Anda di halaman 1dari 5

Review Jurnal Model Pembelajaran Mengaktifkan Siswa

Judul Penerapan Model Studi Lapangan pada Materi Keanekaragaman


Hayati dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah
Jurnal Unnes Journal of Biology Education
Volume & Tahun Volume 2, Nomor 3, tahun 2013
Penulis Mu’iz Abdul, Parmin, dan Eling Purwantoyo
Reviewer Nurhidayah Usman (1471041023)
Tanggal 06 Januari 2017

A.    Latar Belakang Masalah


Terkadang guru mata pelajaran dalam hal ini guru Biologi kurang memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dan jarang mengajak siswa melakukan eksplorasi
lingkungan sekitar dalam pembelajaran. Hal ini membuat menurunnya minat dan aktivitas dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, diskusi disertai media LCD di
kelas.
Pembelajaran luar kelas dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Randler (2008) mendapatkan hasil bahwa pembelajaran luar kelas memberikan
nilai kognitif yang lebih tinggi dibanding pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran luar kelas
juga meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan (Dillon et al. 2006)

B.     TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas X SMA N 1 Gebog dengan model Studi lapangan pada materi keanekaragaman
hayati dengan memanfaatkan lingkungan sekolah.

C.     Subjek Penelitian


Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X semester ganjil T.A. 2012/2013 sebanyak
sepuluh kelas di SMA Negeri 1 Gebog.

D.    Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan pada pembelajaran siswa diminta oleh guru untuk mengamati langsung di lingkungan
sekitar sekolah secara berkelompok, menjawab pertanyaan pada LKS, mendiskusikannya, dan
mempresentasikan di depan kelas, kemudian siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Melalui
kegiatan tersebut siswa bisa lebih optimal kemampuan belajarnya dan memperoleh pengetahuan
sendiri melalui pengamatan.

E.     Hasil dan Pembahasan


Penerapan model Studi lapangan terhadap hasil belajar siswa pada kedua kelas yakni
kelas X-6 dan X-8 pada pembelajaran materi keanekaragaman hayati berpengaruh besar terhadap
hasil belajar siswa yakni nilai rata – rata dari kedua kelas tersebut adalah 82,5%, dimana terdapat
peningkatan. Hasil tersebut didapat karena dengan penerapan model Studi lapangan siswa diajak
langsung untuk melakukan pengamatan di lingkungan sekitar mengenai keanekaragaman hayati
di lingkungan sekitar sekolah. Dengan siswa melakukan pengamatan secara langsung inilah
siswa lebih dapat memahami tentang materi keanekaragaman hayati. Siswa yang belum tuntas
hasil belajar dalam penelitian ini diduga karena siswa kurang kesiapan belajar dan perbedaan
persepsi tiap siswa tentang pemahaman yang diperoleh dari proses pembelajaran.
Pada pertemuan pertama, berdasarkan hasil pengamatan guru selama pembelajaran,
dengan melihat beberapa aspek seperti perhatian siswa terhadap penjelasan guru, aktivitas siswa
dalam bertanya, keterampilan siswa dalam bekerja secara kelompok, aktivitas siswa dalam
pengamatan dilingkungan sekolah, aktivitas siswa dalam mengerjakan LKS, dan keterampilan
siswa dalam mencatat hasil praktikum/pengamatan. Presentase yang paling tinggi ditemukan
pada aspek keterampilan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dan aktivitas siswa dalam
melakukan kegiatan pengamatan disekolah. Hal ini dikarenakan suasana pembelajaran yang
baru, sehinggga siswa begitu antusias untuk mengikutinya.
Aktivitas siswa pada pertemuan kedua mengalami kenaikan dibanding pertemuan
pertama. Hal ini dikarenakan siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran yang telah
dilaksanakan dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Siswa
mendapatkan pengalaman baru yang sebelumnya belum mereka dapatkan. Rasa antusias dan rasa
ingin tahu yang tinggi dari siswa menumbuhkan minat dan motivasi yang berdampak pada
aktivitas dan hasil belajar siswa saat pembelajaran kembali dilaksanakan di dalam kelas.

