Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK SAMPLING
“Teknik Pengambilan Sampel Benthos dan Plankton
Serta Pengukuran Parameter Air secara Insitu”

Disusun Oleh:
Vina Josephine Situmeang 1906016026
Mardasarina 1906016027
Suryanti Ramdhani 1906016028
Noor Fatmi Aida 1906016030
Muhammad Novandy Fadela 1906016035
Velia Syandi 1906016036
Ahmad Nabillah Ramadhan 1906016037
Samsul Riadi 1906016038
Dimas Arifian Pangestu 1906016043
Nurmutmainah 1906016045
Otniel Piter 1906016048
Fadil 1906016049
Herlina Wati Diah Setyaningrum 1906016050
Budi Saripudin 1906016052
Hidayatullah 1906016054

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul kegiatan : Pratikum Teknik Sampling


Kelompok : VI (Enam)
Prograam Studi : Akuakultur
Jurusan : Budidaya Perairan
Nama Kelompok : 1. Vina Situmenag 1906016026
2. Mardasarina 1906016027
3. Suryanti Ramdhani 1906016028
4. Noor Fatmi Aida 1906016030
5. Muhammad Novandy Fadela 1906016035
6. Velia Syandi 1906016036
7. Ahmad Nabillah Ramadhan 1906016037
8. Samsul Riadi 1906016038
9. Dimas Arifian Pangestu 1906016043
10. Nurmutmainah 1906016045
11. Otniel Piter 1906016048
12. Fadil 1906016049
13. Herlina Wati Diah Setyaningrum 1906016050
14. Budi Saripuddin 1906016052
15. Hidayatullah 1906016054

Samarinda, 05 April 2021


Menyetujui,

Koordinator Pratikum Ketua Kelompok

Mohamad Ma’ruf, S.Pi., M.P. Budi Saripudin


NIP . 196805302001121001 NIM. 1906016052
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Teknik Sampling “Teknik Pengambilan
Sampel Benthos dan Plankton Serta Pengukuran Parameter Air Secara Insitu” ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohamad Ma’ruf, S.Pi., M.P. selaku dosen
mata kuliah Teknik Sampling dan Analisis Lab yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak agar Laporan ini dapat menjadi
lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan.

Samarinda, 05 April 2021

Penyusun

Kelompok 6
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Pustaka 6
B. Metode Praktikum 10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 13
A. Hasil 13
B. Pembahasan 17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 22
A. Kesimpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I

PENDAHULUAN

Kondisi suatu perairan dapat dinilai dengan berbagai metode dan


berbagai sudut pandang. Pendugaan kondisi perairan dapat dilakukan berdasarkan
sifat fisika-kimia air maupun berdasarkan data biotik penghuni perairan tersebut.
Sifat-sifat ini akan saling berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi satu
salam lain secara kompleks; sehingga kondisi fisik dan atau kimiawi akan
mempengaruhi kondisi biotik; demikian juga sebaliknya, bahwa kondisi biotik
juga dapat mempengaruhi kondisi fisik atau kimiawi suatu perairan. Berbagai
jenis organisme dapat digunakan sebagai indikator penduga kondisi (kualitas)
suatu perairan;baik jenis-jenis plankton (fitoplankton dan zooplankton), benthos,
nekton maupun organisme aquatik lainnya.
Setiap jenis atau golongan organisme masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan untuk digunakan sebagai objek penduga kondisi
perairan. Namun secara umum, benthos mempunyai kelebihan karena sifat
hidupnya yang relatif menetap di dasar perairan, sehingga perubahan kondisi
habitat akan berpengaruh lebih nyata karena sifat benthos yang relatif tidak
bermigrasi. Oleh karena itulah, praktikum ini memilih benthos sebagai objek
penduga kondisi perairan di kolam semen FPIK UNMUL. Parameter yang
digunakan untuk penilaian juga bervariasi; dapat berupa keberadaan (kehadiran)
suatu jenis tertentu (bioindikator), kelimpahan populasi, dan keanekaragaman jenis
organisme dalam suatu badan air. Penggunaan jenis tertentu sebagai bioindikator
dilakukan dengan eksplorasi kehadiran jenis-jenis sensitive dan jenis-jenis yang
mempunyai daya toleransi luas terhadap perubahan kondisi lingkungan.
Kehadiran jenis-jenis sensitive dapat merupakan indikasi kualitas lingkungan
perairan masih baik, sebaliknya ketidakhadiran jenis-jenis sensitif dan banyaknya
jenis-jenis toleran dapat merupakan indikasi buruknya kualitas lingkungan

