TANGKI BERPENGADUK
Oleh
2020
TANGKI BERPENGADUK
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
3.1.2 Bahan............................................................................................... 14
iii
4.1.1. Data Hasil Percobaan Visimix ........................................................ 19
LAMPIRAN A ...................................................................................................... 29
LAMPIRAN B ...................................................................................................... 31
LAMPIRAN C ...................................................................................................... 32
LAMPIRAN D ...................................................................................................... 32
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Disk Turbine ...................... 20
Tabel 4.4 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Propeller ............................. 20
Tabel 4.5 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Turbine ............................... 20
Tabel 4.6 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Propeller ............................. 21
5
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Hubungan N RPM dan NRe (No Baffles Turbine dan Propeller) ............ 21
Grafik 4.2 Hubungan N RPM dan NPo (No Baffles turbine dan propeller) ............... 22
Grafik 4.3 Hubungan N RPM dan NRe (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 23
Grafik 4.4 Hubungan N RPM dan NPo (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 24
Grafik 4.5 Hubungan N RPM dan NRe (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 25
Grafik 4.6 Hubungan N RPM dan NPo (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 26
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
namun tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk
pencampuran, pelarutan, penguapan, ekstraksi dan kristalisasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1. Mempelajari proses pencampuran dalan fluida yang diselenggarakan di dalam
sistem tangki berpengaduk.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas pencampuran.
1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1. menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran melalui
analisis bilangan tak berdimensi,
2. menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran dan
waktu melalui analisis bilangan tak berdimensi,
3. melaksanakan observasi visual pola aliran dan memberikan analisis terhadap
pola aliran yang terjadi, dan
4. menentukan kondisi optimum pencampuran.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
• Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu
serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal
dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam
tangki.
• Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
2.2.3 Jenis pengaduk
Terdapat tiga jenis utama dari impeller yaitu propeller, paddle, dan turbin.
a. Propeller
Merupakan contoh impeller aliran aksial, dengan kecepatan tinggi untuk cairan
viskositas rendah. Propeller berukuran kecil berputar pada kecepatan penuh, baik
1150 atau 1750 r/min. Sedangkan propeller yang berukuran besar berputar pada
400 hingga 800 r/min.
b. Paddles
Untuk masalah sederhana agitator yang efektif digunakan adalah paddles datar
yang berputar pada poros vertikal. Paddle yang umum adalah paddle dengan dua
bilah dan empat bilah. Paddle berputar dengan kecepatan lambat di tengah vessel
mendorong cairan secara radial dan tangensial dengan hampir tidak ada gerak
vertikal di impeller. Dalam industri, paddle berputar pada kecepatan antara 20
dan 150 r/min. Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial
dan hamper tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horisontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
10
c. Turbin
Bentuknya menyerupai paddle bilah banyak dengan pisau pendek, yang berputar
pada kecepatan tinggi di poros pusat vessel. Diameter impeller lebih kecil dari
paddle, mulai 30 sampai 50 persen dari diameter vessel. Istilah turbine ini
diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa memandang rancangan,
arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine merupakan pengaduk dengan
sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada
viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial.
11
Program Visimix Laminar merupakan program yang dibuat khusus untuk
perhitungan pencampuran di media newtonian dan non-newtonian rezim aliran
laminar dan transisi. VisiMix Laminar adalah software pertama yang mencakup
perhitungan pencampuran skala makro dan pencampuran mikro dari cairan dengan
viskositas tinggi dalam produksi polimer, cat, pelapis, deterjen pasta, shampoo,
produk makanan, dan lain-lain. VisiMix Laminar berguna untuk insinyur proses,
peneliti, desainer, R & D dan produksi manajer pabrik, untuk semua profesional yang
terlibat dalam memproduksi produk cairan dengan viskositas tinggi. VisiMix Laminar
berisi database fungsi reologi untuk beberapa media non-newtonian. VisiMix
Laminar memberikan perhitungan teknis, karakteristik aliran, tegangan geser,
pembentukan zona stagnan, pencampuran, homogenisasi, dan efisiensi perpindahan
panas untuk cairan newtonian dan non-newtonian dalam peralatan pencampuran
industri dan laboratorium. VisiMix Laminar menghitung aliran dan pencampuran
parameter yang diperlukan untuk scale-up dan dalam pemodelan matematika dari
reaktor dan peralatan proses lainnya yang beroperasi pada pencampuran di rezim
laminar dan transisi,
Program VisiMix Turbulent melakukan pemodelan dan perhitungan teknis
pencampuran yang tergantung turbulensi, distribus padat-cair, gas-cair, perpindahan
panas, rezim termal dari reaktor dan stabilitas getaran shaft. Program VisiMix
Turbulent SV dikembangkan untuk demonstrasi semua pilihan dan kemampuan dari
Program VisiMix, tetapi hanya dengan dua jenis standar impeller yaitu baling-baling
dan disk turbine. Program ini sangat user-friendly dan dapat diakses tanpa persiapan
awal (Kudryavstev, 2015).
