Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nanas merupakan tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus.
Nanas secara luas tumbuh di daerah tropis dan bernilai ekonomis. Setiap musim
panen tiba, banyak buah nanas yang rusak sebelum sampai ke tangan konsumen.
Terjadinya kerusakan ini jelas akan merugikan petani. Untuk itu perlu
dikembangkan proses pengolahan buah nanas yang dapat menghasilkan suatu
produk yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Salah satu proses
pengolahannya yaitu dengan dibuat menjadi asam asetat
Asam asetat atau lebih dikenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam
yang tajam dan larut didalam air, alkohol, gliserol, eter. Asam cuka ini sering kita
jumpai diaplikasikan pada industri dan pangan. Kebutuhan asam cuka yang tinggi,
menyebabkan produksinya yang cukup tinggi juga. Oleh karena banyaknya
permintaan pasar, negara kita bahkan mengimpor asam cuka. Sebenarnya asam
cuka sendiri dapat kita produksi dengan mudah.
Proses produksi asam asetat dapat dilakukan secara kimiawi dan biologis.
Proses kimiawi produksi asam asetat yang banyak dilakukan adalah oksidasi
butana. Sedangkan untuk kebutuhan pangan, produksi asam asetat harus dilakukan
melalui proses biologis, salah satunya adalah fermentasi dari bahan baku alkohol.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan bakteri dari genus Acetobacter dalam
kondisi aerob. Pada praktikum ini, kami menggunakan produksi asam asetat secara
biologis karena kami membuat asam asetat ini menggunakan metode fermentasi
menggunakan Acetobacter aceti sebagai starter.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Membuat asam asetat dengan fermentasi dari sari buah nanas.
2. Mengetahui konsentrasi asam asetat yang di hasilkan.
3. Mengetahui peran starter Acetobacter aceti.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pembuatan asam asetat.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 1
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanas
Tananaman buah nanas (Ananas comosus) merupakan tanaman yang termasuk
golongan tanaman tahunan. Susunan yang terdapat pada buah nanas yaitu akar,
batang, daun, bunga dan buah. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan
akar samping. Akar melekat pada pangkal batang dan termasuk akar serabut,
kedalaman perakaran pada media tanah yang baik antara 30-50 cm. Batang
merupakan tempat melekatnya akar, daun, bunga, tunas dan buah. Batang tanaman
nanas cukup panjang 20-25 cm, tebal dengan diameter 2,0-3,5 cm, beruas-ruas
pendek. Daun nanas memiliki panjang 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm, daun
berduri tajam meskipun ada yang tidak berduri dan tidak memiliki tulang daun.
Jumlah daun tiap batang sangat bervariasi antara 70-80 helai. Nanas memiliki
rangkaian bunga majemuk pada ujung batang. Bunga bersifat hermaprodit,
kedudukan diketiak daun pelindung. Masa pertumbuhan bunga dari bagian dasar
menuju bagian atas membutuhkan sekitar 10-20 hari. Waktu dari menanam sampai
terbentuk bunga antara 6-16 bulan (Suprianto, 2016).
Dalam tata nama atau sistematik (taksonami) tumbuhan, buah nanas(Ananas
comosus) dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Nuraini, 2014):
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Farinosae (Bromeliales)
Famili : Bromeliaceace
Genus : Ananas
Spesies : Ananas Comosus
Buah nanas (Ananas comosus) mengandung air dan serat yang tinggi seperti,
homoselulosa 67 %, selulosa 38-48 %, alpa selulosa 31 %, lignin 17 %, serta
pentosa 26 %. Daun nanas (Ananas comosus ) memiliki kandungan kalsium
oksalat, pectic substances, dan enzim bromelin (Nuraini, 2014). Nanas
memiliki kandungan nutrisi rendah seperti klori, sehingga tidak perlu khawatir
berapa banyak buah nanas yang dikonsumsi. Nanas memiliki Kandungan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 2
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

karbohidrat termasuk didalamnya terdapat gula yang dapat meningkatkan kadar


gula darah. Nanas memiliki kandungan air dan serat yang tinggi, yang dapat
membersihkan permukaan mulut dan dapat bekerja sebagai sistem pencernaan
(Nugraheni, 2016).
Tabel berikut ini merupakan kandungan buah nanas dalam 100 gram
menurut Suprianto (2016) sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Nanas dalam (100 gr)
Kandungan Gizi Banyaknya
Kalori 52 kal
Protein 0,40 gram
Lemak 0,20 gram
Karbohidrat 16 gram
Fosfor 11 miligram
Zat besi 0,30 miligram
Vitamin A 130 S.I
Vitamin B1 0,08 miligram
Vitamin C 24 miligram
Air 85,30 gram
Bagian dapat dimakan (Bdd) 53 %