1
perairan. Selanjutnya, populasi yang melimpah merupakan indikasi bahwa kondisi
lingkungan yang baik; tetapi inihanya berlaku (baik) bagi jenis itu sendiri,kecuali
populasi yang melimpah terjadi pada sebagian besar jenis penghuni.
Hal ini terjadi karena beberapa jenis benthos (organisme) hanya dapat hidup dan
berkembang biak dengan baik dalam lokasi yang mempunyai kualitas perairan
bagus,tetapi beberapa jenis masih dapat hidup dan berkembang dengan baik
dalam perairan yang mempunyai kondisi buruk. Bila suatu jenis organisme
(benthos) dapat toleran terhadap kondisi buruk, maka jenis tersebut akan
berkembang dengan baik karena sedikitnya kompetitor.

A. Latar Belakang

Teknik sampling adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan sampel


sesuai dengan harapan si pengambil keputusan agar diperoleh sampel yang
representatif dan dapat mewakili populasi yang sebenarnya. Untuk
menentukan teknik sampling ini, yang selalu menjadi perhatian utama adalah
bagaimana agar sampel yang diperoleh nantinya akan dapat dinyatakan
sebagai representasi dari populasi yang sedang diteliti dan tidak menghasilkan
hasil analisis yang bias.

Dan ada beberapa metode yang digunakan untuk pengambilan sampel


diantaranya :

 Probability Sampling adalah suatu teknik pengambilan sample


dimana semua elemen mempunyai peluang untuk terpilih menjadi
sample. Berikut merupakan jenis-jenis dari probability sampling
yaitu:

2
1) Simple Random Sampling, dilakukan dengan memberikan
kesempatan yang sama pada semua elemen untuk dapat
dipilih sebagai sample.
2) Systematic Sampling, dilakukan dengan cara peneliti
memberikan batasan berupa suatu elemen dari setiap
populasi yang akan terpilih sebagai sample, dengan
demikian elemen pertama dari setiap kelipatan akan terpilih
menjadi sample. Penentuan urutan elemen tetap dilakukan
secara random atau acak.
3) Stratified Random Sampling, dengan cara membagi
populasi yang ada menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan klasifikasi dengan mendasarkan diri pada relevansi,
kebutuhan, dan keselarasan dengan tujuan studi.
4) Cluster Sampling, dipilih jika peneliti ingin dalam setiap
kelompok elemen heterogenitasnya tetap terjaga.
5) Area Sampling, dasar untuk mengelompokkannya adalah
factor geografis, seperti misalnya negara, benua, provinsi,
kota, serta kecamatan.
6) Double Sampling, dipergunakan jika peneliti ingin
mendapatkan data lebih detail dari data yang telah
didapatkan sebelumya.
 Non Probability Sampling adalah teknik sampling yang memberi
peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Berikut ini adalah jenis-
jenis dari Non Probability Sampling yaitu:
1) Convenience Sampling, akan dipilih oleh peneliti jika
peneliti telah mempunyai informasi tentang elemen yang
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sample penelitian
tersebut.

