TEKNIK SAMPLING
“Teknik Pengambilan Sampel Benthos dan Plankton
Serta Pengukuran Parameter Air secara Insitu”
Disusun Oleh:
Vina Josephine Situmeang 1906016026
Mardasarina 1906016027
Suryanti Ramdhani 1906016028
Noor Fatmi Aida 1906016030
Muhammad Novandy Fadela 1906016035
Velia Syandi 1906016036
Ahmad Nabillah Ramadhan 1906016037
Samsul Riadi 1906016038
Dimas Arifian Pangestu 1906016043
Nurmutmainah 1906016045
Otniel Piter 1906016048
Fadil 1906016049
Herlina Wati Diah Setyaningrum 1906016050
Budi Saripudin 1906016052
Hidayatullah 1906016054
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik Sampling “Teknik Pengambilan
Sampel Benthos dan Plankton Serta Pengukuran Parameter Air Secara Insitu” ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohamad Ma’ruf, S.Pi., M.P. selaku dosen
mata kuliah Teknik Sampling dan Analisis Lab yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak agar Laporan ini dapat menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan.
Penyusun
Kelompok 6
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Pustaka 6
B. Metode Praktikum 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 13
A. Hasil 13
B. Pembahasan 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
1
perairan. Selanjutnya, populasi yang melimpah merupakan indikasi bahwa kondisi
lingkungan yang baik; tetapi inihanya berlaku (baik) bagi jenis itu sendiri,kecuali
populasi yang melimpah terjadi pada sebagian besar jenis penghuni.
Hal ini terjadi karena beberapa jenis benthos (organisme) hanya dapat hidup dan
berkembang biak dengan baik dalam lokasi yang mempunyai kualitas perairan
bagus,tetapi beberapa jenis masih dapat hidup dan berkembang dengan baik
dalam perairan yang mempunyai kondisi buruk. Bila suatu jenis organisme
(benthos) dapat toleran terhadap kondisi buruk, maka jenis tersebut akan
berkembang dengan baik karena sedikitnya kompetitor.
A. Latar Belakang
2
1) Simple Random Sampling, dilakukan dengan memberikan
kesempatan yang sama pada semua elemen untuk dapat
dipilih sebagai sample.
2) Systematic Sampling, dilakukan dengan cara peneliti
memberikan batasan berupa suatu elemen dari setiap
populasi yang akan terpilih sebagai sample, dengan
demikian elemen pertama dari setiap kelipatan akan terpilih
menjadi sample. Penentuan urutan elemen tetap dilakukan
secara random atau acak.
3) Stratified Random Sampling, dengan cara membagi
populasi yang ada menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan klasifikasi dengan mendasarkan diri pada relevansi,
kebutuhan, dan keselarasan dengan tujuan studi.
4) Cluster Sampling, dipilih jika peneliti ingin dalam setiap
kelompok elemen heterogenitasnya tetap terjaga.
5) Area Sampling, dasar untuk mengelompokkannya adalah
factor geografis, seperti misalnya negara, benua, provinsi,
kota, serta kecamatan.
6) Double Sampling, dipergunakan jika peneliti ingin
mendapatkan data lebih detail dari data yang telah
didapatkan sebelumya.
Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberi
peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Berikut ini adalah jenis-
jenis dari Non Probability Sampling yaitu:
1) Convenience Sampling, akan dipilih oleh peneliti jika
peneliti telah mempunyai informasi tentang elemen yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sample penelitian
tersebut.
3
2) Purposive Sampling, metode penetapan sample dengan
cara menentukan target dari elemen populasi yang
diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.
3) Judgement Sampling, dilakukan jika peneliti menentukan
subjek dari sample yang terpilih berdasarkan
penilaian/judgement dari peneliti saja
4) Quota Sampling, dimana dalam penentuan banyaknya
jumlah elemen yang terpilih sebagai sample akan
ditentukan berdasarkan kuota maksimal sebanding dengan
komposisi masing-masing kelompok tersebut.
5) Sampling Aksidental, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.
