Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN EKOLOGI PERTANIAN

PENGARUH KOMPETISI TERHADAP


PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh :

Kelas N

Asisten :

Mayang Ayudya Handini, SP.

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN 2019

“PENGARUH KOMPETISI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN”

Disetujui Oleh,

Asisten Kelas, Koordinator Asisten,

Mayang Ayudya Handini, SP. Yogi Gema Hamonangan NST

NIM. 155040200111219 NIM. 175040201111020

Disetujui Oleh,
Penanggung Jawab Ujian,

Fandyka Yufriza Ali, SP.

NIM. 176040200111011

ii
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

LEMBAR PENILAIAN REVISI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

EKOLOGI PERTANIAN 2019

Nilai Revisi

Disetujui Oleh:

Asisten Kelas, Penanggung Jawab Ujian,

Mayang Ayudya Handini, SP. Fandyka Yufriza Ali, SP.

NIM. 155040200111219 NIM. 176040200111011

iii
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

iv
LEMBAR DATA ANGGOTA
PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN
Kelas : N

Asisten : Mayang Ayudya Handini

No. Nama NIM


1. Andi Moch Faisal 195040207111028
2. Aulia Safina Putri 195040207111009
3. Salma Nadia Rahma 195040207111010
4. Izza Citra Madani 195040207111011
5. Miko Maulana 195040207111012
6. Niken Ayu Fadhilah 195040207111013
7. Lintang Salsabila Lestari 195040207111014
8. Muhammad Al-Faruqi 195040207111015
9. Nastiti Amalia Syafina 195040207111016
10. Novia Prasadini 195040207111017
11. Farah Yaquta Yamaniar 195040207111018
12. Wahyu Catur Nugroho 195040207111019
13. Muhammad Haniif Al Mubaar 195040207111020
14. Anisa Amalia Erilla 195040207111021
15. Marta Aghniyarta Ahsan 195040207111022
16. Nita Eriska 195040207111023
17. Mibdad Islammul Haq 195040207111024
18. Nandha Ardiansyah 195040207111025
19. Moh. Rizki Fadli Shobri 195040207111026
20. Muhammad Dzikry Zalfa’ Hi 195040207111027
21. Albert Johanson Dethan 195040207111029
22. Dany Prasetyo Abadi 195040207111030
23. Via Mistu Meisaroh 195040207111031
24. Fijar Alam Alhadad 195040207111032

v
No. Nama NIM

25. Wahyu Atuti 195040207111033


26. Abiyyu Naufal Moersanto 195040207111034
27. Tyary Airivia 195040207111035
28. Tallida Noor Faizah 195040207111036
29. Anggarina Dian Pramesti 195040207111037
30. Khofifah Erliana Wijayanti 195040207111038
31. Annisa Kharisma Mulya 195040207111040
32. Muhammad Zainul Muttaqin 195040207111041
33. Ahmad Firmana Rizqulloh 195040207111042
34. Siti Maysarah 195040207111043
35. Dhila Prihatiningtyas 195040207111044
36. Millati Fitri Syamila 195040207111045
37. Vara Oktavia Anggraini 195040207111046
38. Yanuar Mahendra Putra sug 195040207111047
39. Muhammad Nabil Lazuardi 195040207111048

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan karunia
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pengamatan
yang berjudul “Pengaruh Kompetisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman”

Laporan ini kami buat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekologi Pertanian tahun pelajaran 2019/2020. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada mba Mayang Ayudya Handini, SP., selaku asisten kelas yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan laporan ini, teman-teman
kelompok yang telah memberikan ide, kerjasama tim, dan motivasi, serta pihak-
pihak lain yang berperan dalam kelancaran pembuatan laporan ini.

Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
juga memohon maaf bila terdapat banyak kesalahan pada pengetikan ataupun
kalimat yang tidak sesuai. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kedepannya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 28 November 2019

vii
Tim Penyusun

viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................ii
LEMBAR PENILAIAN REVISI.............................................................................iii
LEMBAR DATA ANGGOTA...............................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................3
2.1 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai.......................................3
2.2 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Tanaman Terung.......................................4
2.3 Kompetisi Tanaman..................................................................................................5
2.4 Pengaruh Intraspesies dan Interspesies Terhadap Pertumbuhan
Tanaman................................................................................................................... 5
3. BAHAN DAN METODE.................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................................7
3.2 Alat dan Bahan..........................................................................................................7
3.3 Metode Pelaksanaan................................................................................................7
3.4 Parameter Pengamatan............................................................................................9
4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................11
4.1 Data Hasil Pengamatan..........................................................................................11
4.2 Pembahasan Umum................................................................................................13
5. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................16
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
5.2 Saran...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18
LAMPIRAN.........................................................................................................20

vii
DAFTAR TABEL

1. Tabel Data Tinggi Tanaman Intraspesies dan


Interspesies Tanaman Jagung, Kedelai dan Terung.................................. 12
2. Tabel Data Jumlah Daun Intraspesies dan
Interspesies Tanaman Jagung, Kedelai dan Terung................................. 13

viii
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Grafik Data Tinggi Tanaman Intraspesies


dan Interspesies Tanaman Jagung, Kedelai dan Terung.................. 14
2. Gambar Grafik Data Jumlah Daun Intraspesies dan
Interspesies Tanaman Jagung, Kedelai dan Terung.......................... 15
3. Gambar Grafik Data Rata-Rata Kelembaban Tanaman
Naungan dan Tanpa Naungan.............................................................15

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1........................................................................................................ 19
2. Lampiran 2........................................................................................................ 21

3.

x
1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada setiap kehidupan makhluk hidup yang ada di alam tidak ada yang
dapat hidup sendirian, tetapi mereka hidup saling bergantung dan berinteraksi
(saling berhubungan) antara satu organisme dan organisme lainnya untuk
kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya interaksi makhluk hidup tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik. Interaksi antar makhluk merupakan sesuatu
yang penting untuk diamati, karena melalui interaksi antar makhluk hidup, dapat
dilihat hubungan suatu populasi, melihat spesies-spesies yang memiliki
hubungan mangsa-pemangsa dari suatu ekosistem, atau melihat bentuk
persaingan antar dan dalam spesies pada sebuah ekosistem. Salah satu bentuk
interaksi yang diamati adalah interaksi kompetitif, yaitu interaksi di mana
makhluk-makhluk hidup yang terlibat bersaing terhadap sesuatu demi
kelangsungan hidupnya.

Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang
lainnya. Terdapat dua kompetisi, yaitu kompetisi intraspesifik dan
kompetisi interspesifik. Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme
yang berasal dari satu spesies, sedangkan interaksi interspesies adalah
hubungan yang terjadi antara organisme yang berasal dari spesies yang
berbeda. Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat
dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu netralisme,
mutualisme, kompetisi, komensalisme dan antagonis (Elfidasari, 2007)
Pada tanaman, interaksi dapat terjadi pada tanaman sejenis
(intraspesies) ataupun tidak sejenis (interspesies). Adanya interaksi antara
tanaman sejenis ataupun tidak sejenis akan menimbulkan kompetisi di antara
tanaman tersebut, kompetisi dapat berupa perebutan sumber daya yang terbatas
seperti sinar matahari, sumber air, unsur hara, CO 2, dan ruang tumbuh pada
lahan dan waktu yang sama. Kompetisi ini akan menimbulkan dampak negatif
terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tanaman, seperti perbedaan
tinggi batang, jumlah daun, dan akibat dari kompetisi ini akan berpengaruh
terhadap kemampuan tanaman untuk memproduksi buah juga perbedaan fase
tumbuh pada masing – masing tanaman.
2

Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan di atas, maka pentingnya


melakukan pengamatan tentang pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan
tanaman agar dapat mengetahui secara langsung melalui perlakuan intraspesies
pada tanaman kedelai dan tanaman terung serta interspesies tanaman jagung
dengan tanaman kedelai dan interspesies tanaman jagung dengan tanaman
terung

1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah mengetahui pengaruh kompetisi
terhadap pertumbuhan tanaman melalui perlakuan intraspesies dan interspesies
pada tanaman yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
3

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

Fase pertumbuhan tanaman kedelai diawali dengan benih kedelai setelah


terendam oleh air dan benih kedelai akan tumbuh menjadi kecambah, fase ini
disebut juga dengan fase perkecambahan. Fase pertumbuhan tanaman kedelai
dapat dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif
(reproduktif). Fase vegetatif merupakan fase awal pada tanaman mulai tumbuh
dan umumnya pada batang utama yang telah memiliki daun terbuka penuh. Fase
generatif adalah fase tumbuhnya bunga pada batang utama dan diakhiri dengan
menandakan telah matangnya polong. Polong yang sudah matang ditandai
dengan perubahan warna pada polong itu sendiri. Jumlah dan ukuran polong
dapat ditentukan oleh faktor genetik, tetapi jumlah nyata ukuran polong yang
terbentuk disebabkan oleh faktor lingkungan yang dimana terjadi pada proses
pengisian biji (Adie, 2014).

Kedelai banyak dibudidayakan di lingkungan tropis dan subtropis, dengan curah


hujan 100–400 mm3 per bulan. Air yang cukup akan mendukung peningkatan
luas daun sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman. Rendahnya jumlah
air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, sehingga mengganggu
penyerapan unsur hara, yang berakibat pada menurunkan produksi. Tanaman
kedelai yang kekurangan air, mengakibatkan translokasi fotosintat ke biji akan
terhambat (Agung & Rahayu, 2004). Kedelai kebanyakan ditanam di daerah
yang terletak kurang dari 400 m di atas permukaan laut sehingga kedelai akan
cocok ditanam di daerah beriklim kering (Andrianto dan Indarto, 2004). Tanaman
kedelai dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi suhu rendah maupun tinggi.
Namun, suhu udara yang paling sesuai untuk pertumbuhan kedelai adalah 20-25
°C. Kecepatan pertumbuhan kedelai mengalami penurunan pada suhu > 35°C
maupun pada suhu < 18 °C. Kondisi iklim dengan suhu dan radiasi UV-B tinggi
dapat menyebabkan kerusakan organ reproduktif seperti morfologi bunga dan
serbuk sari pada kedelai (Koti et al., 2005).

Ketersediaan air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk


pertumbuhan tanaman, di antaranya untuk peningkatan luas daun. Kekurangan
air akan mengakibatkan berkurangnya laju fotosintesis sehingga mengakibatkan
menurunnya kapasitas fotosintesis yang dilakukan tumbuhan kedelai. Lama
4

penyinaran optimal untuk pertumbuhan kedelai adalah 10-12 jam, penyinaran


kurang dari 10 jam atau 12 jam akan menyebabkan pembungaan lambat,
penurunan jumlah bunga, polong, dan hasil. Sedangkan ukuran biji akan
terpengaruh menjadi lebih kecil saat penyinaran < 6 jam (Arifin, 2008).

Tanaman kedelai menghendaki kondisi tanah dengan kemasaman antara 5,8-7.


Namun, tanaman kedelai juga dapat tumbuh baik pada pH tanah 4,5. Tanah
yang mengandung banyak pasir kwarsa menyebabkan pertumbuhan kedelai
kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam
jumlah yang cukup (Andrianto & Indarto, 2004). Pada awal fase vegetatif,
tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang hampir jenuh (kapasitas lapang)
asal tidak ada penggenangan air pada tanah. Pada dasarnya kedelai adalah
tanaman aerobik, yang lebih sesuai pada tanah yang agak lembab dengan kadar
kelembaban 70-80% kapasitas lapang, tanah berdrainase baik tetapi memiliki
daya pengikat air yang baik, oleh karena itu, tanah dengan tekstur berliat dan
berdrainase baik, atau tanah lempung berpasir yang kaya bahan organik, sangat
sesuai untuk tanaman kedelai (Sumarno & Manshuri, 2007).

2.2 Fase Pertumbuhan dan Syarat Tumbuh Tanaman Terung

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terung melalui fase vegetatif


dan generatif. Pada fase vegetatif dimulai dari perkembangan akar, batang dan
batang baru. Pada fase vegetatif mengalami 3 proses umum yaitu pembelahan
sel, pemanjangan sel dan tahap awal pada deferensiasi sel. Fase vegetatif pada
terung terjadi sebelum pembungaan bunga atau sebelum fase generatif terjadi.
Tanaman terung juga memiliki banyak variasi yang tersebar diseluruh dunia yang
mencakup perbedaan ukuran, bentuk dan juga warnanya (Samadi, 2001). Fase
generatif pada terung ditandai dengan munculnya bunga dalam kurun waktu
kurang lebih 2 bulan setelah penanaman dan akan berbuah setelah satu
minggunya. Tanaman terung yang baik ketika biji sudah mulai keras dan kulit
terung terasa liat (Pracaya, 2006)
Syarat tumbuh tanaman terung mencakup iklim dan tanah. Pada iklim,
tumbuhan dapat berproduksi dengan baik di daerah dataran tinggi atau dataran
rendah dengan ukuran sekitar ±1.000 meter dari permukaan laut. Pertumbuhan
terung yang baik suhunya diantara 22-30 ºC dengan cuaca panas dan iklimnya
yang kering, sehingga tanaman terung cocok ditanam pada musim kemarau.
Keadaan panas akan mempercepat tumbuhnya bunga dan buah sebaliknya jika
5

keadaan suhu udara rendah bunga dan buah tanaman terung akan berguguran.
Agar tanaman terung dapat memproduksi dengan jumlah tinggi yang beritensitas
tinggi (Firmanto, 2011). Tumbuhan terung menghendaki tanah dengan kondisi
yang subur dan gembur dengan sistem drainase yang baik. Tingkat kemasaman
(pH) tanah yang cocok untuk pertumbuhan terung berkisar antara 5,3-6,0.
Namun, tanaman terung masih dapat tumbuh dengan baik meskipun pada
kondisi pH yang lebih rendah yaitu 5,0. Kualitas pH yang terlalu rendah akan
menghambat pertumbuhan dan menurunkan kualitas tanaman. (Samadi, 2001).

