Disusun Oleh :
Kelompok 1
Menyetujui,
Koordinator Praktikum Ketua Kelompok
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Fisika Kimia perairan.
Terima kasih kepada teman-teman kelompok I yang telah bekerja sama menyusun
laporan Fisika Kima Perairan. Laporan ini disusun berdasarkan bahan praktikum
yang telah diberikan kepada kami.
Praktikum ini merupakan syarat wajib yang harus ditempuh dalam mata
kuliah Fisika Kimia Perairan untuk menuntaskan mata kuliah tersebut. Praktikum
ini banyak memberikan manfaat kepada kami baik dari segi akademik maupun
untuk pengalaman yang tidak dapat kami temukan di perkuliahan.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan pada
laporan ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kami. Semoga laporan kami ini dapat
memberikan manfaat dan pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................. 1
A. Latar belakang................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................ 2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................... 7
A...Pengertian Biofilter.......................................................... 3
B...Parameter Fisika............................................................... 7
BAB III : METODE PRAKTIKUM.............................................. 8
C...Cara Kerja........................................................................ 8
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 10
A. Hasil.................................................................................. 10
B. Pembahasan....................................................................... 16
BAB II : PENUTUP......................................................................... 19
A. Kesimpulan....................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 klasifikasi ikan nila........................................................... 3
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Air minum
sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan
logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH 16 standar untuk
air bersih sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, jika
dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen
kimia yang dilaluinya.
B. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengukuran kualitas air
2. Untuk menegatahui pengamatan akuarium dengan filter biologis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Biofilter
Biofilter adalah reaktor biologis dengan bangun tetap (fixed bed
film) dimana mikroorganisme tumbuh dan berkembang menempel pada
permukaan media yang kaku misalnya plastikatau batu. Sebagai
efektivitasproses biofiltersangat dipengaruhi oleh jenis serta bentuk media
yang digunakan sebagai upaya dalam menyediakan area permukaan
tempat bakteri atau mikroorganisme berkembangbiak mengingat peranan
bakteri dalam mediabiofiltersangat penting.Proses biofilter mempunyai
beberapa kemampuan antara lain yakni merubah ammonia menjadi nitrit
dan akhirnya menjadi gas nitrogen, menghilangkan polutan organik
(BOD,COD), menambah oksigen (untuk proses aerobik), menghilangkan
kelebihan nitrogen dan gas insertlainnya, menghilangkankekeruhan dan
menjernihkan air, serta dapat menghilangkan bermacam-macam senyawa
organik(Said andRulasih, 2005). Penggunaan biofilter sangat
efektifsebagai pengelolaan limbah dengan kadar BOD5dan COD dengan
rasio diatas 0,5 (Metcalf andEddy, 2003).
Penelitian ini menggunakan filter spons sebagai standar filter fisika,
kemudian filter arang dan filter zeolit yang dijadikan dalam satu wadah
filter dengan perbedaan komposisi pada tiap perlakuan. Filter spons
dapatmenyaring dan menahan kotoran (Samsundari dan Wirawan, 2013;
Miyaokaet al., 2016).Filter arang memiliki pori-pori yang halus yang dapat
menjebak molekul-molekul polutan air (Bansal dan Goyal, 2005; Nugroho
et al., 2013)
Ikan nila termasuk komoditas yang mudah dibudidayakan. Tidak
hanya dapat dibudidayakan di perairan tawar, ikan nila juga dapat
dibudidayakan di perairan air payau. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
usaha yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, salah satunya
adalah dengan sistem budidaya intensif (Fardiansyah, 2011).
3
Gambar 1 klasifikasi ikan nila
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
4
serta sirip anus berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip
ekornya hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Kebiasaan makan ikan nilaIkan nila tergolong herbivora cenderung
karnivora berdasarkan hasil analisis makanan dalam lambungyang terdiri
dari fitoplankton, zooplankton dan serasah.Fitoplankton didominasi oleh
kelompok Cholorophyceace, Myxophyceace, danDesmid. Zooplankton
didominasi oleh Rotifera, Crustaceadan Protozoa. Jenis makanan dalam
lambung ikan nila terdiri dariChlorophyceace, Myxophyceace, Desmid,
Protozoa. Rotifera, dan Crustacea(Satia,Pelita,danYulfiperius,2011).
1. Parameter Kimia
a. pH
pH suatu larutan menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan tersebut. Makin asam larutan maka pH makin rendah dan
sebaliknya makin basa maka pH makin tinggi. pH suatu perairan dapat
digunakan sebagai indikasi suatu pencemaran khususnya pencemaran
bahan organik. Pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme akan
menghasilkan karbon dioksida. Peningkatan karbon dioksida akan
mengakibatkan penurunan nilai pH jika sistem buffer karbonat di perairan
rendah. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan,
misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.
