Anda di halaman 1dari 10

PELATIHAN

PEWARNAAN ALAMI
DALAM PEMBATIKAN
DISUSUN SEBAGAI PANDUAN WORKSHOP
UNTUK SEKOLAH SERTA INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH

TIM WORKSHOP
POLITEKNIK BATIK PUSMANU
JL. JEND. SUDIRMAN NO. 29 PEKALONGAN
Telp/Fax (0285) 423013 e-mail : pusmanupoliteknik@gmail.com

MODUL

PELATIHAN

PEWARNAAN ALAMI
DALAM PEMBATIKAN
POLITEKNIK PUSMANU PEKALONGAN
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
a. Memberikan pelatihan pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna alami
(selanjutnya disebut zat warna alam : ZWA)
b. Membuat katalog warna dasar untuk zat warna alam
2. Tujuan
Mengenalkan kepada peserta pelatihan baik sebagai pengrajin batik maupun
bukan pengrajin batik tentang proses pewarnaan batik menggunakan zat warna
alam.

II. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN


1. Peserta Pengrajin Batik
Mengerti dan mampu mempraktekkan proses pewarnaan dengan menggunakan zat
warna alam dalam pembuatan kain batik.
2. Peserta Bukan Pengrajin Batik
a. Mengerti proses pembuatan kain batik menggunakan zat warna alam.
b. Mengerti dan mampu mempraktekkan proses pewarnaan dalam pembuatan kain
batik dengan menggunakan zat warna alam.

III. METODA
Pelatihan dilaksanakan dalam DUA hari kerja meliputi pembekalan teori dan praktek
pewarnaan sampai selesai selama 8 jam termasuk istirahat 1 jam.

IV. KEGIATAN PELATIHAN


No. Tahapan Proses Pelaksanaan Media dan Alat
1. Ekstraksi Merebus bahan pewarna selain Peraga
indigo
2. Mordanting Merebus bahan kain dalam Peraga
larutan mordant
3. Pewarnaan 1 Mewarnai kain dengan zat - Kerekan
warna 1 - Ember
4. Fiksasi 1 Mencelupkan kain berwarna - Kerekan
(selain biru) ke dalam larutan - Ember
fiksasi 1
5. Pewarnaan 2 Mewarnai kain dengan zat Colet dengan
warna 2 kuas
6. Fiksasi 2 Mencelupkan kain berwarna ke Colet dengan
No. Tahapan Proses Pelaksanaan Media dan Alat
dalam larutan fiksasi 2 kuas
7. Pelorodan dan Merebus kain untuk - Dandang
Pembilasan menghilangkan lilin batik - Kompor gas
- Tungku api

