Anda di halaman 1dari 24

PENGUKURAN PARAMETER AIR LIMBAH

I. TUJUAN
- Menguji karakteristik air ( kekeruhan, pH,ORP, Ion, Konduktivitas, TDS,
Salinitas, Resistivity, DO, dan temperatur) pada sampel air limbah.

II. ALAT DAN BAHAN


2.1 Alat yang digunakan :
 Turbiditimeter 1 set
 Waterproof portable meter 1 set
 Gelas kimia 1000 ml, 400 ml, 250 ml 1/3/1 buah
 Pipet ukur 25 ml 1 buah
 Bola karet 1 buah
 Kertas pH indikator 4 buah

2.2 Bahan Yang Digunakan :


 Air selokan
 Air limbah bak teknik mesin
 Air cucian
 Air limbah artifisial
 Akuades
 NaCl

III. DASAR TEORI


Limbah domestik atau limbah rumah tangga terdiri dari pembuangan air
kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur. Kotoran-kotoran itu merupakan
campuran dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk
partikel-partikel besar dan kecil, benda padat, sisa-sisa bahan-bahan larrutan
dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid (Martopo,
1987). Menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2003 yang
dimaksud dengan limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama. Parameter air limbah rumah tangga terdiri dari suhu, kekeruhan dan
padatan tersuspesi. Sedangkan untuk parameter kimia air limbah domestik terdiri
dari nilai pH, DHL( daya hantar listrik). BOD(Biological Oxygen Demand) dan
COD ( Chemical Oxygen Demand).

A. DO, BOD dan COD


Do adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis
dan absorbsi atau udara. Oksigen terlarut disuatu perairan sangat berperan dalam
proses penyerapan makanan oleh makhluk dalam air. Oksigen terlarut atau juga
sering disebut dengan kebutuhan oksigen merupakan ssalah satu parameter
penting dalam analisis kualitas air ( Fioca, 2009). Dengan melihat kandungan
oksigen yang terlarut di dalam air dapat ditentukan seberapa jauh tingkat
pencemaran air lingkungan telah terjadi. Dapat diketahui dengan menggunakan uji
BOD dan COD.
BOD atau kebutuhan oksigen biologi, untuk memecah (mendegradasi)
bahan buangan di dalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini buangan
organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme di dalam air limbah , proses ini
adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen
yang vukup. Sedangkan COD atau oksigen kimia untuk reaksi oksidasi terhadap
bahan buangan di dalam air, dalam hal ini buangan akan dioksidasi oleh bahan
kimia yang di gunakan sebagai sumber oksigen oxiding agent.

Perbedaan BOD, COD dan DO


COD, singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen kimia
untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan di dalam air.
BOD singkatan dari Biological Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen biologis
untuk memecah bahan buangan di dalam air oleh mikroorganisme. Melalui kedua
cara tersebut dapat ditentukan tingkat pencemaran air lingkungan. Perbedaan dari
kedua cara uji oksigen yang terlarut di dalam air tersebut secara garis besar adalah
sebagaiberikutini. Chemical oxygen demand adalah kapasitas air untuk
menggunakan oksigen selama peruraian senyawa organik terlarut dan
mengoksidasi senyawa anorganik seperti amonia dan nitrit. Biological
(biochemical) oxygen demand adalah kuantitas oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme aerob dalam menguraikan senyawa organik terlarut. Jika BOD
tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang terlarut
tersebut digunakan oleh bakteri, akibatnya ikan dan organisme air kekurangan
DO. Hubungan keduanya adalah sama-sama untuk menentukan kualitas air, tapi
BOD lebih cenderung ke arah cemaran organik.
DO atau dissolve oxygen ialah kadar oksigen yang terlarut dalam air. semakin
tinggi DO maka air tersebut akan semakin baik. pada suhu 20C. tingkat DO
maksimal ialah 9ppm. ppm ialah satuan untuk menunjukkan kadar atau satuan.
ppm ialah singkatan dari part per million atau sama dengan mg/L.
BOD atau biological oxygen demand ialah tingkat permintaan oksigen oleh
makhluk hidup dalam air tersebut. jadi semakin tinggi nilainya maka semakin
banyak mikrobanya dan membuat nilai DO turun. Semakin tinggi nilai BOD maka
akan semakin rendah kualitas air.
COD atau chemical oxygen demand mirip seperti BOD. Bedanya disini ialah
tingkat kebutuhan senyawa kimia terhadap oksigen. Bisa jadi dipakai untuk
mengurai dan sebagainya. Nilai COD juga berbanding terbalik dengan DO.

