Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MIKROBIOLOGI PANGAN

"RHIZHOPUS STOLONIFER"

disusun oleh : kelompok 34


Ratna Fathurrizqiah Eka Hermawati Hafidhotun Nabawiyah (22030111120014) (22030111120016) (22030111130018)

PROGRAM STUDI ILMU GZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO


SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Rizhopus stolonifer, sesuai dengan yang diharapkan. Tugas karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh nilai tambah dalam mata kuliah Mikrobiologi pangan pada Program studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Penulis Menyadari bahwa selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis hanturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Fitriyono Ayustaningwarno S,TP Msi, selaku dosen matakuliah Mikrobiologi pangan Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2. Kedua orang tua penulis tercinta yang telah melahirkan, membesarkan, dan tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis dalam menempuh jenjang pendidikan. 3. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran. Agar bisa memperbaiki karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik, terimakasih.

Semarang,4 Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................... 1 Rumusan Masalah .............................................................................. 1 Tujuan................................................................................................. 1 Manfaat............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Klasifikasi ........................................................................................... 3 2.2 Rhizopus stolonifer............................................................................. 4 2.2.1 Karakteristik Rhizopus stolonifer ................................................. 4 2.2.2 Reproduksi Rhizopus stolonifer ................................................ 5 2.2.3 Riwayat Hidup dan Epidemologi ................................................. 8 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur ..................... 10 2.3.1 Subtrat ........................................................................................ 10 2.3.2 Cahaya ....................................................................................... 10 2.3.3 Kelembapan ................................................................................ 11 2.3.4 Suhu ........................................................................................... 11 2.3.5 Derajat Keasaman Lingkungan ................................................... 11 2.4 Foodborne.......................................................................................... 12 2.4.1 Habitat dan Penyebarannya ....................................................... 12 2.4.2 Mekanisme menyerang makanan ............................................... 14

2.5 Penanganan atau Manajemen ........................................................... 16 2.5.1 Kontrol Non kimia........................................................................ 16 2.5.2 Kontrol Kimia .............................................................................. 17 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 18 3.2 Saran ................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Makanan merupakan sumber energi dengan kandungan nutrisi yang penting bagi tubuh. Namun, di balik manfaatnya, sejumlah makanan berpotensi menyimpan racun yang bisa membahayakan tubuh.Racun dari makanan tersebut disebabkan karena kontaminasi mikroba patogen seperti Salmonela dan Shigella atau bahan kimia yang beracun misalnya logam berat pestisida dan enterotoksin. Kasus tersebut disebabkan oleh agen biologis dan kimia yang sulit diungkap,karena tidak adanya satu gejala yang spesifik yang menunjukkan penyakit tersebut.Setiap dapat menyebabkan beberapa gejala misalnya mual,muntah,diare,sakit kepala,demam,menggigil,kejang perut,dll.Satu hal penyakit ini selalu menyerang manusia melalui saluran

pencernaan(gastrointestinal tract). 1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana klasifikasi dari Rhizopus? Bagaimanakah cara perkembangbiakan Rhizopus stolonifer? Dimanakah habitat Rhizopus stolonifer ? Bagaimana mekanisme Rhizopus stolonifer dalam mengontaminasi makanan dan dampaknya jika dikonsumsi oleh manusia?. 1.3 TUJUAN Untuk mengetahui klasifikasi Rhizopus stolonifer. Untuk mengetahui cara perkembangbiakan Rhizopus stolonifer. Untuk mengetahui habitat Rhizopus stolonifer.

Untuk mengetahui mekanisme Rhizopus stolonifer dalam mengkontaminasi makanan dan dampaknya jika dikonsumsi oleh manusia.

