Anda di halaman 1dari 16

KINETIKA FERMENTASI

Mikroorganisme tumbuh dalam spektrum yang luas dalam lingkungan fisik maupun
kimia. Kinetika fermentasi akan menggambarkan pertumbuhan dan pembentukan produk
oleh mikroorganisme. Kinetika pertumbuhan dan pembentukan produk dalam kultur kontinue
akan dibahas dalam bab kemudian.
1. MIKROBIAL
Pertumbuhan mikrobial biasanya ditentukan oleh waktu yang diperlukan untuk
menggandakan massa sel. Waktu penggandaan massa sel dapat berbeda dengan waktu
penggandaan jumlah karena massa sel dapat meningkat tanpa penambahan jumlah sel.
Pada kondisi demikian pertumbuhan dapat digambarkan seperti berikut:
dX
=X
(5.1)
dt
atau
dN
dt =n N

(5.2)

Di mana

X= Konsentrasi sel g/l


N= Konsentrasi sel jumlah/l
t= waktu (unit)
= laju tumbuh spesifik hr-1 (massa)
n= laju tumbuh spesifik (jumlah)
Persamaan (5.1) menggambarkan peningkatan massa sel dengan waktu dan
persamaan (5.2) menggambarkan penambahan jumlah sel dengan waktu. Sebagian
besar keadaan pertumbuhan diukur dengan peningkatan massa, jadi yang akan
digunakan adalah . Nilai X adalah laju pertumbuhan volumetrik (produktivitas
volumetrik) g/l-jam.
Integral persamaan (5.1) menghasilkan
x

dxx
x

dt
t

(5.3)
Bila laju pertumbuhan spesifik konstan, persamaan (5.3) menghasilkan:
x
= t
ln x
(5.4)

persamaan (5.4) dapaat diselesaikan pada kasus t = dt yaitu waktu yang diperlukan
untuk x =2x, lalu :

td =

ln 2
=

0.693

(5.5)
Dari persamaan (5.4) dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan spesifik dapat diperoleh
dari slop dari plot ln X versus waktu.
1. Pertumbuhan bakteri
Ada empat pola umum pertumbuhan mikroba, yang ditunjukkan oleh bakteria,
khamir dan virus. Bakteria membelah oleh pemisahan seperti diilustrasikan dalam Gambar
5.1. selama siklus pertumbuhan sel menggandakan massanya dan jumlah semua bagiannya.
Sebelum pembelahan, dinding sel dan membran disintesis sel induk lalu membelah menjadi
dua sel baru yang sama dan tumbuh seperti sel asli atau sel induk.
Waktu penggadaan bagi bakteri telah dilaporkan secepat 15-20 menit pada
kondisi pertumbuhan optimal. Tetapi umumnya berlangsung 45-60 menit.
2. Pertumbuhan Khamir
Khamir tergolong dalam fungi dan biasanya membelah dengan penyembulan.
terkecuali khamir yang membelah dengan membagi atau dengan pembentukan hifa.
Penyembulan seperti digambarkan pada Gambar 5.1. termasuk dalam terbentuknya
penyembulan pada sel induk. Pada keadaan pertumbuhan tertentu penyembulan tidak
memisah dari sel induk maka terbentuklah sel-sel percabangan yang memanjang
(pseudomiselia). Pada kondisi optimal khamir dapat membelah dalam waktu 45 menit saja
yang lebih tipikal 90-120 menit.
3. Pertumbuhan Kapang
Tipe lain dari fungi adalah kapang, yang tumbuh secara karakteristik dengan
perpanjangan seperti rantai bercabang seperti digambarkan pada Gambar 5.1. pertumbuhan
berlangsung dari ujung miselium (pertumbuhan apikal) serta pertumbuhan septa antar sel.
Miselium dapat memanjang dan jarang, pendek dan banyak bercabang atau kombinasi antara
keduanya tergantung pada kondisi fisiokimia lingkungannya. Bentuk tikar atau pelet menjadi
penting karena akan mempengaruhi kondisi fisiokimia dan lingkungannya terutama masingmasing selnya. Keadaan demikian digambarkan pada Gambar 5.2. oleh profil konsentrasi
nutrien dan pelet. Karena reaksi metabolik tergantung pada konsentrasi nutrien maka
beberapa sel seringkali mengurangi atau mengubah laju metabolismenya.
Actinomyces dan Streptomyces adalah kelas-kelas yang berhubungan dekat dengan
bakteria yang sangat penting dalam industri. Kedua kelas tersebut tumbuh sebagai organisme

