Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA

TANGKI BERPENGADUK

Oleh

Citra Nabilah 118280039


Devi Monika Sitompul 118280037
Ratih Ainun Mardiyah 118280033

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020
TANGKI BERPENGADUK
ABSTRAK

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari


bahan bahan yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak, atau
komponennya menyebar (terdispersi).Praktikum kali ini bertujuan untuk
mempelajari proses pencampuran dalam fluida yang diselenggarakan di dalam
sistem tangki berpengaduk dan mengidentifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi efektivitas pencampuran.Adapun alat alat yang akan digunakan
antara lain set alat tangki berpengaduk,stopwatch,viscometer,piknometer,gelas
ukur, thermometer, multimeter,pipet dan impeller. Dan bahan-bahan yang
digunakan antara lain air keran,aqua DM, butiran padat dan pewarna.Dengan
metode percobaan berupa aplikasi Visimix Turbulen. maka dilakukanlah
percobaan kali ini. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan menggunakan
aplikasi visimix, didapatkan bahwa hasil NPo selalu sama untuk setiap perbedaan
N (rpm) yaitu sebesar 1000, 1200, dan 1400. Untuk hubungan N (rpm) vs NRe
sendiri menyatakan hubungan yang berbanding lurus, yaitu semakin besar N
(rpm) maka nilai NRe semakin besar pula. Dari semua percobaan yang telah
dilakukan di aplikasi visimix, didapatkan bahwa perbedaan E/H yaitu 1/8, 1/4 dan
1/2 untuk 2 jenis impeller, Disk Turbin dan Propeller, tidak berpengaruh terhadap
bilangan Reynold, nilai power serta besarnya nilai vortex yang terjadi saat
pengadukan. Dalam percobaan ini juga dihasilkan nilai NRe dan Mixing Power
pada Disk Turbin lebih besar dibandingkan nilai NRe dam Mixing Power pada
Propeller.

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 7

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 8

1.3 Sasaran ...................................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

2.1 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 9

2.2.1 Pengertian Pengadukan dan pencampuran zat cair .......................... 9

2.2.2 Tangki Berpengaduk ......................................................................... 9

2.2.3 Jenis pengaduk ................................................................................ 10

2.2.4 Pola aliran........................................................................................ 11

2.2.5 Visimix ............................................................................................ 11

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN............................................................. 14

3.1 Alat dan Bahan ....................................................................................... 14

3.1.1 Alat .................................................................................................. 14

3.1.2 Bahan............................................................................................... 14

3.2 Variabel Percobaan ................................................................................. 14

3.2.1 Variabel Praktikum ......................................................................... 14

3.2.2 Variabel Percobaan Simulasi .......................................................... 14

3.3 Prosedur Percobaan ................................................................................ 15

3.4 Diagram Alir Percobaan ......................................................................... 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 19

4.1. Viskositas dan Densitas Larutan ............................................................ 19

iii
4.1.1. Data Hasil Percobaan Visimix ........................................................ 19

4.1.1.1. Tangki Berpengaduk No Baffle ............................................... 19

4.1.1.2. Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle .......................................... 20

4.1.1.3. Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle .......................................... 20

4.2. Grafik Percobaan dan Pembahasan ........................................................ 21

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 27

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 27

5.2. Saran ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28

LAMPIRAN A ...................................................................................................... 29

LAMPIRAN B ...................................................................................................... 31

LAMPIRAN C ...................................................................................................... 32

LAMPIRAN D ...................................................................................................... 32

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Hasil Tangki Berpengaduk No Baffle-Disk Turbin ........................... 19

Tabel 4.2 Data hasil Tangki Berpengaduk No baffle Propeller .................................. 19

Tabel 4.3 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Disk Turbine ...................... 20

Tabel 4.4 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Propeller ............................. 20

Tabel 4.5 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Turbine ............................... 20

Tabel 4.6 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Propeller ............................. 21

Tabel B. 1 Data onfigurasi Alat .................................................................................. 31

Tabel B. 2 Data Karakteristik Pengaduk ..................................................................... 31

5
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hubungan N RPM dan NRe (No Baffles Turbine dan Propeller) ............ 21