5
pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, DO juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Dalam
kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan
organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang dapat
memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang
dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih
sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Kandungan oksigen terlarut di dalam air merupakan salah satu
penentu karakteristik kualitas air yang terpenting dalam kehidupan
organisme aquatik. Pada saat pengambilan sampel air, konsentrasi oksigen
terlarut mewakili status kualitas air tersebut. Adapun sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara
bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan.
Kecepatan difusi oksigen dari udara, dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara
seperti arus, gelombang dan pasang surut. Semakin tinggi suhu dan
salinitas yang dimiiki sebuah perairan maka perairan tersebut akan
memiliki nilai DO yang rendah, demikian sebaliknya nilai DO akan tingi
jika perairan tersebut memiliki suhu dan salinitas yang rendah. Demikian
juga terhadap lapisan permukaan air nilai DO suatuperairan akan semakin
rendah seiring dengan bertambahnya ke dalam perairan.
6
2. Parameter Fisika
Suhu
Perubahan suhu berpengaruh pada proses fisika, kimia dan biologi
badan air. Kenaikan suhu air menurut Fardiaz (1992) akan menimbulkan
beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen terlarut di dalam air
menurun. (2) kecepatan reaksi kimia meningkat. (3) kehidupan ikan dan
hewan air lainnya terganggu. (4) jika batas suhu yang mematikan
terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati. Suhu air mempunyai
pengaruh terhadap metabolisme hewan air, dimana semakin tinggi suhu
pada batas-batas optimum maka metabolisme hewan air semakin
meningkat. Suhu air juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam
penguraian bahan-bahan organik, dimana semakin tinggi suhu maka
aktivitas mikroorganisme semakin meningkat yang menyebabkan
pengambilan atau pemanfaatan oksigen terlarut dalam air semakin
meningkat.
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
C. Cara Kerja
8
3. Mengisi satu akuarium dengan tanaman air sebanyak ¼ bagian
sebagai filter biologis dan memberi aerasi menggunakan aerator
listrik
4. Menimbang berat total awal serta panjang rata-rata awal ikan nila,
dan memasukkan ikan sebanyak 10 ekor per akuarium
5. Memberikan pakan dengan dosis sebanyak 5 % berat tubuh per
hari, dan memberikan pakan secara bertahap hingga ikan kenyang.
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 x sehari, yaitu pagi pada
pukul 09.00 wita dan sore pukul 16.00 wita
6. Mengukur suhu dan pH setiap hari dan mengukur oksigen terlarut
serta CO2 setiap minggu
7. Melakukan penyiponan jika air terlihat kotor atau keruh, dan
melakukan pergantian air sebanyak air yang dikeluarkan (± 25 %)
8. Menimbang berat dan mengukur panjang ikan setiap 7 hari, untuk
menentukan jumlah pakan yang diberikan (dosis tetap 5% berat
badan)
9. Untuk data pertumbuhan, menimbang berat dan mengukur panjang
ikan satu persatu sebanyak 6 ekor dari setiap akuarium
10. Membandingkan hasil pertumbuhan berat dan panjang ikan dari
setiap akuarium pemeliharaan dengan masing-masing ikan pada
akuarium pemeliharaan.
11. Menyusun laporan sementara dari hasil praktikum dan
menyerahkan laporan ke pengasuh praktikum
12. Setelah hasil laporan sementara telah disetujui oleh pembimbing
praktikum, dapat dilanjutkan dengan mengerjakan laporan
praktikum yang akan diberikan nilai praktikum.
9
BAB IV
A. Hasil
1. Data kelompok 1
Tabel 1. Pengukuran kualitas air pada akuarium yang menggunakan
filter “ kapas “, diperoleh data sebagai berikut :
Pengukuran Oksigen Terlarut Daya Hantar
kualitas air Listrik
Suhu pH ( DO ) Saturasi
( hari ke ) ( DHL )
1.
