Anda di halaman 1dari 15

TENTANG PENYAKIT

TANAMAN (KULIAH II)

Jangan engkau
pilih dia sebagai
sahabat atau
teman hidupmu,
jika
padanya terdapat tiga sifat:
apabila bicara dia dusta, apabila
dipercaya dia khianat, dan
apabila berjanji selalu ingkar.

A. SEJARAH ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

Bukti-bukti mengenai adanya penyakit pada tumbuhan dapat ditemukan dalam bentuk
fosil, yang diduga berasal dari masa kira-kira 50 juta tahun yang silam; yakni berupa jamur yang
menyerang tumbuhan. Namun ada kecenderungan bahwa penyakit tumbuhan menjadi semakin
penting artinya setelah manusia mulai mengenal cara-cara bercocok tanam, yaitu kira-kira 10
ribu tahun yang lalu. Bukti tertulis mengenai adanya penyakit - tumbuhan tersebut dapat dilihat
misalnya-dalam kitab Perjanjian Lama (mengenai sejarah orang Yahudi kuno), dengan
didapatkannya penyakit blight dan mildew pada tanaman serealia dan anggur. Demikian pula pada
bekas peninggalan kebudayaan Mesir (kira-kira 4500 tahun yang lalu), dapat kita temukan
gambar-gambar timbul yang menunjukkan bagaimana tumbuhan diserang hama/penyakit (be
lalang); gambaran tersebut memberikan informasi tentang hukuman Tuhan atau dewa pada
manusia yang ingkar. Sejarah penyakit tumbuhan semakin jelas setelah menginjak zaman
kekaisaran Romawi (± 700 tahun sebelum masehi), dengan dikenalnya penyakit karat pada
tumbuhan serealia. Kemudian pada sekitar tahun 372 - 287 sebelum masehi muncullah buku
dengan judul Historia Plantarum yang menyebutkan beberapa macam penyakit tumbuhan
beserta dugaan penyebabnya. Buku tersebut merupakan hasil karya seorang filosof Yunani yang
benama Theophrastus. Titik berat bahasan terjadinya penyakit tersebut adalah karena adanya
ketidakseimbangan antara empat unsur pokok, yakni: tanah, udara, air, dan api. Pemikiran ini
walaupun tidak benar seratus persen, tetapi telah memberikan dasar-dasar penting yang menjadi
dasar utama pada ilmu penyakit tumbuhan moderen, yaitu terlibatnya faktor-faktor alam bagi
epidemi suatu wabah penyakit.

Menginjak abad VI (mendekati ilmu pengetahuan moderen), penyakit tumbuhan tertulis


semakin jelas, hal ini dapat dilihat di dalam kitab suci Al-Qur'an. Di dalamnya disebutkan secara
tersirat tentang gejala, jenis penyakit, dan etiologinya: "Kami (Allah) telah menguji permilik
kebun (anggur), ketika mereka bersumpah bahwa mereka pasti panen esok hari; mereka lupakan
(dalam pembicaraannya) hak-hak fakir-miskin; akibatnya Allah turunkan pada malam harinya
organisme penyebab penyakit (bisa jamur, virus, atau bakteri) pada saat pemilik kebun tersebut
tidur lelap; hingga nampaklah kebun tersebut (menunjukkan gejala) hitam lekam." (AI Qalam,
17 - 20).

Memang nampaknya dunia telah mencatat sejarahnya sendiri, melalui peradaban lslamlah
ilmu pengetahuan moderen dibangun. Demikian pula sejarah ilmu penyakit tumbuhan tidak
dapat lepas dari kenyataan tersebut. Dunia kedokteran yang dibangun oleh sarjana-sarjana seperti
: Hunayn ibn Ishaq (809 - 874 Masehi) peneliti dan penulis buku berbagai macam penyakit,
terutama mata; Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria ar-Razi (866 - 909 Masehi) adalah dokter
ahli kimia dan pendiognosis penyakit cacar pertama; Syaikh Abu Ali al-Husayn ibn Sina (wafat
926 Masehi), di Barat dikenal sebagai Avicenna adalah orang pertama yang menunjukkan
peranan udara sebagai agensia penular penyakit, bukunya yang terkenal adalah "AI-Qanun fit'th
Thibb" (buku pedoman kedokteran); dan masih banyak lagi yang tak dapat disebutkan satu
persatu, telah memberikan andil besar untuk perkembangan penyakit tumbuhan. Melalui
merekalah ditemukannya ilmu kuman (bakteriologi) serta ditemukannya suryakanta (kaca
pembesar) sebagai alat pembesar penglihatan, dengan demikian mereka telah mampu membe
rantas tahayul dan bentuk kebodohan lainnya bahwa penyakit disebabkan oleh setan.

