Anda di halaman 1dari 21

BAB III

TUGAS KHUSUS

3.1 Judul
Menghitung Efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di Unit
CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang.

3.2 Latar Belakang


Heat Exchanger E-108 A merupakan heat exchanger yang terdapat pada
proses destilasi crude oil di Crude Distiller III unit CD & GP. Heat Exchanger
E-108 A pada unit ini berfungsi untuk memanaskan crude oil dengan media
pemanas long residu yang kemudian akan diteruskan ke stabilizer.
Kinerja dari heat exchanger E-108 A diperlukan untuk kelangsungan
proses perpindahan panas yang baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya
maka kinerja heat exchanger harus selalu dievaluasi. Evaluasi ini dapat
dilakukan terhadap nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc), Overall design
coefficient of heat transfer (Ud), Fouling Factor (Rd) dan Pressure Drop.
Adapun data spesifikasi Heat Exchanger E-108 A adalah :
Nama alat : Heat Exchanger E-108 A
Jenis alat : Shell and tube
Type : AES
No. Tube : 586
Outside diameter tube : 25,4 mm
Panjang tube : 4877 mm
Pitch : 32 mm
Inside diameter shell : 1450 mm

61
62

Number of passes shell : Two


tube : Four
Fluida shell : Long Residu
Tube : Crude Oil

3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di
unit CD & GP PT Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang
2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai
efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di unit CD & GP PT
Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang

3.4 Manfaat
Adapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di unit CD
& GP PT Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang
2. Dapat menganalisa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai efisiensi
Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di unit CD & GP PT Pertamina
(Persero) RU III Plaju Palembang

3.5 Perumusan Masalah


Heat Exchanger E-108 A yang terdapat pada unit Crude Distiller III
merupakan salah satu komponen penting dalam suatu proses karena berfungsi
untuk memanaskan fluida berupa crude oil yang selanjutnya akan dikirim ke
stabilizer untuk diproses sehingga perlu diketahui bagaimana kinerja dari alat
tersebut agar proses produksi berjalan lancar.
63

3.6 Tinjauan Pustaka


3.6.1 Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan
suhu suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses
terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida
yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya
pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida
dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah
(Fauzy, 2011).
Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :
a. Perpindahan Panas Secara Konduksi, merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang
lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara
fisik.
b. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas dari
suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut
secara fisik.
c. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakan perpindahan panas tanpa
melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari
suatu tempat ke tempat lainnya dengan pancaran gelombang elektromagnetik
dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah menjadi panas jika terserap
oleh benda yang lain.
64

Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal :


Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan mekanisme proses konduksi dan konveksi.
Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas.
Karena luas perpindahan panas tidak konstan, sehingga dalam praktek
dipilih luas perpindahan panas berdasarkan luas dinding bagian luar.
Selisih temperatur rata-rata logaritmik (T LMTD).
LMTD merupakan perbedaan temperatur yang dipukul rata-rata setiap
bagian Heat Exchanger (HE). Karena perbedaan temperatur di setiap bagian
Heat Exchanger tidak sama.

3.6.2 Heat Exchanger


Heat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke
fluida lainnya melalui suatu proses yang disebut dengan proses perpindahan
panas (heat transfer) (Fauzy, 2011).
Heat exchanger dikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu :
1. Heat exchanger berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi (Yunita, 2012) :
a. Shell and Tube Exchanger, merupakan Heat exchanger dengan pipa
besar (shell) berisi beberapa tube yang relatif kecil.
b. Double Pipe Exchanger, merupakan Heat exchanger dimana pipa yang
satu berada di dalam pipa yang lebih besar yang merupakan dua pipa
yang konsentris
c. Box Cooler, merupakan Heat exchanger yang memiliki susunan pipa
pipa atau beberapa bundle pipa dimasukkan ke dalam box berisi air
65

2. Heat exchanger berdasarkan jenis alirannya dibedakan menjadi :


a. Counter Current, merupakan jenis Heat exchanger dimana fluida panas
mengalir dengan arah yang berlawan dengan media pendinginnya

Gambar 9. Counter current flow

b. Co Current, merupakan jenis Heat Exchanger dimana fluida panas


mengalir searah dengan media pendinginnya

Gambar 10. Co Current flow


c. Cross Flow, merupakan Heat Exchanger dimana fluida panas mengalir
dengan saling memotong arah dengan media pendinginnya. Heat
exchanger ini merupakan gabungan dari Counter Current dan Co Current
Heat Exchanger.
66

Gambar 11. Aliran Crossflow


(a) Heat exchanger tipe plat, (b) Heat exchanger tipe single tube

d. Aliran kombinasi (gabungan)


Satu fluida masuk dari satu sisi kemudian berbagi arah ke arah sisi
masuk, sedangkan fluida lainnya masuk dan keluar dari sisi yang
berlainan.