B. Turbidity Meter

1. Pengertian dan penggunaan Turbidity Meter .

Turbidity Meter adalah salah satu alat umum yang biasa


digunakan untuk keperluan analisa kekeruhan air atau larutan. Turbidity
meter merupakan alat pengujian kekeruan dengan sifat optik akibat
dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Intensitas cahaya yang
dipantulkan oleh suatu suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika
kondisi-kondisi lainnya konstan. Alat ini banyak digunakan dalam
pengolahan air bersih untuk memastikan bahwa air yang akan digunakan
memiliki kualitas yang baik dilihat dari tingkat kekeruhanya.
1.1. Kekeruhan

Kekeruhan pada suatu cairan biasanya disebabkan oleh


beberapa hal diantaranya yaitu partikel-partikel mikroskopis seperti
mikro organisme yang ada pada cairan tersebut, zat padat terlarut
dan lainya.

1.2. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?

Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan,


keberadaan partikel pada suatu cairan yang diukur dalam satuan
Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui
bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel, bukan warna.
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat
dipastikan memiliki tingkat ataukadar kekeruhan yang tinggi,
sementara air yang jernih atau tembus pandang pasti memiliki
kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat
disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air seperti lumpur,
tanah liat, mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan
keterangan diatas, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung
dari partikel-partikel akan tetapi merupakan suatu ukuran
bagaimana sebuah partikel menghamburkan cahaya dalam suatu
cairan.

1.3. Apa Pentingnya Menganalisa Tingkat Kekeruhan Dengan


Turbidity Meter?

Pengukuran atau analisa kekeruhan dan kejernihan


pada air sangat penting dalam proses industri, seperti pada produksi
air minum atau minuman, pengolahan makanan, dan instalasi
pengolahan air minum. Serta dalam pengolahan sumber air bersih.
Dalam proses pengolahan dan produksi air minum, nilai kekeruhan
dapat dijadikan sebagai indikator keberadaan bakteri patogen, atau
partikel yang dapat melindungi organisme berbahaya dari proses
desinfeksi. Oleh sebab itu, pengukuran tingkat kekeruhan sangat
berguna untuk instalasi pengolahan air untuk memastikan
kebersihan nya. Pada proses industri, kekeruhan dapat menjadi
bagian dari Quality Control untuk memastikan efisiensi dalam
pengolahan atau proses industri terkait.

1.4. Bagaimana cara melakukan teknik analisa kekeruhan dengan


menggunakan Turbidity Meter?

Turbidity Meter adalah salah satu alat umum yang


digunakan untuk analisa kekeruhan. Berikut adalah informasi
tentang teknik analisa yang harus diketahui.

2. Kekeruhan

Kekeruhan dari suatu cairan disebabkan oleh partikel


mikroskopis. Pada pengukuran suatu parameter, konsentrasiakan
sebandingdengan intensitas warna dengan bantuan penambahan pereaksi.

2.1. Tentang Pengukuran Kekeruhan


a. Apa yang dimaksud dengan Kekeruhan?

Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan,


keberadaan partikel dalam cairan yang diukur dalam
Nephelometric Turbidity Units(NTU). Penting untuk
diketahui bahwa kekeruhan adalah ukuran kejernihan
sampel, bukan warna. Air dengan penampilan keruh atau
tidak tembus pandang akan memiliki kekeruhan tinggi,
sementara air yang jernih atau tembus pandang akan
memiliki kekeruhan rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi
disebabkan oleh partikel seperti lumpur, tanah liat,
mikroorganisme, dan material organik. Berdasarkan
definisi, kekeruhan bukan merupakan ukuran langsung
dari partikel-partikel melainkan suatu ukuran bagaimana
partikel menghamburkan cahaya.

b. Mengapa Analisa Kekeruhan Penting?

Penetapan kekeruhan dan kejernihan air penting dalam


pelaksanaan produksi seperti produksi minuman,
pengolahan makanan, dan instalasi pengolahan air minum.
Dalam aplikasi untuk air minum, nilai kekeruhan dapat
memberikan indikasi keberadaan bakteri, patogen, atau
partikel yang dapat melindungi organisme berbahaya dari
proses desinfeksi. Oleh karena itu, pengukuran kekeruhan
sangat berguna untuk instalasi pengolahan air untuk
memastikan kebersihan nya. Dalam proses industri,
kekeruhan dapat menjadi bagian dari kontrol kualitas
untuk memverifikasi efisiensi dalam pengolahan atau
proses manufaktur.

c. Teknik Pengukuran yang Baik

Kekeruhan adalah pengukuran analisis yang sangat


kompleks yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Beberapa sudah ada dalam desain instrumen seperti sudut
pembacaan , sumber sinar , panjang gelombang dan
sensitivitas warna dari fotosel. Namun, ada faktor-faktor
lain seperti kekuatan sinar, gelembung udara dan vial yang
rusak, yang dapat dicegah melalui perawatan yang tepat
pada peralatan dan aksesoris.