2.2 Etanol
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroksil (-OH) dengan 2
atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH3CH2OH yang
disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama etil alkohol (etanol),
dan C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia
perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau metil
karbinol dengan rumus kimia C2H5OH (Rama, 2008). Etanol disebut juga etil
alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4°
C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat bercampur dengan air
(Kartika dkk., 1997). Ada 2 jenis etanol menurut Rama (2008), etanol sintetik
sering disebut metanol atau metil alkohol atau alkohol kayu, terbuat dari etilen,
salah satu derivat minyak bumi atau batu bara. Bahan ini diperoleh dari sintesis

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 3
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa


(tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Mengingat
pemanfaatan bioetanol atau etanol beraneka ragam, sehingga grade etanol yang
dimanfaatkan harus berbeda sesuai dengan penggunaannya. Untuk etanol yang
mempunyai grade 90-96,5% dapat digunakan pada industri, sedangkan etanol yang
mempunyai grade 96-99,5% dapat digunakan sebagai campuran untuk miras dan
bahan dasar industri farmasi. Besarnya grade etanol yang dimanfaatkan sebagai
campuran bahan bakar untuk kendaraan sebesar 99,5-100%. Perbedaan besarnya
grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat menjadi gula
(glukosa) larut air (Indyah, 2007).

2.3 Acetobacter Aceti


Acetobacter adalah bakteri yang digunakan untuk membuat cuka. Acetobacter
aceti adalah bakteri yang digunakan dalam fermentasi tahap ke-2 pada proses
pembuatan vinegar, dimana bakteri ini berfungsi untuk merubah alkohol menjadi
asam asetat. Acetobacter adalah sebuah genus bakteri asam asetat yang ditandai
dengan kemampuan untuk mengubah etanol menjadi asam asetat dengan adanya
oksigen. Ketika acetobacter membentuk asam asetat yang cukup dari etanol,
kalsium karbonat di sekitar koloni larut dan membentuk zona bening yang sangat
berbeda. Fermentasi ini biasa dilakukan oleh bakteri asam cuka (acetobacter)
dengan substrat etanol (Waluyo, 1984). Acetobacter aceti memiliki ciri-ciri bentuk
sel bulat memanjang, respirasi aerobik, dapat tumbuh sampai suhu 30°C.
Acetobacter acetii merupakan gram negatif untuk kultur yang masih muda, gram
positif untuk kultur yang sudah tua, obligat aerob, membentuk batang dalam
medium asam, sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal
dan tidak membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi
H2S, tidak mereduksi nitrat dan thermal death point pada suhu 65-70°C. Biasanya
ukuran 0,6-0,8 x 1,0-4,0 μm. Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang
bergerak lambat dengan flagella peritrik,memiliki toleransi terhadap asam yang
tinggi dan aktivitas peptolitik yang rendah
Proses perubahan alkohol menjadi asam asetat di sebut sebagai proses
asetifikasi (Salle, 1961). Konsentrasi gula pada bahan sangat berpengaruh terhadap
kadar hasil fermentasi dari gula tersebut yaitu kadar alkohol dan kadar asam

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 4
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

organik yang terbentuk. Kadar alkohol yang terbentuk selama proses fermentasi
gula jika kadarnya terlalu banyak (lebih dari 14%-15%) justru akan menghambat
pertumbuhan bakteri dan kadar asam yang terbentuk akan mempengaruhi derajat
keasaman dari larutan medium, sedangkan proses fermentasi asam asetat harus
dalam pH yang sesuai (Frazier, 1988). Acetobacter mengoksidasi asam asetat lebih
lanjut menjadi O2 dan H2O. Bakteri asam asetat mempunyai kemampuan
membentuk asam dari alkohol secara oksidasi diekspresikan ke dalam medium.