1.4 MANFAAT Dapat mengetahui mekanisme Rhizopus stolonifer dalam mengkontaminasi makanan dan dampaknya jika dikonsumsi oleh manusia. Dapat mengetahui gejala penyakit yang disebabkan oleh Rhizopus stolonifer. Dapat mengetahui cara pencegahan makanan. Rhizopus stolonifer yang tumbuh di

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KLASIFIKASI1 Klasifikasi dari Rhizopus stolonofer adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Zygomycota : Zygomycetes : Mucorales : Mucoraceae : Rhizopus : Rhizopus stolonifer

Gambar 1. Rhizopus stolonifer

2.2 RHIZHOPUS STOLONIFER Rhizopus stolonifer merupakan salah satu dari jenis jamur Zygomycotina. Jenis jamur ini memiliki hifa pendek bercabang-cabang dan berfungsi sebagai akar (rizoid) untuk melekatkan diri serta menyerap zat-zat yang diperlukan dari subtrat. Selain itu, terdapat pula sporangiosfor (hifa) yang mencuat ke udara dan mengandung banyak inti sel, dibagian ujungnya terbentuk sporangium (sebagai penghasil spora), serta terdapat stolon (hifa yang berdiameter lebih besar daripada rizoid dan sporongiosfor). 2 Rhizopus Stolonifer dapat hidup atau tumbuh pada roti atau buah-buahan lunak2. Dalam hal ini Rhizopus Stolonifer terutama banyak dijumpai pada roti dan menyebabkan kerusakan pada roti tersebut. Hal tersebut dikarenakan spora tersebut berada pada udara, tanah ataupun diri kita, yang kemudian apabila jatuh pada roti maka spora tersebut akan tumbuh dengan sangat cepat.

Organisme ini menyebabkan cetakan roti menjadi hitam dengan membentuk permukaan halus dari roti yang lembab menggembung ke angkasa. 2.2.1 KARAKTERISTIK Rhizopus stolonifer mempunyai beberapa karakteristik diantaranya : dapat tumbuh pada suhu 5o celcius sampai 37o celcius, tetapi pertumbuhan optimumnya yaitu pada suhu 25o celcius. Aw yang dimilikinya berkisar pada 0,93, tetapi dilaboratorium telah terjadi pertumbuhan pada MY50G agar mudah (0,89 aw) seperti beberapa lainnya mucorrales, rhizopus stolonifer dapat tumbuh dibawah kondisi anaerobik2. Rhizopus stolonifer ( black bread mold) adalah suatu Mucoralean yang terdistribusi secara luas, spora-spora aseksual dibentuk didalam sporangia, yaitu wadah tempat melepaskan spora-spora ketika dewasa3. Percabangan spora-spora ini adalah bentuk haploid hifa dari suatu miselium baru, Rhizopus stolonifer tumbuh cepat pada temperatur antara 15-300celcius. Rhizopus stolonifer adalah jenis heterotalus (Schipper 1984), Reproduksi seksualnya dengan reproduksi silang kontak, reproduksi yang sempurna akan mengakibatkan pembentukan zigospora-zigospora yang tahan lama. Kemudian

zigospora berkecambah membentuk suatu sporangiosfor sporangium yang keduanya berisi spora-spora haploid + dan -. Ada dua jenis rhizopus stolonifer, yaitu: Rhizopus stolonifer jenis stolonifer menghasilkan sporangiofor-sporangiofor lurus. Rhizopus stolonifer jenis lycoccos dibengkokkan. Suatu jenis yang berhubungan erat dengan Rhizopus sexsualis, namun mempunyai perbedaan terutama didalam menjadi homothallic. Rhizopus stolonifer dihubungkan dengan naekrosis bunga dari kiwi (actinidia sp) pada CASFS dan mungkin penyebab yang mengurangi 30% hasil. Jamur patogen mempunyai kisaran inang yang sangat banyak sekitar 240 jenis di banyak negara menurut USD webpage (2003). Hasil panen yang dipengaruhi oleh Rhizopus spp. Termasuk kunyit, buah kersen, arbei,dan kentang manis (Agrios 1997). Rhizopus stolonifer secara umum adalah saprofit tapi ada juga yang menebutnya sebagai pathogen. (Agrios 1997). Miselium dari rhizopus stolonifer terdiri dari tiga jenis hifa haploid yang berbeda, bagian terbesar dari misellium terdiri dari hifa yang cepat tumbuh yang bersifat

senositik (multinucleate) dan tak bersekat (tidak terbagi oleh dinding lintang kedalam sel-sel). Dari ini semua cincin busur hifa geragih-geragih dibentuk. Geragih geragih ini hanya ujung-ujung nya saja yang berhubungan dengan subtrat. 2.2.2 REPRODUKSI RHIZHOPUS STOLONIFER3 a. Aseksual Sporangium terbentuk diujung sporangiosfor-sporangiosfor, yang berbentuk cabang lurus yang terbentuk langsung diatas rizoid-rizoid. Masing masing sporangium mulai bengkak kearah dimana sejumlah nucleus mengaarahkannya dan pada akhirnya diikat oleh sporangiofor-sporangiofor untuk pembentukan sekat. Protoplasma dibelah didalam suatu dinding sel dibentuk didalam masing-masing spora. Sporangium menjadi hitam Karena pendewasaan yang memberi warna karakteristik hitam pada cetakannya.