Grafik 4.2 Hubungan N RPM dan NPo (No Baffles turbine dan propeller) ............... 22

Grafik 4.3 Hubungan N RPM dan NRe (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 23

Grafik 4.4 Hubungan N RPM dan NPo (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 24

Grafik 4.5 Hubungan N RPM dan NRe (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 25

Grafik 4.6 Hubungan N RPM dan NPo (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller) .......... 26

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan suatu proses pengolahan sering amat bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan
pencampuran yang sering dikacaubalaukan itu sebenarnya tidaklah sinonim satu
dengan yang lain. Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai
sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan dengan
alat mekanis. Pengadukan mengacu pada pergerakan dalam suatu material dalam
bentuk spesifik. Bagaimanapun ini merupakan suatu distribusi secara acak antara dua
atau lebih tahap cairan yang awalnya terpisah.
Dalam proses kimia khususnya dalam zat cair atau fase cair. Pengadukan
merupakan salah satu cara di dalam proses pencampuran komponen untuk mendapat
hasil yang diinginkan. Proses pengadukan sendiri banyak digunakan secara luas
dalam proses industri. Hampir semua proses pencampuran memerlukan pengadukan.
Pabrik cat misalnya.
Pengaduk (agitator) digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus seperti
umpamanya dalam hidrogenasi katalitik daripada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi
gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat partikel-partikel katalis
padat dalam keadaan suspensi, sementara kalor reaksi diangkut ke luar melalui
kumparan atau mantel.
Biasanya zat cair diaduk di dalam tangki atau bejana berbentuk silinder yang dapat
tertutup maupun terbuka dan bagian alas dan tutupnya cembung. Tinggi zat cair yang
digunakan adalah 2/3 dari tinggi tangki. Ada dua macam jenis impeller, yaitu yang
menghasilkan arus sejajar (axial) dengan sumbu poros impeller dan yang
menghasilkan arus dalam arah tangensial (radial). Terdapat tiga jenis utama dari
impeller yaitu propeller, paddle, dan turbin. Tangki pengaduk digunakan untuk
reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum,

7
namun tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk
pencampuran, pelarutan, penguapan, ekstraksi dan kristalisasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1. Mempelajari proses pencampuran dalan fluida yang diselenggarakan di dalam
sistem tangki berpengaduk.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas pencampuran.
1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari dilakukannya praktikum ini adalah :
1. menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran melalui
analisis bilangan tak berdimensi,
2. menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran dan
waktu melalui analisis bilangan tak berdimensi,
3. melaksanakan observasi visual pola aliran dan memberikan analisis terhadap
pola aliran yang terjadi, dan
4. menentukan kondisi optimum pencampuran.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.2.1 Pengertian Pengadukan dan pencampuran zat cair
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan bahan
yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak, atau komponennya
menyebar (terdispersi). Secara umum, pengadukan bertujuan untuk mencampur dua
cairan yang saling melarut, melarukan padatan dalam cairan, mendispersikan gas
dalam cairan dalam bentuk gelembung, atau mempercepat perpindahan panas antara
fluida dengan koil pemanas dan jaket pada dinding banana.
2.2.2 Tangki Berpengaduk
Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana pengaduk
tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung. Tangki
pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas tekanan
atmosfer dan pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering digunakan untuk
proses yang lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi dan
kristalisasi.
• Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya
cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai pengendali
suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk pengukuran
suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.

9
• Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu
serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal
dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu
tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam
tangki.
• Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih
rendah.
2.2.3 Jenis pengaduk
Terdapat tiga jenis utama dari impeller yaitu propeller, paddle, dan turbin.
a. Propeller
Merupakan contoh impeller aliran aksial, dengan kecepatan tinggi untuk cairan
viskositas rendah. Propeller berukuran kecil berputar pada kecepatan penuh, baik
1150 atau 1750 r/min. Sedangkan propeller yang berukuran besar berputar pada
400 hingga 800 r/min.
b. Paddles
Untuk masalah sederhana agitator yang efektif digunakan adalah paddles datar
yang berputar pada poros vertikal. Paddle yang umum adalah paddle dengan dua
bilah dan empat bilah. Paddle berputar dengan kecepatan lambat di tengah vessel
mendorong cairan secara radial dan tangensial dengan hampir tidak ada gerak
vertikal di impeller. Dalam industri, paddle berputar pada kecepatan antara 20
dan 150 r/min. Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial
dan hamper tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah
horisontal setelah mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila
digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.