miselial.

Gambar 5.2 profil konsentrasi nutrien dan produk dalam pelet miselial; bila produk
disintesis pada pusat pelet maka profil akan nampak seperti (a); bila selsel dipusat mati atau tidak dapat nutrien, maka profil produk dampak
nampak seperti (b).
4. P ertumbuhan Virus
Secara struktural susunan virus sangat sederhana yaitu terdiri dari material
genetik (salah satu DNA atau RNA) yang biasa diliputi oleh lapisan protein.
Keberadaannya dapat sebagai butiran virus individual tunggal atau bergabung
dengan genom pada sel induk semang. Cara berkembang biak mereka harus
menginfeksi suatu sel, menggunakan protein sel serta asam nukleat untuk
mensintesis bagian-bagian virus baru. Sebagai akibatnya virus dalam sel dapat
memperbanyak 50-300 kali sehingga sel akan memecah dan keluarlah virus-virus
baru. Jadi pertumbuhan eksponensial tetapi eksponennya lebih tinggi dari dua.
11. PERTUMBUHAN MIKROBIAL: DESKRIPSI KIMIAWI
Pertumbuhan dapat dipandang sebagai suatu rentetan reaksi kimia yang
mengarah kepada sintesis massa sel. Formula stoikiometrik umum untuk
pertumbuhan dapat ditulis sebagai berikut:
(CaHbOc) + B (O2) + (NH3) M (C HON) + P (CO2) + Q (H2O)

(5.6)

A,B,D,P dan Q adalah mol zat yang termaksud, CaHbOc adalah sumber energi
karbon secara umum, dan M adalah mol dari unit sel (C,H,O,N). Umpama suatu
khamir digambarkan oleh C6H11NO3 jadi fraksi organik sel mempunyai unit dengan
bobot 145. Bila sel terdiri dari 90 % organik dan 10 % abu, bobot seluruh formula
unit sel adalah 145/0.9 = 161. Selanjutnya dari balans ini ada kemungkinan untuk
menyiapkan hubungan antara hasil sel terhadap substrak karbon dan kebutuhan
oksigen. Mateles (1971) menurunkan persamaan berikut ini yang sangat penting
dalam mengekspresi tujuan ini.
0
g oksigen 3 C+8 H 160
=
+1.0 )
g sel
YMw
-2.67 (C) + 1.7 (N) 8.0 (H)

(5.7)

Dari pernyataan ini, jelas bahwa kebutuhan oksigen berbanding terbalik


terhadap hasil sel, yang berupa hasil pengukuran efisiensi konversi sumber karbon
menjadi massa sel. Hubungan ini ditunjukkan secara grafik pada Gambar 5.3 untuk
pertumbuhan pada berbagai substrak.
111. METODE MENGUKUR PERTUMBUHAN MIKROBIAL
Untuk mengukur pertumbuhan mikrobial dapat digunakan berbagai metode.
Untuk memilih metode diperlukan ukuran-ukuran obyektif dan perkiraan teknis
yang lebih baik atau yang lebih bermanfaat. Metode apapun yang digunakan, tetap
diperlukan terjemahan terhadap hasil-hasilnya secara sangat hati-hati.

