Oleh:
Hilya Fithri
0612 3040 1040
Oleh:
Hilya Fithri
0612 3040 1040
Pembimbing I,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
SURAT PERNYATAAN
: Hilya Fithri
NIM
Jurusan
: Teknik Kimia
Tulang Ikan Gabus ( Channa striata ). Data pada proposal saya ini tidak
mengandung unsur PLAGIAT sesuai dengan PERMENDIKNAS NO.17 Tahun
2010 .
Bila dikemudian hari ada unsure-unsur plagiat dalam penelitian ini, saya
bersedia diberikan sanksi peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tidak ada
paksaan.
Palembang,
Maret 2015
Pembimbing I,
Penulis,
Hilya Fithri
NIP 197507292005012003
NIM 061230401040
Pembimbing II,
NIP 197102161994031002
I.
JUDUL
Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Pencampuran Pada Penambahan Casein Pada Gel Gelatin dari Tulang Ikan Gabus ( Channa striata )
kerupuk,
kemplang
dan
pempek.
Pengolahan
hasil
perikanan
menghasilkan limbah seperti kepala, jeroan, sisik, sirip, kulit dan tulang. Jumlah
bagian yang dapat dimakan (edible flesh) dari ikan adalah 65%, berarti limbah dari
ikan tersebut adalah 35% (Irawan, 1995), dan 30% dari limbah adalah kulit dan
tulang (Gomez-Guillen, 2002).
(teleostei) berkisar 15% - 17%, sedangkan pada ikan tulang rawan berkisar 22% 24% (Maria, 2005). Kolagen yang terdapat di kulit dan tulang ikan tersebut dapat
diekstraksi untuk menjadi gelatin.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gelatin yang dihasilkan dari
tulang ikan memiliki kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan gelatin dari
sapi dan babi. Salah satu sebab utamanya adalah gelatin ikan memiliki nilai
kekuatan gel yang rendah, sifat fisika-kimia gelatin yang dihasilkan masih
lebih rendah dibandingkan dengan gelatin yang diproduksi dari tulang dan kulit
babi maupun sapi. Kekuatan gel gelatin didefinisikan sebagai besarnya kekuatan
yang diperlukan oleh probe untuk menekan gel setinggi empat mm sampai gel
pecah. Satuan untuk menunjukkan kekuatan gel yang dihasilkan dari suatu
konsentrasi tertentu disebut derajat bloom ( Amiruldin, 2007 ).
Penelitian telah dilakukan untuk memodifikasi gelatin ikan agar lebih
berkualitas. Pencampuran gelatin ikan dengan biopolimer lain seperti karagenan,
kitosan dan pektin merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan
karakeristik gelatin ikan (Chen dkk, 2003; Uresti dkk, 2003; Haug dkk, 2004a).
Penelitian lebih lanjut dengan penambahan plasticizers seperti gliserol, sorbitol,
sukrosa, polietilen glikol (Tanaka dkk, 2001; Vanin dkk, 2005) dan agen garam
(Fernandez-Diaz dkk, 2001; Ramirez dkk, 2002; Haug dkk, 2004b) dapat
meningkatkan karakteristik film atau gel.
Junianto, dkk (2006) pada judul penelitiannya Produksi Gelatin dari
Tulang Ikan dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang
Kapsul, menunjukkan bahwa kekuatan gel gelatin sangat dipengaruhi oleh jenis
tulang. Hasil ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Jamilah dan Harvinder
(2002) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kekuatan gel gelatin adalah
jenis bahan bakunya.
yaitu
defatting dengan
suhu 70 oC memiliki nilai kekuatan gel 202,9 bloom, viskositas 3,87 cP, titik leleh
22,5 oC dan rendemen 3,53%. Parameter
fisik
gelatin
tulang
ikan
gabus
memiliki viskositas 3,87 cP 5,59 cP dan kekuatan gel 85,6 265,9 bloom
dan titik leleh 19,5 oC 23 oC.
Sementara itu, cerminan kualitas gelatin yang baik dan dapat digunakan
untuk sediaan farmasi adalah gelatin yang memiliki nilai kekuatan gel tinggi.
Oleh karena itu sangat diperlukan penelitian lebih lanjut sebagai upaya menjawab
dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.
