Anda di halaman 1dari 7

Raihan Habib Ar Rasyid

215040201111034
Kelas O DPT
Resume
TENTANG PENYAKIT
TANAMAN (KULIAH II)

A. SEJARAH ILMU PENYAKIT TUMBUHAN


Bukti-bukti mengenai adanya penyakit pada tumbuhan dapat ditemukan dalam
bentuk fosil, yang diduga berasal dari masa kira-kira 50 juta tahun yang silam,
yakni berupa jamur yang menyerang tumbuhan. Namun ada kecenderungan
bahwa penyakit tumbuhan menjadi semakin penting artinya setelah manusia mulai
mengenal cara-cara bercocok tanam, yaitu kira-kira 10 ribu tahun yang
lalu. Demikian pula pada bekas peninggalan kebudayaan Mesir , dapat kita
temukan gambar-gambar timbul yang menunjukkan bagaimana tumbuhan
diserang hama/penyakit ; gambaran tersebut memberikan informasi tentang
hukuman Tuhan atau dewa pada manusia yang ingkar. Buku tersebut merupakan
hasil karya seorang filosof Yunani yang benama Theophrastus.

Pemikiran ini walaupun tidak benar seratus persen, tetapi telah memberikan dasar-
dasar penting yang menjadi dasar utama pada ilmu penyakit tumbuhan
moderen, yaitu terlibatnya faktor-faktor alam bagi epidemi suatu wabah
penyakit. Menginjak abad VI , penyakit tumbuhan tertulis semakin jelas, hal ini
dapat dilihat di dalam kitab suci Al-Qur'an. Memang nampaknya dunia telah
mencatat sejarahnya sendiri, melalui peradaban lslamlah ilmu pengetahuan
moderen dibangun. Demikian pula sejarah ilmu penyakit tumbuhan tidak dapat
lepas dari kenyataan tersebut.

Melalui merekalah ditemukannya ilmu kuman serta ditemukannya suryakanta


sebagai alat pembesar penglihatan, dengan demikian mereka telah mampu
memberantas tahayul dan bentuk kebodohan lainnya bahwa penyakit disebabkan
oleh setan. Padahal di sisi belahan dunia lain pada kurun waktu itu masih dalam
keadaan «gelap gulita». Mereka masih menganut paham bangsa Yunani dan
Romawi yang menyebabkan terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan ilmu penyakif tumbuhan pada khususnya. Yaitu pendapat/teori
«generatio spontanea,» bahwa segala makhluk hidup yang ada di bumi ini timbul
begitu saja secara spontan.

«Renaisance» pada abad ke-14 merupakan pendobrak era baru atas ketinggalan
Eropa dari dunia muslim, diteruskan dengan «reformasi» pada abad ke-
15, «rasionalisme» pada abad ke-17, dan «pencerahan» pada abad ke-18.
Orang Eropa yang pertama kali mengenalkan mikroskop adalah Chistiann
Huygens yakni seorang bangsa Belanda dengan ditemukannya alat tersebut
bangsa Belanda lainnya Antoni van Leeuwenhoek (1683) dengan mudah dapat
melihat bakteri. Setelah itu seorang ahli Botani bangsa Itali, Micheli (1700),
menerangkan di dalam bukunya. "Novum Plantara Genera" beberapa bentuk
jamur tingkat rendah dan jamur tingkat tinggi.

Pada tahun 1775, Spallanzani, seorang peneliti bangsa Itali membuktikan, bahwa


daging yang telah dimasak di dalam suatu botol dan ditutup rapat-rapat untuk
mencegah adanya kontaminasi dari udara, temyata tidak busuk. Dari tahun 1500
perhatian ahli-ahli Botani lebih ditujukan pada pemberian nama dan gambar
tentang tanaman, daripada penyelidikan bagaimana tanaman tumbuh dan
berkembang. Persoon berpendapat pada tahun 1818, bahwa beberapa jamur
tumbuh dari spora, sedangkan beberapa jenis lainnya tumbuh secara generatio
spontanea. Pada tahun 1807 Prevost sudah menyelidiki perkecambahan spora dari
organisme wheat bunt, dan mengemukakan, bahwa organisme ini masuk ke dalam
tanaman gandum yang muda dan menjadi penyebab penyakit.