3
2) Purposive Sampling, metode penetapan sample dengan
cara menentukan target dari elemen populasi yang
diperkirakan paling cocok untuk dikumpulkan datanya.
3) Judgement Sampling, dilakukan jika peneliti menentukan
subjek dari sample yang terpilih berdasarkan
penilaian/judgement dari peneliti saja
4) Quota Sampling, dimana dalam penentuan banyaknya
jumlah elemen yang terpilih sebagai sample akan
ditentukan berdasarkan kuota maksimal sebanding dengan
komposisi masing-masing kelompok tersebut.
5) Sampling Aksidental, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
sebagai sumber data.
6) Snowball Sampling, yaitu suatu penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

Dari teknik sampling diatas, tentu bukan merupakan hal yang mudah
untuk dapat segera memutuskan metode apa yang akan dipakai untuk
sebuah survey yang akan dilakukan tersebut, hal ini tentu akan mengacu
kepada jenis sampel dan hasil bagaimana yang akan diharapkan akan
diperoleh pada penelitian tersebut.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teknik sampling plankton dan benthos?

2. Apa saja metode pengukuran dalam teknik sampling plankton dan


benthos?

3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran


in situ?

4. Apa saja yang menjadi indikator dalam pengukuran in situ?

C. Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui teknik pengambilan plankton dan benthos.

2. Agar mahasiswa mengetahui metode pengukuran dalam teknik sampling


plankton dan benthos.

3. Agar mahasiswa mengetahui cara pengukuran parameter kualitas air


secara in situ

5
BAB II

A. Tinjauan Pustaka

1. Plankton
Plankton merupakan mahluk yang hidupnya mengapung, mengambang,
atau melayang di dalam air dengan kemampuan renang yang sangat terbatas. Kata
plankton berasal dari bahasa yunani yang berarti mengembara. Plankton dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
pada rantai makanan di perairan berperan sebagai produsen primer yang
mempunyai kemempuan mengkonversi energi matahari dan senyawa anorganik
lain menjadi bahan organik yang dibutuhkan oleh biota lain. Sedangkan
zooplankton ditempatkan sebagai konsumen primer dengan memanfaatkan
keberadaan fitoplankton sebagai sumber energinya. Kemudian akan dimakan oleh
hewan – hewan lain yang memiliki tingkatan tropik lebih tinggi. Jenis plankton
berdasarkan ukurannya menjadi beberapa jenis, di antaranya megaplankton (20-
200 cm), makroplankton (2-20 cm), mesoplankton (0,2-20 mm),
mikroplankton (20-200 mikron), nanoplankton (2-20 mikron), pikoplankton (0,2-2
mikron) femtoplankton (<2 mikron). Berdasarkan hidupnya plankton digolongkan
menjadi holoplankton yaitu organisme yang sepanjang hidupnya sebagai plankton,
meroplankton adalah organisme yang hidupnya sebagai plankton hanya pada
waktu tertentu saja dalam siklus hidupnya dan tikoplankton yaitu bukan
merupakan plankton sejati karena dalam dalam keadaan normal organisme ini
hidup di dasar perairan tetapi adanya arus air mereka bergerak layaknya plankton,
(Basmi. 2000).

2. Benthos

Salah satu kelompok organisme penyusun ekosistem laut adalah bentos.


Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut dengan melekatkan diri pada
substrat atau membenamkan diri di dalam sedimen. Mereka tinggal di dekat
sedimen laut lingkungan dari kolam pasang surut di sepanjang tepi pantai ke

6
benua rak dan kemudian turun ke kedalaman abyssal. Daerah terkaya akan jumlah
dan macam organisme pada sistem muara laut ialah daerah bentik. Tubuh bentos
banyak mengandung kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai
merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya sangat banyak
rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran
di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu
pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Hewan bentos relatif hidup
menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan dimana
akan diketahui seberapa besar pencemaran yang terjadi diperairan tersebut, karena
selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan
tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan
dari waktu ke waktu. Dimana bentos terus menerus terdesak oleh air yang
kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif mudah
diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis
yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Keberadaan bentos pada
suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotok
maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen,
yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos, (Anzani, Y. M.
2012).