C. Saliniti atau salinitas

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam


air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
Salinitas air berdasarkan persentase garam terlarut
Air tawar Air payau Air saline Brine
0,05 % 0,05—3 % 3—5 % >5 %

Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan


saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan
sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara
definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai
air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari
5%, ia disebut brine. Air laut secara alami merupakan air saline dengan
kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan
beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya.
Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. Istilah
teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas, dengan didasarkan bahwa
halida-halida—terutama klorida—adalah anion yang paling banyak dari
elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa dinyatakan
bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per thousand ,
ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam untuk
setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas dinyatakan
sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel
terhadap "Copenhagen water", air laut buatan yang digunakan sebagai
standar air laut dunia.[2] Pada 1978, oseanografer meredifinisikan salinitas
dalam Practical Salinity Units (psu, Unit Salinitas Praktis): rasio
konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL standar. Rasio tidak
memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu sama dengan
35 gram garam per liter larutan.[5]

Salinitas didefinisikan sebagai jumlah garam dalam gram yang


terkandung dalam satu kilogram air laut dimana iodin dan bromin
digantikan nilainya oleh klorin, semua karbonat diubah menjadi oksida dan
semua bahan organik teroksidasi dengan sempurna (Pickard, 1983).
Salinitas akan mempengaruhi densitas, kelarutan gas, tekanan osmotik dan
ionik air. Semakin tinggi salinitas, maka tekanan osmotik air akan semakin
tinggi pula. Salinitas merupakan parameter kimia yang penting di laut dan
menjadi faktor pembatas karena hampir semua organisme di laut hanya
dapat hidup pada daerah yang perubahan salinitasnya sangat kecil,
walaupun ada organisme laut yang mampu bertolerasi terhadap perubahan
salinitas yang tinggi. Salinitas di perairan samudera berkisar antara 34o/oo
sampai 35 o/oo (Nontji,1987). Di perairan Indonesia yang termasuk iklim
tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara
30-35 o/oo. Air samudera yang memiliki salinitas lebih dari 34 o/oo
ditemukan di Laut Banda dan Laut Arafuru yang diduga berasal dari
Samudera Pasifik (Wyrtki,1961).

Pola distribusi vertikal menurut Ross (1970) dalam Rosmawati


(2004), sebaran menegak salinitas dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan
tercampur dengan ketebalan antara 50-100 m dimana salinitas hampir
homogen , lapisan haloklin yaitu lapisan dengan perubahan sangat besar
dengan bertambahnya kedalaman 600-1000 m dimana lapisan tersebut
dengan tegas memberikan nilai salinitas minimum. Adapun sebaran
horizontal salinitas di lautan diketahui bahwa semakin ke arah lintang
tinggi maka salinitas akan semakin tinggi. Dengan kata lain salinitas lautan
tropis lebih rendah dibanding dengan salinitas di lautan subtropis. Dalam
pola distribusi secara horizontal, daerah yang memiliki salinitas tertinggi
berada pada daerah lintang 30oLU dan 30oLS, kemudian menurun ke arah
lintang tinggi dan daerah khatulistiwa. hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Presipitasi di daerah tropis jauh lebih tinggi, sehingga terjadi
pengenceran oleh air hujan.
2. Semakin bertambahnya lintang, maka suhu akan semakin turun akibat
perbedaan penyinaran sinar matahari. Ketika terjadi pendinginan hingga
membentuk es, maka serta merta es itu akan melepaskan partikel garam
(es akan tetap tawar). Sehingga akumulasi senyawa garam akan banyak
terbentuk di lintang tinggi.
Selain perbedaan lintang, salinitas suatu wilayah perairan bergantung pada
topografi daerah tersebut. Hal tersebut terkait dengan ada tidaknya
limpasan air tawar yang berasal dari sungai menuju muara. Akibatnya
adanya limpasan (run off) maka akan terjadi pengadukan yang berdampak
pada pengenceran

Sebaran salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola


sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi) dan aliran
sungai (run off) yang ada di sekitarnya (Nontji, 1987). Salinitas di perairan
samudera dapat berubah menjadi rendah dari kisaran jika ada masukan air
tawar yang cukup banyak dari sungai–sungai yang besar atau bahkan dapat
mencapai nilai yang lebih tinggi bila tidak ada masukan air tawar dari
daratan dan penguapan di permukaan sangat tinggi (King, 1963).
Perubahan salinitas di perairan bebas ( laut lepas) relatif kecil
dibandingkan perairan pantai yang memiliki masukan massa air tawar dari
sungai (Laevastu and Hayes, 1981 dalam Harjoko, 1995).