6) Snowball Sampling, yaitu suatu penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
Dari teknik sampling diatas, tentu bukan merupakan hal yang mudah
untuk dapat segera memutuskan metode apa yang akan dipakai untuk
sebuah survey yang akan dilakukan tersebut, hal ini tentu akan mengacu
kepada jenis sampel dan hasil bagaimana yang akan diharapkan akan
diperoleh pada penelitian tersebut.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Plankton
Plankton merupakan mahluk yang hidupnya mengapung, mengambang,
atau melayang di dalam air dengan kemampuan renang yang sangat terbatas. Kata
plankton berasal dari bahasa yunani yang berarti mengembara. Plankton dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
pada rantai makanan di perairan berperan sebagai produsen primer yang
mempunyai kemempuan mengkonversi energi matahari dan senyawa anorganik
lain menjadi bahan organik yang dibutuhkan oleh biota lain. Sedangkan
zooplankton ditempatkan sebagai konsumen primer dengan memanfaatkan
keberadaan fitoplankton sebagai sumber energinya. Kemudian akan dimakan oleh
hewan – hewan lain yang memiliki tingkatan tropik lebih tinggi. Jenis plankton
berdasarkan ukurannya menjadi beberapa jenis, di antaranya megaplankton (20-
200 cm), makroplankton (2-20 cm), mesoplankton (0,2-20 mm),
mikroplankton (20-200 mikron), nanoplankton (2-20 mikron), pikoplankton (0,2-2
mikron) femtoplankton (<2 mikron). Berdasarkan hidupnya plankton digolongkan
menjadi holoplankton yaitu organisme yang sepanjang hidupnya sebagai plankton,
meroplankton adalah organisme yang hidupnya sebagai plankton hanya pada
waktu tertentu saja dalam siklus hidupnya dan tikoplankton yaitu bukan
merupakan plankton sejati karena dalam dalam keadaan normal organisme ini
hidup di dasar perairan tetapi adanya arus air mereka bergerak layaknya plankton,
(Basmi. 2000).
2. Benthos
6
benua rak dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah
dan macam organisme pada sistem muara laut ialah daerah bentik. Tubuh bentos
banyak mengandung kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai
merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak
rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran
di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu
pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Hewan bentos relatif hidup
menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan dimana
akan diketahui seberapa besar pencemaran yang terjadi diperairan tersebut, karena
selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan
tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan
dari waktu ke waktu. Dimana bentos terus menerus terdesak oleh air yang
kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah
diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis
yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Keberadaan bentos pada
suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotok
maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen,
yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos, (Anzani, Y. M.
2012).
1. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering
disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif
sempit. Biasanya 00C-40C (Sutika, N. 1989)
7
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi
ion hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas
sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/
basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion
hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam.
Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan
keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Fachrul, M.F.
2007).
Organisme air dapat hidudalam suatu perairan yang mmpnyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basalemah. Nilai pH yang
sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan
respirasi.Disamping itu pH yang sangat rendahakan menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam yang bersifat toksi semakin tinggi yang tentunya akan
mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik.
8
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, DO juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan
oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
akhirnya adalah nutrien yang dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
9
B. Metode Praktikum
10
gelembung udara, kemudian memasukkan ke dalam labu erlenmeyer
secara perlahan-lahan
b) Menambahkan 2 - 3 tetes indikator pp
c) Segera menititrasi dengan Na2CO3 0,045 N menggunakan pipet 1 ml
hingga warna merah muda (pink) yang stabil terbentuk.
d) Mencatat jumlah titran (ml) yang terpakai
B x N x 22.000
Kadar CO2 bebas (mg/l) =
V
Keterangan :
B = Banyaknya titran (ml)
N = Normalitas titran (0,045 N)
V = Volume sampel (50 ml)
11
6. Teknik Pengambilan Sampel Plankton pada teknik sampling sebagai
berikut :
a) Menimba air dari kolam, lalu menuangkan ke plankton net kurang lebih 5
liter air sampel
b) Lalu memindahkan sampel ke botol
c) Setelah itu campurkan cairan lugol
12
BAB III
A. Hasil
Gambar3. Ph meter
13
3. Pengukuran Suhu
Dari pengukuran suhu menggunakan Termometer pada titik
sampling di dapatakn hasil 30,7o C. Dengan hasil yang didpatkan suhu
sudah termasuk bagus atau baik untuk kehidupan organisme perairan.
Gambar 4. DO meter
5. Pengukuran Kecerahan
Hasil dari pengukuran kecerahan yang diukur bernilai sebesar 21
cm. Data yang didapatkakan menunjukkan tinggi kecerahan pada titk
lokasi praktikum.
14
Gambar 5. Pengukuran kecerahan
6. Pengukuran CO2
Hasil yang didapatkan pada dari penitrasi adalah 7,92 mg/L dan
berubah warna menjadi pink. Dengan hasil yang diperoleh bahwa
kandungan CO2 diperairan tersebut masih aman bagi organisme air.
B x N x 22.000
Kadar CO2 bebas (mg/l) =
V
Keterangan :
B = Banyaknya titran (ml)
N = Normalitas titran (0,045 N)
V = Volume sampel (50 ml)
0,4 x 0,045 x 22.000
50
= 7,92 (Memenuhi kriteria karena kurang dari 10)
15
Gambar 6. Menitrasi sampel CO2
16
B. Pembahasan
GPS merupakan alat untuk mengambil data spasial yang paling mudah,
cepat, murah, dan akurasinya bisa dipertanggung jawabkan. Saat ini GPS
bukan lagi merupakan alat survei yang mahal atau terlalu rumit untuk
diaplikasikan. Dengan menggunakan GPS genggam saja sudah bisa dilakukan
kegiatan survei dan hasil dari survei dapat digunakan sebagai data dasar
dalam melakukan perencanaan.