2.3 Kompetisi Tanaman

Kompetisi tanaman merupakan suatu bentuk persaingan pada tanaman


dalam memperebutkan sumber makanan berupa unsur hara dan air guna
memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup tumbuhan
tersebut. Kompetisi atau persaingan merupakan bentuk hubungan antar tanaman
yang saling bersaing untuk mendapatkan hal yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk tumbuh dan berkembang. anaman itu sendiri yang tersedia di lahan
dengan terbatas (Kusumawati, 2018). Kompetisi tanaman merupakan usaha
tumbuhan dalam memperebutkan faktor tumbuh berupa cahaya, unsur hara, air
dan ruang secara cepat (Budi, 2012).

Kompetisi dapat terjadi apabila antar organisme membutuhkan faktor


lingkungan yang sama namun persediaannya terbatas. Kompetisi dapat diartikan
sebagai masa dimana gulma tumbuh diantara tanaman budidaya sehingga
terjadi persaingan yang memperebutkan unsur-unsur di dalam tanah yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman budidaya. Kompetisi dibedakan menjadi
empat macam, yaitu intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama
dalam lahan yang sama, kompetisi interspesifik yakni persaingan antara
organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama, intraplant competition
yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau
organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman, interplant
competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan
spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition).
Persaingan yang dilakukan oleh organisme dapat memperebutkan kebutuhan
ruang (tempat), makanan, unsur hara, air, sinar dan udara sebagai sumber daya
yang dibutuhkan oleh setiap organisme untuk pertumbuhannya (Indriyanto,
2006).
6

2.4 Pengaruh Intraspesies dan Interspesies Terhadap Pertumbuhan


Tanaman

Intraspesies dan Interspesies merupakan suatu kompetisi yang terjadi


dalam tanaman, kompetisi atau persaingan juga termasuk interaksi yang terjadi
antar tumbuhan, dengan tujuan saling memperebutkan sumber daya alam yang
ketersediaannya terbatas di lahan dan waktu yang sama sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil dari salah satu tanaman.

Kompetisi intraspesifik dapat menghasilkan persaingan yang berdampak


pada keseimbangan dua spesies atau berasal dari satu populasi untuk
menggantikan populasi yang lain. Kompetisi ini bisa terjadi jika kedua individu
mempunyai kebutuhan, sarana pertumbuhan yang sama. Sedangkan lingkungan
tidak menyediakan hal tersebut dalam jumlah yang cukup. Maka persaingan ini
justru akan menimbulkan dampak negatif yaitu menghambat pertumbuhan
tanaman. Perbedaan ukuran rerata tinggi suatu tanaman intraspesies atau
sejenis yang di tanam dalam suatu polybag tergantung dari kompetisi yang
terjadi di polybag tersebut. Semakin Banyak tanaman yang ditanam di polybag
maka semakin terhambat pertumbuhannya. Sumber daya alam yang
diperebutkan antara lain air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,
2005).

Sedangkan untuk pengaruh interspesies sendiri jika terdapat perbedaan


hasil rerata tinggi tanaman interspesies menunjukkan adanya komopetisi atau
juga dikenal dengan persaingan antar jenis tanaman yang berbeda dalam satu
poolybag. Semakin banyak jumlah tanaman yang berada dalam satu wadah
tersebut persaingan yang terjadi akan semakin ketat untuk medapatkan ruang
dan unsur hara yang terkandung, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman
tersebut. Adanya kompetisi yang terjadi pada tanaman yang berbeda jenis ini
sesuai dengan hukum Gause bahwa yang menyatakan bahwa tidak ada spesies
dapat secara tak terbatas menghuni tempat yang sama secara serentak. Salah
satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies makin bertambah
efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut, dengan
demikian keudanya akan terjadi yang namanya keseimbangan (Indriyanto,
2006).
7

3. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Pratikum tanam dilaksanakan pada Bulan September-Oktober 2019 dan


bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang
terletak di Jalan Kuping Gajah No. 45, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65141

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan untuk praktikum yaitu ember, gayung, cetok atau
cangkil, kresek, gelas air mineral, selotipe atau alat perekat dan label identitas
kelompok. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu 20 buah polibag, 25 benih
kedelai, 10 benih jagung, 20 bibit terung, pupuk kandang dan tanah.

3.3 Metode Pelaksanaan

3.3.1 Persiapan Media Tanam

Hal pertama yang dilakukan saat ingin membuat media tanam, yaitu
menyiapkan tanah dan pupuk kandang sebagai bahan media tanam. Lalu
menyiapkan 20 polibag untuk perlakuan kompetisi tanaman. Setelah itu tanah
dicangkil dan hasil cangkilan dari tanah dicampurkan dengan pupuk kandang,
dengan perbandingan 3:1, lalu kedua bahan tersebut dilembabkan dengan diberi
air secukupnya. Hasil campuran tersebut dimasukkan ke dalam polibag dengan
tinggi ± ¾ dari polibag tersebut.

3.3.2. Penanaman

a. Perlakuan Intraspesies
8

Pada perlakuan intraspesies kedelai populasi 4 diberikan 4 lubang tanam


per polibag yang akan ditanami kedelai, tiap lubang tanam memiliki kedalaman ±
1,5 cm dan jarak antar tanamnya berjarak 10 cm dan berbentuk persegi. Lalu
memasukan 1 benih kedelai ke dalam masing-masing lubang, kemudian ditimbun
menggunakan tanah. Lalu benih-benih yang telah ditanam diberi air hingga
media tanam terlihat lembab. Polibag yang sudah siap kemudian diberi label
nama dan jenis tanaman, Lalu polibag disusun sesuai dengan petak lahan.

Sedangkan pada intraspesies terung populasi 3, dibuat 3 lubang pada masing-


masing polibag dan tiap lubang tanam memiliki kedalaman ± 5 cm. Serta jarak
antar tanamnya berjarak 10 cm dan berbentuk segitiga. Lalu masukan 1 bibit
terung ke dalam masing-masing lubang, kemudian ditimbun menggunakan
tanah. Lalu benih-benih yang telah di tanam diberi air hingga media tanam
terlihat lembab. Polibag yang sudah siap kemudian diberi label nama dan jenis
tanaman, Lalu polibag disusun sesuai dengan petak lahan.

b. Perlakuan Interspesies

Pada perlakuan interspesies jagung dan kedelai, dibutuhkan 2 lubang per


polibag dengan kedalaman ± 3 cm untuk benih jagung dan ± 1,5 cm untuk benih
kedelai. Jarak lubang antara benih jagung dan benih kedelai berjarak 10 cm. Lalu
memasukan 1 benih jagung dan 1 benih kedelai ke dalam masing-masing
lubang, kemudian ditimbun menggunakan tanah. Benih-benih yang telah di
tanam diberi air hingga media tanam terlihat lembab. Polibag yang sudah siap
kemudian diberi label nama dan jenis tanaman, setelah itu polibag disusun
sesuai dengan petak lahan. Sedangkan pada perlakuan interspesies jagung dan
terung dibutuhkan 2 lubang per polibag, dengan kedalaman ± 3 cm untuk benih
jagung ± 5 cm untuk bibit terung, jarak lubang antara benih jagung dan bibit
terung berjarak 10 cm. Lalu memasukan 1 benih jagung dan 1 bibit terung ke
dalam masing-masing lubang pada sitiap polibag, kemudian ditimbun
menggunakan tanah. Benih atau bibit yang telah ditanam diberi air hingga media
9

tanam terlihat lembab. Polibag yang sudah siap kemudian diberi label nama dan
jenis tanaman, setelah itu polibag disusun sesuai dengan petak lahan.