2.4 Asam Asetat


Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah suatu
senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa asam
yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
asmosferik, titik didihnya 118,1oC. Sifat Kimia Beberapa anggota awal dari deret
asam karboksilat yakni asam asetat berwujud cairan tidak berwarna dengan bau
tajam. Asam asetat yang menyusun sekitar 4-5% cuka, memberi ciri bau dan cita
rasanya. Asam karboksilat tergolong polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen
dengan sesamanya atau dengan molekul 5 lain. Jadi asam karboksilat seperti asam
asetat memiliki titik didih tinggi untuk bobot molekulnya.Asam karboksilat seperti
asam asetat mengurai di dalam air, menghasilkan anion karboksilat dan ion
hidronium. Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik basa
konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Asam asetat adalah pelarut protik
hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat bercampur dengan
mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan
heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini
membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia dan laboratorium (Hart,
2003). Asam asetat mudah menguap di udara terbuka, mudah terbakar, dan dapat
menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika di reaksikan dengan karbonat
akan menghasilkan karbon dioksida. Penetapan kadar asam asetat biasanya
menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 mL natrium hidroksida 1 N setara
dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI,1995). Sifat fisika dari asam asetat adalah
bentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau menyengat, pH asam, memiliki rasa

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 5
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

asam yang sangat tajam,mempunyai titik beku 16,6oC, titik didih 118,1oC dan larut
dalam air, alkohol, dan eter. Asam asetat di buat dengan fermentasi alkohol oleh
bakteri Acetobacter. Pembuatan dengan cara ini bisa digunakan dalam pembuatan
cuka. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dan bobot molekul 60,05
(Depkes RI, 1995)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 6
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan Pembuatan Asam Asetat


3.1.1 Alat
- Botol Kaca : 1 buah
- Gelas Ukur 50 mL : 1 buah
- Beaker Glass 500 mL : 1 buah
- Aerator : 1 buah
- Pipet Tetes : 1 buah
- Autoclave : 1 buah
- Kaca arloji : 1 buah
- Selang dan batu aerasi : 1 buah
3.1.2 Bahan
- Starter Acetobacter aceti : 2 gram
- Sari buah hasil fermentasi : 200 mL

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 7
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

3.2 Skema Percobaan Pembuatan Asam Asetat

Memasukkan 200 mL sari buah hasil fermentasi etanol ke dalam botol kaca yang
sudah steril

Menutup botol kaca dengan kapas dan plastik wrap

Mensterilisasi sari buah di autoclave selama 15 menit

Setelah dingin, Menambahkan 2 gram starter Acetobacter acetii ke dalam sari


buah

Mengaerasi campuran dengan aerator selama 5-7 hari

Setelah proses fermentasi selesai, mengambil 20 mL asam asetat sebnyak 2 kali

Menambahkan cairan pp 2 tetes, lalu titrasikan dengan NaOH

Gambar 3.1 Skema Pembuatan Asam Asetat

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 8
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

3.3 Gambar Alat

Gambar 3.2 Autoclave Gambar 3.3 botol kaca

Gambar 3.4 Pengaduk kaca Gambar 3.5 Beaker glass 1 L

Gambar 3.6 Aerator Gambar 3.7 pH universal

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 9
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Asam Asetat


Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Asam Asetat
No Pengamatan Hasil Pengamatan
1. Warna Hijau lumut
2. Bentuk Cair
3. Ph 6

4.2 Data Hasil Perhitungan


Titrasi menggunakan NaOH 0,5 M dan PP 2 tetes
Volume titrasi pertama : 0,9 mL
Volume titrasi kedua : 0,6 mL
titrasi pertama + titrasi kedua
▪ Rerata Volume titrasi :
2
0,9 +0,6
:
2
: 0,75 mL
Konsentrasi asam asetat :
Va x Ma x a : Vb x Mb x b
20 mL x Ma x 1: 0,75 x 0,5 x 1
0,75 x 0,5 x 1
Ma :
20 x 1
Ma : 0,01875 M
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini membuat asam asetat dari sari buah hasil fermentasi
(etanol). Bahan- bahan yang di butuhkan adalah sari buah hasil fermentasi (etanol)
sebanyak 200 mL dan starter Acetobacter aceti 2 gram. Volume etanol tidak sesuai
dengan modul praktikum yang seharusnya 500 mL. Hal ini dikarenakan tidak
cukupnya kertas saring. Penyaringan ini dilakukan untuk menghindari endapan
yang terdapat pada larutan etanol. Langkah pertama, mensterilisasi botol kaca yang
akan digunakan dengan air panas. Pensterilan botol ditujukan untuk menghindari

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 10
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

adanya mikroorganisme yang dapat menggangu proses fermentasi nantinya.