Parameter Kualitas Air dan Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan


Plankton dan Benthos :

1. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering
disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif
sempit. Biasanya 00C-40C (Sutika, N. 1989)

2. Derajat Keasaman (pH)

7
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter penting untuk
menentukan kadar asam/basa dalam air. Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi
ion hidrogen dalam suatu larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepas
sejumlah ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam/
basa. Di dalam air yang bersih jumlah konsentrasi ion H+ dan OH- berada dalam
keseimbangan, sehingga air yang bersih akan bereaksi normal. Peningkatan ion
hidrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam.
Sebaliknya apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan nilai pH naik dan
keadaan ini disebut sebagai larutan basa. Nilai pH yang ideal untuk mendukung
kehidupan organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7-8,5 (Fachrul, M.F.
2007).

pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi


kehidupan jasad renik perairan asam atau kurang produktif. Malah dapat
menumbuhkan hewan budidaya. Pada pH rendah ( keasaman yang tinggi )
kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal yang sebaliknya menjadi pada
suasana basa . Atas dasar ini maka usaha budidaya di perairan akan berhasil baik
dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran optimal pH 7,8 – 8,7 (Fachrul, M.F.
2007).

Organisme air dapat hidudalam suatu perairan yang mmpnyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basalemah. Nilai pH yang
sangat rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan
respirasi.Disamping itu pH yang sangat rendahakan menyebabkan mobilitas
berbagai senyawa logam yang bersifat toksi semakin tinggi yang tentunya akan
mengancam kelangsungan hidup organisme aquatik.

3. Oksigen Terlarut (DO)

Barus (2002) menyatakan Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter


yang penting dalam menentukan kualitas perairan. DO berperan dalam proses
oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik, seperti diketahui bahwa DO
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau

8
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, DO juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan
oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil
akhirnya adalah nutrien yang dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam
kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.

Kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu penentu


karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan organisme aquatik.
Pada saat pengambilan sampel air, konsentrasi oksigen terlarut mewakili status
kualitas air tersebut . Adapun sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal
sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen dari udara, dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan
udara seperti arus, gelombang dan pasang surut. Semakin tinggi suhu dan salinitas
yang dimiiki sebuah perairan maka perairan tersebut akan memiliki nilai DO
yang rendah, demikian sebaliknya nilai DO akan tingi jika perairan
tersebut memiliki suhu dan salinitas yang rendah. Demikian juga terhadap lapisan
permukaan air nilai DO suatuperairan akan semakin rendah seiring dengan
bertambahnya ke dalam perairan (Barus, 2002).

9
B. Metode Praktikum

1. Teknik pengukuran pH dan DO menggunakan pH meter dan DO meter,


sebagai berikut :
a) Menyalakan pH meter dan DO meter
b) Mencelupkan ujung alat ke dalam kolam
c) Lalu menunggu beberapa menit
d) Mencatat angka hasil pengukuran

2. Teknik pengukuran suhu sebagai berikut :


a) Celupkan thermometer kedalam perairan.
b) Tunggu 2-5 menit atau sampai angka stabil.
c) Catat skala thermometer tanpa mengangkat thermometer terlebih dahulu.
d) Setelah thermomter digunakan, hendaklah dibilas/dicuci dengan
menggunakan Aquades dan disimpan pada tempat yang aman.

3. Teknik pengukuran kecerahan, sebagai berikut :


a) Ikat secchi disk dengan menggunakan tali dari nylon
b) Masukkan atau tenggelamkan secchi disk tersebut pelan-pelan ke dalam
sungai atau kolam yang akan di ukur kecerahannya hingga mulai tidak
tampak dari permukaan air. mencaatat berapa jaraknya dari permukaan air
(A).
c) Tenggelamkan lagi secchi disk kedalam air hingga tidak tampak, kemudian
tarik perlahan-lahan hingga secchi disk mulai tampak. Beri tanda dan
catat jarak secchi disk dari permukaan air (B).
Jumlahkan A dan B, kemudian dibagi 2

4. Teknik pengukuran CO2 pada teknik sampling, sebagai berikut :


a) Mengambil sampel sebanyak 50 ml langsung di badan air dengan
menggunakan gelas ukur 50 ml, mengambil dengan hati-hati tanpa terjadi