3.3.3 Perawatan

Perawatan terdiri dari penyiraman dan penyulaman. Penyiraman dilakukan


setiap hari pada waktu pagi hari atau sore hari untuk mengurangi evaporasi pada
siang hari sehingga tanaman tidak kekurangan air. Penyiraman dilakukan
dengan pemberian air hingga kondisi tanah lembab. Penyulaman dilakukan
apabila ada tanaman yang mati seminggu setelah penanaman. Tanaman yang
mati dikeluarkan dari media tanam. mengukur kembali jarak antar tanaman ± 10
cm dan kedalaman tanah ± 5 cm. Tanaman yang telah mati diganti dengan
tanaman baru yang disemai.

3.3.4 Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam dan 4 minggu setelah


tanam. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk NPK, dengan dosis
tanaman terung intraspesies 3 pupolasi yaitu 6 gram per polibag dan dosis pada
tanaman kedelai intraspesies 4 populasi yaitu 20 gram per polibag. Dosis pada
tanaman interspesies jagung dan kedelai yaitu 3 gram per polibag, dan dosis
pada tanaman intraspesies jagung dan terung yaitu 3 gram. Pengaplikasian
pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, yaitu membuat lubang dengan jarak
diantara tanaman, lalu pupuk dimasukan kedalam lubang tersebut dan tutup
dengan tanah.

3.3.5 Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilakukan pada 2 minggu setelah tanam hingga 6


minggu setelah tanam. Sedangkan Interval pengamatan dilakukan pada setiap 1
10

minggu sekali. Parameter yang diamati yaitu mengukur tinggi dan jumlah daun
pada tanaman jagung, terung dan kedelai.

3.4 Parameter Pengamatan

3.4.1 Tinggi Tanaman

Parameter tinggi tanaman diamati dari 2 minggu setelah tanam hingga 6


minggu setelah tanam, yang interval pengamatannya dilakukan setiap satu
minggu sekali. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur
tinggi tanaman jagung, terung, dan kedelai. Pengukuran tinggi tanaman di hitung
dari pangkal batang hingga titik tumbuhnya tanaman. Pada pengamatan tinggi
tanaman dibutuhkan meteran jahit atau penggaris yang digunakan untuk
mengukur tinggi tanaman, alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
dan juga kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan hasil pengamatan.

3.4.2 Jumlah Daun

Pada parameter perhitungan jumlah daun dihitung dari 2 minggu setelah


tanam hingga 6 minggu setelah tanam. Setiap tanaman memiliki penghitungan
jumlah daun yang berbeda. pada Penghitungan jumlah daun jagung dilakukan
dengan cara menghitung tiap ruas daun, karena tanaman jagung merupakan
tanaman berdaun tunggal. Daun tanaman jagung dapat dihitung jika daun
tersebut telah terbuka sempurna. Lalu penghitungan daun kedelai dilakukan
dengan cara menghitung tiap ruas daun, karena tanaman kedelai merupakan
tanaman berdaun majemuk yang memiliki 3 anak daun, penghitungan jumlah
daun kedelai dimulai pada bagian pangkal daun yang memiliki 3 anak daun.
Sedangkan penghitungan pada jumlah daun terung dilakukan dengan cara
menghitung tiap ruas daun, karena tanaman terung merupakan tanaman
berdaun tunggal. Daun tanaman terung dapat dihitung jika daun tersebut telah
terbuka sempurna.
11
12

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Tinggi Tanaman

Kompetisi pada dua tanaman atau lebih berpengaruh pada tinggi suatu
tanaman. Tinggi tanaman diukur saat tanaman berumur 2 MST (minggu setelah
tanam) sampai dengan 6 MST. Berikut adalah sajian data dari tinggi tanaman
terung dan kedelai dengan perlakuan yang berbeda-beda:

Tabel 1. Data Tinggi Tanaman Intraspesies dan Interspesies Tanaman Jagung,


Kedelai dan Terung.

Jenis Tinggi Tanaman


Perlakuan
Tanaman 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST

Intraspesies
7.9 8.9 10.3 10.5 11
Populasi 2

Intraspesies
8.3 9.2 10.2 12.4 13.2
Populasi 3
Terung
Intraspesies
6.7 7.8 8.6 10 13.8
Populasi 4

Interspesies
7.7 7.9 11.8 14.1 19.9
Dengan Jagung

Intraspesies
4.6 8.1 10.5 13 15.5
Populasi 2

Intraspesies
5,2 7,5 17.2 23.9 27
Populasi 4
Kedelai
Intraspesies
1.5 2.7 6.9 11.5 12.5
Populasi 6

Interspesies
6.7 12.4 13 15 17
Dengan Jagung

Data diatas menunjukkan perbandingan tinggi tanaman antara terung dan


kedelai pada perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan intraspesies terung
memiliki data tertinggi pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST
mengalami peningkatan 1.1, 5MST mengalami peningkatan 2,4 dan 6MST
13

mengalami peningkatan 3,8, dengan hasil akhir 13,8. Data terendah terdapat
pada 2 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1,
5MST mengalami peningkatan 0,2 dan 6MST mengalami peningkatan 1,5,
dengan hasil akhir 11. Perlakuan interspesies terong lebih tinggi dari perlakuan
intraspesies dengan ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 0,2,
5MST mengalami peningkatan 2,3 dan 6MST mengalami peningkatan 5,8,
dengan hasil akhir 19,9. Sedangkan data yang tertinggi pada perlakuan
intraspesies terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST
mengalami peningkatan 1.1, 5MST mengalami peningkatan 2,4 dan 6MST
mengalami peningkatan 3,8, dengan hasil akhir 13,8.