Gambar 5.3.

kebutuhan oksigen versus hasil sel untuk mikroorganisme


ditumbuhkan dalam berbagai substrat. Data komposisi sel
adalah O. 0.19;C. 0.53;N. 0.12;H. 0.07 untuk bakteri dan C.
0.47;N 0.075;O. 0.31;H. 0.065 untuk khamir. Dimana C < H
dan O adalah banyaknya atom permolekul substrar dan
C,O,N dan H adalah fraksi dari C,O,N dan H dalam sel. Y
adalah koefisien hasil sel (g sel/g substrat) untuk sumber
karbon dan M adalah bobot molekul dari sumber karbon.

1. Pengukuran Banyaknya Sel


Perhitungan Mikroskopis. Cara menentukan total sel adalah dengan
perhitungan mikroskopik secara langsung. Ini dapat dilakukan dengan bantuan slide PetroffHousser atau suatu hemocytometer. Kedua alat ini adalah slide mikroskopik yang mempunyai
tempat diperdalam serta diketahui ukurannya dimana dapat ditempatkan sejumlah sel. Untuk
membedakan sel hidup dan sel mati digunakan pewarnaan metilen biru atau tripen biru yang
hanya mewarnai sel-sel mati. Perhitungan biasa dilakukan pada 20 grid. Dengan demikian
dapat dihitung sel hidup atau sel hidup.
Perhitungan dengan pupukan cawan putri. Petri tersebut diinkubasi selama 24
jam atau lebih sampai timbul koloni-koloni yang terpisah-pisah yang biasa disebut (CFU) Cel
Forming Unit. Perlu di perhatikan bahwa CFU dapat merupakan sel tunggal. Cara ini sangat
berguna untuk menghitung bakteri dan khamir dan kurang baik kalau digunakan untuk
menghitung kapang. Untuk menghitung khamir perlu diperhatikan bahwa ia dapat pula
membentuk miselia atau pseudomiselia pada kondisi tertentu.
Kultur Slide dalam prosedur ini ditempatkan medium agar yang ditempatkan
dalam gelas kecil dan dipasangkan pada slide mikroskopik. Setelah menanam sel pada kultur
dalam cawan miniatur, seuruh slide diinkubasi. Setelah tumbuh kira-kira dua atau tiga kali
massa mengganda, slide dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dan jumlah
mikrokoloni dibagi oleh jumlah semua koloni plus sel-sel yang tidak membelah akan
menghasilkan sel-sel hidup.
Caulter Counter suatu kultur yang diencerkan ditempatkan dalam reservoir
cairan yang mengandung elektrolit, dan pipa bagian dalam divakumkan untuk menarik

liquida yang volumenya telah ditetapkan melalui lubang kecil. Antara dua elektroda diberi
tegangan listrik.
Nefolometri. Jumlah sel atau banyaknya partikel dapat pula dihitung dengan
nefolometri. Teknik ini menggunakan suatu sumber cahaya yang diarahkan tegak lurus
terhadap tabung foto. Bila cahaya menembus sampel cair maka tabung foto mengukur cahaya
yang disebarkan. Prosedur ini berguna bagi sampel cair yaitu sel-sel yang dicairkan atau
suspensi partikel.

Gambar 5.4. Diagram penghitung Caulter untuk mengukur jumlah serta distribusi
ukuran sel
2. Mengukur Massa Sel: Metode Langsung
Teknik ini umumnya dapat digunakan untuk sel-sel yang di tumbuhkan dalam
medium bebas solid. Tetapi bila terdapat padatan non sel seperti kalsium karbonat, padatan
molases, cairan corn steep, selulosa atau tepung kedelai maka bahan tersebut tidak dapat
disingkirkan oleh pencucian sehingga akan mempengaruhi bobot kering terakhir. Meskipun
terdapat solid atau padatan bukan sel, selama bobot sel jauh lebih besar dari padatan tersebut
maka angka bobot sel kering masing dapat digunakan walaupun kurang teliti.
3. Estimasi Massa Sel: Metode Tak Langsung
Dalam melakukan estimasi massa sel jelas akan dipengaruhi oleh sifat
organisme dan komponen-komponen mediumnya. Dalam banyak keadaan atau kasus seperti
kapang atau organisme bermisel lain yang ditumbuhkan pada media kompleks maka metode
yang telah diterangkan tidak dapat digunakan sehingga perlu dicari metode lain mungkin
secara tidak langsung atau indirect dalam mengukur massa sel dapatlah diartikan dengan
menggunakan dasar pemikiran bahwa stoikiometri keseluruhan pertumbuhan dan
pembentukan produk dapat ditulis dalam bentuk umum.
C- sumber + N sumber + fosfat + O2 massa sel +CO2 + H2O + produk + panas