Masing-masing spora ketika dibebaskan dapat berkecambah dan membentuk miseliummiselium baru. b. Seksual Reproduksi seksul terjadi dengan perkawinan antara tegangan yang berbeda yang secara tradisional jenis-jenis + dan -, meski tegangan yang kawin secara analisis tidak dapat dibedakan, namun mereka seing ditunjukkan dalam diagram siklus sebagai organism yang berbeda. Ketika tegangan keduanya didekatkan, hormon-hormon yang dihasilkan membentuk hyphal yang menempel pada ujung dan datng bersama-sama terus mengembang kedalm gametangia yang terpisah dari sisa fungi oleh pembentkan septa. Dinding sel antar keduanya menyentuh gametangia dan memecah, dan kedua protoplasma multinukleat datang berkumpul + dan nucleus untuk membentuk suatu zigospora lalu mengembang menjadi tebal membentuk mantel hitam yang keras, sering kali dalam beberapa bulan menjadi layu. Meiosis terjadi pada sat perkecambahan. Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang sama dengan spora ngium dari reproduksi secara aseksual dan daur hidup mulai lagi dan kembali terjadi terus berputar siklusnya.

Gambar 2. Daur hidup Rhizopus stolonifer Uji luncuran yang disiapkan sporangia dari rhizopus stolonifer mencatat bahwa perbedaan misilium didalam geragih-geragih, rizoid-rizoid, dan sporangiofor-

sporangiofor, sporangia dengan kolumela dan aplanospores (spora-spora tidak motil). Juga menguji material yang dipelihara dan luncuran yang disipakan dari reproduksi seksual rhizopus stolonifer, mencatat berbagai langkahdari formasi zigospora. Gejala-gejala yang dapat diamati pada bulan Juli 2003 dan mencatat kembali pada September dan Oktober, seperti sporangiofor-sporangiofor Rhizopus stolonifer dan misilium memperluas padapermukaan dari bunga-bunga kiwi yang sehat, mereka menjadi mongering dan layu, selanjutnya mati kemudian menetap (Macrophoto 10a). Hasil menyeluruh dikurangi dari 60 kotak umum buah, hanya sekitar 20% (lebih dari suatu pengurangan 30%), bagimanapun mutu buah itu diperbaiki seprti ketika

mereka lebih besar dan sangat flavorful. Didalam kasus dari kebusukan ruang simpan dari buah-buah ini disebabkan oleh rhizopus stolonifer, kadar hara bisa sangat dikurangi . Contoh lain: baru saja memanen buah sukun yang dihubungkan dengan rhizopus stolonifer dan jamur lain, ditunjukkan dengan merosotnya karbohidrat dari angka 70% sampai 60%, lemak total, protein dan energy dari buah sukun juga menurun didalam masa 9 hari dalam ruang simpang dengan suhu kamar (Amusa et al 2002). Daun-daun burung diselandia baru juga memperlihatkan gejala-gejala penyakit (Macrophoto 10a-b). meski Rhizopus stolonifer juga terisolasi dari daun-daun, daun chlorosis ataupun naecrosis lebih mungkin karena disebabkan oleh Alternaria alternate, yang juga terisolasioleh daun-daun. Banyak riset-riset sudah memfokuskan

dibagaimana Alternaria alternate dikenal untuk menghasilkan toksin khas inang seperti juga koksik-toksik spesifik yang ukan tuan rumah, yang bisa membuka peluang untuk menimbulkan serangan (Rotem 1998). Tepi dari daun-daunburung di Selandia Baru pertama menjadi chlorotic dan lalu nekrotik sebagi sel-sel yang mematikan individu, jenis penyakit ini kadang-kadang membungkus seluruh daun. 2.2.3 RIWAYAT HIDUP DAN EPIDEMIOLOGI3 Rhizopus stolonifer mempunyai miselium yang menghasilakn sporangiofor-

