terdapat relasi-relasi

8
sosial antar individu-individu dan kelompok-kelompok dalam strata sosial
yang berbeda secara hierarkhis.

D. Penguatan Modal Sosial dalam Pengembangan Masyarakat

Modal sosial akan mendorong masyarakat untuk melakukan interaksi sosial dan
membantu masyarakat dalam melakukan komunikasi timbal balik sehingga akan
menimbulkan aksi sosial dalam masyarakat. Penguatan modal sosial dalam
pengembangan masyarakat akan memberikan pengaruh antara lain seperti :
1. Penguatan otonomi, di mana modal sosial menjadi kekuatan bagi masyarakat
supaya tidak tergantung dan dapat mengelola kepentingannya sendiri
2. Penguatan dalam hal kerjasama, di mana modal sosial akan membantu
masyarakat dalam mengelola resiko sosial dan meningkatkan kapasitas
masyarakat.
3. Menguatkan jaringan sosial
4. Membangun keterampilan berdemokrasi dari aspek politik modal sosial
5. Menerima pluralisme

E. Contoh Kasus Pada Paper Tentang Modal Sosial dalam Pengembangan


Masyarakat

Untuk lebih jelasnya mengenai pemaparan modal sosial dalam pengembangan


masyarakat dapat dilihat pada contoh kasus yang diambil pada Paper dengan
rincian sebagai berikut.

a) Jurnal/Paper 1
- Judul :
Peranan Modal Sosial Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Di
Kawasan Karst Gunungsewu.

- Penulis :

9
Ahmad Cahyadi dan Agustina Setyaningrum, Magister Perencanaan
Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

- Tujuan :
Mengidentifikasi bentuk dan peranan modal sosial dalam pemenuhan
kebutuhan air domestik yang terdapat di Dusun Gemulung, Desa Ngeposari,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.

- Metode :
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan beberapa tokoh masyarakat
atau key person di wilayah penelitian.

- Hasil Paper :

Gambar 3. Para Stakeholder yang ikut serta dalam pengelolaan air minum

Bentuk modal sosial yang terdapat di Dusun Gemulung terkait dengan pemenuhan
kebutuhan air domestik terdiri dari social capital bonding yang terwujud dalam
bertuk tradisi gotong royong dalam upaya penyediaan dan pengelolaan sumberdaya
air; bridging social capital yang terwujud dalam bentuk lembaga yang bertugas untuk
mengelola instalasi air di Dusun Gemulung; serta linking capital yang terwujud

10
dalam bentuk kerjasama dalam pengelolaan mata air dengan dusun yang lain serta
kerjasama dengan lembaga donor. Secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Modal Sosial dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Di Dusun Gemulung

Bentuk Modal Sosial Wujud di Masyarakat


a. Tradisi gotong royong
b. Kerjasama dalam pengelolaan
sumber air
Social Capital Bonding
c. Kearifan lokal dalam pemanfaatan
air hujan
a. Lembaga pengelola mata air
b. Lembaga pengelola instalasi air
Bridging Social Capital
dusun
a. Kerjasama dengan Dusun Wediutah
dalam Pengelolaan Mata air
b. Kerjasama dengan LSM dan
Pemerintah dalam Pembuatan
Linking Capital
Instalasi Air Dusun

b) Jurnal 2
- Judul :

11
Pemanfaaatan Modal Sosial dalam Program RESPEK (Studi Kasus:
Pelaksanaan Program RESPEK di Kampung Nengke Distrik Pantai Timur
Barat Kabupaten Sarmi)

- Penulis :
Yakobus Richard Murafer, Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Cenderawasih Papua, Jurnal Ilmu Sosial,
Vol.16, No.1, April 2018.

- Tujuan :
Mengidentifikasi pemanfaatan modal sosial masyarakat yang terdiri dari
Norma, Trust dan jaringan, oleh masyarakat kampung Nengke kedalam
program RESPEK.

- Metode :
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu peneltian yang
dilakukan secara intensif, teliti dan mendalam. Kasus dalam penelitian ini
adalah melihat pemanfaatan modal social masyarakat kampung Nengke,
Distrik Pantai Timur Barat, Kabupaten Sarmi, di dalam melaksanakan
program RESPEK dengan analisis data deskriptif kualitatif.