10
gelembung udara, kemudian memasukkan ke dalam labu erlenmeyer
secara perlahan-lahan
b) Menambahkan 2 - 3 tetes indikator pp
c) Segera menititrasi dengan Na2CO3 0,045 N menggunakan pipet 1 ml
hingga warna merah muda (pink) yang stabil terbentuk.
d) Mencatat jumlah titran (ml) yang terpakai

B x N x 22.000
Kadar CO2 bebas (mg/l) =
V
Keterangan :
B = Banyaknya titran (ml)
N = Normalitas titran (0,045 N)
V = Volume sampel (50 ml)

5. Teknik pengambilan sampel air menggunakan van dorn water sampler,


sebagai berikut :
a) Membuka tutup vendorn lalu melemparkan atau mencelupkan kedalam
air
b) Vandorn ini dicelupkan setengah dari ketinggian air
c) selanjutnya menutup dengan baktul vandorn, lalu mengangkat dan
memasukkan sampel air ke dalam ember
d) Melakukan cara ini ditempat atau di 3 titik yang berbeda, kegiatan ini
disebut dengan metode integrated atau pergabungan antara 3 titik
e) Setelah selesai air sampel dimasukkan ke dalam 3 botol, botol pertama
tidak diberi pengawet, botol kedua diberi 10 tetes H2SO4 atau asam sulfat,
dan botol yang ketiga diberi 10 tetes NaO3 atau nitrat
f) Selanjutnya masukkan ke dalam box yang telah diberi es batu

11
6. Teknik Pengambilan Sampel Plankton pada teknik sampling sebagai
berikut :
a) Menimba air dari kolam, lalu menuangkan ke plankton net kurang lebih 5
liter air sampel
b) Lalu memindahkan sampel ke botol
c) Setelah itu campurkan cairan lugol

7. Teknik pengambilan benthos menggunakan Eickman Grab Sampler


sebagai berikut :
a) Buka Eickman Grab lalu melemparkan ke kolam sampai dasar
b) Kemudian mengangkat Eickman Grab
c) Setelah itu memasukkan tanah atau bentos kedalam plastik

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengambilan Titik Lokasi Praktikum


Hasil dari praktikum tersebut, hasil GPS menunjukkan bahwa jika
angka pada GPS berwaran biru merupakan tempat yang benar atau
tepat untu pengambilan sampel.

Gambar 1. GPS Gambar 2.Hasil pengukuran


2. Pengukuran pH

Hasil dari Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter


didapatkan hasil adalah pH 8,15. Dengan begitu pH yang di hasilkan
adalah pH yang bersifat basa dikarenakan nilai pH > 7 (bersifat basa).

Gambar3. Ph meter

13
3. Pengukuran Suhu
Dari pengukuran suhu menggunakan Termometer pada titik
sampling di dapatakn hasil 30,7o C. Dengan hasil yang didpatkan suhu
sudah termasuk bagus atau baik untuk kehidupan organisme perairan.

4. Pengukuran DO (Oksigen Terlarut)


Dari pengukuran DO dengan menggunakan DO meter didapatkan
hasil adalah 6,61 ppm. 1 ppm DO berarti 1 mg/L, dengan begitu 6,61
ppm DO adalah 6,61 mg/L. Dengan hasil yang didapatkan 6,61 ppm
dapat dinyatakan bahwa perairan tersebut tercemar ringan.

Gambar 4. DO meter

5. Pengukuran Kecerahan
Hasil dari pengukuran kecerahan yang diukur bernilai sebesar 21
cm. Data yang didapatkakan menunjukkan tinggi kecerahan pada titk
lokasi praktikum.

Jumlahkan A dan B, kemudian dibagi 2


Jarak atas ke bawah A = 21 cm
Jarak bawah ke atas B = 21 cm
2cm+2m
= 21 cm
2

14
Gambar 5. Pengukuran kecerahan

6. Pengukuran CO2
Hasil yang didapatkan pada dari penitrasi adalah 7,92 mg/L dan
berubah warna menjadi pink. Dengan hasil yang diperoleh bahwa
kandungan CO2 diperairan tersebut masih aman bagi organisme air.