sporangiofor panjang (macrophoto 10c-d) yang dihubungkan oleh suatu akar geragih. Geragih-geragih bersambung dengan sporangiofor-sporangiofor poin, suatu struktur seperti akar sepanjang titik-titik

dibawah sporangiofor-sporangiofor dan berisi hifa

(agrios 1997), yang meluas kedalam subtrat (Microphoto 10A). sporangia berbentuk bola berisi ribuan sporangiospora-sporangiospora yang berada pada ujung sporangiofor (Microphoto 10 A), Rhizopus spp sering dikenali digaris tengah mereka. Cakupan diameter sporangia dari Rhizopus stolonifer adalah 50-350 mikrometer (Larone 1995), yang nyata mengamati diameter kiwi pada CASFS menunjukkan angka 83 sampai 96 mikrometer, variabilitas diameter bisa karena mikroklimat, subtract bahan gizi dan faktor-faktor usia (Larone 1996). Sebagai catatan yang menarik hal ini dengan mudah tumpah tindih dengan Rhizopus stolonifer (40 sampai 130 mikrometer) dan Rhizopus oryzae (50 sampai 250 mikrometer) keduaduanya adalah pathogen-patogen yang telah

dikenal sebagai penyebab zygomycosis (suatu infeksi atau peradangan yang sistemik) didalam manusia (Larone 1995). Ketika hifa yang bersebelahan menghasilkan pertumbuhan-pertumbuhan

pendek, hifa-hifa tersebut memadukan bersam-sama dan memasang kan nucleus mereka. Penggabungan ulang seksual ini menghasilkan suatu zigospora yang

overwinters dan perkecambahan yang di dalm kondisi-kondisi ideal menghasilkan suatu sporangiofor. Zigospora-zigospora biasanya dihasilkan pada akhir musim atau ketika makanan berada diluar. Sporangiospora-sporangiospora bersifat bawaan udara sepanjang tahun dan berkecambah atas kontak dengan luka-luka pembukaan-pembukaan berhubungan dengan bunga buah berdaging dan akar. Suhu optimum untuk perkecambahan dan pertumbuhan mencakup dari 5 sampai 250 celcius (Dennis dan Cohen 1976), gejala busuk dan lunak muncul hifa mengeluarkan enzim-enzim selulase pektinolitik memecahkan unsur-unsur pokok sel-sel tumbuhan inang pada tempatnya yang

menyebabkan hilangnya kohesi sel (Agrios 1997). Produksi pengendapn miselium stolonifer ke dalam organ sel-sel mati dan zat organic, seperti itu meminjamkan

karakter Rhizopus stolonifernya yang saprofit. Temperatur-temperatur yang kurang baik, bisa melambatkan pertumbuhan Rhizopus stolonifer dan membiarkan resistensi inang untuk beberapa waktu berkembang. Beberapa penghuni membentuk histological peatu pernghalng-

penghalang, seperti lapisan-lapisan dari set gabus, yang menghalangi lebih lanjut infeksi-infeksi atau peradangan-peradangan (Agios 1997). 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi4 Pada umumnya, pertumbuhan fungi (jamur) dipengaruhi oleh faktor substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya ( Gandjar,et al., 2006). 2.3.1 Substrat

Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur. Nutrien-nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah jamur mengeksresi enzim-enzim ekstra seluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi senyawasenyawa yang lebih sederhana, banyak jamur memiliki kemampuan mengeksresikan beberapa jenis enzim ke lingkungan yang menguraikan karbohidrat kompleks, antara lain cellulase, amilase, pectinase, chitinase, dextranase, xylanase. Sebab selulosa adalah polisakarida utama di dalam jaringan tumbuhan yang menjadi sumber karbon potensial bagi jamur (Garraway, 1984). 2.3.2 Cahaya Spektrum cahaya dengan panjang gelombang 380-720 nm relatif berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap sporulasi (Deacon, 1988). Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur cukup kompleks. Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan sinar yang berbeda. Intensitas, durasi, kualitas cahaya menentukan besarnya pengaruh cahaya terhadap jamur. Umumnya cahaya

menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur alatalat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya. Contoh spesies Discomycetes Sclerotina sclerotiorum akan terbentuk dalam kondisi gelap, namun memerlukan cahaya untuk pembentukan pileusnya (Purdy, 1956). Cahaya hanya diperlukan untuk pembentukan pileus dari spesies BasidiomycetesLentinus tuber-regium (Galleymore, 1949). Menurut Landecker (1982) jamur dapat dibagi menjadi 5 (lima) kelompok didasarkan atas respon terhadap cahaya, yaitu : (1) kelompok yang nyata tidak terpengaruh oleh cahaya;

(2) kelompok yang sporulasinya mengalami penurunan atau terhalang oleh paparan cahaya; (3) kelompok yang memerlukan cahaya secara bergantian antara terang dan gelap untuk proses sporulasi.