Padahal di sisi belahan dunia lain (Eropa) pada kurun waktu itu masih dalam keadaan
"gelap gulita". Mereka masih menganut paham bangsa Yunani dan Romawi yang menyebabkan
terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu penyakif tumbuhan
pada khususnya. Yaitu pendapat/teori "generatio spontanea," bahwa segala makhluk hidup yang
ada di bumi ini timbul begitu saja secara spontan. Pada saat bila orang melihat ular atau tikus ke

2
luar dari belukar atau timbunan sampah, maka mereka menginterprestasikan bahwa binatang
binatang tersebut timbul secara spontan. Bahkan jamur payung disebut timbul secara “de novo”
dari bahan organik mati karena pengaruh unsur-unsur tertentu.

Kebangkitan Eropa terjadi berkat hikmat perang salib yang terus menerus, yang
menjadikan terjadinya interaksi kebudayaan Islam dengan Eropa. "Renaisance" pada abad ke-14
merupakan pendobrak era baru atas ketinggalan Eropa dari dunia muslim, diteruskan dengan
"reformasi" pada abad ke-15, "rasionalisme” pada abad ke-17, dan "pencerahan" (Aufklaerung,
enlightenment) pada abad ke-18. Semuanya memancarkan karya-karya ilmuwan muslim, akan
tetapi telah terlepas inti ketauhidan (Meng Esakan Allah) di dalamnya, sehingga jadilah ia antro
possentrik-duniawiah atau sekuler.

Orang Eropa yang pertama kali mengenalkan mikroskop adalah Chistiann Huygens (1629
- 1695 Masehi) yakni seorang bangsa Belanda dengan ditemukannya alat tersebut bangsa
Belanda lainnya Antoni van Leeuwenhoek (1683) dengan mudah dapat melihat bakteri. Setelah
itu seorang ahli Botani bangsa Itali, Micheli (1700), menerangkan di dalam bukunya. "Novum
Plantara Genera" beberapa bentuk jamur tingkat rendah dan jamur tingkat tinggi.

Pada tahun 1775, Spallanzani, seorang peneliti bangsa Itali membuktikan, bahwa daging
yang telah dimasak di dalam suatu botol dan ditutup rapat-rapat untuk mencegah adanya
kontaminasi dari udara, temyata tidak busuk. Dari tahun 1500 perhatian ahli-ahli Botani lebih
ditujukan pada pemberian nama dan gambar tentang tanaman, daripada penyelidikan bagaimana
tanaman tumbuh dan berkembang. Linaeus (1750), seorang Swedia, adalah tokoh pada abad ke
18. Dia menetapkan penggunaan sistem latin binomial di dalam buku : "Species Plantarum."
Linaeus sendiri tidak begitu banyak perhatiannya terhadap jamur, akan tetapi beberapa
pengikutnya mengkhususkan perhatiannya dalam bidang ini. Yang paling terkenal di antara
mereka ialah: Persoon (1800), bangsa Perancis dan Fries (1830), bangsa Swedia. Persoon
berpendapat pada tahun 1818, bahwa beberapa jamur tumbuh dari spora, sedangkan beberapa
jenis lainnya tumbuh secara generatio spontanea.

Pada tahun 1807 Prevost sudah menyelidiki perkecambahan spora dari organisme wheat
bunt, dan mengemukakan, bahwa organisme ini masuk ke dalam tanaman gandum (Triticum
vulgare) yang muda dan menjadi penyebab penyakit. Akan tetapi pendapat yang revolusioner ini
tidak mendapat perhatian sampai 40 tahun kemudian.

3
Dari tahun 1807 sampai tahun 1845 Re, Unger dan Mayer menerbitkan buku-buku
tentang klasifikasi penyakit tumbuhan. Mereka membagi penyakit tumbuhan dalam kelas-kelas
dan genus-genus berdasarkan gejala dan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.
Penyakit karat (rust) dan api (smut) dimasukkan ke dalam kelas penyakit tidak menentu. Pada
saat itu pengikut-pengikut generatio spontanea (autogenic theory) masih mendapat sanggahan
hebat. Kira-kira tahun 1830, beberapa windu setelah tanaman kentang berkembang dengan cepat
sebagai makanan di Eropa dan Amerika Utara, timbul penyakit late blight, menjadi epidemi pada
tahun 1845.