Pada praktikum simulasi mixing ini, kami menggunakan program VisiMix
Turbulent. Pada aplikasi VisiMix terdapat beberapa menu utama, diantaranya adalah
Project, Edit Input, Calculate, Supplements, Last Menu, Last Input Table, Window,
View, dan Help. Berikut adalah kegunaan VisiMix :
a. Production Plant Engineers:
• Memperoleh informasi lengkap mengenai fitur potensi dan spesifik maksimum
peralatan pencampuran
12
• Memeriksa penerapan peralatan untuk aplikasi proses baru
• Mencari solusi terhadap masalah-masalah proses yang ada dan mencegah
masalah baru tanpa perubahan peralatan
• Menemukan cara murah untuk meningkatkan proses dan peralatan berdasarkan
kemungkinan teknis yang tersedia
b. R & D dan Pilot Plant Researches and Engineers:
• Melakukan analisis lebih mendalam dari proses dalam reaktor dan
pencampuran lainnya pada peralatan berdasarkan data pada distribusi zat
• Rezim proses pilih berdasarkan tingkat yang diinginkan keseragaman dan
lainnya persyaratan proses
• Mereproduksi fitur utama dari peralatan pabrik produksi di laboratorium atau
skala pilot plant (scale down) dan menentukan nilai dari kunci scale
upparameter
• Menyiapkan data awal untuk memilih atau merancang skala produksi
pencampuran peralatan
c. Design Engineers:
• Melakukan perhitungan teknis
• Memilih perangkat pencampuran optimal dalam berbagai pilihan teknis yang
tersedia
• Menyiapkan data awal untuk memesan peralatan
• Menganalisis, memeriksa, dan membandingkan penawaran dari pemasok
peralatan yang berbeda
d. Control Engineers:
• Mensimulasikan rezim transisi
• Memprediksi penyimpangan dinamika proses dari pencampuran yang sempurna
• Memperoleh data untuk mengembangkan dan sistem kontrol proses
pemrograman
13
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
1. Aqua DM
2. Larutan kopi susu
3. Minyak
14
• Disk Turbin 6 blade
3. Jumlah Baffle :
• Tanpa Baffle
• 1 Baffle
• 2 Baffle
4. E/H :
• 1/8
• 1/4
• 1/2
5. Kecepatan Putaran (N) :
• 1000 rpm
• 1200 rpm
• 1400 rpm
3.3 Prosedur Percobaan
Percobaan terdiri dari 2 bagian yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama.
1. Percobaan Pendahuluan
Pengukuran sifat fisik cairan dalam tangki berpengaduk dilakukan pada
percobaan pendahuluan. Sifat fisik yang akan diukur ialah densitas dan
viskositas cairan. Pengukuran densitas cairan dilakukan dengan menggunakan
piknometer sedangkan penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan
viskometer Ostwald. Alat ini dipilih karena sederhana dan dapat dipakai untuk
cairan yang tidak kental.
2. Percobaan Utama
Pada percobaan utama, data yang diamati adalah mixing time, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keseragaman komponen fluida di dalam tangki.
Mixing time ini dapat dianalisa dari pengamatan kehomogenan warna.
Kecepatan pengadukan diatur dengan speed regulator (tetapi kecepatan
tercatat adalah yang tertera dalam speed display) , dan daya yang diperlukan
dapat diukur dari tegangan dan arus. Pengukuran tegangan dan arus dilakukan
15
dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter yang terpasang pada
pengaduk. Setelah mengukur mixing time, percobaan dilanjutkan dengan
pengamatan pola aliran. Pengamatan dilakukan dengan mengamati pergerakan
butiran didalam fluida saat pengadukan berlangsung
3.4 Diagram Alir Percobaan
• Percobaan Pendahuluan
Mulai
Selesai
• Percobaan Utama
Mulai
Air keran dimasukkan ke dalam tangki sesuai volume yang ditetapkan. Pewarna
dimasukkan sesuai volume yang ditetapkan. Waktu pencampuran hingga homogen
dicatat.
Selesai
Mulai
Simpan File
17
Pilih jenis tangki flat bottom
Setelah data sudah terisi, pilih menu hydrodinamics kemudian general flow pattern untuk
melihat profil aliran fluida. Selain itu menu-menu yang ada pada pilihan hydrodinamics
juga dapat dipilih untuk mengetahui parameter-parameter lainnya
Selesai
18
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
3.1.1.2.Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle
Tabel 4.3 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Disk Turbine
EH rpm Nre Npo Vortex Mixing Power
0,125 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5
0,25 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5
0,5 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5
20
0,5 1000 3420 5,88 0,00843 1,83
1200 4110 5,88 0,0122 3,16
1400 4800 5,88 0,0166 5,02
10000
6000
0,5 EH (Turbin)
0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)
Grafik 4.1 Hubungan N RPM dan NRe (No Baffles Turbine dan Propeller)
Grafik 4.1 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran.itu berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.