10
c. Turbin
Bentuknya menyerupai paddle bilah banyak dengan pisau pendek, yang berputar
pada kecepatan tinggi di poros pusat vessel. Diameter impeller lebih kecil dari
paddle, mulai 30 sampai 50 persen dari diameter vessel. Istilah turbine ini
diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa memandang rancangan,
arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine merupakan pengaduk dengan
sudut tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk jenis ini digunakan pada
viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis. Pengaduk turbin
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial.

2.2.4 Pola aliran


Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenisimpeler,
karakteristik fluida, dan ukuran serta perbanding (proporsi) tangki, sekat, dan agiator.
Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga kompenen, dan pola
aliran keseluruhan di dalam tangkiitu bergantung pada variasi dari ketiga komponen
itu dari satu lokasi kelokasi lain.
a. Pola aliran radial : Aliran radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap
tangki pengaduk.
b. Pola aliran tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangki pengaduk.
c. Pola aliran aksial, yang bekerja pada arah paralel (sejajar) terhadap tangki
pengaduk.
2.2.5 Visimix
VisiMix adalah perangkat lunak yang unik untuk pemodelan matematika
pencampuran dan pencampuran tergantung proses dalam cairan viskositas rendah dan
campuran multifase. Program ini memberikan parameter proses yang diperlukan
untuk analisis , scaling-up, optimalisasi tangki pencampuran dan reaktor dengan
semua jenis impeller. Dalam program ini terdapat 2 jenis yaitu, VisiMix Laminar dan
VisiMix Turbulent

11
Program Visimix Laminar merupakan program yang dibuat khusus untuk
perhitungan pencampuran di media newtonian dan non-newtonian rezim aliran
laminar dan transisi. VisiMix Laminar adalah software pertama yang mencakup
perhitungan pencampuran skala makro dan pencampuran mikro dari cairan dengan
viskositas tinggi dalam produksi polimer, cat, pelapis, deterjen pasta, shampoo,
produk makanan, dan lain-lain. VisiMix Laminar berguna untuk insinyur proses,
peneliti, desainer, R & D dan produksi manajer pabrik, untuk semua profesional yang
terlibat dalam memproduksi produk cairan dengan viskositas tinggi. VisiMix Laminar
berisi database fungsi reologi untuk beberapa media non-newtonian. VisiMix
Laminar memberikan perhitungan teknis, karakteristik aliran, tegangan geser,
pembentukan zona stagnan, pencampuran, homogenisasi, dan efisiensi perpindahan
panas untuk cairan newtonian dan non-newtonian dalam peralatan pencampuran
industri dan laboratorium. VisiMix Laminar menghitung aliran dan pencampuran
parameter yang diperlukan untuk scale-up dan dalam pemodelan matematika dari
reaktor dan peralatan proses lainnya yang beroperasi pada pencampuran di rezim
laminar dan transisi,
Program VisiMix Turbulent melakukan pemodelan dan perhitungan teknis
pencampuran yang tergantung turbulensi, distribus padat-cair, gas-cair, perpindahan
panas, rezim termal dari reaktor dan stabilitas getaran shaft. Program VisiMix
Turbulent SV dikembangkan untuk demonstrasi semua pilihan dan kemampuan dari
Program VisiMix, tetapi hanya dengan dua jenis standar impeller yaitu baling-baling
dan disk turbine. Program ini sangat user-friendly dan dapat diakses tanpa persiapan
awal (Kudryavstev, 2015).
Pada praktikum simulasi mixing ini, kami menggunakan program VisiMix
Turbulent. Pada aplikasi VisiMix terdapat beberapa menu utama, diantaranya adalah
Project, Edit Input, Calculate, Supplements, Last Menu, Last Input Table, Window,
View, dan Help. Berikut adalah kegunaan VisiMix :
a. Production Plant Engineers:
• Memperoleh informasi lengkap mengenai fitur potensi dan spesifik maksimum
peralatan pencampuran