B x N x 22.000
Kadar CO2 bebas (mg/l) =
V
Keterangan :
B = Banyaknya titran (ml)
N = Normalitas titran (0,045 N)
V = Volume sampel (50 ml)
0,4 x 0,045 x 22.000
50
= 7,92 (Memenuhi kriteria karena kurang dari 10)

15
Gambar 6. Menitrasi sampel CO2

7. Pengambilan Sampel Plankton

Pengambilan sampel plankton dilaksanakan dengan


menggunakan metode sampling aktif dengan plankton net. Sampel
plankton diambil dari lokasi penelitian dengan cara menyaring air
menggunakan plankton net.

8. Pengambilan Sampel Benthos

Pengumpulan sampel bentos menggunakan beberapa cara. Cara


pertama yaitu menggunakan alat Eickman Grab Sampler (Eickman
Grab Sampler, Petersen Grab, dan Smith MacIntyre Grab). Alat
tersebut digunakan pada kedalaman bentos yang sulit terjangkau.
Alat tersebut seperti alat pengeruk pengeruk lumpur.

16
B. Pembahasan

1. Pengambilan Titik Lokasi Praktikum

GPS merupakan alat untuk mengambil data spasial yang paling mudah,
cepat, murah, dan akurasinya bisa dipertanggung jawabkan. Saat ini GPS
bukan lagi merupakan alat survei yang mahal atau terlalu rumit untuk
diaplikasikan. Dengan menggunakan GPS genggam saja sudah bisa dilakukan
kegiatan survei dan hasil dari survei dapat digunakan sebagai data dasar
dalam melakukan perencanaan.

GPS bisa menghasilkan data spasial berupa titik, garis dan poligon. Data-
data lokasi seperti lokasi infrastruktur seperti jembatan, gardu listrik, lokasi
pusat pemerintahan mulai dari desa sampai ke pprovinsi, lokasi pusat
pelayanan seperti puskesmas. Pada survei untuk fitur garis dilakukan pada
survei jalan, sungai atau perencanaan untuk saluran udara dan batas wilayah
dengan menggunakan GPS. Sementara data poligon atau area dapat dilakukan
pada survei untuk penggunaan lahan, survei untuk perencanaan wilayah
lindung dan banyak lagi.

Kemudahan teknologi menjadi faktor penunjang lainnya sehingga


penggunaan GPS menjadi pilihan yang paling mudah dalam mengambil data
GPS. Saat ini GPS terkoneksi dengan perangkat lunak GIS sehingga bisa
memudahkan pengolahan data dari GPS untuk langsung menjadi data peta
digital dalam perangkat lunak GIS. Setelah data GPS dimasukkan dalam peta
digital, langkah selanjutnya adalah menambahkan database sebanyak
mungkin yang dilakukan dengan menggunakan survei.

Teknologi online saat ini dengan menggunakan google earth atau bing
map yang memungkinkan plot titik GPS langsung. Menampilkan data GPS
dalam google earth akan sangat efektif untuk membuat perencanaan secara
cepat dengan data dasar citra satelit (MUSNANDA, 2012).

17
2. Pengukuran pH

Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter didapatkan hasil adalah


pH 8,15. Dengan begitu pH yang di hasilkan adalah pH yang bersifat basa
dikarenakan nilai pH > 7 (bersifat basa). pH adalah tingkat keasaman atau
kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH. pH meter
merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur aktifitas ion
Hidrogen pada suatu zat apakah asam atau basa yang biasa disebut derajat
keasaman atau pH. pH meter mengukur pH dengan range nilai 1-14. Zat
dengan nilai pH <7 bersifat asam dan zat dengan nilai pH >7 bersifat basa.

Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH (puissane negatif de H),


yaitu logaritma dari kepekaan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu
cairan. Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau basa
dikenal sebagai pH. lelah tepatnya, pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen molar (-log (H+). Faktor-faktor yang Mempengaruhi : Peningkatan
keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah yang mengandung
asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. keasaman tinggi (pH rendah)
juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan membentuk H2SO4 dan
ion Fe2y (larut dalam air).

3. Pengukuran Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang
sering disebut proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit biasanya 0°C - 40°C. Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas
antara air dengan udara sekelilingnya. ketinggian geografis dan juga oleh
faktor kanopi (penutup oleh vegetasi).
Dari pengukuran suhu menggunakan Termometer pada titik sampling di
dapatkan hasil 30,7o C. Dengan hasil yang didapatkan suhu sudah termasuk
18
bagus atau baik untuk kehidupan organisme pearairan. Menurut Effendie
(2003), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan ikan di perairan adalah 20 –
30oC. Suhu sangat mempengaruhi keberadaan ikan. Apabila suhu terlalu
tinggi maka akan menimbulkan kondisi stress pada tubuh ikan. Peningkatan
suhu juga dapat meningkatkan laju metabolisme hewan air. Romimohtarto &
Juwana (2009) menyatakan bahwa suhu yang berkisar antara 27 – 30oC baik
untuk kehidupan organisme perairan.

4. Pengukuran DO (Oksigen Terlarut)

Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air


dan diukur dalam satuan mg/l. Biasanya oksigen masuk ke dalam air melalui
difusi langsung dari udara, aliran-aliran air yang masuk, hujan yang jatuh, dan
proses asimilasi tumbuh-tumbuhan hijau.
Kadar DO dinyatakan dengan satuan ppm (part per million). Dari
pengukuran DO dengan menggunakan DO meter didapatkan hasil adalah 6,61
ppm. 1 ppm DO berarti 1 mg/L, dengan begitu 6,61 ppm DO adalah 6,61
mg/L. Dengan hasil yang didapatkan 6,61 ppm dapat dinyatakan bahwa
perairan tersebut tercemar ringan. Secara umum kadar oksigen terlarut rata-
rata di perairan berkisar antara 5,57 - 5,96 mg/L, bila dibandingkan dengan
kriteria kualitas air, termasuk pada kriteria tercemar ringan. Kadar oksigen di
perairan laut yang tercemar ringan adalah 5 mg/l (Sutamihardja, 1987). Rivai
(1983) mengatakan bahwa pada umumnya kandungan oksigen sebesar 5 mg/l
dengan suhu air berkisar antara 20o-30oC relatif masih baik untuk kehidupan
ikan-ikan, bahkan apabila dalam perairan tidak terdapat senyawasenyawa
yang bersifat toksik (tidak tercemar) kandungan oksigen sebesar 2 mg/l sudah
cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan (Swingle dalam
Salmin, 2005).

5. Pengukuran Kecerahan

Hasil dari pengukuran kecerahan yang diukur bernilai sebesar 21 cm.


Data yang didapatkakan menunjukkan tinggi kecerahan pada titik lokasi
19
praktikum. Menurut Boyd et al. (1982) kisaran kecerahan perairan untuk air
tawar 25-40 cm. Secara umum kecerahan di lokasi praktikum berada dalam
kondisi yang baik apabila diadakannya suatu kegiatan perikanan.