21
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 9780 .
1,8
1,6
1,4
1,2 0,125 EH (Turbin)
1 0,25 EH (Turbin)
Nre
Grafik 4.2 Hubungan N RPM dan NPo (No Baffles turbine dan propeller)
Grafik 4.2 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo menurun
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar kecepatan putaran itu
berarti semakin kecil NPo yang di hasilkan. Berbeda hal nya dengan grafik NRe
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap NPo
yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
22
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah di 1000 RPM dan dengan impeller jenis
turbin dimana menghasilkan NPo sebesar 1,66.
8000
7000
6000
0,125 EH (Turbin)
5000
0,25 EH (Turbin)
Nre
4000
0,5 EH (Turbin)
3000
0,125 EH (Propeller)
2000
0,25 EH (Propeller)
1000 0,5 EH (Propeller)
0
900 1100 1300 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)
Grafik 4.3 Hubungan N RPM dan NRe (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller)
Grafik 4.3 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari baffle-1 turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar nilai kecepatan putaran itu
berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 7070.
23
4,5
4
3,5
3 0,125 EH (Turbin)
1 0,25 EH (Propeller)
0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)
Grafik 4.4 Hubungan N RPM dan NPo (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller)
Grafik 4.4 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo menurun
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar kecepatan putaran itu
berarti semakin kecil NPo yang di hasilkan. Berbeda hal nya dengan grafik NRe,
tetapi ada perbedaan pada No baffle dan baffle 1 itu yaitu jika di no baffle nilai NPo
turun berangsur sedangkan di baffle-1 pada kecepatan 1000 RPM dan 1200 RPM
didapatkan hasil NPo yang sama yaitu 4,11 dan pada kecepatan putaran 1400 RPM
nilai NPo nya baru turun ke 4,1 dan tidak terlalu signifikan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap NPo
yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah di 1000 RPM dan 1200 RPM dan
dengan impeller jenis turbin dimana menghasilkan NPo sebesar 4,11.
24
6000
5000
0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)
Grafik 4.5 Hubungan N RPM dan NRe (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller)
Grafik 4.5 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari baffle-2 turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar nilai kecepatan putaran itu
berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 4800.
25
N vs NPo 2-Flat Baffle
7
5 0,125 EH (Turbin)
4 0,25 EH (Turbin)
Nre
3 0,5 EH (Turbin)
2 0,125 EH (Propeller)
0,25 EH (Propeller)
1
0,5 EH (Propeller)
0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)
Grafik 4.6 Hubungan N RPM dan NPo (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller)
Grafik 4.6 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo konstan
setiap penambahan kecepatan putaran Berbeda hal nya dengan grafik NRe yang
meningkat setiap peningkatan kecepatan putaran.
Ada perbedaan yang jelas terlihat pada penggunaan No baffle dan baffle-1
dan baffle-2 kali ini yaitu jika di no baffle nilai NPo turun berangsur sedangkan di
baffle-1 turbin pada kecepatan 1000 RPM dan 1200 RPM didapatkan hasil NPo yang
sama yaitu 4,11 dan pada kecepatan putaran 1400 RPM nilai NPo nya baru turun ke
4,1 dan setelah di baffle-2 nilai NPo menjadi konstan dari kecepatan putaran 1000
RPM,1200 RPM dan 1400RPM yaitu sebesar 5,88 pada turbin dan 0,343 pada
propeller. Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap
NPo yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah 5,88 pada turbin.
26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Nilai E/H tidak berpengaruh terhadap nilai NRe dan NPo
2. Impeller yang menggunakan turbin lebih menghasilkan nilai NRe dan NPo
yang lebih besar
3. Semakin besar nilai kecepatan putaran(RPM) maka nilai NRe semakin besar
4. Semakin besar nilaikeceptan putaran (RPM) maka nilai NPo semakin kecil
5.2. Saran
1. Memperbanyak variasi larutan yang digunakan agar hasil penelitian lebih
akurat
27
DAFTAR PUSTAKA
https://coretan-dion.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-tangki-
berpengaduk.html
https://labtkitb.files.wordpress.com/2015/12/2016_tgk-jsa.pdf
https://www.academia.edu/9588091/Laporan_Mixing_Tangki_Berpengaduk_
28
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id
LAMPIRAN A
29
SAFETY DATA
30
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
B.1 Data Konfigurasi Alat
Tabel B. 1 Data onfigurasi Alat
No. Karakteristik Nilai
1. Diamter Tangki 140 mm
2. Tinggi Tangki 190 mm
3. Level Media 130 mm
4. Jumlah Baffle 0, 1 dan 2
5. Lebar Baffle 20 mm
6. Tebal Baffle 25 mm
7. Panjang Baffle 165 mm
31
LAMPIRAN C
PROSEDUR PERHITUNGAN
1280𝑘𝑔/𝑚3
tminyak = 5,15 s
32
LAMPIRAN D
DATA LITERATUR
33