(4) kelompok yang dapatmemproduksi spora fertil pada kondisi tanpa sinar tapi sporulasinya akan aktif padakondisi banyak sinar; (5) kelompok yang memerlukan sinar yang cukup untuk memproduksi struktur reproduktif dan spora-spora. 2.3.3 Kelembaban Pada umumnya jamur tingkat rendah memerlukan kelembaban nisbi 90 %, dan dari jenis hyphomycetes dapat hidup pada kelembaban yang lebih rendah yaitu 80 %. Pada fungi xerotilik dapat hidup pada kelembaban pada 70%, misalnya Wallenia sedi, Aspergillus, Glaucus, A. flafus (Santoso,et al., 1999). Menurut Deacon (1984) pertumbuhan jamur dapat berlangsung dengan kelembaban minimal 70%, walaupun beberapa jamur dapat tumbuh dengan sangat lambat pada kelembaban 65%. 2.3.4 Suhu Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik, untuk pertumbuhan, jamur dikelompokkan sebagai jamur psicrofil, mesofil dan termofil (Gandjar,et al., 2006). Jamur makro memerlukan suhu di atas 200 C (Garraway dan Evans, 1984). Menurut Deacon (1984) sebagian besar fungi atau jamur bersifat mesofilik, tumbuh pada temperatur sedang pada rentang 10 400 C, optimum pada suhu 25 350C. 2.3.5 Derajat Keasaman Lingkungan (pH) Derajat keasaman substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya menyenangi pH dibawah 7,0. Jenis-jenis Khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH cukup rendah yaitu pH 4,5 5,5 (Gandjar,et al., 2006). Menurut Deacon (1984) dalam pengamatan di laboratorium jamur tumbuh pada rentang 4,5 8,0 dengan pH optimum berkisar 5,5 7,5.

FOODBORNE Rhizopus stolonifer merupakan salah satu jenis kapang (jamur) yang dapat menyebabkan foodborne disease.Gangguan atau penyakit tersebut tidak hanya

dihasilkan dari kapang saja,tetapi juga oleh toksin yang dihasilkan oleh kapang tersebut.Beberapa faktor yang menyebabkan kapang dan toksin mengkontaminasi makanan terutama adalah kelembaban dan suhu.Pencegahan cemaran kapang dan mikotoksin bisa dilakukan melalui deteksi dini dengan inspeksi visual pada makanan dan bahan pangan, serta manajemen yang baik adalah pilihan terbaik dibandingkan dengan pengobatan.Mikotoksin sendiri merupakan metabolit sekunder senyawa beracun yang diproduksi oleh kapang (jamur). 2.4.1 HABITAT DAN PENYEBARANNYA3 Rhizopus stolonifer mempunyai suatu distribusi penyakit yang mampu menyebabkan: Infeksi oportunis pada manusia (zygomicosis). Yang paling umum ditemukan mengakar diroti dan buah lunak seperti arbei dan buah persik. Karena spora-sporanya bersifat umum diudara, maka dapat tumbuh beberapa hari dengan pemeliharaan melambatkan potongan-potongan dari roti dalam suatu lingkungan yang lembab. Suatu penyakit pascapanen yang umum pada papaya biasanya. Penyakit yang timbul karena penangan pascapanen seperti pada saat pada ruang simpan dan pemindahan dariladang. Penyakit yang terjadi ketika buah-buahan itu dipacking dalm karton yang mungkin sudah terkontamibasi oleh sutu kotoran yang tidak enak dipandang karena kebocoran yang encer atau berair dari buah-buah yang menyebabkan kotak-kotak karton itu basah dan ambruk. Kebusukan karena Rhizopus pada buah pelok disebabkan oleh Rhizopus

izopus, kebusukan yang disebabkan oleh Rhizopus stolonifer dapat sangat spesifik merusak buah yang dipanen, sementara itu dapat berkembang diluka buah atau pada retakan buah di pohon, ini yang paling umun mempengaruhi buah didalam luang simpan. Selama pemindahan dan di pasar, buah persik, nectarines, buah kersen manis dan prem matang paling peka. Kebusukan buah karena Rhizopus stolonifer biasanya dianggap sepele diladang tapi ternyata pada akhirnya menyebabkan kerugian yang cukup tinggi.