D. TDS

1. Fakta yang menggambarkan mengenai TDS secara umum antara


lain :
a. TDS merupakan patokan jumlah zat yang terlarut dalam air
b. Kader TDS yang diperbolehkan adalah 500mg/l
c. Tidak ada manfaat kesehatan dari air berTDS 0
d. Air yang tidak berasa punya TDS sesuai kadar standar PERMENKES
e. Air dengan TDS yang kurang dari 500mg/l bisa digunakan filter air
Nazava

TDS adalah singkatan dari Total Padatan Terlarut, dan


mewakili jumlah kandungan zat yang terlarut dalam air. Satuan
biasanya miligram per liter (mg/l). Zat yang umum yang dapat
ditemukan dalam air termasuk natrium (garam), kalsium,
magnesium, kalium, karbonat, nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat.
Dalam jumlah tertentu zat ini dibutuhkan oleh tubuh manusia.
2. Bagaimana padatan tersebut larut dalam air?

Air tanah mengandung tingkat padatan terlarut yang tinggi, karena


air telah mengalir melalui batuan yang memiliki kandungan
mineral yang tinggi. Zat terlarut juga dapat berasal dari limba
khusus di daerah perkotaan.

3. Apa efek TDS yang tinggi terhadap kesehatan

TDS tidak berpengaruh kesehatan selama air masih tawar (bukan


asin) (sumber: WHO) Bahkan zat mineral dalam air dapat
dimanfaatkan oleh tubuh. Oleh karena itu WHO tidak keluarkan
saran batas maksimal kader TDS dalam air. Amerika Serikat, Uni
Eropa dan Kanada menilai TDS sebagai standar sekunder, atau
yang kurang penting bagi kualitas air minum. TDS dianggap
TDS sebagai faktor estetis (rasa) saja.

4. Apa masalah dengan TDS yang terlalu rendah

Air dengan TDS 0 mempunyai kadar mineral yang mendekati nol.


Sedangkan tubuh kita sangat membutuhkan mineral yang terdapat
dalam air. Air yang tidak mengandung kadar mineral, berarti air
tersebut tidak alami sehingga badan kita akan sulit untuk
menyerap air tersebut. Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), dengan meminum air tanpa mineral (seperti air yang
diolah oleh RO (Reverse Osmosis)) bisa mengakibatkan beberapa
hal ini pada tubuh manusia yang mengkonsumsinya, diantaranya:

 Kekurangan kadar kalium dalam badan, dimana tanpa kalium


saraf tidak berfungsi.
 Kekurangan zat kalsium (Ca), akan menyebabkan gejala sebagai
berikut : banyak keringat, gelisah, sesak napas, menurunnya daya
tahan tubuh, kurang nafsu makan, sembelit, Susah buang air,
insomnia (susah tidur), kram, dan sebagainya.
 Kekurangan kadar Magnesium (Mg), dimana kekurangan
magnesium dapat memicu: kekakuan atau kejang pada salah satu
pembuluh koroner arteri, sehingga mengganggu peredaran darah
dan dapat menyebabkan serangan jantung.
 Sering buang air kecil dan dalam jumlah yang banyak karena
badan kita tidak bisa menyerap air yang tidak mengandung
mineral.
 Kurangnya kemampuan tubuh memproduksi darah.
 Menurut organisasi kesehatan dunia, sebaiknya air memiliki TDS
di-atas 100.

5. Apa efek TDS terhadap rasa air

Dalam sebuah studi oleh World Health Organisation, sebuah


kelompok panel tasters berkesimpulan sebagai berikut mengenai
tingkat lebih baik dari TDS dalam air:
Tingkat TDS (miligram per
Penilaian
liter)
Kurang dari 300 Bagus sekali
300 - 600 Baik Baik
600 - 900 Bisa diminum
900 - 1.200 Kurang enak
900 - 1.200 Tidak dapat diterima

Sumber: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Namun, banyak orang kurang menyukai rasa air dengan TDS yang
sangat rendah. Peningkatan konsentrasi padatan terlarut juga dapat
memiliki efek teknis.