Protein susu berperan dalam produk makanan sebagai sumber nutrisi,
emulgator, foaming dan campuran pembentuk gel. Banyak penelitian tentang
campuran dari protein-protein bahan pangan, untuk meningkatkan nilai nutrisi dan
fungsi bahan pangan tersebut, yang sudah dipublikasikan. Campuran-campuran
tersebut
menyebabkan protein-protein
pembentukan buih, emulsi dan pembentukan gel yang disertai pemanasan. Sifat
fisika-kimia dari gel protein dapat berubah dengan adanya campuran proteinprotein yang berbeda selama proses pemanasan dan pembentukan gel. Protein
Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dilihat:
1. Bagaimana hasil fisik dan kimia gelatin ikan gabus yang telah
ditambahkan -kasein.
2. Bagaimana konsentrasi dan waktu pencampuran gelatin ikan gabus
dan -kasein terhadap sifat fisik dan kimia gel.
Tabel 1. Standar gelatin menurut SNI No. 06-3735 tahun 1995 dan
British Standard : 757 tahun 1975
Karakteristi
k
Warna
Bau, Rasa
Kadar Abu
Kadar Air
Kekuatan Gel
Viskositas
pH
Logam Berat
Arsen
Tembaga
Seng
Sulfit
SNI
British Standar
Kuning Pucat
50 300 bloom
15 70 mps atau 1,5-7 cPs
4,5 6,5
-
Normal
Maksimum 16 %
Maksimum 3,25 %
Maksimum 50 mg / kg
Maksimum 2 mg / kg
Maksimum 30 mg / kg
Maksimum 100 mg / kg
Maksimum 1000 mg / kg
Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Animalia
: Chordata
: Agtinopterigii
: Perciformes
: Chanidae
: Channa
: Channa striata
Jumlah (%)
77,40
19,30
1,30
1,00
1,00
Bahan utama penelitian adalah tulang ikan gabus, proporsi tulang ikan
terhadap tubuh ikan mencapai 12,4 persen. Tulang atau kerangka adalah jaringan
yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada tubuh. Tersusun atas matriks
organic keras yang diperkuat dengan endapan garam kalsium dan garam mineral
lain dalam tulang. Menurut Anonymous (2009).
kandungan kolagen sebanyak 33% yang digunakan sebagai syarat utama untuk
membuat gelatin.
4.1.1 Kolagen Ikan Gabus
Kolagen adalah protein serabut (fibril) yang mempunyai sifat fisiologis
yang unik, terdapat di jaringan ikat pada kulit, tendon, tulang, kartilago dan lainlain
(Wong
1989).
Protein
ini
memiliki
sifat
kurang
larut,
amorf,
dapat memanjang dan berkontraksi. Protein serabut ini tidak larut dalam pelarut
encer, sukar dimurnikan, susunan molekulnya dari rantai molekul yang panjang
sejajar dan tidak membentuk kristal (Winarno 1997).
Eastoe (1977) menerangkan bahwa bahan dasar dan kelompok hewan yang
mempunyai sumber kolagen yang tertinggi dan dapat dijadikan gelatin adalah
sebagai berikut:
(a) tulang: mamalia (sapi, babi, kelinci), burung, reptile, ikan (cod,
halibut,elasmobranchs);
(b) kulit: mamalia, reptil (buaya, ular), ikan, (elasmobranchs); (c) tulang
rawan: burung/ayam, ikan;
(d) tendon: burung/ayam.
Asam
amino glisin, prolin dan hidroksiprolin merupakan asam amino utama kolagen.
Asam-asam amino aromatik dan sulfur terdapat dalam jumlah yang sedikit.
Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino pembatas dalam berbagai
protein (Chaplin, 2005).
Molekul dasar pembentuk kolagen disebut tropokolagen yang mempunyai
struktur batang dengan BM 300.000, dimana di dalamnya terdapat tiga rantai
polipeptida yang sama panjang, bersama-sama membentuk struktur heliks. Tiap
tiga rantai polipeptida dalam unit tropokolagen membentuk struktur heliks
tersendiri, menahan bersama-sama dengan ikatan hidrogen antara group NH dari
residu glisin pada rantai yang satu demean group CO pada rantai lainnya. Cincin
pirolidin, prolin, dan hidroksiprolin membantu pembentukan rantai polipeptida
dan memperkuat triple heliks (Wong, 1989).
Tropokolagen akan terdenaturasi oleh pemanasan atau perlakuan dengan zat
seperti asam, basa, urea, dan potassium permanganat. Selain itu, serabut kolagen
dapat mengalami penyusutan jika dipanaskan di atas suhu penyusutannya (Ts).
Suhu penyusutan (Ts) kolagen ikan adalah 45oC. Jika kolagen dipanaskan pada
T>Ts (misalnya 65 70oC), serabut triple heliks yang dipecah menjadi lebih
panjang. Pemecahan struktur tersebut menjadi lilitan acak yang larut dalam air
inilah yang disebut gelatin.