Untuk perlakuan intraspesies kedelai memiliki data tertinggi pada 4


populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2,3, 5MST
mengalami peningkatan 6,7 dan 6MST mengalami peningkatan 3,1, dengan hasil
akhir 27. Data terendah pada 6 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST
mengalami peningkatan 1.2, 5MST mengalami peningkatan 4,6 dan 6MST
mengalami peningkatan 1, dengan hasil akhir 12,5. Perlakuan interspesies
kedelai lebih rendah dari perlakuan intraspesies dengan ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 5,7, 5MST mengalami peningkatan 2 dan 6MST
mengalami peningkatan 2, dengan hasil akhir 17. Sedangkan data yang tertinggi
pada perlakuan intraspesies terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan pada
data 3MST mengalami peningkatan 2,3, 5MST mengalami peningkatan 6,7 dan
6MST mengalami peningkatan 3,1, dengan hasil akhir 27.
14

Tabel 2. Data Jumlah Daun Intraspesies dan Interspesies Tanaman Jagung,


Kedelai dan Terung.

Jenis Jumlah Daun


Perlakuan
Tanaman 2MST 3MST 4MST 5MST 6MST
Intraspesies
4.1 5.1 4.8 3.4 3.6
Populasi 2
Intraspesies
3 3.3 3.4 4.2 4.2
Populasi 3
Terung
Intraspesies
2.5 4.5 4 3.9 5.9
Populasi 4
Interspesies
3.8 5 5.6 5.8 8.8
Dengan Jagung
Intraspesies
3.6 6.2 9.6 13.2 13.2
Populasi 2
Intraspesies
2.1 3.7 4 4.4 5.3
Populasi 4
Kedelai
Intraspesies
 3.2 6.2 8   8.2 8.6 
Populasi 6
Interspesies Dengan
1.8 3.8 4.2 3.6 2.5
Jagung

Data diatas menunjukkan perbandingan jumlah daun antara terung dan


kedelai pada perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan intraspesies terung
memiliki data tertinggi pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST
mengalami peningkatan 2, 5MST mengalami penurunan 0,1 dan 6MST
mengalami peningkatan 2, dengan hasil akhir 5,9. Data terendah terdapat pada 2
populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1, 5MST
mengalami penurunan 1,4 dan 6MST mengalami peningkatan 0,2, dengan hasil
akhir 3,6. Perlakuan interspesies terong memiliki data lebih tinggi dari perlakuan
intraspesies dengan ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1,2,
5MST mengalami peningkatan 0,2 dan 6MST mengalami peningkatan 3, dengan
hasil akhir 8,8. Sedangkan data yang tertinggi pada perlakuan intraspesies
terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami
15

peningkatan 2, 5MST mengalami penurunan 0,1 dan 6MST mengalami


peningkatan 2, dengan hasil akhir 5,9.

Untuk perlakuan intraspesies kedelai memiliki data tertinggi pada 2


populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2,6, 5MST
mengalami peningkatan 3.4 dan 6MST mengalami penetapan, dengan hasil akhir
13.2. Data terendah pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST
mengalami peningkatan 1.6, 5MST mengalami peningkatan 0,3 dan 6MST
mengalami peningkatan 0,9, dengan hasil akhir 5,3. Perlakuan interspesies
kedelai lebih rendah dari perlakuan intraspesies dengan ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 2, 5MST mengalami peningkatan 0.4 dan 6MST
mengalami penurunan 1.1, dengan hasil akhir 2.5. Sedangkan data yang
tertinggi pada perlakuan intraspesies terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan
pada data 3MST mengalami peningkatan pada 2 populasi yang ditunjukkan pada
data 3MST mengalami peningkatan 2,6, 5MST mengalami peningkatan 3.4 dan
6MST mengalami penetapan, dengan hasil akhir 13.2.
16

4.2 Pembahasan Umum

Berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman kompetisi menghasilkan


variasi data berupa tinggi tanaman serta jumlah daun. Pengamatan dilakukan
dengan membandingkan pertumbuhan tanaman intrapesies dengan interspesies
tiap polybag. Penanaman tanaman interspesies maupun intraspesies
berpengaruh pada aspek tinggi tanaman dan jumlah helai daun tanaman
(Herliana et al., 2015). Dengan begitu dapat dikatakan bahwa variasi tanaman
berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman.

Pada tanaman terung data tinggi tanaman tertinggi didapatkan perlakuan


intraspesies 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami
peningkatan 1.1, 5MST mengalami peningkatan 2,4 dan 6MST mengalami
peningkatan 3,8, dengan hasil akhir 13,8. Data terendah terdapat pada 2
populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1, 5MST
mengalami peningkatan 0,2 dan 6MST mengalami peningkatan 1,5, dengan hasil
akhir 11. Perlakuan interspesies terong lebih tinggi dari perlakuan intraspesies
dengan ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 0,2, 5MST
mengalami peningkatan 2,3 dan 6MST mengalami peningkatan 5,8, dengan hasil
akhir 19,9. Sedangkan data yang tertinggi pada perlakuan intraspesies terdapat
pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1.1,
5MST mengalami peningkatan 2,4 dan 6MST mengalami peningkatan 3,8,
dengan hasil akhir 13,8. Data pengamatan dapat dilihat pada grafik satu.
17

Tinggi Tanaman Terung


25

20

15

10

0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies terung 2 Populasi Intraspesies Terung 3 Populasi


Intraspesies Terung 4 Populasi Interspesies terung dengan jagung

Gambar 1. Grafik Rerata Tinggi Tanaman Terung Perlakuan Intraspesies dan


Intraspesies

Perlakuan intraspesies kedelai memiliki data tinggi tanaman tertinggi


pada 2 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2,6,
5MST mengalami peningkatan 3.4 dan 6MST mengalami penetapan, dengan
hasil akhir 13.2. Data terendah pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 1.6, 5MST mengalami peningkatan 0,3 dan 6MST
mengalami peningkatan 0,9, dengan hasil akhir 5,3. Perlakuan interspesies
kedelai lebih rendah dari perlakuan intraspesies dengan ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 2, 5MST mengalami peningkatan 0.4 dan 6MST
mengalami penurunan 1.1, dengan hasil akhir 2.5. Sedangkan data yang
tertinggi pada perlakuan intraspesies terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan
pada data 3MST mengalami peningkatan pada 2 populasi yang ditunjukkan pada
data 3MST mengalami peningkatan 2,6, 5MST mengalami peningkatan 3.4 dan
6MST mengalami penetapan, dengan hasil akhir 13.2. Data pengamatan dapat
dilihat pada grafik 2.
18

Tinggi Tanaman Kedelai


30

25

20

15

10

0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies 2 populasi Intraspesies 4 Populasi


Intraspesies 6 Populasi Interspesies dengan jagung

Gambar 2. Grafik Rerata Tinggi Tanaman Kedelai Perlakuan Intraspesies dan


Intraspesies
Pada perlakuan intraspesies terung memiliki data jumlah daun tertinggi
pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2,
5MST mengalami penurunan 0,1 dan 6MST mengalami peningkatan 2, dengan
hasil akhir 5,9. Data terendah terdapat pada 2 populasi yang ditunjukkan pada
data 3MST mengalami peningkatan 1, 5MST mengalami penurunan 1,4 dan
6MST mengalami peningkatan 0,2, dengan hasil akhir 3,6. Perlakuan
interspesies terong memiliki data lebih tinggi dari perlakuan intraspesies dengan
ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 1,2, 5MST mengalami
peningkatan 0,2 dan 6MST mengalami peningkatan 3, dengan hasil akhir 8,8.
Sedangkan data yang tertinggi pada perlakuan intraspesies terdapat pada 4
populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2, 5MST
mengalami penurunan 0,1 dan 6MST mengalami peningkatan 2, dengan hasil
akhir 5,9. Data pengamatan dapat dilihat pada grafik 3.
19