GPS bisa menghasilkan data spasial berupa titik, garis dan poligon. Data-
data lokasi seperti lokasi infrastruktur seperti jembatan, gardu listrik, lokasi
pusat pemerintahan mulai dari desa sampai ke pprovinsi, lokasi pusat
pelayanan seperti puskesmas. Pada survei untuk fitur garis dilakukan pada
survei jalan, sungai atau perencanaan untuk saluran udara dan batas wilayah
dengan menggunakan GPS. Sementara data poligon atau area dapat dilakukan
pada survei untuk penggunaan lahan, survei untuk perencanaan wilayah
lindung dan banyak lagi.
Teknologi online saat ini dengan menggunakan google earth atau bing
map yang memungkinkan plot titik GPS langsung. Menampilkan data GPS
dalam google earth akan sangat efektif untuk membuat perencanaan secara
cepat dengan data dasar citra satelit (MUSNANDA, 2012).
17
2. Pengukuran pH
3. Pengukuran Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang
sering disebut proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit biasanya 0°C - 40°C. Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas
antara air dengan udara sekelilingnya. ketinggian geografis dan juga oleh
faktor kanopi (penutup oleh vegetasi).
Dari pengukuran suhu menggunakan Termometer pada titik sampling di
dapatkan hasil 30,7o C. Dengan hasil yang didapatkan suhu sudah termasuk
18
bagus atau baik untuk kehidupan organisme pearairan. Menurut Effendie
(2003), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan ikan di perairan adalah 20 –
30oC. Suhu sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Apabila suhu terlalu
tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada tubuh ikan. Peningkatan
suhu juga dapat meningkatkan laju metabolisme hewan air. Romimohtarto &
Juwana (2009) menyatakan bahwa suhu yang berkisar antara 27 – 30oC baik
untuk kehidupan organisme perairan.
5. Pengukuran Kecerahan
6. Pengukuran CO2
Hasil yang didapatkan pada dari penitrasi adalah 7,92 mg/L dan berubah
warna menjadi pink. Dengan hasil yang diperoleh bahwa kandungan CO2
diperairan tersebut masih aman bagi organisme air. Kandungan CO2 dalam
suatu perairan apabila lebih tinggi dari 12 mg/l dapat membahayakan
kehidupan organisma perairan,dapat diassumsikan bahwa bila dalam suatu
perairan kadar CO2 berlebihan dapat berdampak kritis bagi binatang air.
Meskipun peranan CO2 sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungan CO2 bebas yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan
merupakan racun langsung organisme air. Jika sata melakukan penitrasi
larutan tersebut warnanya menjadi merah muda artinya tidak ada kandungan
CO2 atau kadar CO2 0 mg/L. Jika warna larutan tetap jernih maka dilakukan
prosedur berikutnya dengan melakukan titrasi menggunakan titran natrium
karbonat hingga warnanya berubah menjadi merah muda. Perubahan warna
yang sama saat penitrasi terhadap sampel yang memiliki organisme dengan
sampel yang tidak memiliki organisme terjadi disebabkan oleh adanya
konsentrasi karbondioksida yang tinggi yang menginterfensi pengangkutan
hemoglobin dalam darah terhadap oksigen (Efendi, 2003).
Karbondioksida (CO2) atau disebut asam arang sangat mudah larut dalam
suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbondioksida
sebesar 2 mg/L. karbondioksida (CO2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan
fotosintesis.
20
7. Pengambilan Sampel Plankton
21
BAB VI
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya alat pengambilan sampel diperbanyak jumlahnya,
agar pada saat pengambilan sampel semua kelompok dapat langsung
mengambil sampel tanpa harus bergantian menggunakan alatnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Listya, H., Wiguna, I. P. A., & Akbar, M. S. (2010). Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap
Tingkat Keberhasilan Proyek Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.
MUSNANDA. (2012, Juni 6). Pengunaan GPS Dalam Pengambilan Data Spatial untuk Perencanaan
Ruang. (MUSNANDA) Retrieved April 6, 2021 from musnanda.com:
https://musnanda.com/2012/06/06/pengunaan-gps-dalam-pengambilan-data-spatial-untuk-
perencanaan-ruang/
Niamas, M. (2021, April 2). Pengertian Probability Sampling dan Non Probability Sampling. (M. Niamas,
Editor) Retrieved April 6, 2021, from www.akuntansilengkap.com:
https://www.akuntansilengkap.com/penelitian/pengertian-probability-sampling-dan-non-probability-
sampling/
Tobing, I. S. L. (2009). Kondisi Perairan Pantai Sekitar Merak, Banten Berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Jenis Benthos. Vis Vitalis, 2(2), 31-40.
23