4.2 Gelatin
Gelatin berasal dari bahasa latin (gelatos) yang berarti pembekuaan.
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari kulit,
jaringan ikat dan tulang hewan. Gelatin menyerap air 5-10 kali beratnya. Gelatin
larut dalam air panas dan jika didinginkan akan membentuk gel. Sifat yang
dimiliki gelatin bergantung pada jenis asam amino penyusunnya. Gelatin
merupakan polipeptida dengan bobot molekul antara 20.000 g/mol-250.000 g/mol
(Suryani dkk., 2009).
Gelatin adalah protein yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen dari
kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Menurut Saleh (2004), gelatin adalah
salah satu hidrokoloid yang dapat digunakan sebagai gelling, bahan pengental
(thickner) atau penstabil. Gelatin berbeda dengan hidrokoloid lain, karena
kebanyakan hidrokoloid adalah polisakarida seperti karagenan dan pektin,
sedangkan gelatin merupakan protein mudah dicerna, mengandung semua asamasam amino essensial kecuali triptofan.
Gelatin secara kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses hidrolisis
kolagen yang terkandung dalam kulit (Abustam dan Said, 2004). Protein kolagen
ini secara ilmiah dapat ditangkap untuk dikonversi menjadi gelatin. Gelatin
secara kimiawi diperoleh melalui rangkaian proses hidrolisis kolagen yang
terkandung dalam kulit dan tulang. Reaksi yang terjadi adalah :
C102H149N31O38 + H2O
Kolagen
C102H151N31O39
Gelatin
Syarat
Tidak Berwarna
Normal (dapat diterima konsumen)
Maksimum 16%
Maksimum 3,25%
Maksimum 50 mg/kg
Arsen
Tembaga
Seng
Sulfit
Maksimum 2 mg/kg
Maksimum 30 mg/kg
Maksimum 100 mg/kg
Maksimum 1000 mg/kg
Berdasarkan sifat bahan pada dasarnya ada dua proses hirolisis kolagen
yang diproses menjadi gelatin (Gelatine Food Science, 2004):
1. Proses Asam (tipe A) yang sering digunakan adalah kulit babi dan kulit
ikan dan terkadang tulang sebagai bahan baku. Hal ini didasarkan pada di
mana kolagen yang diasamkan menjadi pH sekitar 4 dan kemudian
dipanaskan secara bertahap dari 50C sampai mendidih mengubah sifat
dan melarutkan kolagen. Setelah itu kolagen di degreasing atau larutan
gelatin harus dihilangkan lemaknya, kemudian disaring untuk kejernihan,
dipekatkan dengan perlakuan penguapan vakum atau membran ultra
filtrasi, untuk mendapatkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk gelatin
dan kemudian dikeringkan dengan melewatkan udara kering selama gel.
Proses terakhir salah satunya penggilingan dan pencampuran untuk
kebutuhan pelanggan dan kemasan. Gelatin yang dihasilkan memiliki titik
isoionik dari 7 sampai 9 didasarkan pada kekerasan dan lamanya
pengolahan asam dari kolagen yang menyebabkan hidrolisis terbatas dari
rantai asam amino asparagin dan glutamin.
2. Proses alkali (tipe B) yang digunakan pada kulit sapi dan sumber kolagen
di mana hewan relatif tua di pemotongan. Salah satu prosesnya di mana
kolagen disampaikan kepada soda api atau proses pengapuran panjang
sebelum ekstraksi. Hidrolisis basa asparagin dan rantai samping glutamin
untuk asam glutamat dan aspartat relatif cepat, dengan hasil bahwa gelatin
memiliki titik isoionik adalah 4,8-5,2. Namun, dengan perlakuan alkali
diperpendek (7 hari atau kurang) nilai isoionik setinggi 6 diproduksi.
Setelah pengolahan alkali, kolagen yang dicuci bebas dari alkali dan
kemudian diberikan perlakuan dengan asam dengan pH ekstraksi yang
diinginkan (yang memiliki efek yang ditandai pada kekuatan gel rasio
viskositas produk akhir). Kolagen ini kemudian didenaturasi dan diubah
Tipe B
50-300
4,7-5,4
4,7-5,4
20-75
0,5-2
(adhesive),
peningkat
viskositas
(viscosity
agent),
pengemulsi
V. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan
kimia gel gelatin dari tulang ikan gabus agar memenuhi syarat standar
gelatin komersial.
2.