6. Efek lain dari TDS yang tinggi (lebih dari 500 mg/l)

Padatan terlarut dapat menghasilkan air dengan


kesadahan/kekerasan tinggi, yang meninggalkan endapan pada
peralatan rumah tangga, pipa air dan lain-lain. Sabun dan detergen
kurang menghasilkan busa yang banyak apabila TDS terlalu
tinggi. Namun, walaupun TDS sendiri mungkin hanya faktor estetis
(rasa) dan teknis, konsentrasi tinggi TDS adalah indikator bahwa
kontaminan berbahaya, seperti zat sulfat dan bromida arsenik juga
dapat hadir di dalam air. Hal ini terutama berlaku bila air
terkontaminasi dengan limbah dari kegiatan manusia seperti
industri dan perbengkelan. Oleh karena itu WHO menyarankan
untuk menguji air di laboratorium jika TDS lebih dari 1000 mg/l .

7. Standar baku mutu TDS

a. Di Indonesia tingkat maksimum TDS untuk air minum


yaitu 500 mg per liter untuk air minum (PERMENKES 492 19
April 2010 mengenai persyaratan_kualitas_air_minum)
b. Batas kader TDS untuk air Bersih adalah 1000 mg/l
(PERMENKES 201990 persyaratan kualitas air bersih).pdf)
c. WHO tidak keluarkan saran untuk TDS. (pertimabangan dari
WHO)

8. Sejauh mana TDS bisa dikurangi oleh filter air Nazava.

TDS sehingga air yang bisa dipakai dalam filter air Nazava untuk
memenuhi Standar Baku Mutu adalah 500mg/l.

9. Bagaimana menurunkan TDS?

a. Reverse Osmosis

TDS bisa diturunkan dari air dengan menggunakan metode


Reverse Osmosis. Reverse osmosis menghilangkan hampir
semua terlarut zat, termasuk mineral berbahaya, dan juga
mineral sehat seperti kalsium dan magnesium.

b. Menggunakan air hujan


Air hujan memiliki TDS yang rendah. Bisa juga yang dilakukan
adalah mencampur air hujan dengan air sumur.

10. Apakah Itu TDS (Total Dissolved Solids )/Jumlah Padatan


Terlarut ?

a. TDS (Total Dissolved Solids) atau ” Padatan Terlarut ”


mengacu pada setiap mineral, garam, logam, kation atau
anion yang terlarut dalam air. Ini mencakup apa pun yang
ada dalam air selain molekul air murni ( H20 ) dan limbah
padat. ( Limbah padat adalah partikel / zat yang tidak larut
dan tidak menetap dalam air, seperti bulir kayu dll. )
b. Secara umum, total konsentrasi padatan terlarut adalah
jumlah antara ion kation ( bermuatan positif ) dan anion (
bermuatan negatif ) dalam air.
c. Parts per Million ( ppm ) adalah rasio berat – ke berat dari
setiap ion ke air.
d. TDS Meter didasarkan pada konduktivitas listrik ( EC ) dari
air. H20 murni memiliki hampir nol konduktivitas.
Konduktivitas biasanya sekitar 100 kali total kation atau
anion dinyatakan sebagai setara. TDS dihitung dengan
mengkonversi EC dengan faktor 0,5 sampai 1,0 kali EC,
tergantung pada tingkatnya. Biasanya, semakin tinggi
tingkat EC, semakin tinggi faktor konversi untuk
menentukan TDS. CATATAN – Meskipun TDS Meter
didasarkan pada konduktivitas, akan tetapi TDS dan
konduktivitas bukanlah hal yang sama.

11. Darimanakah Dissolved Solids itu Berasal?

a. Beberapa padatan terlarut ( Dissolved Solids) berasal dari


material organik seperti daun, lumpur, plankton, limbah
industri dan kotoran. Sumber-sumber lain berasal dari
limpasan dari daerah perkotaan, garam jalan yang
digunakan di jalan selama musim dingin, dan pupuk dan
pestisida yang digunakan pada rumput dan peternakan.
b. Selain itu Padatan Terlarut (Dissolved Solids) juga berasal
dari bahan anorganik seperti batu dan udara yang mungkin
mengandung kalsium bikarbonat, nitrogen, fosfor besi,
sulfur, dan mineral lainnya. Sebagian besar dari bahan-
bahan ini membentuk garam, yang merupakan senyawa
yang mengandung keduanya yaitu logam dan non logam.
Garam biasanya larut dalam air membentuk ion. Ion adalah
partikel yang memiliki muatan positif atau negatif.
c. Air juga dapat mengambil logam seperti timah atau
tembaga saat mereka melakukan perjalanan melalui pipa
yang digunakan untuk mendistribusikan air kepada
konsumen.
d. Perlu diperhatikan bahwa efektivitas sistem pemurnian air
dalam menghilangkan total padatan terlarut / TDS akan
berkurang dari waktu ke waktu, sehingga sangat dianjurkan
untuk memantau kualitas filter atau membran dan
menggantinya bila diperlukan.