Gambar 3. Buah Stawberry yang terkontaminasi Rhizopus stolonifer

Gambar 4. Roti yang sudah terkontaminasi oleh Rhizopus stolonifer.

2.4.2 MEKANISME MENYERANG MAKANAN

Peristiwa Infeksi Diperkirakan sejumlah lebih dari 100.000 macam penyakit tanaman yang

disebabkan oleh jamur.Jamur penyebab penyakit tanaman dapat menyerap zat makanan yang diperlukan jika sudahterjadi infeksi pada jaringan tanaman. Usaha patogen menyerang tanaman hingga terjadinya penyakit pada tanaman dapat dibedakan 3 macam stadium yaitu, pra-penetrasi, penetrasi dan pasca-penetrasi.Pada stadium pra-penetrasi hifa jamur atau spora mengadakan kontak pada

permukaantanaman inang. Spora jamur akan berkecambah atau akan terjadi

pertumbuhan hifa jamur.Pada stadium ini tidak akan berlangsung sempurna, jika keadaan lingkungan tidak menunjang terjadinya pertumbuhan hifa atau perkecambahan spora. Seperti kelembaban yang tinggi.Pada stadium penetrasi maka hifa jamur patogen memasuki tanaman inang dengan berbagai cara.Melalui luka yang disebabkan oleh kerusakan mekanis atau serangga atau binatang lainnyaserta oleh alat-alat pertanian yang digunakan petani saat perawatan tanaman.. Melalui lubang alami seperti stomata atau mulut daun dan sebagainya. Melalui sobekan yang terjadi pada bagian permukaan tanaman yang disebabkan oleh pertumbuhan organ-organ tertentu seperti akar . Penetrasi langsung karena adanya tekanan mekanis oleh hifa jamur, reaksi kimia atau keduanya. Masuknya hifa ke dalam tanaman masih tergantung kepada keadaan lingkungan luar seperti kelembaban, suhu udara dll, tetapi sesudah berada di dalam jaringan tanaman makakeadaan fisiologi tanaman sangat menentukan sekali. Jika keadaan fisiologi tanaman tidak sesuai, maka hifa jamur akan tumbuh ke sel yang paling dekat dan masuk kedalam sel atauakan membentuk haustorium. Dengan cara demikian jamur akan mengabsorspsi zat makananyang berada dalam protoplasma sel tanaman. Selain merugikan tanaman karena pengambilan zat makanan dari sel tanaman, maka jamur dapat mengganggu aktivitas tanaman inang dengan berbagai cara seperti mengeluarkan enzirn pektinolitik atau selulolitik yang masing-masing dapat

menguraikan zat pektin atau selulose. Selain itu jamur tersebut dapat mengeluarkan toksin yang disebarkan ke berbagai bagian tanaman lainnya dan menimbulkan kerusakan pada jaringan tanaman. Dengan adanya berbagai gangguan tersebut maka akan rnengganggu pertumbuhan tanaman sehingga akan timbul gejala penyakit . Jamur akan melanjutkan pertumbuhan dan membentuk spora untuk memperbanyak diri. Spora akan dilepaskan melalui permukaan tanaman untuk disebarkan. Proses seperti di atas akan berlangsung terus menerus. b. Gejala Penyakit Gejala penyakit ialah perubahan warna atau bentuk dari tanaman atau jaringan tanaman yangterserang oleh jamur. Penyebab penyakit dari golongan jamur ini dapat menyebabkan berbagai macam gejala penyakit, diantaranya yaitu;