Gambar 12. Aliran kombinasi

3. Heat exchanger ditinjau dari fasa yang terjadi dibedakan menjadi :


a. Heat exchanger yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan fasa,
misalnya evaporator, reboiler dan condenser
b. Heat exchanger yang tidak dapat menyebabkan terjadinya perubahan fasa
misalnya cooler dan heater
67

3.6.3 Shell and Tube Exchanger


Heat exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube
(tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk silinder.
Bagian ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube yang disebut
tube sheet dan sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di
sisi shell dan di sisi tube. Pada shell and tube exchanger satu fluida mengalir
di dalam tube sedang fluida yang lain mengalir di ruang antara tube bundle
dan shell (Fauzy, 2011).
Keuntungan shell and tube exchanger :
1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik
untuk operasi bertekanan
3. Prosedur pengopersian lebih mudah
4. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube (Fauzy, 2011) :

Gambar 13. Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube

a) Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube
bundle. Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau
melepaskan panas.
b) Tube
68

Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan tempat
fluida yang akan dipanaskan ataupun didinginkan. Tube tersedia dalam
berbagai bahan logam yang memiliki harga konduktivitas panas besar
sehingga hambatan perpindahan panasnya rendah.
c) Tube sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang
ujung-ujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan
tube.
d) Tube pitch
Tube pitch adalah jarak diantara tube-tube yang berdekatan. Lubang tube
tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang
terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak terdekat
antara dua tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan dengan
susunan bujur sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar berikut:

Gambar 14. Tubes Layout yang umum pada Heat Exchanger

e) Tube side channels and nozzle


Berfungsi untuk mengatur aliran fluida pada sisi tube.
f) Channel cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi heat exchanger yang dapat
dibuka pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat.
g) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channel untuk membagi
aliran fluida tube.
69

h) Baffle
Pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segemental baffle. Baffle
digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih
tinggi akan diperoleh.

3.7 Pemecahan Masalah


3.7.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 29 Juli 2013 sampai dengan
2 agustus 2013 pada jam 09.00 WIB. Pengambilan data dilakukan di control
room serta meninjau langsung ke lokasi alat. Pada saat pengambilan sampel
dicatat kondisi operasi dari Heat Exchanger E-108 A tersebut.

3.7.2 Tahapan Pemecahan Masalah


1. Mencatat flowrate inlet untuk long residu di control room
2. Mencatat flowrate inlet untuk crude oil di control room
3. Mencatat spesific gravity untuk long residu di control room
4. Mencatat spesific gravity untuk crude oil di control room
5. Mencatat temperatur inlet dan outlet untuk long residu di lapangan
6. Mencatat temperatur inlet dan outlet untuk crude oil di lapangan

3.7.3 Metode Perhitungan


Untuk menghitung nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc), Overall design
coefficient of heat transfer (Ud), Fouling Factor (Rd), Pressure Drop, serta
efisiensi pada Heat exchanger E-108 A dilakukan dengan beberapa tahap
penyelesaian yaitu mengambil data-data yang diperlukan seperti yang terdapat
70

pada tahapan pemecahan masalah dan mengerjakan perhitungan dengan


menggunakan metode Kern dengan urutan sebagai berikut :

a. Perhitungan Neraca Panas (Heat Ballance)


Q = W x Cp x (T1 t2) = w x cp x (t2 t1) . . . . . . . . . . . . . .(1)
Dimana :
Q = Kalor jenis (Btu/hr)
W = laju alir fluida panas (lb/hr)
w = laju alir fluida dingin (lb/hr)
Cp = Kapasitas panas fluida panas (Btu/lb 0F)
cp = Kapasitas panas fluida dingin (Btu/lb 0F)
T1 = Temperatur fluida panas masuk (0F)
T2 = Temperatur fluida panas keluar (0F)
t1 = Temperatur fluida dingin masuk (0F)
t2 = Temperatur fluida dingin keluar (0F)

b. Perhitungan Log Mean Temperature Different, LMTD


Untuk alat penukar panas aliran counterflow, beda temperatur rata-rata
dihitung dengan beda temperatur rata-rata logaritmik.
(T1 t2 ) (T2 t1 )
LMTD = (T t )
ln 1 2
.............
(T2 t1 )
.(2)
c. Perhitungan Temperatur Kalorik (Tc dan tc)
Temperatur kalorik ditafsirkan sebagai temperatur rata-rata fluida yang
terlibat dalam pertukaran panas.
Tc = T2 + Fc (T1 T2) . . . . . . . . . . . . . .(3)
tc = T1 + Fc (t2 t1) . . . . . . . . . . . . . .(4)
71