Jumlah Daun Terung


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies 2 Populasi Intraspesies 3 Populasi


Intraspesies 4 populasi Interspesies dengan jagung

Gambar 3. Grafik Rerata Jumlah Daun Terung Perlakuan Intraspesies dan


Intraspesies

Untuk perlakuan intraspesies kedelai memiliki data jumlah daun tertinggi


pada 2 populasi yang ditunjukkan pada data 3MST mengalami peningkatan 2,6,
5MST mengalami peningkatan 3.4 dan 6MST mengalami penetapan, dengan
hasil akhir 13.2. Data terendah pada 4 populasi yang ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 1.6, 5MST mengalami peningkatan 0,3 dan 6MST
mengalami peningkatan 0,9, dengan hasil akhir 5,3. Perlakuan interspesies
kedelai lebih rendah dari perlakuan intraspesies dengan ditunjukkan pada data
3MST mengalami peningkatan 2, 5MST mengalami peningkatan 0.4 dan 6MST
mengalami penurunan 1.1, dengan hasil akhir 2.5. Sedangkan data yang
tertinggi pada perlakuan intraspesies terdapat pada 4 populasi yang ditunjukkan
pada data 3MST mengalami peningkatan pada 2 populasi yang ditunjukkan pada
data 3MST mengalami peningkatan 2,6, 5MST mengalami peningkatan 3.4 dan
6MST mengalami penetapan, dengan hasil akhir 13.2. Data pengamatan dapat
dilihat pada grafik 4.
20

Jumlah Daun Kedelai


14

12

10

0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies 2 populasi Intraspesies 4 populasi


Intraspesies 6 populasi Interspesies dengan jagung

Gambar 4. Grafik Rerata Jumlah Daun Terung Perlakuan Intraspesies dan


Intraspesies

4.2.1 Tinggi Tanaman

Pada perlakuan intraspesies terung tinggi tanaman dan jumlah daun


memiliki data pada 4 populasi dibanding dengan 2 populasi dan 3 populasi. Hal
tersebut disebabkan oleh penguapan air yang cukup tinggi pada 2 populasi yang
memiliki kanopi tidak cukup melindungi permukaan tanah dari sinar matahari.
Sehingga air akan cepat menguap daripada 4 populasi yang memiliki kanopi
cukup untuk melindungi permukaan tanah dari sinar matahari, dengan begitu
penguapan lebih sedikit, dengan begitu ketersediaan air tetap ada. Menurut
Maryani (2012) menyatakan bahwa ketersediaan air yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat penting. Apabila ketersediaan air
tanah kurang bagi tanaman maka akibatnya air sebagai bahan baku fotosintesis,
transportasi unsur hara ke daun akan terhambat sehingga akan berdampak pada
pertumbuhan tanaman.

Pada perlakuan intraspesies dan interspesies terung tinggi tanaman dan


jumlah daun didapatkan perlakuan interspesies memiliki data lebih tinggi
daripada intraspesies. Hal tersebut disebabkan oleh tanaman terung lebih
optimal jika ditanam dengan sistem tumpangsari daripada dengan tanaman
21

monokultur yang mana produktivitas tanamannya akan lebih rendah. Menurut


(Evanita et al., 2014) tanaman terung akan lebih optimal apabila dikombinasikan
dengan pola tanam tumpangsari.

Pada perlakuan intraspesies kedelai tinggi tanaman yang memiliki data


tertinggi 4 populasi dibanding dengan 2 dan 6 populasi. Hal tersebut juga sama
dengan perlakuan intraspesies terung yang disebabkan oleh penguapan air yang
cukup tinggi pada 2 populasi yang memiliki kanopi tidak cukup melindungi
permukaan tanah dari sinar matahari. Sehingga air akan cepat menguap
daripada 4 populasi yang memiliki kanopi cukup untuk melindungi permukaan
tanah dari sinar matahari, dengan begitu penguapan lebih sedikit. Tetapi pada 6
populasi memiliki data terendah dikarenakan jumlah populasi yang padat untuk
saling berkompetisi menyerap unsur hara dan ruang tumbuh, sehingga daun
yang tumbuh menutupi daun tanaman lain dan menyebabkan terhambatnya
fotosintesis pada tanaman tersebut (Susanti et al., 2004)

Pada perlakuan intraspesies dan interspesies pada tanaman kedelai,


didapatkan perlakuan intraspesies memiliki data lebih tinggi daripada
interspesies. Hal ini disebabkan perlakuan interspesies oleh tanaman kedelai
dapat menyerap unsur hara N di udara, sehingga pada perlakuan tersebut akan
kaya N yang terserap. Daripada perlakuan interspesies tanaman kedelai sedikit
akan unsur hara N yang terserap.
22

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum dapat disimpulkan bahwa tanaman intraspesies


kedelai populasi 4 memiliki pertumbuhan lebih optimal dibandingkan dengan
tanaman intraspesies yang lain. Perebutan unsur hara pada tanaman kedelai
populasi 4 terjadi lebih merata dengan jumlah populasi tersebut. Pada laju
evaporasinya tanaman kedelai populasi 4 terjadi tidak terlalu besar. Sedangkan
pada tanaman interspesies jagung dan terung lebih baik dari pada interspesies
jagung dan kedelai, hal tersebut dikarenakan tanaman terung pada fase vegetatif
terung memerlukan unsur hara lebih sedikit.

5.2 Saran

Dari kegiatan praktikum dapat disarankan dalam penanaman lebih baik


menggunakan sistem intraspesies kedelai populasi 4 karena dalam hal perebutan
unsur hara terjadi lebih optimal serta laju evaporasi tanah tidak terlalu besar hal tersebut
dikarenakan jarak tanam antar tanaman. Sedangkan pada interspesies lebih baik antara
jagung dengan terung karena pada fase vegetatif terung memerlukan unsur hara lebih sedikit.