12
• Memeriksa penerapan peralatan untuk aplikasi proses baru
• Mencari solusi terhadap masalah-masalah proses yang ada dan mencegah
masalah baru tanpa perubahan peralatan
• Menemukan cara murah untuk meningkatkan proses dan peralatan berdasarkan
kemungkinan teknis yang tersedia
b. R & D dan Pilot Plant Researches and Engineers:
• Melakukan analisis lebih mendalam dari proses dalam reaktor dan
pencampuran lainnya pada peralatan berdasarkan data pada distribusi zat
• Rezim proses pilih berdasarkan tingkat yang diinginkan keseragaman dan
lainnya persyaratan proses
• Mereproduksi fitur utama dari peralatan pabrik produksi di laboratorium atau
skala pilot plant (scale down) dan menentukan nilai dari kunci scale
upparameter
• Menyiapkan data awal untuk memilih atau merancang skala produksi
pencampuran peralatan
c. Design Engineers:
• Melakukan perhitungan teknis
• Memilih perangkat pencampuran optimal dalam berbagai pilihan teknis yang
tersedia
• Menyiapkan data awal untuk memesan peralatan
• Menganalisis, memeriksa, dan membandingkan penawaran dari pemasok
peralatan yang berbeda
d. Control Engineers:
• Mensimulasikan rezim transisi
• Memprediksi penyimpangan dinamika proses dari pencampuran yang sempurna
• Memperoleh data untuk mengembangkan dan sistem kontrol proses
pemrograman

13
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

1. Set alat tangki 6. Volt meter


berpengaduk
7. Multimeter sebagai
2. Stopwatch amperemeter
3. Viskometer 8. Pipet
4. Piknometer 9. Impeller
5. Gelas ukur

3.1.2 Bahan
1. Aqua DM
2. Larutan kopi susu
3. Minyak

3.2 Variabel Percobaan


3.2.1 Variabel Praktikum
Variasi yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan putaran pengaduk
2. Jenis dan ukuran pengaduk, yaitu propeller, turbin, dan paddle.
3. Posisi impeller yaitu center dan off-center.
4. Penggunaan Baffle atau tidak.
5. Ketinggian impeller
3.2.2 Variabel Percobaan Simulasi
Variasi yang di lakukan pada simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis larutan:
• Larutan Kopi Susu
2. Jenis Impeller :

14
• Disk Turbin 6 blade
3. Jumlah Baffle :
• Tanpa Baffle
• 1 Baffle
• 2 Baffle
4. E/H :
• 1/8
• 1/4
• 1/2
5. Kecepatan Putaran (N) :
• 1000 rpm
• 1200 rpm
• 1400 rpm
3.3 Prosedur Percobaan
Percobaan terdiri dari 2 bagian yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama.
1. Percobaan Pendahuluan
Pengukuran sifat fisik cairan dalam tangki berpengaduk dilakukan pada
percobaan pendahuluan. Sifat fisik yang akan diukur ialah densitas dan
viskositas cairan. Pengukuran densitas cairan dilakukan dengan menggunakan
piknometer sedangkan penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan
viskometer Ostwald. Alat ini dipilih karena sederhana dan dapat dipakai untuk
cairan yang tidak kental.
2. Percobaan Utama
Pada percobaan utama, data yang diamati adalah mixing time, waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai keseragaman komponen fluida di dalam tangki.
Mixing time ini dapat dianalisa dari pengamatan kehomogenan warna.
Kecepatan pengadukan diatur dengan speed regulator (tetapi kecepatan
tercatat adalah yang tertera dalam speed display) , dan daya yang diperlukan
dapat diukur dari tegangan dan arus. Pengukuran tegangan dan arus dilakukan

15
dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter yang terpasang pada
pengaduk. Setelah mengukur mixing time, percobaan dilanjutkan dengan
pengamatan pola aliran. Pengamatan dilakukan dengan mengamati pergerakan
butiran didalam fluida saat pengadukan berlangsung
3.4 Diagram Alir Percobaan
• Percobaan Pendahuluan

Mulai

Ukur tempertur fluida


dengan termometer

Penentuan densitas fluida Penentuan viskositas fluida


dengan piknometer dengan viskometer Ostwald

Selesai

• Percobaan Utama
Mulai

Persiapan alat dan bahan

Impeller dipasangkan pada sumbu pengaduk. Sumbu pengaduk


dipasangkan ke motor pengaduk. Sambungkan ke listrik dan dinyalakan.