Dari persamaan tersebut jelas bahwa metode untuk mengukur konsumsi nutrien atau
pembentukan produk mungkin ada hubungannya dengan pertumbuhan mikroorgan atau
mikrobial.
IV. KINETIKA PERTUMBUHAN MIKROBIAL DAN PEMBENTUKAN PRODUK
Kinetika pertumbuhan dan pembentukan produk mempengaruhi kemampuan respons sel
dan disinilah letak perlunya studi kinetika pertumbuhan secara rasional.
1. Kinetika Pertumbuhan Sel
Kurva pertumbuhan mikroorganisme secara curah yang ditumbuhkan pada
medium kimiawi diilustrasikan dalam Gambar 5.7. Umumnya pertumbuhan diukur dengan
estimasi massa sel. Kurva pertumbuhan tersebut ternyata terdiri dari tiga fase yang jelas yaitu
fase lag, fase eksponensial dan fase stasioner. Laju pertumbuhan tidak terpengaruh oleh
konsentrasi tertentu. Selama fase log pun, komposisi makromolekul sel tetap konstan; hal ini
dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 5.7. yang menunjukkan komposisi ukuran dan
pertumbuhan sel selama ketiga fase fermentasi curah.
2. Laju Pertumbuhan vs. Konsentrasi Nutrien
Setiap laju reaksi kimia adalah fungsi konsentrasi zat kimiawi. Zat kimiawi
dalam hal ini merupakan nutrien esensial atau substrat untuk hidup. Bentuk hubungan antara
laju pertumbuhan dan konsentrasi substrat ditemukan oleh Monod (1949) yang sama dengan
kinetika saturasi oleh adsorpsi monokular. Jadi, suatu model (Gambar 5.8). sama dengan
isoterm adsorpsi monomolekular Langmuir yang diaplikasikan pada pertumbuhan. Model
Monod ini berbentuk.
S
= maks Ks+ S
Dimana = laju spesifik, maks = laju pertumbuhan spesifik maksimum, S= konsentrasi
substrat, dan Ks = suatu konstanta yang sama dengan konsentrasi bila = 0.5 maks.

Gambar 5.8. Model Monod untuk pertumbuhan mikrobial


3. Pertumbuhan Selular dan Hasil Produk
Pertumbuhan dan pembentukan produk oleh mikroorganisme adalah
proses biokonversi yaitu nutrien kimia yang diberikan kepada proses fermentasi dikonversi
menjadi massa sel dan metabolitnya. Seperti konversi dinilai secara kuantitatif oleh
koefisien hasil, dinyatakan sebagai massa sel atau produk yang terbentuk per unit massa
nutrien yang dikonsumsi, Yx/s dan Yp/s untuk sel dan produk.
Padanya sel-sel. Jadi dapat diharapkan bahwa pertumbuhan dan pembentukan produk dapat
dipadu dengan penggunaan nutrien serta tergantung pada kendali pengaturan metabolik,
pembentukan produk dapat dipadu pada pertumbuhan dan / konsentrasi massa sel.
V. PRODUKTIVITAS DALAM PROSES FERMENTASI BATCH
Produktivitas volumetrik dinyatakan sebagai gram produk perliter per jam dan merupakan
cara mengukur performans atau kehandalan menyeluruh suatu proses. Suatu pemecahan
tipikal siklus fermentasi total ditunjukkan dalam Gambar 5.11. Produktivitas menyeluruhnya
diwakili oleh sudut garis asal sampai titik terakhir fermentasi. Produktivitas maksimum
diberikan oleh garis yang sama melalui asalnya tanges kurva pertumbuhan, ini terjadi pada
konsentrasi sel atau produk yang kurang maksimum.