Meskipun hubungan penyebab dengan adanya blight pada daun dan umbi telah diketahui
oleh mereka yang mempelajari penyakit ini, akan tetapi beberapa penulis, antara lain Von
Martinus dari Jerman dan Morren dari Belgia, menganggap bahwa penyakit itu merupakan
akibat adanya jamur. Morren (1845) menganjurkan penggunaan suatu campuran kapur dan
tembaga sulfat (CuS04), yang dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada tanah untuk
mengurangi adanya busuk umbi. Juga dalam tahun 1845 Montange, ahli mikologi bangsa
Perancis mengumpulkan jamur ini dan menamakannya: Botrytis infestans. Dia mengirimkan
contohnya kepada Berkeley di Inggris, dan Berkeley memperkuat dugaan Montange, meskipun
dia belum percaya bahwa jamurlah penyebab penyakit utama.

Kepastian yang menyokong teori perkecambahan bertambah pengikutnya setelah


pengutaraan Tulasne bersaudara tahun 1847 tentang jamur “wheat", temasuk di dalamnya
"smuts" (penyakit api) dan “rust" (penyakit karat), disusun oleh Anton de Bary, yang saat itu ber
umur 22 tahun. Dia mengadakan penyelidikan teliti tentang perkembangan beberapa jamur di
dalam tanaman, dan membuktikan, bahwa jamur tidak timbul dari jaringan yang sakit, melainkan
jamurlah penyebab penyakitnya.

Ahli lainnya, Kuhn dalam tahun 1858 menerbitkan suatu buku pedoman mengenai penyakit
tumbuhan, penyebabnya dan pemberantasannya. Buku ini merupakan buku pedoman pertama
yang diterbitkan dengan menganggap jamur sebagai faktor penyebab penyakit tumbuhan. Pada
tahun 1860 Louis Pasteur memberikan pembuktian yang tak lapat dibantah, mikro organisme
timbul dari adanya makhluk hidup dan fermentasi merupakan suatu proses biologis. Teori
perkecambahan dalam hubungannya dengan manusia dan binatang masih belum dapat
dibuktikan sampai tahun 1876, pada saat dimana Robert Koch menunjukkan bukti adanya

4
hubungan antara suatu bakteri (Bacillus anthracis) dan penyakit anthrax (bakar limpa) pada
hewan (sapi) dan manusia.

Pasteur mendapatkan - proses pasteurisasi dan immunisasi, sedang Koch adalah bapak
teknik ilmu bakteri; ia pun membuat kriterium tertentu untuk menentukan etiologi penyakit.
Kriterium ini dikenal dengan sebutan Postulat Koch (Gambar 1.1), yang menyebutkan sebagai
berikut:

1. Organisme tertentu harus didapat dalam inang yang sakit.

2. Organisme ini harus diisolasikan dan dibuat biakan murni.

3. Jika diinokulasi kepada inang sehat yang sama, organisme tersebut harus menghasilkan
penyakit yang sama.

4. Organisme tersebut harus didapatkan lagi dari inang tadi dalam biakan
murni.

Gambar 1.1. Proses diagnosis patogen melalui Postulat Koch

Postulat-postulat ini sangat berguna dalam mempelajari penyakit tumbuhan. Walaupun


postulat-postulat ini belum dapat diterima sebagai salah satu bukti mengenai sebab suatu
penyakit, akan tetapi dengan perkembangan tehnik serologis yang khusus, sekarang diakui,

5
bahwa suatu organisme atau virus dapat menjadi penyebab penyakit, meskipun tidak semua
postulat Koch dapat dipenuhi.

Periode de Bary dan Kuhn (1853 - 1883). Periode ini sangat penting untuk ilmu penyakit
tumbuhan. De Bary adalah seorang tokoh yang penting dalam bidang botani, hampir semua
penyelidikannya ditujukan pada jamur dan hubungan antara tanaman dengan jamur parasit.
Setelah 1850 pendukung-pendukung teori perkecambahan bertambah dengan cepat. Penyelidik
yang aktif juga adalah Tulasne bersaudara. Pada tahun1853 salah seorang di antara mereka
menerbitkan naskah mengenai penyakit tepung (powdery mildew) pada tanaman anggur, dalam
naskah ini ia mengambil suatu kepastian bahwa Oidium adalah suatu parasit.