Kecepatan pengaduk diatur sesuai variasi yang


16
direncanakan
Pembacaan arus awal (Io) dan tegangan awal (Vo)

Air keran dimasukkan ke dalam tangki sesuai volume yang ditetapkan. Pewarna
dimasukkan sesuai volume yang ditetapkan. Waktu pencampuran hingga homogen
dicatat.

Pembacaan arus akhir (I) dan tegangan akhir (V)

Butiran padat dimasukkan untuk pengamatan pola


aliran. Pola aliran kemudian digambar dan atau
direkam.

Rangkaian percobaan di atas diulang untuk variasi


jenis pengaduk, kecepatan pengaduk, posisi sumbu,
dan penggunaan baffle atau tidak.

Selesai

• Tahapan Penggunaan Visimix Turbulent

Mulai

Buka aplikasi Visimix Turbulent dengan memilih menu project,


kemudian

Simpan File

17
Pilih jenis tangki flat bottom

Input data-data dimensi tangki

Pilih jenis baffle

Input data-data dimensi baffle

Pilih jenis impeller: disk turbin

Input data-data dimensi impeller

Input data densitas dan viskositas

Setelah data sudah terisi, pilih menu hydrodinamics kemudian general flow pattern untuk
melihat profil aliran fluida. Selain itu menu-menu yang ada pada pilihan hydrodinamics
juga dapat dipilih untuk mengetahui parameter-parameter lainnya

Selesai

18
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Viskositas dan Densitas Larutan


3.1.1. Data Hasil Percobaan Visimix
3.1.1.1. Tangki Berpengaduk No Baffle
Tabel 4.1 Data Hasil Tangki Berpengaduk No Baffle-Disk Turbin
E/H N RPM Nre Npo mixing power (W) vortex (m)

0,125 100 6820 1,66 0,516 0,106


0,125 1200 8310 1,62 0,87 0,121
0,125 1400 9790 1,58 1,35 0,121
0,25 100 6820 1,66 0,516 0,104
0,25 1200 8310 1,62 0,87 0,104
0,25 1400 9790 1,58 1,35 0,104
0,5 100 6820 1,66 0,516 0,0693
0,5 1200 8310 1,62 0,87 0,0694
0,5 1400 9790 1,58 1,35 0,0694

Tabel 4.2 Data hasil Tangki Berpengaduk No baffle Propeller


E/H N RPM Nre Npo mixing power (W) vortex (m)

0,125 1000 2250 0,237 0,0737 0,0362


0,125 1200 2760 0,235 0,126 0,0527
0,125 1400 3280 0,233 0,199 0,0724
0,25 100 2250 0,237 0,0737 0,0362
0,25 1200 2760 0,235 0,126 0,0527
0,25 1400 3280 0,233 0,199 0,0724
0,5 1000 2250 0,237 0,0737 0,0362
0,5 1200 2760 0,235 0,126 0,0527
0,5 1400 3280 0,233 0,199 0,0662

19
3.1.1.2.Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle
Tabel 4.3 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Disk Turbine
EH rpm Nre Npo Vortex Mixing Power
0,125 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5
0,25 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5
0,5 1000 5020 4,11 0,0361 1,28
1200 6050 4,11 0,0522 2,21
1400 7070 4,1 0,0713 3,5

Tabel 4.4 Data hasil Tangki Berpengaduk 1-Flat Baffle Propeller


EH rpm Nre Npo Vortex Mixing Power
0,125 1000 2720 0,294 0,0107 0,0914
1200 3270 0,293 0,0155 0,158
1400 3820 0,293 0,0212 0,25
0,25 1000 2720 0,294 0,0107 0,0914
1200 3270 0,293 0,0155 0,158
1400 3820 0,293 0,0212 0,25
0,5 1000 2720 0,294 0,0107 0,0914
1200 3270 0,293 0,0155 0,158
1400 3820 0,293 0,0212 0,25