12. Mengapa Anda Harus Mengukur Tingkat TDS dalam Air Anda ?

EPA Secondary Regulations menyarankan tingkat kontaminasi


maksimum ( MCL ) dari 500mg/liter ( 500 part per million ( ppm
) ) untuk TDS. Banyak persediaan air melebihi tingkat ini. Ketika
tingkat TDS melebihi 1000mg / L itu umumnya dianggap tidak
layak untuk dikonsumsi manusia. Tingkat TDS yang tinggi
merupakan indikator potensi masalah yang mengkhawatirkan, dan
peringatan untuk penyelidikan lebih lanjut. Paling sering,
tingginya tingkat TDS disebabkan oleh adanya kalium, klorida
dan natrium. Ion-ion ini memiliki efek jangka pendek sedikit atau
tidak ada, tetapi ion beracun ( yang membawa arsenik, kadmium,
nitrat dan lain-lain ) juga dapat dilarutkan dalam air.

Bahkan sistem pemurnian air yang paling bagus di pasaran juga


memerlukan pemantauan untuk TDS untuk memastikan filter dan
membran masih berfungsi secara efektif dalam menghilangkan
partikel yang tidak diinginkan dan bakteri dari air Anda .

13. Berikut ini adalah Tabel Standar Nilai TDS.

E. Konduktivitas

Konduktivitas merupakan parameter yang populer dalam pengolahan air


minum, terutama bagi instalasi yang memiliki sistem pengolahan high purity
water. Ternyata konduktivitas menjadi salah satu parameter yang cukup penting
dalam pemantauan pengolahan limbah. Perubahan nilai konduktivitas air limbah
disebabkan atara lain karena kandungan ion yang beragam. Ion-ion yang dapat
menyebabkan konduktivitas di dalam air limbah antara lain ion hidrogen (H+),
hidroksida (OH-), dan nutrien seperti fosfat dan nitrat. Hal ini terutama pada
pengolahan limbah secara biologi yang melibatkan proses penyisihan nutrien (N
dan P).

Dalam proses penyisihan P, lumpur aktif akan mengalami dua macam


kondisi yaitu anaerobik dan aerobik yang terjadi secara bergiliran. Pada fase
pertama, lumpur aktif (atau di sini kita sebut sebagai sludge) akan melepaskan
fosfat. Kondisi ini akan meningkatkan konsentrasi fosforus terlarut sementara itu
konsentrasi COD terlarut akan menurun. Sementara itu, di fase aerobik akan
terjadi penggunaan fosfat oleh sludge yang menurunkan konsentrasi fosforus
terlarut. Biasanya konsentrasi P-terlarut ini akan lebih rendah daripada konsentrasi
di awal siklus. Bersamaan dengan pelepasan atau penggunaan fosfat oleh sludge,
terjadi juga pelepasan (dan penggunaan) ion-ion lainnya seperti kalium (K) dan
magnesium (Mg). Perubahan jumlah ion ini dapat diukur dengan
konduktivitimeter. Peningkatan nilai konduktivitas menunjukkan pelepasan
fosforus oleh sludge, begitu pula sebaliknya.

Pada penyisihan P secara biologi, akan terjadi penurunan nilai


konduktivitas sebesar 344 to 278 ?Sm2/g P (Levlin). Sementara itu untuk proses
penyisihan nutrien N, pada kondisi pengolahan dengan alkalinitas yang cukup
tinggi (1 mol alkalinitas per mol ammonia), penyisihan nitrogen melalui proses
nitrifikasi-denitrifikasi akan menurunkan nilai konduktivitas sebesar 842 ?Sm2/g
N (Levlin).

Jadi, walaupun bukan merupakan parameter yang mutlak dalam analisis


air limbah, ternyata pengukuran konduktivitas dapat mempermudah proses kontrol
pengolahan air limbah.

F. pH

pH adalah derajat keasaman suatu zat. pH normal adalah 6 – 8. Tujuan


metode pengujian ini untuk memperoleh derajat keasaman (pH) dalam air dan air
limbah dengan menggunakan alat pH meter. Air sungai dalam kondisi alami yang
belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air
dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan – bahan
organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih aam. Kapur
menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan kondisi air
menjadi lebih alakli (basa). Jadi, perubahan pH air tergantung kepada bahan
pencemarnya.

G. ORP
Oxidation reducion potensial (ORP) adalah sebuah pengukuran (dalam
mV) dari kecenderungan atau kekuatan yang menunjukkan apakah suatu larutan
oksidator atau mengurangi (= deoxidizing).