1.Gejala nekrosa yang berupa : Busuk akar, busuk pangkal batang, rebah kecambah(damping-off), kanker, anthracnose, bercak daun, kudis, blight, busuk lunak dan busuk kering .2. Gejala yang berupa perubahan bentuk tanaman inang antara lain : Akar berbentuk gada, puru , kudis sapu, daun keriting 3.Gejala-gejala lain seperti: layu, karat, embun (Mildew) dll.b Dan bila terkonsumsi oleh manusia,akan menyebabkan gejala seperti mual,muntah,diare,sakit

kepala,demam,menggigil, dan kejang perut. c. Penyebaran Penyebaran jamur ini dapat terjadi dengan berbagai cara. Pembentukan spora aseksual, merupakan cara cepat dalam melakukan perbanyakan dan penyebaran, sedangkan pembentukan tubuh buah di mana terdapat spora seksual dapat membantu jamur untuk dapat bertahan hidup dalam keadaan lingkungan yang kurang baik. Spora aseksual dibentuk dalam jumlah yang banyak dan disebarkan dengan mudah olehangin, air atau serangga, tanah, alat pertanian, binatang dan sebagainya.Spora seksual seperti askospora harus dilepas dahulu dari askus dan tubuh buahnya dankemudian baru terbawa oleh aliran air atau udara. 5 d. Peranan Berbagai Agen Penyebar Jamur patogen tanah dapat memperbanyak diri dalam tanah dan penyebarannya juga dilakukan dalam tanah antara lain dengan kontak antara akar tanaman, pada waktu pengolahan tanah, tanah yang mengandung patogen terbawa oleh air, angin atau melekat pada umbi atau bahan tanaman lainnya. Dengan terbawanya patogen oleh bahan tanaman, maka penyebaran patogen dapat terjadi dalam jarak jauh.Beberapa agen penyebar yang biasa menyebarkan patogen yaitu; 1.Biji Biji yang dipakai untuk benih dapat mengandung patogen dan dapat terbawa ketempat jauh. 2.Angin

Angin memegang peranan penting dalam menyebarkan spora dari satu tanaman ketanaman lain atau dari satu daerah kedaerah lain. Banyak patogen mempertahankan diri ditempat-tempat terpencil dan dengan bantuan angin dapat menginfeksi pertanaman secaraluas di tempat lain. 3.Air Dengan air yang mengalir dapat menyebarkan tanah yang mengandung patogen jamur sehingga seluruh kebun atau dikebun yang berdekatan dapat terkontaminasi. Percikan air hujan pada bagian tanaman yang mengandung spora dapat menyebarkan spora kebagiantanaman sebelah atasnya atau ketanaman yang berada disebelahnya 2.5 PENANGAN ATAU MANAJEMEN3 2.5.1 Control non kimia Ukuran kendali yang paling penting adalah penjagaan di dalam dan disekitar pabrik pengepakan. Buah yang busuk dalam pengemas harus dibuang

ataudihancurkan. Tangki air digunakan untuk membongkar bak cuci atau mencuci papaya dengan menggerakan dengan chlorinated untuk mencegah kontaminasi pathogen-patogen lain. Peti-peti berisi buah masuk kedalam container yang bersanitasi baik. Luka-luka pada buah harus diperkecil dari waktu panen sampai waktu ditangan konsumen. Perlakuan bahan dengan cara demikian digunakan untuk mengarantina yang bertujun untuk membunuh secara efektif miselium Rhizopus tapi tidak membunuh semua spora. 2.5.2 Kontrol kimia Penyemprotan fungisida diladang dilakukan untuk pencegahan pengendalian Rhizopus pembusuk dan pelunak dengan mengurangi irokulum ladang. Semprotansemptotan fungisida juga mengurangi timbulnya luka-luka pada biah yang disebabkan oleh jamur lain, juga dapat digunakan sebagai pengendali masuknya Rhizopus kedalam buah. Pengolaahan penyakit:

Membuang buah dan jaringan yang terkena infeksi sebelum musim panen dekat, untuk mencegah produksi zigospora lewat dingin. Membangun penahan angin untuk mencegah koloniasi oleh spora-spora windborne. Prospek-prospek masa depan Beberapa minyak atsiri berhubungan dengan tumbuhan yang sudah menunjukkan potensinya sebagai fungisida alami wajar melawan Rhizopus stolonifer, termasuk Ocimum americanum L (Tajo dan Thoppi 1999), uap air permen dan selasih (Edris dan Farrag 2003), dan Kava sari akar (Xuan et al. 2003).