V. RUANG LINGKUP TEORI


A. Pengertian Batik Warna Alam
Adalah produk batik yang menggunakan bahan pewarna dari tumbuh-
tumbuhan untuk mewarnai motifnya. Oleh karena itu aroma yang timbul
merupakan perpaduan aroma lilin batik dengan rempah-rempah. Selain tidak
menimbulkan efek gatal pada pemakaian awal produk batik seperti yang
terjadi pada produk tertentu jika kurang sempurna proses pembilasan dalam
pembuatannya.
Ragam warna didominasi ke arah coklat, namun bukan berarti tidak ada
warna lain. Tergantung produsen dan cara pembuatannya, warna apa yang
akan ditonjolkan. Sebab pada dasarnya ada tumbuhan pewarna alam yang
menghasilkan warna merah, biru maupun kuning, sehingga dapat dibuat warna
tunggal dan kombinasi dari ketiga warna primer tersebut.
Dari segi kecerahan warna belum bisa disetarakan dengan zat warna
sintetis. Dalam hal ini perlu adanya pembelajaran cara pandang yang berbeda
terhadap batik warna alam dibandingkan produk yang sama yang dihasilkan
dengan zat warna sintetis. Semangat "Back to Nature" perlu ditumbuhkan untuk
mengapresiasi selera berbusana masyarakat. Ada upaya penelitian maupun
melalui rekayasa proses produksi batik warna alam untuk meningkatkan
kecerahan warna. Sebagai contoh warna kuning dari bahan Tegeran
dijadikan warna celupan dasar sebelum ditumpangi warna berikutnya. Hal
seperti ini masih dikembangkan terus untuk memenuhi keinginan
produsen maupun konsumen.
Jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang dikenal
menghasilkan zat warna diantaranya :
1) Daun pohon Nila
2) Kulit pohon soga Tingi
3) Kayu pohon soga Tegeran
4) Kulit pohon soga Jambal
5) Kayu pohon soga Jawa
6) Kulit pohon soga Kenet
7) Kulit pohon soga Teluk
8) Akar Mengkudu
9) Jirak/Jirek
10) Temulawak
11) Kunir
12) Kayu Laban
13) Kayu Mundu
14) Teh
15) Gambir dan Pinang
16) Pucuk Gebang
17) Kembang Pulu
18) Sari Kuning/Sari Cina
19) Blendok Trembala
20) Kulit pohon Mangga
Di samping itu ada bagian tumbuhan atau zat yang berfungsi sebagai zat
p e m b a n t u untuk menimbulkan dan memperkuat ketahanan zat warna alam
adalah :
1) Jeruk nipis
2) Cuka
3) Sendawa/Salpeter
4) Pijer/Borax
5) Tawas/Alum
6) Gula batu
7) Gula Jawa
8) Tunjung
9) Prusi
10) Tetes
11) Air kapur
12) Tape
13) Pisang klutuk
14) Daun jambu klutuk
Menurut pemakaiannya pada bahan tekstil, zat warna alam digolongkan
menjadi empat macam cara pencelupan, yaitu :
1) Cara pencelupan zat warna Mordant
M i s a l n y a : Jambal, Tegeran, Tingi dan Mengkudu
2 ) Cara pencelupan zat warna Bejana
Misalnya : Daun Tom / Tanum
3 ) Cara pencelupan zat warna Direk
Misalnya : Kunir / kunyit
4 ) Cara p e n c e l u p a n zat warna Asam /Basa
Misalnya : Bunga / Kembang Pulu

B. Teknik Pewarnaan dengan Zat Warna Alam


Istilah yang digunakan dalam pewarnaan zat warna alam menggambarkan
tahapan dalam proses.
1) Ekstraksi Warna
Adalah proses memisahkan molekul zat warna dari bahan
pengandungnya. Cara yang dikenal sampai saat ini dengan merebus bahan
pewarna dalam air mendidih suasana netral/asam/basa dengan
perbandingan 1:5-10 hingga timbul warna dengan
intensitas/ketuaan sesuai yang diinginkan. Selain itu ada ekstraksi
dengan cara pembusukan (fermentasi).
Di antara zat warna alam yang mengalami proses ekstraksi rebus,
baik yang berasal dari daun, kulit kayu, kayu, akar, buah, biji buah atau
bunga dari tumbuhan tersebut, sebagai contoh :
a. Daun : Mangga, alpukat, ketepeng, jambu,
bakau, talok, jati.
b. Kulit kayu : Jambal, tingi, mahoni
c. Kayu : Tegeran
d. Akar : Mengkudu
e. Buah dan kulit buah : Jalawe, rambutan, kelapa, manggis
f. Biji buah : Sombo, rambutan
g. Bunga : Srigading/sedap malam, pis kucing
Sedang yang dikenal dengan proses fermentasi yaitu daun
Tom/Nilo/Indigo.
2) Mordanting
Adalah proses pemberian senyawa logam pada kain agar
menambah daya serap kain terhadap zat warna, sehingga warna yang
dihasilkan lebih tua. Perebusan yang dilanjutkan dengan pemeraman
(perendaman dalam waktu lama) dalam larutan zat pembantu seperti tawas
adalah metode yang dikenal selama ini.
3) Pewarnaan
Adalah proses pemberian warna pada bagian kain yang tidak
ditutupi dengan malam. Untuk mendapatkan warna tertentu, proses
pewarnaan bisa dilakukan beberapa kali sampai warna yang kita kehendaki
tercapai. Demikian juga prosesnya ketika kita ingin menggunakan lebih
dari satu warna untuk mewarnai motif atau bagian lain dalam desain kita.
4) Fiksasi
Adalah proses pengikatan molekul zat warna dengan serat kain
sehingga warna yang dihasilkan tidak luntur. Merupakan tahap akhir
dalam serangkaian proses pewarnaan. Sebab pada tahap ini warna yang
dikehendaki sudah tercapai, sebelum pengeringan.
Larutan fiksasi memberikan intensitas dan arah warna berbeda-beda
untuk jenis bahan pewarna alam yang sama. Sebagai contoh larutan
Tunjung, intensitas dan arah warnanya ke coklat sampai hitam
dibandingkan tawas dan kapur yang relatif stabil terhadap warna
semula.
5) Pelorodan
Adalah proses penghilangan lilin batik yang melekat pada kain
karena proses pembatikan. Cara yang paling lazim dilakukan adalah
dengan merebus kain dalam air panas sampai mendidih, tergantung dari
tingkat kesulitan pelepasan lilinnya. Kain yang sudah melalui proses
mordanting cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk
pelepasan lilinnya. Oleh karena itu perlu zat pembantu di dalam
larutan Pelorodan, di samping diperlukan gerakan mekanis berupa
kain diangkat dan diturunkan sampai lilin lepas.