Dari Fig.17 (Kern, 1965) didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan

tc T t
= 2 1 ..............
Tc T1 t 2

(5)

d. Perhitungan Flow Area


Flow area merupakan luas penampang yang tegak lurus arah aliran.
Shell Side
as = ID x C x B / (144 x PT) . . . . . . . . . . . . . .(6)
Dimana :
ID = Inside Diameter (in)
C = Jarak antara tube (in)
B = Jarak Baffle (in)
PT = Tube pitch (in)
Tube side
at = NT x at / (144 x n) . . . . . . . . . . . . . .(7)
Dimana :
NT = Jumlah tube
at = Internal area (Table 10 Kern)
n = Jumlah tube passes

e. Perhitungan Mass Velocity


Kecepatan massa merupakan perbandingan laju alir dengan flow area
Shell side
Gs = W / as . . . . . . . . . . . . . .(8)
Dimana :
Gs = Mass Velocity fluida pada shell side
72

W = Laju alir
Tube side
G t = w / at . . . . . . . . . . . . . .(9)
Dimana :
Gt = Mass Velocity fluida pada tube side
w = Laju alir fluida dingin (lb/hr)

f. Perhitungan Reynold Number


Reynold number menunjukkan tipe aliran fluida di dalam pipa
Shell side

Res = De x Gs/

. . . . . . . . . . . . . .(10)
Dimana :
De = Equivalent diameter (ft) (Fig. 28 Kern)
Gs = Mass Velocity (lb/hr.ft2)
= Viskositas fluida pada suhu tc
Tube side
Ret = D x Gt / . . . . . . . . . . . . . .(11)
Dimana :
D = Inside diameter (ft) (Tabel 10 Kern)
Gt = Mass velocity (lb/hr ft2)
= Viskositas fluida pada suhu tc

g. Perhitungan Heat Transfer Factor (JH)


Shell side
Nilai JH untuk sisi shell dapat diketahui dari Fig. 28 Kern
Tube side
Nilai JH untuk sisi tube dapat diketahui dari Fig.24 Kern
73

h. Menentukan Thermal Function


Pada tiap suhu, yaitu Tc (hot fluid) untuk shell dan tc (cold fluid) untuk
tube diperoleh masing-masing nilai c (fig. 4 Kern), (viskositas) dan k
(konduktivitas termal) (fig.1 Kern)
(c x / k)1/3 . . . . . . . . . . . . .(12)
Dimana : c = panas spesifik (Btu/lb oF)
K = konduktivitas termal (Btu/hr.ft.oF)

i. Menentukan nilai Outside film Coefficient (ho) dan Inside Film


Coefficient (hi)
Shell side
1/ 3
k c
ho = jH s . . . . . . . . . . . . . .(13)
De k

Tube side
1/ 3
k c
hi = jH t . . . . . . . . . . . . . .(14)
D k

hio hi ID
= x
t t OD . . . . . . . . . . . . . .(15)
Dimana :
ho = Outside film coefficient (Btu/hr.ft 0F)
hio = Inside film coefficient (Btu/hr.ft 0F)

j. Menentukan Tube wall Temperature, tw


Temperatur dinding rata-rata tube dapat dihitung dengan temperatur
kalorik, jika diketahui nilai koefisien perpindahan panas fluida shell dan
tube pada kondisi operasi sedang berlangsung.
74

ho / s
tw = tc + x ( Tc tc ) ..............
hio / t + ho / s
(16)
Dimana : tw = temperatur dinding tube (0F)

k. Perhitungan Corrected coeffient ho dan hio pada tw s


Shell side
0 ,14

s =

..............
w
(17)
ho
ho = x s . . . . . . . . . . . . . .(18)
s

Tube side
0 ,14

t =

..............
w
(19)
hio
hio = xt . . . . . . . . . . . . . .(20)
t

l. Perhitungan Clean Overall Coefficient, Uc


Uc merupakan overall heat transfer coefficient jika tidak terjadi
fouling/kerak.
hio x ho
UC = ..............
hio + ho
(21)
Dimana :
UC = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft2 oF)
75

m. Perhitungan Dirty Overall Coefficient, UD


UD merupakan overall heat transfer coefficient jika terjadi fouling/kerak.
A = NT x a x L . . . . . . . . . . . . . .(22)
Dimana :
A = Heat transfer surface (ft2)
NT = Jumlah tube
a = luas area (ft2/lin ft), Tabel 10 Kern
L = Panjang tube
Maka :
Q
UD = A x t
..............