Keberhasilan de Bary di dalam ilmu penyakit tumbuhan menarik mahasiswa dari


berbagai negara di Eropa dan Amerika. Beberapa mahasiswa ini menjadi tokoh terkemuka dalam
penyakit tumbuhan moderen: Woronin adalah tokoh patologi tanaman di Rusia; Brefeld
merupakan tokoh di Jerman dalam bidang tehnik biakan murni dan dalam bidang siklus hidup
jamur, terutama siklus hidup jamur-jamur yang menyebabkan penyakit api (smut) pada padi
padian.

De Bary mempelajari jamur downy mildew (Perenosporaceae). Selama dalam


penyelidikannya ia juga mempelajari penyakit late blight pada kentang. Jamur ini mempunyai
bubungan yang erat dengan downy mildew. Ia menyelidiki semua daur hidup jamur ini dan
menempatkannya dalam genus baru, yakni genus Phytophthora. Pada tahun 1865 de Bary
mengumumkan, bahwa ia telah berhasil melengkapi daur hidup Puccinia graminis, organisme
penyebab penyakit karat hitam (black stem rust) pada batang padi-padian, dengan
menumbuhkannya pada tanaman Berberis vulgaris.

Kuhn menerbitkan buku pedoman yang pertama mengenai penyakit tumbuhan judulnya:
Die Krankheiten der Kulturgewachse, ihre Ursachen und ihre Verhutung. Setelah itu (1858)
ilmu penyakit tumbuhan berkembang dengan cepatnya. Brefeld (1875, 1883, 1912)
mengembangkan tehnik baru dalam ilmu penyakit tumbuhan, yakni menumbuhkan mikro
organisme dalam medium buatan. Dalam hal ini sebenarnya dia hanya melanjutkan usaha yang
telah dirintis oleh Koch, Petri, dan lain-lain. Dia juga mempelajari dan mengulasi secara komplit
tentang daur hidup jamur “smut" dan lain penyakif pada serealia.

6
Pada tahun 1878 suatu penyakit baru, downy mildew pada anggur muncul di Eropa.
Penyakit ini sebenarnya telah ada di Amerika, yang kemudian menyebar luas ke Eropa. Pada
tahun 1882, Millardet melaporkan bahwa anggur-anggur yang telah disemprot dengan campuran
berwarna putih kebiru-biruan (campuran tembaga sulfat dan kapur), daunnya dapat tahan
terhadap penyakit, sementara itu bagi yang tidak disemprot ternyata daun-daunnya mati dan
berguguran karena penyakit tersebut. Setelah mengadakan penyelidikan dengan bermacam
macam penyemprotan yang menggunakan variasi dan kombinasi dari tembaga, kalsium, dan
besi. Akhirnya disimpulkan oleh Millardet bahwa campuran tembaga sulfat dan larutan kapur
dapat efektif memberantas downy mildew pada anggur. Campuran ini dikenal sekarang sebagai
"Bubur Bordeaux", dan dapat digunakan untuk memberantas penyakit downy mildew pada
tanaman lainnya. Sampai saat ini "BB" banyak digunakan sebagai fungisida di seluruh dunia.
Dengan didapatkannya BB, maka memberi semangat besar dan stimulasi untuk mempelajari
alam dan pemberantasan penyakit tumbuhan.

Pada permulaan tahun 1900, Biffen (1905, 1912) mempelajari faktor genetika resistensi
tanaman, seperti serealia pada karat, kapas dan semangka pada Fusarium.
Dimuka telah disebutkan bahwa Pasteur dan Koch telah membuktikan hubungan antara
penyakit anthrax pada binatang dengan bakteri tahun 1878, Burril membuktikan pula bahwa
penyakit fire blight pada pear dan apel disebabkan oleh bakteri. Setelah itu bermunculanlah
publikasi tentang penyakit bakteri, seperti yellow disease pada hyacinth (Walker, 1883); penyakit
knot pada zaitun (Savastamo,1887); dan bacterial wilt pada jenis sulur-suluran (Smith, 1895).