Mendapatkan hasil optimum pada hasil gel gelatin dengan variasi lama
waktu pencampuran dengan pelarut dan banyaknya larutan buffer pada
proses pencampuran.
VI.
MANFAAT
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengurangi limbah tulang ikan gabus yang terdapat di lingkungan.
2. Meningkatkan nilai ekonomis dengan memanfaatkan limbah tulang
ikan gabus menjadi produk yang lebih bermanfaat.
3. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan limbah tulang ikan
gabus dengan penambahan -kasein.
VII.
METODOLOGI PENELITIAN
7.1 Waktu dan Tempat Perancangan serta Penelitian:
Penelitian dilakukan dari bulan Maret sampai April 2015 di Laboratorium
Kimia Analisis Dasar Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya.
7.2 Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan:
1. Desikator
2. Labu destruksi
3. Set alat destilasi dan Heating mantle
4. Alat pengekstraksi soxlet, labujoin, kondensor/pendingi
5. Neraca analitik
6. pH meter
7. Waterbath
8. Viskometer
9. Oven
10. Pengaduk magnetic
11. Kertas saring bebas lemak Whatman No.40
12. Bunchner
13. Termometer
14. Cawan aluminium
15. Beaker glass
16. Corong gelas
17. Tabung reaksi
18. Spektrofotometer
19. Alat uji kuat tekan
Bahan yang digunakan:
1. Limbah tulang ikan gabus 3 kg (diambil dari pasar Plaju)
2. Susu cair 100 ml
3. Larutan buffer Na2HPO4 panas pH7
5. Larutan Asam sulfat pekat
6. Air Aquadest
7.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan:
7.3.1 Perlakuan Percobaan
1. Pengambilan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini
didapat
pasar
plaju
Tulang ikan
Degreasing (penghilangan lemak). Direndam pada air mendidih selama 30
menit
Pengecilan ukuran 2 5 cm2
Demineralisasi (perendaman dalam HCl 5%, 48 jam) Ossein
Pencucian demean air mengalir hingga pH netral (6 7) Ekstraksi dalam
Waterbath pada suhu 90oC selama 7 jam Ekstrak disaring
Dipekatkan dengan Evaporator
Dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC selama 24 jam
Pengecilan ukuran/penepungan
Gelatin
1.
2.
3.
4.
Pengujian:
Rendemen
pH
Kekuatan Gel
Viskositas
7.3.3
Casein
gelatin.
2. Menyiapkan variasi larutan buffer Na2HPO4 panas pH7 dengan
perbandingan masing-masing:
Konsentrasi
larutan Na2HPO4
10 ml
20 ml
30 ml
Suhu
pemanasan
70 0C
70 0C
70 0C
pada
Lama
waktu
pemanasan
15 menit
25 menit
35 menit
15 menit
25 menit
35 menit
15 menit
25 menit
35 menit
Suhu
Pemanasa
n
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
70 0C
Rendeme
n
pH Viskositas
Bulan ke1 2 3
Turbidity
Kekuatan
Gel
b. Pengumpulan Data
3. Penyelesaian
a. Pengolahan Data
b. Penyusunan Laporan
c. Pengadaan Laporan
d. Pembuatan Artikel Ilmiah
e. Seminar Penelitian
IX.
RANCANGAN BIAYA
Jumlah
Bahan
Nama Barang
5
Tulang Ikan Gabus
3
Susu Skim Indomilk
1/2
Na2HPO4
2
Asam sulfat pekat
1
Aquadest
Pembuatan Proposal dan Laporan
3 rim
Kertas A4 80 gr
3 buah
BoPoint
4 buah
Tinta Print
4 buah
Pengadaan Laporan
Publikasi
6
4
Total
CD R-W
Jilid Laporan Akhir
Harga (Rp)
Total
Rp.
Rp. 10.000
Rp. 33.500/box
Rp.30.000/kg
Rp.13.000/liter
Rp.65.000/derigen
Rp.
Rp. 50.000
Rp. 100.500
Rp. 15.000
Rp. 26.000
Rp. 65.000
Rp. 38.000
Rp. 5000
Rp. 45.000
Rp. 40.000
Rp.152.000
Rp.15.000
Rp.180.000
Rp.160.000
Rp.10.000
Rp.40.000
Rp. 60.000
Rp. 160.000
Rp. 983.500
DAFTAR PUSTAKA
Amiruldin M., 2007. Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin dari Kulit
Ikan Tuna (Thunnus albacares). Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
AOAC, 1995. Official methods of Analysis of The Association of
Analytical Chemist. Inc.Washington, DC.