F.      Simpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan


menerapkan model Studi lapangan pada materi keanekaragaman hayati dengan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar mampu mengaktifkan siswa. Pembelajaran dengan
model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi dan melakukan proses
sains sehingga membuat siswa selalu beraktivitas, tidak hanya mendengar dan mencatat materi
secara teoritis.
REVIEW JURNAL:
“Pengaruh Model Pembelajaran Mandiri Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar”
Penulis: I Kt Ari Darma Putra, I Md .Suarjana , I Wy n.Widiana
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015

Oleh:
Ismail
1571041017
IIIC

A.    Landasan Teori


Dalam Jurnal ini di uraikan beberapa proses pergantian kurikulum yang berkaitan dengan
tujuan belajar itu sendiri. Yaitu pergantian kurikulum pendidikan seperti bergantinya Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin mempengaruhi mutu
pendidikan itu sendiri. Tapi inti dari pergantian kurikulum itu disesuaikan dengan harapan dan
tujuan yang ingin dicapai bersama kepada siswa dalam belajar.
Teori yang di tuliskan dalam jurnal ini adalah adalah teori tentang masalah proses
pembelajaran itu sendiri. Masalah dalam proses pembelajaran berasal dari metode belajar.
Penyebabnya adalah karena guru kebanyakan memberikan metode pembelajaran yang tradisional
atau dalam bahasa jurnalnya adalah metode pembelajaran konvensional.
Metode pembelajaran konvensional yaitu metode pembelajaran yang menjadikan guru
sebagai teacher centered (pusat pembelajaran) sedangkan siswa sebagai pembelajar yang kurang
aktif atau hanya sebatas memperhatikan guru saja. Hal ini dapat diketahui dari rendahnya
daya serap siswa yang berdampak pula terhadap rerata hasil belajarnya yang senantiasa
masih sangat memprihatinkan. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan
akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses
berpikirnya, (Trianto, 2009:5). Sedangkan Melalui model pembelajaran mandiri maka siswa
akan aktif belajar dan bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga pembelajaran IPA
menjadi tidak membosankan.

B.     Metode dan Subjek


Penelitian ini adalah quasi experiment (penelitian semu). Karena tidak semua variabel
(gejala) yang muncul dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, khususnya pada siswa kelas IV sekolah dasar di gugus
IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen non-equivalent posttest only control
group desain. Pemilihan desain ini dipilih karena hanya ingin mengetahui hasil belajar IPA
siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dan bukan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar IPA antara kedua kelompok, sehingga dalam penelitian ini tidak
mempergunakan skor pretest. Populasi atau siswa-siswa yang akan di ambil dalam penelitian ini
berasal dari jumlah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Sukasada, Kabupaten
Buleleng.

C.     Hasil
Hasil pada penelitian ini adalah terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Mandiri dan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di
Gugus I Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2014/2015. Hasil ini di
buktikan dengan t hitung lebih besar dari t tabel. Dapat dilihat pada gambar tabel 4.1 dan gambar
1 dan 2 pada jurnal tersebut.

D.    Pembahasan
Dengan tujuan awal penelitian ini adalah mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar
antara siswa yang diberikan metode pembelajaran konvensional dan pembelajaran mandiri.
Ternyata di peroleh hasil bahwa kelompok eksperimen (kelompok yang menggunakan metode
belajar mandiri) memiliki rata-rata nilai 30,38 sedangkan kelompok control (kelompok yang
menggunakan metode belajar konvensional memiliki nilai yang lebih rendah yaitu 16,9.
Perbedaan hasil belajar IPA yang ditunjukkan oleh siswa kelompok eksperimen dan
siswa kelompok kontrol disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara kedua
kelompok pada saat proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena di kelas control lebih di
dominasi oleh guru sedangkan siswanya kurang aktif.

Anda mungkin juga menyukai