Setiap angka positif menunjukkan bahwa larutan oksidator; yang lebih tinggi,
atau semakin oksidasi. Teori yang sama berlaku pada sisi negatif, hanya dalam
arah yang berlawanan; yang lebih rendah, semakin deoxidizing. Dan tentu saja,
semua angka negatif menunjukkan kecenderungan mengurangi atau deoxidizing.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


4.1. Pengukuran Kekeruhan dengan Turbidity Meter
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menghidupkan alat Turbidity Meter lalu melepaskan botol kecil
untuk meletakkan bahan yang akan diukur kekeruhannya dengan
cara menuangkan air limbah, air selokan, air bekas cucian, dan air
artifisial kedalam botol kecil secara bergantian.
3. Meletakkan botol kecil yang telah berisi bahan lalu tekan tombol
“ Start/Enter” kemudian akan keluar angka yang menunjukkan
angka kekeruhan.
4. Mencatat data hasil pengukuran.

4.2. Pengukuran Parameter Air Limbah Dengan Waterproof Portable


Meter
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menghidupkan WaterProof Portable Meter dengan menekan f4,
kemudian menyelupkan elektroda/detector alat tersebut kedalam
air sampel.
3. Kemudian menekan f3 untuk pengukuran parameternya.
4. Mencatat data hasil pengukuran.

V. DATA PENGAMATAN
Air Bekas Air Air Bak Di Teknik
No Parameter Air Arfisial
Cucian Selokan Mesin
1 konduktivitas 1,096 µs 194,8 µs 153,3 µs 2,678 µs
2 TDS 989,1 ppm 175,8 ppm 138,3 ppm 2,327 ppm
3 DO 2,73 ppm 2,14 ppm 2,16 ppm 2,16 ppm
4 pH 6 6 6 6
5 Salinitas 1,007 ppm 173,1 ppm 136,2 ppm 2,489 ppm
6 Kekeruhan 201 NTU 606 NTU 9,48 NTU 555 NTU
7 Resistivity 505,1 Ω 2,839 kΩ 3,6 kΩ 214,9 Ω
8 Ion
9 ORP 211,6 mV 272,2 mV 263,4 mV 153,9 mV
10 Temperatur 28°C 28°C 27,4°C 27,9°C
Sedikit Coklat
11 Warna Keruh Bening
Kehijauan Kekuningan
12 Bau Berbau Berbau Berbau Berbau
VI. ANALISA DATA

Pada praktikum kali ini kami menganalisa kualitas air dengan


menggunakan alat waterproof portable meter. Parameter dari kualitas air yang
diuji terhadap sampel ada Konduktivitas, TDS, DO, Ph, Salinitas, Resistivity, Ion,
ORP, Temperatur, dan juga kami menganalisa kekeruhan atau turbidity dari
sampel air tersebut dengan menggunakan alat Turbidity Meter.

Larutan yang dianalisa pada praktikum ini ialah air bekas cucian, air
selokan, air limbah teknik mesin dan air artifisial. Berdasarkan hasil yang didapat,
dimulai dari pengukuran parameter konduktivitas. Dapat kita lihat pada data
bahwa air bekas cucian memiliki konduktivitas paling kecil yaitu 1,096 µs yang
berarti air tersebut sulit untuk menghantarkan listrik dibandingkan dengan tiga
sampel yang lain hal ini dipengaruhi oleh sedikitnya kandungan jumlah elekton-
elektron di dalam air bekas cucian dan juga banyaknya senyawa anorganik di
dalamnya.

Pada parameter TDS (Total Dissolved Solid) dari empat sampel air
tersebut yang paling tinggi adalah pada air bekas cucian yaitu 989,1 ppm. Dan
seperti yang kita ketahui bahwa air yang memiliki nilai TDS berkisar antara 900-
1200 itu termasuk golongan buruk atau berbahaya karena pada kondisi itu berarti
air tersebut mempunyai banyak kandungan, mineral. Air yang baik itu memiliki
kadar TDS 500 mg/l.

Pada pengukuran parameter DO (Demand Oxygen), air selokan memiliki


angka DO yang paling kecil yaitu 2,14 ppm yang berarti bahwa air selokan itu
banyak mengandung sampah organik dibanding yang lainnya. Kadar oksigen yang
terlarut dalam air menurun dikarenakan banyak oksigen yang digunakan untuk
memecah sampah. Rendahnya kadar DO menyebabkan hewan-hewan dan
tumbuhan tidak dapat berkembang dengan baik dan bahkan mati.