Pertama kali dilaporkan nematoda sebagai parasit pada tanaman oleh Needham pada
tahun 1743, yang menyerang gandum. Dalam tahun 1855, Berkeley menyelidiki "root-knot" oleh
nematoda di dalam akar tanaman sulur-suluran. Kuhn (1857) mendapatkan nematoda dalarn
cabang dan batang yang mengalami perubahan bentuk dan pada tahun 1859 Schact melaporkan
adanya siste nematode pada beet gula yang berasal dari perakarannya. Suatu seri mempelajari
nematode sebagai parasit tanaman telah dipublikasikan oleh Cobb dari tahun 1913 - 1932, yakni
mengenai metode taksonomi, morfologi dan metodologi.

Pada tahun 1886, Mayer menyelidiki dengan serius penyakit mosaik pada tembakau.
Ternyata cairan tembakau sakit bila disuntikan pada tembakau sehat dapat menimbulkan

7
penyakit mosaik tersebut. Efektifitasnya tetap nampak bila dipanaskan pada suhu 60 0 C, pada 65
- 70° C mulai berkurang, dan hilang sarna sekali efektifitasnya bila dipanaskan pada suhu 80 0 C.
Mayer juga mencatat bahwa cairan tersebut akan hilang efektifitasnya setelah diadakan
klarifikasi dan precipitasi dengan larutan alkohol lemah. Sementara itu hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak didapat adanya jamur pada tanaman sakit maupun saringan cairan
tersebut, sehingga ia menduga semua karena bakteri.

Dalam tahun 1891, Smith membuktikan bahwa penyakit "yellow" pada peach menuIar,
mempunyai masa inkubasi yang panjang dan ditularkan melalui stek. Namun ia tidak mengetahui
penyebabnya, sehingga diperkirakan sama dengan mosaik tembakau. Tahun 1892, Ivanowski
menunjukkan bahwa penyebab mosaik tembakau dapat melalui suatu saringan "chamberland"
yang mengandung bakteri. Hal ini membawa dirinya pada kesimpulan bahwa penyakit tersebut
disebabkan oleh suatu toksin yang dikeluarkan bakteri oleh bakteri-bakteri kecil yang lolos dari
lubang-lubang kertas saring.

Beijerinch (1898) orang pertama yang menyimpulkan bahwa mosaik termbakau tidak
disebabkan oleh mikroorganisme tapi oleh suatu "contagium vivum fluidum ", yang kemudian
disebutnya virus. Ia juga menyimpulkan bahwa virus akan menginfeksi dan menyebar lebih
cepat pada jaringan-jaringan muda daripada yang tua, dan bergerak dalam floem dan xilem, serta
memperbanyak diri dalam tanaman hidup, dan dapat hidup pula pada daun-daun kering dalam
tanah.

Tahun 1935, Stanley mendapatkan suatu kristal protein setelah memperlakukan cairan
tembakau sakit dengan (NH4)2S04. Ia mampu menunjukkan bahwa bila tembakau sehat
diinokulasi kristal tersebut menjadi sakit. Sehingga disimpulkan bahwa virus dapat diperkirakan
sebagai suatu "antocalytic protein" yang dapat memperbanyak diri dalam sel hidup. Dalam tahun
1936 Bawden dan kawan-kawannya mendemontrasikan bahwa kristal sediaan dari virus
sesungguhnya terdiri dari protein dan asam nukleat. Partikel virus pertama dilihat dengan
mikroskop elektron oleh Kausche dan kawan-kawan pada tahun 1939. Dalam tahun 1956, Gierer
dan Schramm menunjukkan bahwa protein dapat dirubah dari virus, dan asam nukleat dapat
menginfeksi suatu tanaman dan dapat memperbanyak virus.

Pada abad ke-20 penyakit tumbuhan telah lahir sebagai suatu ilmu tersendiri, beribu-ribu
penyakit ditemukan, patogen penyebabnya telah dapat diidentifikasi, dan cara pemberantasannya

8
telah berkembang dengan pesat. Penelitian terhadap genetika dan fisiologi penyakit telah maju
pesat, dan bahan-bahan kimia baru berkembang terus untuk menghambat penyakit.