3.1.1.3. Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle


Tabel 4.5 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Turbine
EH rpm Nre Npo Vortex Mixing Power
0,125 1000 3420 5,88 0,00843 1,83
1200 4110 5,88 0,0122 3,16
1400 4800 5,88 0,0166 5,02
0,25 1000 3420 5,88 0,00843 1,83
1200 4110 5,88 0,0122 3,16
1400 4800 5,88 0,0166 5,02

20
0,5 1000 3420 5,88 0,00843 1,83
1200 4110 5,88 0,0122 3,16
1400 4800 5,88 0,0166 5,02

Tabel 4.6 Data hasil Tangki Berpengaduk 2-Flat Baffle Propeller


EH rpm Nre Npo Vortex Mixing Power
0,125 1000 2490 0,343 0,00134 0,107
1200 2990 0,343 0,00195 0,184
1400 3490 0,343 0,00267 0,293
0,25 1000 2490 0,343 0,00134 0,107
1200 2990 0,343 0,00195 0,184
1400 3490 0,343 0,00267 0,293
0,5 1000 2490 0,343 0,00134 0,107
1200 2990 0,343 0,00195 0,184
1400 3490 0,343 0,00267 0,293

4.2. Grafik Percobaan dan Pembahasan


12000

10000

8000 0,125 EH (Turbin)


0,25 EH (Turbin)
Nre

6000
0,5 EH (Turbin)

4000 0,125 EH (Propeller)


0,25 EH (Propeller)
2000
0,5 EH (Propeller)

0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.1 Hubungan N RPM dan NRe (No Baffles Turbine dan Propeller)
Grafik 4.1 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran.itu berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.

21
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 9780 .
1,8
1,6
1,4
1,2 0,125 EH (Turbin)
1 0,25 EH (Turbin)
Nre

0,8 0,5 EH (Turbin)


0,6 0,125 EH (Propeller)
0,4 0,25 EH (Propeller)
0,2 0,5 EH (Propeller)
0
900 1100 1300 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.2 Hubungan N RPM dan NPo (No Baffles turbine dan propeller)
Grafik 4.2 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo menurun
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar kecepatan putaran itu
berarti semakin kecil NPo yang di hasilkan. Berbeda hal nya dengan grafik NRe
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap NPo
yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle

22
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah di 1000 RPM dan dengan impeller jenis
turbin dimana menghasilkan NPo sebesar 1,66.
8000

7000

6000
0,125 EH (Turbin)
5000
0,25 EH (Turbin)
Nre

4000
0,5 EH (Turbin)
3000
0,125 EH (Propeller)
2000
0,25 EH (Propeller)
1000 0,5 EH (Propeller)
0
900 1100 1300 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.3 Hubungan N RPM dan NRe (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller)
Grafik 4.3 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari baffle-1 turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar nilai kecepatan putaran itu
berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 7070.

23
4,5
4
3,5
3 0,125 EH (Turbin)

Nre 2,5 0,25 EH (Turbin)


2 0,5 EH (Turbin)

1,5 0,125 EH (Propeller)

1 0,25 EH (Propeller)

0,5 0,5 EH (Propeller)

0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.4 Hubungan N RPM dan NPo (1-Flat Baffle Turbine dan Propeller)

Grafik 4.4 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo menurun
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar kecepatan putaran itu
berarti semakin kecil NPo yang di hasilkan. Berbeda hal nya dengan grafik NRe,
tetapi ada perbedaan pada No baffle dan baffle 1 itu yaitu jika di no baffle nilai NPo
turun berangsur sedangkan di baffle-1 pada kecepatan 1000 RPM dan 1200 RPM
didapatkan hasil NPo yang sama yaitu 4,11 dan pada kecepatan putaran 1400 RPM
nilai NPo nya baru turun ke 4,1 dan tidak terlalu signifikan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap NPo
yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah di 1000 RPM dan 1200 RPM dan
dengan impeller jenis turbin dimana menghasilkan NPo sebesar 4,11.