Gambar 5.11. Produktivitas pada kultur Batch; tT = kultur berbalik tD = kultur


ditangguhkan

dan tL = kultur masa Log

VI. EVOLUSI PANAS SELAMA FERMENTASI


Evolusi panas selama fermentasi berhubungan erat dengan penggunaan sumber karbon
energi. Bila sumber karbon sedang dipadukan secara aktif kedalam massa sel melalui
pertumbuhan, secara tipikal 40-50 % entalpi yang ada tersimpan dalam biomassa, selebihnya
dikeluarkan sebagai panas.
Keadaan ini tampak pada gambar 5.12. yang merupakan plot dari evolusi panas total total
selama fermentasi.

Gambar 5.12. Evolusi panas selama fermentasi streptomyces niveus. Daerah yang
diarsir mewakili panas yang dievolusi untuk pemeliharaan sel. (Wang,
1979)

VII. PERTUMBUHAN MIKROORGANISME DALAM KEBERADAAN SUMBER


KARBON GANDA DAN MEDIA KOMPLEKS
Laju pertumbuhan sel dalam hal ini sangat tergantung pada sifat sumber karbon
seperti terlihat dalam Tabel 5.3 untuk E. Coli. Pada pertumbuhan batch keberadaan sumber
karbon dan energi lebih dari satu biasanya hanua satu substrat karbon akan digunakan saat itu

.
Gambar 5.13. Korelasi evolusi panas dengan konsumsi oksigen untuk berbagai
fermentasi mikrobial. (Wang, 1979).

VIII.

PERTUMBUHAN

MIKROBIAL

DAN

HUBUNGANNYA

DENGAN

LINGKUNGAN
Keberhasilan pengembangan proses fermentasi pertama-tama tergantung pada
perolehan strain yang baik melalui seleksi dan mutasi, kedua mengusahakan penciptaan efek
parameter lingkungan terhadap pertumbuhan sel dan pembentukan produk.
1. Pengaruh Temperatur
Pertumbuhan dan pembentukan produk mikrobial adalah hasil rantai reaksi kimia
yang kompleks. Seperti juga pada semua reaksi kimia, reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi
oleh temperatur. Pertumbuhan dapat digambarkan oleh persamaan:
dX
dt

= X - X atau

1
X

dX
dt

=-

Dimana = laju kematian spesifik. Jadi laju pertumbuhan spesifik yang


terobservasi (1/X), dX/dt adalah keseimbangan pertumbuhan kematian. Biasanya
mikroorganisme dapat ditumbuhkan bila > dan dapat diabaikan.
2. Berbagai Pengaruh pH
Pengukuran pH merupakan parameter yang mempengaruhi pertumbuhan dan
pembentukan produk. Sebagian besar organisme dapat berfungsi dengan baik dalam selang
pH antara 3-4 unit pH. Ukuran pH untuk laju pertumbuhan maksimum seringkali dalam
selang 1-12 unit. Karena sangat pentingnya pH maka sebagian besar proses fermentasi
dikendalikan dengAan cara buffer atau sistem pengendali pH.
3. Pengaruh Konsentr asi Tinggi Nutrien
Pengaruh konsentrasi nutrien yang tinggi pada pertumbuhan sel diuraikan dalam
seksi 111.2 dan pertumbuhan menunjukkan kinetika tipe penjenuhan bila konsentrasi nutrien
meningkat.
4. Pengaruh Nutrien yang Tidak Larut Dalam Air
Bila mikroorganisme ditumbuhkan pada nutrien yang tidak larut dalam air tetapi
esensial bagianya maka pertumbuhannya akan dibatasi oleh laju kelarutan nutrien tersebut.
Keadaan ini biasa terjadi, umpamanya, bila sel-sel ditumbuhkan secara aerobik dalam botong
goncang yang tidak di goncang atau pada keadaan dengan konsentrasi sel cukup tinggi dalam
dalam botong atau fermentor.