Untuk pH, air yang baik untuk organisme hidup itu pH nya 6,5 – 8,5
karena kondisi tersebut adalah kondisi normal atau netral. Jadi, pada sampel
tersebut tidak baik untuk organisme di dalam air dan sangat tidak baik untuk
dikonsumsi.
Pada parameter kekeruhan, air selokan memiliki kekeruhan paling tinggi
yaitu 606 NTU. Kekeruhan dilihat pada konsentrasi ketidaklarutan, keberadaan
partikel pada suatu cairan diukur dengan menggunakan alat Turbidity Meter
dengan satuan Nephelometric Turbidity Units (NTU). Kekeruhan ini dapat
dipengaruhi oleh clay pasir, zat organik dan anorganik yang halus, plankton dan
mikroorganisme lainnya. Standar kekeruhan air ditetapkan antara 5 – 25 NTU
dan bila melebihi batas yang telah ditetapkan akan mengganggu estetika dan
mengurngi efektifitas desinfeksi air. Dan dari data hasil pengamatan, kekeruhan
yang paling kecil dan termasuk ke dalam standar kekeruhan air adalah air limbah
di teknik mesin.

Untuk parameter bau dan warna, keduanya dipengaruhi oleh zat terlarut
dan kekeruhan pada sampel saat temperatur normal.

VII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :

1. Parameter kualitas air terdiri dari Konduktivitas, TDS, pH, ORP,


Kekeruhan, DO, Ion, Salinitas, Resistivity, Temperatur, Warna dan Bau.
2. Tingkat kekeruhan air cucian adalah 201 NTU, air selokan 606 NTU, air
bak teknik mesin 9,84 NTU, dan air artifisial 555 NTU.
3. pH semua sampel adalah 6.
4. Konduktivitas air cucian 1,096 µs, air selokan 194,8 µs, air bak teknik
mesin 153,3 µs, dan air artifisial 2,578 µs.
5. ORP pada air cucian sebesar 211,6 mV, air selokan 272,2 mV, air bak
tenik mesin 263,4 mV, dan air artifisial 153,9 mV.
6. TDS pada air cucian 989,1 ppm, air selokan 175,8 ppm, air bak teknik
mesin 138,3 ppm, dan air artifisial 2,327 ppm.
7. DO pada air cucian 2,13 ppm, air selokan 2,14 ppm, air bak teknik mesin
2,16 ppm, air selokan 2,14 ppm.
8. Salinitas air cucian 1,007 ppm, air selokan 173,1 ppm, air bak teknik
mesin 136,2 ppm, dan air artifisial 2,489 ppm.
9. Resistivity air cucian 505,1 Ω, air selokan 2,839 Ω, air bak tenik mesin 3,6
Ω, dan air artifisial 214,9 Ω.
10. Semua sampel tidak mengandung ion.
11. Temperatur berkisar antara 27,4 - 28°C dengan warna air cucian keruh
berbau sedikit kehijauan, air selokan keruh berbau, air bak teknik mesin
bening berbau, dan air artifisial coklat kekuningan keruh berbau.

VIII. SARAN

Bagi para pembaca yang membaca laporan ini, dalam menggunakan


turbidity meter hendaknya harus memperhatikan kebersihan kaca kuvet agar tidak
mempengaruhi pembacaan pada monitor digital pada turbidity meter. Untuk
mengurangi ketidaktepatan tersebut maka kaca kuvet harus di lap dengan tisu
bersih. Selain itu, pengukuran pH harus dilakukan menggunakan kertas pH
indikator dikarenakan elektroda/sensor pengukur pH pada alat waterproof portable
meter sudah rusak sehingga tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Https://multimeter-digital.com/pengertian-dan-penggunaan-turbidity-
meter.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 19.10 WIB
Https://alatalatlaborstorium.com/Blog/turbidity-meter diakses pada tanggal 5
Maret 2018 pukul 19.20 WIB
Https://id.wikipedia.org/wiki/salinitas diakses pada tanggal 5 Maret 2018
pukul 19.15 WIB
Https://andhikaprima.wordpress.com/2009/12/28/salinitas-salinity/ diakses
pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 19.25 WIB
Https://www.nazava.com/en/fakta-mengenai-tds-dalam-air-murni?0 diakses
pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 19.38 WIB
Https://multimeter-digital.com/apakah-itu-tds-total-dissolved.solid.html
diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 20.00 WIB
http://xionorp.webs.com/apaituphdanorp.htm diakses pada tanggal 5 Maret
2018 pukul 20.05 WIB
http://wahyunisudaiyahoocoid.blogspot.co.id/2013/02/konsep-ph-pada-
pencemaran-air.html diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul 20.08 WIB
http://www.airlimbah.com/2011/11/pengukuran-konduktivitas-pada-
pengolahan-limbah-perlukah/ diakses pada tanggal 5 Maret 2018 pukul
20.15 WIB
GAMBAR ALAT

Waterproof portable meter

Gelas kimia

Kertas pH
Bola karet

Pipet ukur

Turbidity meter

Anda mungkin juga menyukai