6. Pengukuran CO2

Hasil yang didapatkan pada dari penitrasi adalah 7,92 mg/L dan berubah
warna menjadi pink. Dengan hasil yang diperoleh bahwa kandungan CO2
diperairan tersebut masih aman bagi organisme air. Kandungan CO2 dalam
suatu perairan apabila lebih tinggi dari 12 mg/l dapat membahayakan
kehidupan organisma perairan,dapat diassumsikan bahwa bila dalam suatu
perairan kadar CO2 berlebihan dapat berdampak kritis bagi binatang air.
Meskipun peranan CO2 sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungan CO2 bebas yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan
merupakan racun langsung organisme air. Jika sata melakukan penitrasi
larutan tersebut warnanya menjadi merah muda artinya tidak ada kandungan
CO2 atau kadar CO2 0 mg/L. Jika warna larutan tetap jernih maka dilakukan
prosedur berikutnya dengan melakukan titrasi menggunakan titran natrium
karbonat hingga warnanya berubah menjadi merah muda. Perubahan warna
yang sama saat penitrasi terhadap sampel yang memiliki organisme dengan
sampel yang tidak memiliki organisme terjadi disebabkan oleh adanya
konsentrasi karbondioksida yang tinggi yang menginterfensi pengangkutan
hemoglobin dalam darah terhadap oksigen (Efendi, 2003).
Karbondioksida (CO2) atau disebut asam arang sangat mudah larut dalam
suatu larutan. Pada umumnya perairan alami mengandung karbondioksida
sebesar 2 mg/L. karbondioksida (CO2) merupakan gas yang dibutuhkan oleh
tumbuh-tumbuhan air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan
fotosintesis.

20
7. Pengambilan Sampel Plankton

Pengambilan sampel plankton dilakukan dikolam semen FPIK UNMUL


dengan cara menyaring air dengan menggunakan plankton net. Setelah
tersaring air yang mengendap dibawah plankton net diambil dan dimasukkan
ke dalam botol serta diberi pengawet yaitu lugol, kemudian sampel plankton
tersebut dibawa ke laboratorium untuk diamati jenis dan jumlah planktonnya.
Hasil plankton belum diketahui karena saat praktikum hanya melakukan
teknik pengambilan saja.

8. Pengambilan Sampel Benthos

Pengambilan sampel benthos menggunakan teknik pengerukan lumpur


didasar perairan. Dalam praktikum ini sampel lumpur yang didapat
dimasukan ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium. Hasil dari
pengambilan sampel benthos ini belum diketahui benthos apa yang terdapat
di kolam tersebut karena dalam praktikum hanya teknik pengambilan benthos
yang dilakukan.

21
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa :

 Kualitas air di kolam FPIK-UNMUL berdasarkan


keanekaragamaan tergolong baik dan tidak tercemar karena
tidak ada limbah yang masuk.
 Nilai keseragaman plankton pada kolam FPIK-UNMUL
tergolong tinggi.
 Nilai dominasi plankton pada kolam FPIK-UNMUL tergolong
tinggi.
 Kondisi lingkungan kolam FPIK-UNMUL stabil.

B. Saran
Sebaiknya alat pengambilan sampel diperbanyak jumlahnya,
agar pada saat pengambilan sampel semua kelompok dapat langsung
mengambil sampel tanpa harus bergantian menggunakan alatnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anzani, Y. M. 2012. Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di


Sungai Ciambulawung, Lebak, Banten. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Barus. 2002. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Basmi.2000. Planktonologi : Sebagai Indikator Pencemaran Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Listya, H., Wiguna, I. P. A., & Akbar, M. S. (2010). Pengaruh Partisipasi Masyarakat terhadap
Tingkat Keberhasilan Proyek Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi.

MUSNANDA. (2012, Juni 6). Pengunaan GPS Dalam Pengambilan Data Spatial untuk Perencanaan
Ruang. (MUSNANDA) Retrieved April 6, 2021 from musnanda.com:
https://musnanda.com/2012/06/06/pengunaan-gps-dalam-pengambilan-data-spatial-untuk-
perencanaan-ruang/

Niamas, M. (2021, April 2). Pengertian Probability Sampling dan Non Probability Sampling. (M. Niamas,
Editor) Retrieved April 6, 2021, from www.akuntansilengkap.com:
https://www.akuntansilengkap.com/penelitian/pengertian-probability-sampling-dan-non-probability-
sampling/

Tobing, I. S. L. (2009). Kondisi Perairan Pantai Sekitar Merak, Banten Berdasarkan Indeks
Keanekaragaman Jenis Benthos. Vis Vitalis, 2(2), 31-40.

23

Anda mungkin juga menyukai