IX. FORMULASI MEDIUM


rancang bangun medium nutrien untuk pertumbuhan dan pembentukkan produk
merupakan langkah penentu dalam menjamin keberhasilan eksperimen atau pelaksanaan
produksi. Konsituen kimiawi medium harus memenuhi semua kebutuhan elemen massa sel
dan produk, dan harus dapat memasok energi secukupnya untuk sintesis dan pemeliharaan.
1. Komposisi Sel
Komposisi elemental yang tipikal bagi sel mikrobial ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Setiap medium untuk pertumbuhan mikrobial harus mengandung elemen ini, minimum dan
pada proporsi yang benar. Kecuali untuk karbon, oksigen, dan hidrogen, formulasi medium
nutrien didasarkan pada data Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Komposisi elemental tipikal untuk mikroorganisme

Elemen
Karbon

Bobot kering sel persen


50

Nitrogen

7-12

Fosforus

1-3

Sulfur

0.5-1.0

Magnesium

0.5

Sumber: Wang, 1979

2. Kebutuhan Biokimia Spesifik


Banyak mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik pada media garam
mineral sederhana tetapi banyak pula yang memerlukan satu atau lebih zat-zat biokimiawi
spesifik. Ini disebabkan karena beberapa mikroorganisme tidak mampu mensintesis semua
komponen- komponen biokimiawinya sendiri.
3. Kebutuhan Energi
Mikroorganisme dapat mengkonversi zat kimia dasar menjadi molekul kompleks tanpa
menentang hukum ke dua termodinamika dalam prosesnya.

X. KINETIKA ENZIM DAN IMOBILISASI


Enzim adalah protein yang mempunyai fungsi katalitik dengan bobot molekul dari 1500
sampai lebih dari satu juta. Sedikit saja enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolitik, terdiri
dari cabang polipeptida tunggal terlipat dan disebut enzim monomerik. Karakteristik penting
suatu enzim adalah spesivitas substrat, sebagian besar enzim akan bereaksi terhadap suatu
bahan atau kelompok bahan tertentu.
1. Kinetika Enzim
Persamaan laju reaksi, laju reaksi adalah setengah dari kecepatan maksimum. Jadi
Vmaks dan Km dapat ditentukan dari Gambar 5.21

Gambar 5.21. Gambaran grafik persamaan Michaelis-Menten (Wang dkk,1979)


Inhibisi Reaksi Enzim

Inhibisi reaksi enzim dapat ireversibel atau reversibel. Suatu inhibitor ireversibel
membentuk kompleks stabil dengan enzim dan tidak dapat dilepaskan untuk
memperoleh kembali enzim aktifnya. Contoh-contoh inhibitor ireversibel adalah

logam berat, seperti timah hitam atau air raksa.


Efek pH dan temperatur
Karena protein mempunyai gugusan yang dapat terionisasi, perubahan pH akan
memberi efek kepada bagian katalitik dan konformasi enzim. Secara umum enzim
hanya aktif pada selang pH yang terbatas, dan sebagian dari keadaan itu bahkan
ditemukan suatu pH optimum tertentu.
2. Teknik Amobilisasi
Suatu enzim teramobil adalah gerakannya dalam ruang dibatasi secara sempurna
atau hanya dalam daerah yang sangat terbatas.
Metode untuk amobilisasitelah dibagi menjadi empat golongan utama (Gambar
5.25).