Langkah selanjutnya, memasukkan larutan sari buah hasil fermentasi nanas yang
sudah disaring kedalam botol kemudian menutupnya dengan kapas dan plastik
wrap. Botol berisi larutan tersebut selanjutnya di masukkan ke dalam autoclave
selama 15 menit dengan suhu 127oC untuk disterilkan sehingga tidak ada
mikroorganisme yang menggangu. Langkah selanjutnya, setelah larutan dingin
menambahkan 1% starter Acetobacter aceti hal inni dikarenakan suhu optimum
produksi asam asetat 30oC (Luwihana, Sri.dkk, 2010) kemudian larutan diaerasi
selama 7 hari. Tujuan dari pengaerasi ini adalah untuk menyuplai oksigen bagi
Acetobacter aceti karena membutuhan O2 dalam pembentukan asam asetat
(Wusnah,dkk, 2018). Setelah fermentasi selama 7 hari, melakukan titrasi untuk
mengetahui kadar asam asetat yang dihasilkan. Proses titrasi dilakukan 2 kali untuk
meningkatkan keakuratanse. Titrasi menggunakan 20 mL asam asetat. Asam asetat
kemudian ditambahkan pp sebanyak 2 tetes. Kemudian dititrasikan dengan NAOH
5 M. Setelah itu melakukan perhitungan dn didapatkan asam asetat dengan pH 6,
kadar 0,01875, berwarna hijau lumut serta memiliki tekstur cair.
Asam asetat yang dihasilkan memiliki kadar yang rendah serta warna yang
tidak sama dengan asam asetat yang dihasilkan oleh kelompok lain. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor pertama yaitu suhu fermentasi. Suhu
berpengaruh pada efisiensi dari starter Acetobacter aceti. Suhu optimum starter
Acetobacter aceti adalah 30oC, sedangkan pada saat fermentasi botol kaca
diletakkan pada meja yang permukaannya keramik. Permukaan meja inilah yang
menjadi salah satu alasan kadar asam asetat yang dihasilkan rendah. Permukaan
keramik akan lebih mudah dingin terlebih pada saat malam hari. Suhu dingin pada
malam hari inilah yang menyebabkan starter Acetobacter aceti tidak dapat
menghasilkan asam asetat dengan optimum. Faktor selanjutnya ialah waktu
fermentasi. Fermentasi sebaiknya dilakukan selama 6 hari. Asam asetat akan
menurun setelah 6 hari. Oleh sebab itu, proses fermentasi sebaiknya dilakukan
samapai pada hari ke-6. Selain itu, mengenai kadar etanol yang digunakan. Kadar
etanol yang baik digunakan untuk pembuatan asam asetat adalah 6%. Oleh karena
etanol yang dipakai kurang dari 2% maka fermentasi tidak berlangsung dengan
maksimal. Kemudian mengenai suplai oksigen. Oleh karena starter Acetobacter

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 11
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