(23)
Dimana : UD = Overall heat transfer coefficient (Btu/hr.ft2 oF)

n. Perhitungan Dirt Factor, Rd


UC U D
Rd = ..............
UC x U D
(24)
Dimana :
Rd = Fouling Factor (hr.ft2.oF/ Btu)

o. Perhitungan Pressure Drop


Shell side
2
f x Gs x Ds x N + 1
Ps = ..............
5,22 x1010 De x s x s
(25)
Dimana :
Ps = Total Pressure drop pada shell (psi)
76

f = Friction factor shell(ft2/in2) (Fig.29,Kern)


Gs = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec.Gravity
N+1 = jumlah lintasan aliran melalui baffle
Tube side
2
f x Gt x L x n
Pt = ..............
5,22 x 1010 D x s x t
(26)
Dimana :
Pt = Pressure drop pada tube (psi)
f = Friction factor tube (ft2/in2) (Fig.26, Kern)
Gt = Mass velocity (lb/hr.ft2)
s = Spec.Gravity
D = Inside diameter (ft)
n = jumlah pass tube
2
Pr = 4 x n x V ..............
s 2g
(27)

Dimana :
Pr = Return Pressure drop pada tube (psi)
V2
= Velocity head (psi)
2g

s = Spec.Gravity
Maka :
PT = Pt + Pr . . . . . . . . . . . . . .(28)

p. Perhitungan Effisiensi
77

Effisiensi () = . . . . . . . . . . . . . .(29)

3.7.4 Hasil Perhitungan


A. Data Kondisi Operasi HE E-108 A
Tabel 24. Kondisi Operasi rata-rata Heat Exchanger E-108 A
Long Residu ( Shell) Crude Oil ( Tube )
Tanggal Flowrate Temp in Temp out Flowrate Temp in Temp out
(T/D) T1 (C) T2 (C) (T/D) t 1 (C) t 2 (C)
29/7/2013 2460 233.1 204.9 3580 140.1 157.3
30/7/2013 3000 224.9 196.7 3600 137.6 154.8
31/7/2013 2230 227.5 199.3 3650 139.9 157.1
01/8/2013 1736 226.4 198.2 3326 137.3 154.5
02/8/2013 1840 230.3 202.1 3391 136.4 153.6
Jumlah 11266 1142.2 1001.2 17547 691.3 777.3
Rata-rata 2253.2 228.44 200.24 3509.4 138.26 155.46
*Data diambil dari tanggal 29 Juli 2013 sampai 2 Agustus 2013

Tabel 25. SpGr

SpGr
Tanggal
Long Residu Crude Oil
29 Juli 2013 0.9223 0.8542
30 Juli 2013 0.9088 0.8580
31 Juli 2013 0.8998 0.8450
01 Agustus 2013 0.9080 0.8495
02 Agustus 2013 0.9086 0.8461
Jumlah 4.5485 4.2528
78

Rata-rata 0.9097 0.85056


*Data diambil dari tanggal 29 Juli 2013 sampai 2 Agustus 2013

B. Data Hasil Perhitungan HE E-108 A


Tabel 26. Data hasil Perhitungan HE E-108 A di unit CD III
Nilai Aktual
Perhitungan Shell Side Tube side
(Long Residu) (Crude oil)
Flow Rate (lb/hr) 206975,2 322367,6
Temp. Inlet (oF) 443,192 280,868
Temp. Outlet (oF) 392,432 311,828
API 24.02 34.86
Total Duty (Btu/hr) 6597806,297 5818632,654
LMTD (oF) 121,1946
Caloric Temperature (oF) 416,7968 295,7288
Overall Clean Coefficient (Btu/hr.ft2. oF) 57,2993246
Overall Coefficient (Btu/hr.ft2. oF) 19,57
Fouling Factor (hr.ft2. oF/Btu) 0,03364496
Pressure Drop (Kg/cm2) 0,2877778 0,195893788
Effisiensi (%) 88,19%
Data Heat Exchanger E-108 A tanggal 29 Juli 2013 s/d 2 Agustus 2013