- Sekilas tentang RESPEK Papua :

12
Gambar 4. Program RESPEK Papua

Pemerintah daerah Provinsi Papua dan Papua Barat pada tahun 2008
menjalankan PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT yang
diharmonisasikan ke dalam PNPM Mandiri yang disebut PNPM RESPEK
(Rencana Strategis Pembangunan Kampung), dengan skema Pemerintah
Daerah Papua dan Papua Barat menyediakan BLM (Bantuan Langsung
Masyarakat) sebesar Rp 100 juta per desa untuk 3.923 desa di 388 kecamatan,
bersumber dana Otonomi Khusus, sementara Departemen Dalam Negeri
menyediakan lebih dari 1.000 tenaga pendamping (fasilitator) melalui PNPM
Mandiri.
Program ini bertujuan mendorong pembangunan kampung dalam peningkatan
bidang: (i) makanan dan nutrisi; (ii) pendidikan dasar; (iii) kesehatan; (iv)
pengembangan ekonomi lokal; dan (v) sarana-prasarana desa termasuk
transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi dan perumahan. Dalam
program RESPEK ini, masyarakat berkesempatan untuk berpartisipasi aktif

13
dalam menentukan kebutuhan dan desain kegiatan pembangunan di wilayah
mereka dengan didampingi fasilitator.

- Daftar Istilah dalam Jurnal :


1. Para-Para : balai kampung
2. Makarway : forum diskusi / musyawarah desa yang kini dikenal sebagai
focus group discussion (FGD)
3. Aroba : dusun / kampung
4. Tradisi orbonau : sikap saling tolong menolong

- Hasil :

Gambar 5. Warga Aroba Nengke dala penyerahan bantuan

1. Tradisi makarway dalam Perencanaan Bersama Masyarakat (PBM)


sebagai aspek normatif.
Forum pertemuan tersebut digunakan sebagai wadah penggalian usulan
kegiatan agar masyarakat dapat menyampaikan usulan program mereka
yang inginkan. Forum makarway ini kemudian dimanafaatkan oleh
pengurus TPKK RESPEK sebagai salah satu bentuk pemanfaatan pranata
sosial masyarakat kampung Nengke, khususnya dalam membicarakan

14
suatau permasalahan yang berhubungan dengan kepentingan kampung
mereka
2. Aspek Trust dalam PBM
Dari hasil penelitian di lapangan diketahui pada saat berlangsungnya
kegiatan PBM bertempat di balai kampung atau di “parapara” kampung
Nengke terlihat beberapa tokoh masyarakat kampung Nengke yang hadir
berupaya untuk menyampaikan gagasan-gagasan maupun usulan kegiatan.
Kehadiran masyarakat kampung Nengke dalam pertemuan PBM lebih
dikarenakan untuk memperjuangkan aspirasi mereka khususnya untuk
menghadirkan suatu program RESPEK. Mereka lebih melihat hubungan
persaudaraaan diantara mereka ditimbang esensi utama dari tujuan mereka
memberikan dukungan suara. Untuk mengembalikan kepercayaan dari
masyarakat kampung Nengke, bentuk aksi kolektif yang dilakukan oleh
pengurus TPKK RESPEK adalah dengan memanfaatkan pihak ketiga
untuk menjadi jembatan dalam mengingatkan kembali semangat orbonau
yang melekat dalam kehidupan masyarakat kampung Nengke.
3. Aspek Jaringan pada PBM
Pada saat pelaksanaan tahapan kegiatan Perencanaan Bersama
Masyarakat, kehadiran sejumlah masyarakat kampung Nengke yang turut
hadir dalam pertemuan tersebut, didasari oleh ikatan kekerabatan diantara
mereka. Warga masyarakat kampung Nengke yang hadir dalam PBM
tersebut berasal dari dua aroba (dusun) yakni aroba Dwemanser dan aroba
Boefar. Salah satu penyebab dari kehadiran kedua kelompok masyarakat
ini didasari adanya himbauan maupun ajakan dari salah satu anggota
kerabat mereka yakni kepala aroba mereka masing-masing.

15
BAB III
KESIMPULAN

Modal sosial merupakan sumber daya yang dipandang sebagai investasi untuk
mendapatkan sumberdaya baru, dalam arti lain bahwa modal sosial menekankan
pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok.
Unsur-unsur modal sosial antara lain terdiri atas kepercayaan, norma dan
jaringan. Bentuk-bentuk modal sosial juga terdiri atas 3 macam antara lain (1)
bonding capital, (2) bridging capital, dan (3) linking capital yang mana setiap
bentuk dari modal sosial ini saling berkaitan dalam pengembangan masyarakat.
Modal sosial akan mendorong masyarakat untuk melakukan interaksi sosial dan
membantu masyarakat dalam melakukan komunikasi timbal balik sehingga akan
menimbulkan aksi sosial dalam masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Cahyadi, dan Agustina S. 2014. Peranan Modal Sosial Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Air Domestik Di Kawasan Karst Gunungsewu. Paper Magister
Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. Survei Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat


Rencana Strategis Pembangunan Kampung 2009. Diakses pada website :
https://microdata.worldbank.org/index.php/catalog/1801/study-description pada
27 November 2019

Sumaryo, G.S, dan Kordiyana K.R. 2015. Pengembangan dan Pemberdayaan


Masyarakat. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suparman Abdullah. 2013. Potensi dan Kekuatan Modal Sosial dalam Suatu
Komunitas. Jurnal Socius Vol. XII.

17

Anda mungkin juga menyukai