24
6000

5000

4000 0,125 EH (Turbin)

Nre 0,25 EH (Turbin)


3000
0,5 EH (Turbin)

2000 0,125 EH (Propeller)


0,25 EH (Propeller)
1000
0,5 EH (Propeller)

0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.5 Hubungan N RPM dan NRe (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller)

Grafik 4.5 memperlihatkan hubungan RPM dan N Re dari baffle-2 turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan dengan EH 0,125 ; 0,25 dan
0,5 impeller yang digunakan turbine dan propeller menghasilkan N Re meningkat
setiap penambahan kecepatan putaran atau semakin besar nilai kecepatan putaran itu
berarti semakin besar NRe yang di hasilkan.
Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap Nre
yang dihasilkan, Nre akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NRe yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai Re yang lebih tinggi dari pada nilai Re yang
ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Re yang paling tinggi adalah di 1400 RPM dan dengan impeller
jenis turbin dimana menghasilkan NRe sebesar 4800.

25
N vs NPo 2-Flat Baffle
7

5 0,125 EH (Turbin)
4 0,25 EH (Turbin)
Nre

3 0,5 EH (Turbin)

2 0,125 EH (Propeller)
0,25 EH (Propeller)
1
0,5 EH (Propeller)
0
900 1000 1100 1200 1300 1400 1500
N Kecepatan Putaran (Rpm)

Grafik 4.6 Hubungan N RPM dan NPo (2-Flat Baffle Turbine dan Propeller)

Grafik 4.6 memperlihatkan hubungan RPM dan N Po dari no baffle turbin dan
propeller dengan RPM sebesar 1000;1200 dan 1400 dan EH 0,125 ; 0,25 dan 0,5
impeller yang digunakan turbine dan propeller memperlihatkan hasil NPo konstan
setiap penambahan kecepatan putaran Berbeda hal nya dengan grafik NRe yang
meningkat setiap peningkatan kecepatan putaran.
Ada perbedaan yang jelas terlihat pada penggunaan No baffle dan baffle-1
dan baffle-2 kali ini yaitu jika di no baffle nilai NPo turun berangsur sedangkan di
baffle-1 turbin pada kecepatan 1000 RPM dan 1200 RPM didapatkan hasil NPo yang
sama yaitu 4,11 dan pada kecepatan putaran 1400 RPM nilai NPo nya baru turun ke
4,1 dan setelah di baffle-2 nilai NPo menjadi konstan dari kecepatan putaran 1000
RPM,1200 RPM dan 1400RPM yaitu sebesar 5,88 pada turbin dan 0,343 pada
propeller. Untuk variasi E/H bisa di lihat di grafik tidak ada pengaruhnya terhadap
NPo yang dihasilkan, NPo akan tetap sama pada E/H yang berbeda.
Untuk penggunaan impeller jenis turbine atau propeller bisa di lihat juga di
grafik pengaruhnya terhadap NPo yang dihasilkan yaitu baffle yang menggunakan
impeller turbin akan menghasilkan nilai NPo yang lebih tinggi dari pada nilai NPo
yang ada di propeller. Pada grafik diatas untuk tangki berpengaduk No baffle
menghasilkan N Po yang paling tinggi adalah 5,88 pada turbin.

26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Nilai E/H tidak berpengaruh terhadap nilai NRe dan NPo
2. Impeller yang menggunakan turbin lebih menghasilkan nilai NRe dan NPo
yang lebih besar
3. Semakin besar nilai kecepatan putaran(RPM) maka nilai NRe semakin besar
4. Semakin besar nilaikeceptan putaran (RPM) maka nilai NPo semakin kecil

5.2. Saran
1. Memperbanyak variasi larutan yang digunakan agar hasil penelitian lebih
akurat

27
DAFTAR PUSTAKA

https://coretan-dion.blogspot.com/2017/04/laporan-praktikum-tangki-
berpengaduk.html

https://labtkitb.files.wordpress.com/2015/12/2016_tgk-jsa.pdf

https://www.academia.edu/9588091/Laporan_Mixing_Tangki_Berpengaduk_

28
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id

LAMPIRAN A

Lembar Kendali Keselamatan Kerja


No Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan

1. Air • Tidak berbau • Titik didih • Tidak dibutuhkan


Keran/ • Tidak berwarna (100℃) penanggulangan yang
Aquades • Tidak beracun • Densitas khusus
• Tidak 0,99283 • Jika merasa tidak enak
berbahaya g/ml badan, cari bantuan medis
• Berbentuk cair