aceti melakukan proses secara aerob, suplai oksigen turut berperan dalam proses
fermentasi. Tidak dilakukannya pegecekan tiap hari memungkinkan aerator tidak
bekerja secara konstan. Hal ini disebabkan karena aerator digunakan secara
bersama. Selain itu, mengenai warna asam asetat yang dihasilkan. Warna yang
dihasilkan adalah warna hijau lumut. Warna ini tidak sama dengan asam asetat
yang dihasilkan oleh kelompok lain. Hal ini dapat di sebabkan oleh tidak sterilnya
tempat penyimpanan. Botol kaca yang tidak ditutup memungkinkan adanya
mikroorganisme yang masuk. Mikroorganisme yang masuk mungkin saja adalah
mikroorganisme yang dapat menyebabkan perubahan warna. Selain itu, karena
botol kaca diletakkan ditempat yang ditempati banyak orang, memungkinkan
terjadi sesuatu yang merubah warna dari asam asetat yang dihasilkan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 12
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pembuatan asam asetat adalah :
1. Asam asetat dapat dibuat dengan bahan fermentasi sari buah.
2. Konsentrasi asam asetat yang di hasilkan adalah 0,01875 M
3. Starter Acetobacter aceti dapata merubah etanol menjadi asam asetat secara
aerob
4. Faktor yang mempengaruhi pembuatan asam asetat adalah kadar etanol,
starter Acetobacter aceti, waktu fermentasi, suhu dan suplai O2 dari aerator.

5.2 Saran
Saran dalam pembuatan asam asetat :
1. Memastikan barang-barang yang akan digunakan semuanya steril untuk
meminimalisir adanya mikroorganisme penggangu.
2. Memastikan aerator berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, penting untuk
melalukan pengecekan setiap harinya.
3. Meletakkan larutan yang sedang difermentasi pada tempat yang tidak ada
jarang di kunjungi orang dan tidak terpapar sinar matahari secara langsung.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir adanya human error yang
mungkin menggangu proses fermentasi serta agar suhu tidak melebihi suhu
ruang.
4. Memperhatikan dengan benar serta teliti dalam melakukan proses titrasi.
Hal ini dikarenakan akan berdampak pada perhitungan kadarnya.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 13
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

APENDIKS
▪Titasi pertama :
Titik awal : 5,4
Titik akhir : 4,5
Volume titrasi pertama : titik awal – titik akhir
: 5,4 – 4,5
: 0,9 mL
▪Titasi kedua :
Titik awal : 4,5
Titik akhir : 3,9
Volume titrasi pertama : titik awal – titik akhir
: 4,5 – 3,9
: 0,6 mL
titrasi pertama + titrasi kedua
▪ Rerata Volume titrasi :
2
0,9 +0,6
:
2
: 0,75 mL
Konsentrasi asam asetat :
Va x Ma x a : Vb x Mb x b
20 mL x Ma x 1: 0,75 x 0,5 x 1
0,75 x 0,5 x 1
Ma :
20 x 1
Ma : 0,01875 M

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 14
Laporan Praktikum Pembuatan Asam Asetat

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI.Jakarta:
Depkes RI. Dalam Ali, F., et al. 2013. “Ekstraksi Zat Warna Dari Kelopak
Bunga Rosella (Study Pengaruh Konsentrasi Asam Asetat Dan Asam
Sitrat)”. Jurnal Teknik Kimia.Vol. 19 (1).

Frazier, W. C. dan D. C. Westhoff. (1988). Food Microbiology 4thedition. Mc


Graw Hill Book Company, New York.

Indyah. (2007). Teknologi Proses Produksi Bio-Ethanol. http://www.google.co.-


id/search?num=20&hl=id&client=firefoxachannel=s&rls=org.mozilla%3Aen
US%3Aofficial&as_qdr=all&q=bioetanol+filetype%3Apdf&btnG=Telusuri&
meta=. Diakses 19 juni 2019

Kartika, B., Guritno, A.D dan Ismoyowati, (1997). Petunjuk Evaluasi Produk
Industry Hasil Pertanian. PAU-Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.

Nugraheni.,(2016). Sehat tanpa obat dengan nanas-seri apotek


dapur.Yogyakarta: Rapha Publishing, penerbit Andi.

Nuraini, D.,(2014). Aneka daun berkhasiat untuk obat.Yogyakarta: Gava Media.

Rama. P. (2008). Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Penerbit
Agro Media. Jakarta.

Salle, A. J., (1961), Fundamental Principle of Bacteriologi 5thEdition, MC Graw


Hill Book Company Inc., New York, 414-418, 719-739

Suprianto, Cahyo.,(2016). Grow your own fruits-panduan praktis menanam 28


tanaman buah populer di perkarangan.Yogyakarta : Lily Publisher, Penerbit
Andi.
Waluyo, S. (1984). Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar. Jakarta:Dewa
Rucci Press.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia


FTI - ITATS 15

Anda mungkin juga menyukai