B. BATASAN-BATASAN DAN ISTILAH.

Suatu tumbuhan boleh disebut sehat atau tumbuh normal apabila dapat menjalankan
fungsi fisiologinya. Fungsi ini terdiri dari pembelahan sel; deferensiasi dan pertumbuhan;
absorpsi air dan mineral dari tanah beserta translokasinya; fotosintesis dan translokasi hasil
fotosintesis kebagian-bagian lain atau ditimbun; metabolisme; reproduksi. Apabila tumbuhan
diganggu oleh patogen atau penyebab lainnya, sehingga aktifitas tersebut di atas tidak dapat
berjalan lancar atau normal, maka tumbuhan tersebut dikatakan sakit. Secara sederhana
penyakit tumbuhan dapatlah diberi batasan: Sebagai kerusakan proses fisiologi, yang disebabkan
oleh rangsangan yang terus menerus dari penyebab utama, melalui terhambatnya aktifitas
seluler, dan diekspresikan dalam bentuk karakter patologi yang khas yang disebut symtom atau
gejala.

llmu yang mempelajari penyakit tumbuhan disebut Phytopathology (phyton =


tanaman/tumbuhan, pathos = menderita, logos = ilmu), yang kemudian di Indonesiakan menjadi
Fitopatologi. Penulis dalam uraian selanjutnya akan menggunakan istilah terakhir ini. Ada be
berapa hal pokok yang dipelajari dalam fitopatologi yakni :

a. Mempelajari penyebab penyakit dan keadaan lingkungan yang menyebabkan penyakit.

b. Mempelajari mekanisme bagaimana faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan penyakit.

c. Mempelajari interaksi antara penyebab yang menimbulkan penyakit dan tanaman sakit.

d. Mempelajari metode untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengendalikan penyakit


sebelum/sesudah berkembang dalam tumbuhan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang yang mempelajari fitopatologi, maka ia harus
belajar berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh bermacam-macam pula penyebabnya,
seperti jamur, bakteri, parasit tanaman tinggi, virus dan nematoda. Juga penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan atau kekurangan dari faktor-faktor
fisis/khemis tertentu, seperti kelembaban, suhu, dan unsur hara. Sedangkan kerusakan yang
disebabkan oleh serangga, manusia, atau hewan lain, tidak termasuk dalam bidang fitopatologi.

Mengingat luasnya bidang yang terlibat, untuk itulah ilmu dasar lainnya perIu dikuasai
benar, antara lain: botani, mikologi, bakteriologi,virologi, nematologi, anatomi tumbuhan,
fisiologi tumbuhan, genetika, biokimia, hortikultura, ilmu tanah, kehutanan, kimia, fisika, me
teorologi, dan masih banyak lagi.

Di atas sudah dikemukakan bahwa terjadinya penyakit atau tumbuhan menjadi sakit
karena adanya penyebab utama, penyebab ini disebut sebagai penyebab penyakit. Dalam
kenyataannya di alam penyebab penyakit adalah merupakan kompleksitas berbagai faktor, yang
terdiri dari faktor biotis dan abiotis; uraian selengkapnya dapat diikuti pada halaman berikutnya.
Namun dari kedua faktor tersebut, faktor biotis lebih dominan sebagai penyebab penyakit,
sehingga pengertian umum apabila terjadi tumbuhan sakit lebih condong berasumsi karena ulah
tingkah suatu organisme/jasad tertentu.

Hampir boleh dikatakan bahwa organisme penyebab penyakit bersifat parasit, yakni
untuk hidupnya organisme tersebut mendapat makanan sebagian atau seluruhnya dari jaringan
tumbuhan hidup. Lawan dari parasit adalah saprofit, yakni untuk hidupnya organisme tersebut
mampu mengambil makanannya dari bahan organik mati.

Organisme yang menyebabkan penyakit disebut sebagai patogen. Suatu jasad saprofit
mungkin mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin, dengan toksin ini jasad tadi
mampu menyebabkan penyakit; maka jasad tersebut dikatakan patogen, walaupun prosesnya
tidak langsung. Patogen dapat menyebabkan penyakit dengan cara :

1. Mengkonsumsi isi sel tumbuhan;

2. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin, enzim, atau zat
tumbuh;

3. Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk digunakan

sendiri; 4. Memblokir jaringan pembuluh.