Kecelakaan yang mungkin terjadi Penanggulangan


Hubungan arus pendek akibat listrik yang Usahakan untuk memutus hubungan arus
kontak dengan air listrik dengan alat, apabila tindakan ini tidak
dapat digunakan hubungi pihak berwenang
Terpeleset karena genangan air, akibat air Pastikan saat menuangkan air hati-hati agar
tumpah saat menuangkan, atau akibat tidak tumpah, pastikan wadah penyimpanan
kebocoran wadahtempat menyimpan air air tidak bocor. Jika ada yang tumpah dan
air tergenang, segera bersihkan.

Perlengkapan Keselamatan Kerja


1. Masker 2. Sarung tangan 3. JasLab 4. Kacamata google

29
SAFETY DATA

30
LAMPIRAN B

DATA PERCOBAAN
B.1 Data Konfigurasi Alat
Tabel B. 1 Data onfigurasi Alat
No. Karakteristik Nilai
1. Diamter Tangki 140 mm
2. Tinggi Tangki 190 mm
3. Level Media 130 mm
4. Jumlah Baffle 0, 1 dan 2
5. Lebar Baffle 20 mm
6. Tebal Baffle 25 mm
7. Panjang Baffle 165 mm

B.2 Data Karakteristik Pengaduk


Tabel B. 2 Data Karakteristik Pengaduk
No. Jenis Disk Turbine Propeller
1. Diameter 35 mm 35 mm
2. Number of blades 6 -
3. Diameter blade 25 mm -
4. Pitch Angle 90 deg -
5. Lebar Blade 7 mm -
6. Panjang blade 8,75 mm -
7. Dist. From Bottom 16,25 mm, 32,5 mm 16,25 mm, 32,5 mm
dan 65 mm dan 65 mm
8. Kecepatan putaran 1000, 1200, 1400 rpm 1000, 1200, 1400
rpm
9. Motor power 900 W 900 W

31
LAMPIRAN C

PROSEDUR PERHITUNGAN

C.1 Perhitungan massa cairan


a) Massa aquades = (Massa piknometer + aquades) – Massa
pikonmeter kosong
= 38,6 gr – 14 gr
= 24,6 gr
b) Massa larutan kopi susu = (Massa pikonometer + larutan kopi susu–
Massa piknometer kosong
= 45,488 gr – 14gr
= 31,488 gr

C.2 Perhitungan massa jenis (ρ) larutan


𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 24,6 𝑔𝑟 𝑔𝑟
a) 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 = = 24,6 𝑚𝐿 = 1 𝑚𝐿 = 1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑎 10% 31,488 𝑔𝑟 𝑔𝑟
b) 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑝𝑖 𝑠𝑢𝑠𝑢 = = = 1,28 𝑚𝐿 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 24,6 𝑚𝐿

1280𝑘𝑔/𝑚3

C.3 Perhitungan viskositas larutan


ƞminyak =77,19 cP

tminyak = 5,15 s

tkopi susu = 0,24 s

ρkopi susu= 1,28 gr/mL

ρminyak = 0,860 gr/mL

𝜌𝑘𝑜𝑝𝑖𝑠𝑢𝑠𝑢 𝑡𝑘𝑜𝑝𝑖𝑠𝑢𝑠𝑢 1,28×0,24


𝜇𝑘𝑜𝑝𝑖 𝑠𝑢𝑠𝑢 = × 𝜂𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 0,15×0,860 × 77,19 cP
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑡𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

𝜇𝑘𝑜𝑝𝑖 𝑠𝑢𝑠𝑢 = 5,34 𝑐𝑃

32
LAMPIRAN D

DATA LITERATUR

D.1 Data Densitas Air

33

Anda mungkin juga menyukai