Gambar 5.25. Berbagi tipe enzim teramobil. Sumber. Wang dkk, (1979)
Enzim Terperangkap Matriks
Enzim dapat terperangkap didalam gel matriks berikatan silang dengan membentuk
gelm dalam larutan encer yang mengandung satu atau lebih macam enzim.
Enzim Teradsorpsi

Enzim dapat teradsorpsi pada bahan-bahan tertentu dengan muatan atau netral pada
permukaannya tetapi banyaknya terjadi denaturasi menimbulkan masalah yang cukup
serius.
3. Beberapa Pengaruh Amobilisasi
Retensi Aktivitas
Bila suatu enzim diamobilisasi oleh suatu cara jeratan, sebagian akan mengalami
denaturasi atau inaktivasi oleh reaktan atau produk yang terlibat dalam pembentukan
matriks penjerat.

Efek Difusional
Bila suatu enzim telah diamobilisasi, substrat seharusnya terdifusi dari larutan

pokoknya melewati film cairan stasioner diatas permukaan peyangga dan bila penyangga
bersifat porus, maka lalu masuk kedalam pori-pori.
Distribusi Seragam dari Enzim Dalam Peyangga Bulat
Bila diperhatikan suatu enzim (teramobil) yang terdistribusi secara seragam dalam
penyangga bola, dapatlah diasumsi kualifikasi berikut:
1. Kinetika reaksi digambarkan oleh persamaan Michaelis-Menten
2. Reaksinya isotermal dan gradien tekanan intrapartikel dapat diabaikan
3. Tak ada partisi atau pemisahan substrat antara eksterior dan interior peyangga
4. Difusi substrat diantara struktur porus mengikuti hukum Fick.
d S
Fluks = De dr
Dimana De adalah difusivitas efektif diantara peyangga dan r adalah jarak dari pusat
penyangga.

Efek Sterik
Dalam banyak keadaan, aktivitas enzim yang diamobilkan menurun cukup besar

terhadap substrak dengan bobot molekul tinggi dibandingkan terhadap substrat yang
berbobot molekul rendah.

Gambar 5.30. Pengaruh radius pada faktor keefektifan partikel enzim teramobil
porus dan bundar dengan berbagai kandungan enzim (mg.cm.-3 nilai-nilai ditepi
kurva). Aktivitas spesifik enzim adalah 100 moles menit -1 mg-1 : Ss Km = 10; Dc
=4x10-4 cm2 menit-1 (Dari Regan, Lilly, dan Dunnill, 1974).
Efek Lingkungan Mikro
Bila suatu enzim diamobilisasi maka enzim tersebut akan berada dalam suatu
lingkungan berbeda, khususnya bila penyangganya adalah matriks atau penyangga
bermuatan. Goldstein dan kawan-kawan (1964) menunjukkan bahwa tripsin yang
diikat kovalen pada poli anionik kopolimer suatu anhidrida maleat dan ethilene,
menunjukkan profil aktivitasnya pH bagi substrat ester akan bergerak lebih alkalin

pada kekuatan ionik rendah.


Efek lain amobilisasi
Pada bagian terdahulu telah ditemukan bahwa efek elektrostatik pada K m dan pH
optimum tergantung pada kekuatan ionik, dan ini diasumsikan bahwa sifat katalitik
intrinsik e tnzim yang diamobilisasi tidak tergantung pada sifat muatan lingkungan

mikro.
Efek Stabilitas
Banyak tulisan yang menunjukkan bahwa enzim yang diamobilisasi mengalami
perubahan dalam stabilitas termalnya. Meskipun sebagian besar menunjukkan adanya
peningkatan dalam stabilitas termal, cukup banyak contoh yang menunjukkan
penurunan stabilitas tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa amobilisasi tidak
selalu menghasilkan stabilitas yang meningkat.

Anda mungkin juga menyukai