SISTEM FILSAFAT
Disusun oleh :
NPM : 12114201210137
TAHUN 2021
1. Pengertian Filsafat
Pada dasarnya, Filsafat diartikan sebagai kebenaran yang dicari. Namun berdasarkan
watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan oleh Titus,Smith dan Notan yang
berpendapat bahwa filsafat diartikan sebagai berikut:
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis.
b. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
snagat dijunjung tinggi.
c. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
e. Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Jadi, bisa disimpulkan filsafat adalah suatu problematik atau dasar masalah terhadap
kehidupan dan alam yang jawabannya belum diterima secara kritis serta mendapat perhatian
lebih dari banyak manusia serta ahli-ahli filsafat yang mencari kebenaran. Dalam hal ini,
filsafat dapat menjadi sarana untuk berpikir lebih jauh dan mendalam daripada sekadar
mengandalkan atau percaya pada opini yang ada di masyarakat.
1. Filsafat Pancasila
Sastrapratedja menegaskan bahwa fungsi utama Pancasila menjadi dasar negara dan
dapat disebut dasar filsafat adalah dasar filsafat hidup kenegaraan atau ideologi negara.
Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan mengarahkan segala kegiatan yang
berkaitan dengan hidup kenegaraan, seperti perundang-undangan, pemerintahan,
perekonomian nasional, hidup berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, dan
hubungan antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan
bersama. Oleh karena itu, Pancasila harus menjadi operasional dalam penentuan kebijakan
kebijakan dalam bidang-bidang tersebut di atas dan dalam memecahkan persoalan- persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara (Sastrapratedja, 2001: 1).
Pancasila dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang mutlak karena sifat universal yang
terkandung dalam hakikat sila-silanya, yaitu Tuhan, manusia, satu (solidaritas, nasionalisme),
rakyat, dan adil dapat berlaku di mana saja dan bagi siapa saja. Notonagoro menamakannya
dengan istilah Pancasila abstrak-umum universal. Pada posisi yang lain, sifat relatif pengetahuan
tentang Pancasila sebagai bentuk pengamalan dalam kehidupan individu rakyat Indonesia
memungkinkan pemahaman yang beragam, meskipun roh atau semangat universalitasnya tetap
ada. Notonegoro menyebutnya dengan pelaksanaan Pancasila umum kolektif dan singular
konkrit.