Jumlah Daun Terung


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies 2 Populasi Intraspesies 3 Populasi


Intraspesies 4 populasi Interspesies dengan jagung
23

Jumlah Daun Kedelai


14

12

10

0
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST

Intraspesies 2 populasi Intraspesies 4 populasi


Intraspesies 6 populasi Interspesies dengan jagung
DAFTAR PUSTAKA
Adie, Muchlish. 2014. Keragaman Karakteristik Fisik Polong Beberapa Genetik
Kedelai dan Hubungannya dengan Ketahanan Terhadap Pecah Polong.
Balitkabi. Malang: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Adisarwanto, T. 2007. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Swadaya. Jakarta.
Agung, T. & Rahayu, A.Y. 2004. Analisis efisiensi serapan N, pertumbuhan, dan
hasil beberapa kultivar kedelai unggul baru dengan cekaman kekeringan
dan pemberian pupuk hayati. Agrosains. 6 (2):70–74
Aisyah, Y., dan Ninuk. H. 2018. Pengaruh Jarak Tanam Tanaman Jagung Manis
(Zea mays L. var. Saccaharata) pada Tumpangsari dengan Tiga Varietas
Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Merril. Jurnal Produksi Tanaman. 6
(1): 66-75
Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogyakarta.
Arifin. 2008. Respons tanaman kedelai terhadap lama penyinaran. Agrivita 30(1):
61–66.
Budiastuti, Mth, S. 2000. Penggunaan Triakontanol dan Jarak Tanam pada
Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.). Agrosains. 2 (2): (2000).
Budi,G.P. 2012. Kompetisi Gulma Dengan Tanaman Budidaya Dalam Sistem
Pertanaman Multiple Cropping. Sainteks.7(1).
Bukhori.2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum
melongena L.). Sains Riset. 3(1): 4.
Elfidasari, D. 2007. Jenis Interaksi Intraspesifik pada Tiga Jenis Kuntul Saat
Mencari Makan di Sekitar Cagar Alam Pulau Dua Serang. Biodiversitas.
8: 266-269.
Firmanto, B. 2011. Sukses bertanaman terung secara organik. Angkasa.
Bandung.
Hendrival, Abdul Khalid. 2017. Perbandingan Keanekaragaman Hymenoptera
Parasitoid pada Agroekosistem Kedelai dengan Aplikasi dan Tanpa
aplikasi Insektisida. Biology. 10(1): 48-58.
Herliana, Okti, Atang, Isnan Ujiono. 2015. Pengaruh Dosis Pemupukan pada
Sistem Tanam Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
manis dan kedelai. Agroekotek. 7(2): 129-137
Indriawati, H. 2003. Pengaruh interval pemberian air terhadap pertumbuhan dan
hasil dua varietas melon. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
3(2): 4-8.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara : Jakarta.
Ivan, Setiawan, Bina, Unteawati, dan Dayang, Berliana. 2018. Usahatani Selada
Keriting (Lactuva sativa L.) Secara Organik di Yayasan Bina Sarana
Bakti. Karya Ilmiah Mahasiswa.
Kadirman. 2017. Mengoperasikan Alat Mesin Budidaya Tanaman,Pemeliharaan
Tanaman, dan Pasca Panen. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Pengantar Bududaya Pertanian. UGM.
Yogyakarta.
Koti, S., K.R. Reddy, V.G. Kakani, D. Zhao, V.R. Reddy. 2005. Interactive effects
of carbon dioxide, temperature and ultraviolet-B radiation on flower and
pollen morphology, quantity and quality of pollen in soybean (Glycine max
L.) genotypes. J. Exp. Bot 56:725–736.
Kusumawati, D.E. 2018. Pengaruh Kompetisi Intraspesifik Dan Interspesifik
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Dan Kacang
Hijau (Vigna radiata). Agroradix.1(2).

Maryani, A.T.2012.Pengaruh volume pemberian air terhadap

Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama. Fakultas Pertanian,


Universitas Jambi Volume 1(2).
Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 2002. Bertanam terung. Kanasius. Jogyakarta.
Samadi, B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta 67 halaman.
Sudarto, M. Zairin, Awaluddin Hipi dan Ari Surahman. 2003. Pengaruh Jenis dan
Dosis Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung
Manis (Zea mays Saccaharata Sturt). Pastura (1): 2.
Suliawati dan Vita,S.G. 2017. Pengembangan Desain Alat Tanam Biji Jagung
Dengan Metode Antropometri Guna Untuk Mengurangi Kelelahan Pada
Pekerja. Seminar Nasional Teknik Industri. 3(1):33-38
Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi
Kedelai di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. 74-105
Susanti, Z. & Abdulrachman, S. 2004. Kepadatan benih dipesemaian dan
pengaturan ruang tumbuh tanaman untuk memperbaiki pertumbuhan dan
hasil padi. Balai desa penelitian.
Yuwariah, Y. D., Ruswandi. A.W., dan Irwan. 2017. Pengaruh Pola Tanam
Tumpangsari Jagung dan Kedelai terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Jagung Hibrida dan Evaluasi Tumpangsari di Arjasari Kabupaten
Bandung. 16(3)
Evanita, E., Widaryanto, E., & Heddy, Y. S. (2014). Pengaruh Pupuk Kandang
Sapi Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong (Solanum
melongena L.) Pada Pola Tanam Tumpangsari Dengan Rumput Gajah
(Penisetum purpureum) Tanaman Pertama . Jurnal Produksi Tanaman,
533-541.
LAMPIRAN

Lampiran 1:

1. Dokumentasi Gambar

No. Tanggal Kegiatan Dokumentasi

15 November Pengukuran tinggi dan


1.
2019 jumlah daun tanaman

2. 7 oktober 2019 Penyiraman

3. 5 Oktober 2019 Pemupukan


Lampiran 2:
Tabel Pengamatan N1

Intraspesies Kedelai 4 Populasi

pengukuran Tinggi Tanaman Rata-Rata


polybag
1 2 3 4

1 7 7.5 6 8

2 8 0 0 0

2 MST 3 9 7 6 0 5.175

4 8 8 6 0

5 8 7 8 0

1 7.5 7 7 6

2 8 7 7 7

3 MST 3 9 7.5 8 8 7.475

4 8 7.5 8 8.5

5 6 7 8 7.5

1 0 0 0 0

2 15.5 21.5 21.5 11

4 MST 3 16 19 17 14 17.21875

4 12 21 16 17

5 17 20 19 18

5 MST 1 0 0 0 0 23.9375

2 21 31 24 16

3 19 27 25 19

4 13.5 28.5 27 28
5 26 26 24 28

1 0 0 0 0

2 25 33 27 15

6 MST 3 26 31 28 22 27.375

4 15 31 33 33

5 29 27 32 31

Tabel Pengamatan Jumlah Daun

Pengamata Rata-
Jumlah Daun
n Rata
Polybag
1 2 3 4

1 2 2 2 2

2 2 0 0 0

2 MST 3 2 2 2 0 1.7

4 2 5 2 0

5 5 2 2 0

           

1 4 5 3 4

2 2 2 2 2

3 MST 3 3 4 4 6 3.7

4 3 4 4 6

5 5 4 3 4
           

1 0 0 0 0

2 5 5 5 3

4 MST 3 6 5 6 5 4.05

4 4 6 5 6

5 5 5 5 5

           

1 0 0 0 0

2 5 7 6 3

5 MST 3 5 6 7 4 4.4

4 4 8 6 5

5 5 6 5 6

           