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Klasifikasi dari Rhizopus dari adalah Kingdom dari Fungi,Phylum dari dari

Zygomycota,Class

Zygomycetes,Ordo

dari

Mucorales,Famili

Mucoraceae,Genus dari Rhizopus,dan merupakan spesies dari Rhizopus stolonifer . Cara perkembangbiakan pada Rhizopus stolonifer yaitu dengan aseksual maupun seksual.Dengan aseksual,sporangium terbentuk diujung sporangiosforsporangiosfor, yang berbentuk cabang lurus yang terbentuk langsung diatas rizoid-rizoid. Masing masing sporangium mulai bengkak kearah dimana sejumlah nucleus mengaarahkannya dan pada akhirnya diikat oleh sporangioforsporangiofor untuk pembentukan sekat. Protoplasma dibelah didalam suatu dinding sel dibentuk didalam masing-masing spora. Sporangium menjadi hitam Karena pendewasaan yang memberi warna karakteristik hitam pada cetakannya. Masing-masing spora ketika dibebaskan dapat berkecambah dan membentuk miselium-miselium baru.Sedangkan dengan cara seksual,terjadi dengan

perkawinan antara tegangan yang berbeda yang secara tradisional jenis-jenis + dan -, meski tegangan yang kawin secara analisis tidak dapat dibedakan,

namun mereka seing ditunjukkan dalam diagram siklus sebagai organism yang berbeda. Ketika tegangan keduanya didekatkan, hormon-hormon yang

dihasilkan membentuk hyphal yang menempel pada ujung dan datng bersamasama terus mengembang kedalm gametangia yang terpisah dari sisa fungi oleh pembentkan septa. Dinding sel antar keduanya menyentuh gametangia dan memecah, dan kedua protoplasma multinukleat datang berkumpul + dan nucleus untuk membentuk suatu zigospora lalu mengembang menjadi tebal membentuk mantel hitam yang keras, sering kali dalam beberapa bulan menjadi layu. Meiosis terjadi pada sat perkecambahan. Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang sama dengan spora ngium dari reproduksi

secara aseksual dan daur hidup mulai lagi dan kembali terjadi terus berputar siklusnya. Habitat Rhizopus stolonifer pada umumnya terdapat pada roti dan buah lunak seperti arbei dan juga buah persik. . Karena spora-sporanya bersifat umum diudara, dan juga didukung oleh lingkungan yang lembab pula. Mekanisme Rhizopus stolonifer dalam mengkontaminasi makanan adalah dengan menyerang tumbuhan dahulu pada beberapa stadium seperti prapenetrasi, penetrasi dan pasca-penetrasi.Selanjutnya dari tumbuhan

tersebut,buah atau makanan akan terserang infeksi dan akan membuat seseorang menjadi mual,muntah,diare,sakit kepala,demam,menggigil,dan kejang perut. 3.2 SARAN Sebelum mengkonsumsi makanan, sebaiknya konsumen mengecek keadaan makanan, apakah makanan tersebut masih layak dimakan ataukah tidak, layak di sini dalam artian terdapat mikroba yang merugikan atau tidak. Karena makanan yang telah ditumbuhi miroba yang merugikan, akan bersifat racun dan

membahayakan bagi kesehatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rhizhopus Stolonifer di Roti [Internet]. 2009 [Update 2009 Apr; cited 2012 May 1]. Available from: http://matt-stress.blogspot.com/2009/04/rizopus-stolonifer-di-roti.html 2. Rhizopus stolonifer[internet]. 2010[update 2010 June; cited 2012 May 08]. Available

from: http://rathey91.wordpress.com/2010/07/16/rhizopus-stolonifer/
3. Rhizopus stolonifer. Cited 2012 May 08. Available from:

http://kucingganteng.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjou rnal%2Fitem 4. Anonim. Cited 2012 May 08. Available http://www.bigseekpro.com/etype/%7BA5953408-9CA5-478A-A5D6FB90968974E4%7D 5. Makalah Botani Mengenal Jamur. Cited 2012 May 09. Available from: http://www.scribd.com/doc/39069017/makalah-jamur
6. Linda HaffandiMikrobiologi Pangan[internet].2011[update 2011 dec; cited 2012

from:

May 09]. Available from: http://linda-haffandi.blogspot.com/2011/12/mikrobiologipangan.htM

Anda mungkin juga menyukai