10
Patogenisitas adalah kemampuan patogen untuk menimbulkan penyakit, melalui suatu
rangkaian proses yang disebut patogenesis. Ada beberapa proses yang penting dalam
patogenesis, yakni :

a. Produksi dan penyebaran inokulum;

b. Inokulasi tumbuhan peka oleh inokulum;

c. Penetrasi tumbuhan peka oleh patogen; dan

d. Infeksi dan terjadinya penyakit pada tumbuhan peka.

Inokulum merupakan bagian dari patogen yang mengadakan kontak dengan tumbuhan
inang. Tergantung keadaan lingkungannya, inokulum dapat dalam bentuk aktif (konidium, spora,
miselium, dan sebagainya) atau bentuk pasif (spora dorman, sklerotium, klamidospora, dan
sebagainya).

Inokulasi adalah suatu proses patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak
dengan tumbuhan. Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu (konidium jamur)
harus berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang selanjutnya membentuk
apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi. Pada patogen yang mengadakan penetrasi langsung
biasanya dan apresorium dibentuk penetration peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus
kutikula dan dinding sel epidermis.

Penetrasi adalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inang. Penetrasi dapat
hanya tertuju pada kutikula (scab pada apel), tertuju ke dalam sel epidermis (powdery mildew),
atau ke dalam ruang interseluler, yang dari sini menuju ke dalam sel atau jaringan tumbuhan
(kebanyakan patogen). Patogen dapat masuk melalui luka; lubang alami seperti stomata, lenti sel,
dan hydatoda; atau langsung menembus permukaan tanaman. Beberapa patogen dapat masuk
hanya melalui salah satu dari tiga jalan tersebut, tapi ada pula yang dapat masuk melalui lebih
dari satu jalan. Penetrasi langsung melalui permukaan tanaman oleh patogen terjadi karena
adanya tekanan mekanik pada permukaan, atau adanya sekresi enzim dari patogen, tetapi
biasanya merupakan kombinasi dari keduanya. Dari permukaan yang lunak dan hancur inilah
patogen masuk ke dalam jaringan tumbuhan. Banyak pula organisme dapat menembus sel-sel
tumbuhan yang tidak peka terhadap organisme tersebut tapi tidak menjadi penyakit, organisme

11
ini tidak dapat melanjutkan fase penetrasinya dan mati tanpa menimbulkan penyakit.

Infeksi adalah proses patogen mengadakan kontak dengan sel-sel jaringan tumbuhan
yang peka dan mengambil makanan daripadanya. Untuk terjadi infeksi maka organisme harus
dalam keadaan patogenik, tumbuhan inangnya peka, dan kondisinya sesuai.

Periode inkubasi adalah merupakan interval antara infeksi pada tumbuhan dan
timbulnya gejala penyakit. Lamanya periode inkubasi biasanya ditentukan oleh kekhususan
kombinasi antara patogen, inang dan lingkungan. Untuk kebanyakan penyakit, khususnya pada
tanaman semusim lamanya periode inkubasi bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa
minggu. Untuk penyakit-penyakit lain, seperti virus, periode inkubasi bisa mencapai beberapa
bulan sampai beberapa tahun.

Invasi menunjukkan fase terakhir dari infeksi selama patogen mengadakan penyebaran,
baik di luar maupun ke dalam jaringan tumbuhan. Invasi diikuti perkembangan infeksi dan
merupakan hasil pertumbuhan atau reproduksi patogen. Gambar 1.2. memberikan pengertian
lebih jelas tentang proses patogenis tersebut di atas.
Gambar 1.2. Skema proses penetrasi jaringan tanaman oleh patogen jamur

C. KLASIFlKASI PENYAKIT
Di alam terdapat berpuluh-puluh ribu penyakit yang menyerang tumbuhan, dan setiap
tumbuhan dapat diserang oleh bermacam-macam penyakit. Sebaliknya setiap jenis penyakit
dapat pula menyerang satu atau beratus-ratus macam tumbuhan. Oleh karena kompleks dan

12
luasnya masalah penyakit ini, maka perlu diadakan suatu klasifikasi tertentu sebagai dasar atau
petunjuk untuk dapat memahaminya.

Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, diantaranya:

1. Berdasarkan gejala, yang pada dasarnya dibedakan dalam tiga garis besar: nekrose,
hipoplasia, dan hipertropi. Keterangan lebih lengkap akan dikemukakan dalam halaman
berikutnya.
2. Bagian tanaman yang terserang, seperti seed rot (busuk biji), kernel smut (jamur api pada
bulir), seedling blight (hawar semai), foot rot (busuk kaki), root rot (busuk akar), tuber
rot (busuk umbi), bud rot (busuk mata tunas), fr
uit rot (busuk buah), pod rot (busuk polong), leaf spot (bercak daun), twig blight (hawar
ranting), dan blossom blight (hawar bunga).
3. Macam tanaman yang diserang, seperti cereal disease (penyakit serealia), corn disease
(penyakit jagung), dan sebagainya.
4. Kerusakan yang ditimbulkan. Beberapa penyakit hanya menyebabkan kerusakan yang
tidak berarti pada tumbuhan, tetapi jenis lainnya mungkin dapat segera membunuh
tumbuhan. Di samping itu kadang-kadang bukan hanya membunuh atau mengurangi
produksi saja, bahkan akan menyebar dari pohon ke pohon, dari kebun ke kebun, dan
dengan cepat meluas dalam suatu areal tertentu sehingga menyebabkan epidemi dalam
suatu daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat misalnya pada epidemi late blight pada
kentang dan rust pada serealia, yang masih merupakan faktor pembatas bagi berhasilnya
produksi kentang dan tanaman biji-bijian di seluruh dunia. Terjadinya kombinasi antara
kekuatan merusak dan kecepatan menyebar pada suatu penyakit menyebabkan bencana
kehancuran yang sering terjadi, baik tingkat nasional maupun intemasional.
5. Sementara itu ada beberapa ahli yang cenderung mengklasifikasikan penyakit yang
disebabkan oleh parasit dan virus, dalam hubungannya dengan cara timbulnya penyakit,
ke dalam tiga golongan :
a. Penyakit Endemi, ialah apabila serangan penyakit tersebut meluas atau menurun,
dengan tingkat serangan tinggi atau rendah, dan berjalan dari tahun ke tahun.
Dasar pemikiran ini menunjukkan kenyataan bahwa parasit atau virus dapat
mempertahankan hidupnya dari satu musim ke musim lainnya dalam tanah, atau

13
pada tumbuh-tumbuhan liar. Hal inipun dapat menjadi dasar pemikiran, bahwa
kondisi lingkungan yang baik dapat digunakan inokulum untuk berkembang,
infeksi, dan jaminan invasi penyakit. Contoh penyakit endemi adalah cabbage
yellows, onion smut, dan cucumber mosaic virus.
b. Penyakit Epidemi atau Epiphytotic, adalah penyakit yang timbul dan meluas,
tetapi secara periodik. Istilah epidemi berasal dari bahasa Greek, yang berarti di
antara manusia dan memang dimaksudkan untuk penyakit manusia. Istilah
epiphytotic juga punya arti yang sarna, yang dikhususkan untuk tumbuhan. Ilmu
yang mempelajari secara lebih mendalam tentang penyakit epidemi ini disebut
Epidemiologi, sehubungan dengan itu penulis akan menguraikannya dalarn buku
lain. Contoh penyakit epidemi adalah : black rot pada crucifera, late blight pada
kentang, curly top oleh virus pada beet gula.
c. Penyakit Sporadis, merupakan penyakit yang timbulnya dengan interval yang
tidak teratur, demikian pula dengan lokasinya.
6. Berdasarkan penyebab penyakitnya. Klasifikasi terakhir ini paling banyak dijadikan dasar
klasifikasi oleh para ahli pada saat sekarang. Penyebab penyakit dibagi dalam dua
golongan yakni biotis (parasit) dan abiotis (non parasit) yang setiap golongan dapat
diperinci sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami fitopatologi, dalam buku ini penulis
akan mengikuti arus pembahasan yang umum digunakan para ahli yaitu berdasarkan klasifikasi
terakhir ini.

14
Tabel 1.1. Pengelompokan penyebab penyakit tumbuhan
Biotis (parasit) Abiotis (non parasit)

Jamur Defisiensi unsur hara

Bakteri Keracunan mineral

Virus Kelembaban, suhu, sinar yang


tidak sesuai

Nematoda (dimasukkan bidang fitopatologi Kekurangan oksigen


karena gejala yang ditimbulkannya)

Tanaman tingkat tinggi Polusi (misal uap asam belerang)

Mycoplasma, Rickettsia, Lain-lain agensia Reaksi tanah (pH)

15

Anda mungkin juga menyukai