VI. PRAKTEK
1. EKSTRAKSI
Perbandingan Bahan : Air = 1 kg : 10 liter
Caranya
a. Bahan dipotong-potong
b. Ditimbang 1 Kg
c. Direndam selama 24 Jam (Diperam)
d. Setelah itu dididihkan selama 1 Jam sambil diaduk
e. Biarkan dalam kondisi mendidih selama 1 jam
f. Turunkan suhu. Setelah dingin disaring
g. Jika hanya mewarnai kain polos dapat digunakan dalam panas. Setelah
disaring
2. MORDANTING
a. Kain katun dan sejenisnya.
Resep untuk 500 gr berat Kain
Tawas = 100 gr
Soda Abu = 30 gr
Air = 17 liter
Caranya :
- Larutkan tawas dan soda abu dalam air. Masukkan kain.
- Panaskan dan aduk sampai rata
- Didihkan selama 1 jam
- Dinginkan dan diperam selama 24 jam
- Angkat kain dari larutan dan di cuci bersih
- Keringkan dengan angin-angin. Kain siap diwarnai.
b. Kain Sutera, Wool dan sejenisnya.
Resep untuk 500 gr berat kain :
Tawas = 100 gr
Air = 17 liter
Caranya :
- Larutkan Tawas dalam air
- Selanjutnya lakukan seperti pada kain katun

3. PENCELUPAN
a. Kain dalam proses Pembasahan dengan cara merendam dalam larutan lerak /
teepol /T.R.0 (Turquise Red Oil) selama 5 menit
b. Tiriskan
c. Masukkan dalam larutan zat warna dan selama 3 menit dengan senantiasa
dibolak-balik
d. Keringkan dengan angin-angin ditempat teduh
e. Ulangi pewarnaan 2 - 3 kali

4. FIKSASI
A. Tawas
- Masukkan 70 gram tawas ke dalam 1 liter air .
- Diaduk untuk membantu pelarutan
- Larutan tawas siap digunakan
- Masukkan kain berwarna ke dalam larutan fiksasi secara merata sampai
seluruh permukaan kain terendam
- Angkat dan cuci dengan air bersih
- Keringkan
- Dengan tawas menghasilkan warna muda kekuning-kuningan
B. Kapur
- Masukkan 50 gram kapur gamping ke dalam 1 liter air
- Diamkan sampai larutan dingin. Lebih baik larutan kapur disimpan dan
baru digunakan keesokan harinya (disimpan 24 jam)
- Diambil bagian beningnya saja
- Dilakukan proses fiksasi pada kain seperti tawas
- Dengan kapur menghasilkan warna sedang kemerah-merahan
C. Tunjung
- Masukkan 50 gram Tunjung ke dalam 1 liter air
- Diaduk untuk membantu pelarutan
- Dilakukan proses pada kain seperti tawas dan kapur
- Dengan tunjung menghasilkan warna tua kebiru-biruan

Anda mungkin juga menyukai