1 0 0 0 0

2 5 9 7 4

6 MST 3 5 7 7 4 5.25

4 3 10 8 8

5 8 7 6 7

Data Hasil Pengamatan Q1


Intraspesies Kedelai 6 populasi

Pengamata   Tinggi Tanaman (cm)   Rata-


n 1 2 3 4 5 Rata
2 MST 2,5 3 0,5 1 2 2
3 MST 7 7,5 7 7 5 6.5
4 MST 14 10 13 12 13 12.4
5 MST 14,5 11,5 13,5 13 13,5 13
6 MST 15 11,5 13,5 15,5 15 15

Data Hasil Pengamatan Q1

Jumlah Daun Rata-Rata


Pengamatan
1 2 3 4 5
2 MST 4 2 2 4 4 3.2
3 MST 6 4 8 8 5 6.2
4 MST 7 7 7 11 8 8
5 MST 6 5 9 10 11 8.2
6 MST 8 6 8 12 9 8.6

Data Pengamatan N2

Interspesies Rata-
Tinggi Tanaman (cm)
Kedelai dan rata
JagungPengama
tan 1 2 3 4 5

2 MST 1.5 6 7 9 10 6.7


3 MST 11.5 11.5 14.5 15 9.5 12.4
4 MST 12 18 14 10 11 13
5 MST 0 11.5 17 0 16.5 15
6 MST 0 13 21 0 0 17

Rata-
Jumlah Daun
rata
Pengamatan
1 2 3 4 5

2 MST 2 2 1 1 3 1.8

3 MST 4 4 4 4 3 3.8

4 MST 4 5 4 4 4 4.2

5 MST 0 4 2 0 5 3.6
6 MST 0 2 3 0 0 2.5

Data Pengamatan N4
Intraspesies Terung dengan Jagung

Tinggi Tanaman (cm) Rata-


Pengamatan
1 2 3 4 5 rata
2 MST 4.7 10 7.8 7.8 8 7.66
3 MST 6.5 10 8.5 6.5 8.1 7.92
4 MST 9 14 12.3 11.5 12 11.76
5 MST 14.5 11.6 14.4 13.6 16.2 14.06
6 MST 19.6 19.5 16.8 22.6 20.9 19.88

Rata-
Jumlah Daun
Pengamatan rata
1 2 3 4 5
2 MST 3 3 5 4 4 3.8
3 MST 5 5 5 5 5 5
4 MST 5 5 6 6 6 5.6
5 MST 5 6 7 5 6 5.8
6 MST 9 10 7 7 11 8.8
Data Pengamatan N3
Intraspesies Terung 3 Populasi

Pengamata Tinggi Tanaman (cm)


n Rata-
Polybag
Rata
1 2 3

1 9.5 7 8

2 9 8.5 10

2 MST 3 9 7.5 10 8.3

4 4 7 8.5

5 8 9 10

1 10 7.3 9

2 10 8.7 10

3 MST 3 10 8 10.5 9.2

4 5.5 8.5 10

5 9.5 10.7 10.5

1 11 7.5 9.5

2 11 9 10

4 MST 3 12 9.5 11 10.2

4 6 10.5 11

5 11.5 12.5 11

1 13 9 11

2 14.5 12 12

5 MST 3 18 9.5 12 12.366

4 6.5 12.5 14

5 13.5 15.5 12.5

1 14 13 11

2 14.5 12.5 12

6 MST 3 18 10 13 13.166

4 7 13 16

5 14 15.5 14
Intraspesies Terung 3 Populasi

Pengamatan jumlah daun

Pengamatan Jumlah Daun


Polybag Rata-Rata
1 2 3
1 3 2 2
2 3 3 3
2 MST 3 4 3 3 3.1
4 3 4 3
5 4 4 2
1 4 3 3
2 3 3 4
3 MST 3 4 3 4 3.3
4 3 3 3
5 4 3 2
1 4 4 3
2 4 3 5
4 MST 3 4 3 4 3.4
4 2 3 4
5 3 3 2
1 6 5 4
2 4 3 5
5 MST 3 5 3 4 4.2
4 3 4 4
5 5 4 4
1 6 4 4
2 4 4 5
6 MST 3 5 3 5 4.2
4 2 4 4
5 5 4 4
Data Pengamatan Kelas G

Intraspesies Terung 2 Populasi

Tinggi Tanaman (cm)


Polyba Rata-
Pengamatan
g Rata
1 2

1 7.5 7

2 10 9

2 MST 3 8 7.5 7.9

4 7.5 8.5

5 5.5 8.5

1 9.5 8.5

2 10 10

3 MST 3 8 8 8.9

4 8.5 8.5

5 8.5 9.5

1 11 10

2 11 12

10.
9
4 MST 3 5 10.25

4 9.5 10

10.
9
5 5

1 11 10

2 11 12

10.
9.5
5 MST 3 5 10.45

10.
10
4 5

5 9 11
1 12 12

13.
11.5
2 5

10.
6 MST 9.5 11
3 5

10.
10
4 5

5 9.5 11
Data Pengamatan Kelas AA3
Intraspesies Terung 4 Populasi
Pengamatan Polyba Tinggi Tanaman (cm) Rata-
g 1 2 3 4 Rata
1 8 5 8 6
2 6 6 4 6
2 MST 3 5.5 7.5 6 8 6.7
4 9 5 7 3
5 8.5 8 8 9.5
1 8 6 9 7
2 7 6 7 6.5
3 MST 3 7 9 8 9.5 7.8
4 10.5 5 7 4
5 10 9 9 11.5
1 8 7 9 7.2
2 7.1 6.3 7 7.4
4 MST 3 7.8 9.8 8.6 9.7 8.56
4 10.5 7.2 9.1 5.3
5 10.6 10.8 10.8 12
1 8.5 9 10 11
2 10 9 8 10
5 MST 3 10 11.5 9 12 10.025
4 11 8 9.5 6
5 11 12.5 12 12.5
1 4 5 7 6
2 15 12.5 11.5 12.5
6 MST 3 12.5 14.5 10.5 17 12.125
4 14.5 15 14.5 10
5 16.5 15 13 16

Intraspesies Terung 4 Populasi


Pengamatan Jumlah Daun
Rata-
Jumlah Daun Rata
Pengamatan Polybag
1 2 3 4

1 2 3 3 2

2 2 2 2 2

2 MST 3 3 4 1 3 2.55

4 2 3 3 2

5 3 3 3 3

1 3 4 6 5

2 5 5 5 4

3 MST 3 4 5 3 6 4.45

4 5 4 4 4

5 5 4 3 5

1 4 4 6 4

2 4 3 4 3

4 MST 3 5 5 3 5 4

4 4 4 4 3

5 3 4 4 4

1 2 4 4 4

2 4 4 3 4

5 MST 3 4 5 4 5 3.85

4 5 4 4 4

5 4 3 3 3

1 11 12.5 16 15.5

2 6 6 4 4

6 MST 3 7 7 6 9 7.5

4 7 7 6 6

5 6 5 3 6

Anda mungkin juga menyukai