27 °C 9 5,1 mg/l 388 us 66,6 %
2. 28,5 °C 8,40
3. 29 °C 8,47
4. 29 °C 8,38
5. 29 °C 8,45
6. 28 °C 8,39
7. 27 °C 8,39
9. 29 °C 8,30
10. 29 °C 8,47
11. 29 °C 8,49
12. 30 °C 8,50
13. 29 °C 8,56
14. 29 °C 8,32
10
Pengukuran CO₂ ( Jum’at, 16 April 2021 )
Konsentrasi : 0,045
NaOH : 1 ml
Air : 50 ml
Larutan PP : 2 tetes
ttt
CO2 t
tt
ttt
CO2 t t
tt
CO2 t t t
CO2 ⺅
11
2. Data kelompok 2
Tabel 2. Pengukuran kualitas air pada akuarium yang menggunakan filter
Biologis “(Salvinia molesta) / Ganggang Kariba”, diperoleh data
sebagai berikut :
2. 28 °C 8,40
3. 28 °C 8,49
4. 28,5 °C 8,33
5. 29 °C 8,54
6. 28 °C 8,39
7. 27 °C 8,45
9. 28 °C 7,98
10. 27 °C 8,27
11. 28 °C 8,37
12. 28 °C 8,33
13. 29 °C 8,43
14. 29 °C 8,28
12
Pengukuran CO₂ ( Jum’at, 16 April 2021 )
Konsentrasi : 0,045
NaOH : 4 ml
Air : 50 ml
Larutan PP : 5 tetes
ttt
CO2 t
tt
CO2 t t
CO2 2t ⺅
ttt
CO2 t t
tt
ttt
CO2 t t
tt
CO2 t t t
CO2 ⺅
13
3. Data kelompok 3
Tabel 3. Pengukuran kualitas air pada akuarium yang menggunakan filter
Biologis “Batu Kerikil”, diperoleh data sebagai berikut :
2. 28 °C 8,44
3. 28 °C 8,58
4. 28 °C 8,48
5. 28 °C 8,45
6. 28 °C 8,29
7. 27 °C 8,48
9. 28 °C 7,39
10. 29 °C 8,47
11. 29 °C 8,30
12. 29 °C 8,30
13. 29 °C 8,33
14. 29 °C 8,17
14
Pengukuran CO₂ ( Jum’at, 16 April 2021 )
Konsentrasi : 0,045
NaOH : 6 ml
Air : 50 ml
Larutan PP : 3 tetes
Rumus pengukuran CO₂ :
ttt
CO2 t
tt
ttt
CO2 t
tt
CO2 t t
CO2 t ⺅
ttt
CO2 tৃ t
tt
ttt
CO2 tৃ t
tt
CO2 t tৃ t
CO2 ⺅
15
B. Pembahasan
16
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
pH sekitar 7- 8,5. Nilai pH sangat memengaruhi proses biokimiawi
perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Kordi,
2010).
Sedangkan terjadi penurunan Oksigen terlarut pada kelompok 1,
pada minggu kedua dan ketiga yang pada awalnya berada pada angka 5,1
mg/l dengan saturasi 66,6 % menjadi 4,1 mg/l dengan saturasi 48,3 %.
DO pada kelompok 2 yang awalnya 4,8 mg/l dengan saturasi 61% setelah
2 minggu DO nya turun menjadi 3,7 mg/l dengan saturasi 47,2%, dan pada
kelompok 3 mengalami penurunan pula dari 5,0 mg/l dengan saturasi
65,2% menjadi 3,5 mg/l dengan saturasi 44,7%.
Jumlah oksigen yang diperlukan hewan-hewan perairan sangat
bervariasi dan tergantung dari spesies, ukuran, jumlah pakan yang
dimakan, aktifitas, suhu air, konsentrasi oksigen dan lain-lain. Kebutuhan
oksigen bagi ikan mempunyai dua aspek yaitu kebutuham lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada
metabolisme ikan. Dan ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran
pakan dalam tubuh untuk menghasilkan aktivitas berenang, reproduksi dan
pertumbuhan. Kebutuhan oksigen terlarut yang diperbolehkan untuk
budidaya ikan nila adalah > 3 mg/l (Raharjo, 2004).
Hasil pengukuran parameter kualitas air selama dua minggu untuk
konsentrasi CO₂ diukur menggunakan metode titrasi, menunjukkan pada
semua filter menunjukan data berbeda, untuk penggunaan filter kapas
kandungan CO₂ yang dihasilkan adalah 5 mg/l dan 3 mg/l. untuk perlakuan
yang menggunakan filter biologis “(Salvinia molesta) / Ganggang Kariba”
CO₂ yang dihasilkan adalah 20 mg/l dan 4,3 mg/l. sedangkan untuk
perlakuan yang menggunakan filter batu krikil diperoleh hasil antara 30
mg/l dan 3,5 mg/l.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang saling berkaitan satu
sama lain, misalnya CO₂ dan pH. Peningkatan CO₂ di dalam media
menyebabkan nilai pH menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara
17
dan Sahid (2008), bahwa pH air akan meningkat jika CO₂ dalam air
berkurang dan pH akan menurun seiring bertambahnya kandungan CO₂.
18
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah
Industri Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo di Kabupaten
Kampar. Tesis. MIL Undip.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan.Kanisisus. Yogyakarta.
20
LAMPIRAN
21
Gambar 3. Pengukuran pH
22