3.8 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan HE E-108 A dengan menggunakan metode

Kern, maka diperoleh beberapa nilai yang berkaitan dengan kinerja Heat

D D
Exchanger E-108 A seperti Overal Heat Coeficient (U ), Fouling Factor (R ),

Pressure Drop serta Efisiensi yang kemudian akan dibahas pada bab ini.
79

Heat Exchanger E-108 A ini digunakan untuk memanaskan fluida berupa


Crude oil dengan memanfaatkan media panas berupa long residu yang berada di
shell. Untuk hal ini flow Total crude oil inlet HE E-108 A di jaga sekitar 3509,4
Ton/hr sedangkan flow long residu inlet HE E-108 A dijaga sekitar 2253,2 T/hr.

Selanjutnya dari hasil perhitungan, nilai LMTD (Log Mean Temperatur


Different) yang merupakan suhu rata-rata dari fluida yang mengalir di dalam heat
exchanger yaitu sebesar 121,19oF, untuk mendapatkan nilai LMTD ini, harga Ft
( Faktor Koreksi) ditentukan dengan menggunakan grafik LMTD Correction factor
(Kern, 1965) dari grafik ini terlihat harga Ft untuk jenis Heat exchanger tipe 2 shell
pass, 4 tube passes adalah sebesar 0,98.

Berdasarkan perhitungan fouling factor dapat terlihat bahwa nilai Fouling


Factor pada HE E-108 A yaitu sebesar 0,033644 Btu/hr.ft2.F, sedangkan secara
design yaitu sebesar 0,004 Btu/hr.ft2.F. Besarnya nilai Fouling Factor ini
menunjukkan adanya kotoran yang terakumulasi didalam Heat Exchanger. Kotoran
ini berasal dari fluida yang mengalir didalam Heat Exchanger baik itu dari pemanas
long residu maupun umpan crude oil. Pada nilai Overal Heat Coefficient (UD) yang
didapat dari perhitungan ini yaitu sebesar 19,96 nilai ini juga dipengaruhi oleh adanya
Fouling Factor karena semakin banyak kotoran yang menempel pada tube maka nilai
Overal Heat Coefficient ini akan mengalami penurunan. Nilai Overall Heat
Coeficicient menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke
fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.

Harga Pressure Drop yang diperoleh pada shell yaitu sebesar 4,096 Psi
sedangkan pada tube sebesar 2,787 Psi nilai ini masih dibawah nilai standar yang
diperbolehkan yaitu sebesar 10 psi hal ini menunjukkan bahwa heat exchanger
tersebut dinyatakan masih layak dioperasikan karna tidak melebihi standar batas yang
diperbolehkan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan kinerja/efisiensi
80

dari heat exchanger diantaranya adalah Overal Heat Coeficient (UD), Fouling Factor
(RD), dan Pressure Drop.

3.9 Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan perhitungan terhadap kinerja dari Heat Exchanger E-108
A di unit CD III, dapat diperoleh beberapa kesimpulan berupa :
1. Penggunaan Heat Exchanger E-108 A untuk memanaskan crude oil dengan
media pemanas long residu sebelum masuk ke kolom stabilizer sudah cukup
menghemat penggunaan bahan bakar di furnace.

2. Nilai pressure drop yang diperoleh pada shell yaitu sebesar 4,096 Psi
sedangkan pada tube sebesar 2,787 Psi nilai ini masih dibawah nilai standar
yang diperbolehkan yaitu sebesar 10 psi hal ini menunjukkan bahwa heat
exchanger tersebut dinyatakan masih layak dioperasikan karna tidak melebihi
standar batas yang diperbolehkan.
3. Efisiensi heat exchanger E-108 A yang didapat yaitu sebesar 88,19%.

3.10 Saran
Setelah dianalisis dari hasil perhitungan dan permasalahan yang terjadi pada
Heat Exchanger E-108 A, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

a. Pengecekan temperatur masuk dan temperatur keluar untuk long residu dan
crude oil dengan menggunakan sensor infra red (termogan) pada peralatan
heat exchanger E-108 A harus tepat pada titik fluida tersebut mengalir
untuk menghindari kekeliruan dalam menghitung efisiensi dari Heat
Exchanger E-108 A.
81

b. Perlu dilakukan perawatan dan pemeriksaan secara rutin pada Heat


Exchanger E-108 A agar efisiensi pada alat tersebut tidak mengalami
penurunan.

Anda mungkin juga menyukai