Akan tetapi pendapat yang revolusioner ini tidak mendapat perhatian sampai 40
tahun kemudian.

Kemudian Martinus dari Jerman dan Morren dari Belgia, menganggap bahwa


penyakit itu merupakan akibat adanya jamur. Dia mengirimkan contohnya kepada
Berkeley di Inggris, dan Berkeley memperkuat dugaan Montange, meskipun dia
belum percaya bahwa jamurlah penyebab penyakit utama. Ahli lainnya, Kuhn
dalam tahun 1858 menerbitkan suatu buku pedoman mengenai penyakit
tumbuhan, penyebabnya dan pemberantasannya. Buku ini merupakan buku
pedoman pertama yang diterbitkan dengan menganggap jamur sebagai faktor
penyebab penyakit tumbuhan.

Teori perkecambahan dalam hubungannya dengan manusia dan binatang masih


belum dapat dibuktikan sampai tahun 1876, pada saat dimana Robert Koch
menunjukkan bukti adanya hubungan antara suatu bakteri dan penyakit anthrax
pada hewan dan manusia.

Pasteur mendapatkan - proses pasteurisasi dan immunisasi, sedang Koch adalah


bapak teknik ilmu bakteri; ia pun membuat kriterium tertentu untuk menentukan
etiologi penyakit.
Kriterium ini dikenal dengan sebutan Postulat Koch (Gambar 1.1), yang
menyebutkan sebagai
berikut:
1. Organisme tertentu harus didapat dalam inang yang sakit.
2. Organisme ini harus diisolasikan dan dibuat biakan murni.
3. Jika diinokulasi kepada inang sehat yang sama, organisme tersebut harus
menghasilkan
penyakit yang sama.
4. Organisme tersebut harus didapatkan lagi dari inang tadi dalam biakan murni.

Gambar 1.1

Postulat-postulat ini sangat berguna dalam mempelajari penyakit tumbuhan.


Walaupun postulat-postulat ini belum dapat diterima sebagai salah satu bukti
mengenai sebab suatu penyakit, akan tetapi dengan perkembangan tehnik
serologis yang khusus, sekarang diakui, bahwa suatu organisme atau virus dapat
menjadi penyebab penyakit, meskipun tidak semua postulat Koch dapat dipenuhi.

Beijerinch (1898) orang pertama yang menyimpulkan bahwa mosaik termbakau


tidak disebabkan oleh mikroorganisme tapi oleh suatu "contagium vivum fluidum
", yang kemudian disebutnya virus. Ia juga menyimpulkan bahwa virus akan
menginfeksi dan menyebar lebih cepat pada jaringan-jaringan muda daripada yang
tua, dan bergerak dalam floem dan xilem, serta memperbanyak diri dalam
tanaman hidup, dan dapat hidup pula pada daun-daun kering dalam tanah. Tahun
1935, Stanley mendapatkan suatu kristal protein setelah memperlakukan cairan
tembakau sakit dengan (NH4)2S04. Ia mampu menunjukkan bahwa bila tembakau
sehat diinokulasi kristal tersebut menjadi sakit. Sehingga disimpulkan bahwa virus
dapat diperkirakan sebagai suatu "antocalytic protein" yang dapat memperbanyak
diri dalam sel hidup.
Dalam tahun 1936 Bawden dan kawan-kawannya mendemontrasikan bahwa
kristal sediaan dari virus sesungguhnya terdiri dari protein dan asam nukleat.
Partikel virus pertama dilihat dengan mikroskop elektron oleh Kausche dan
kawan-kawan pada tahun 1939.
Dalam tahun 1956, Gierer dan Schramm menunjukkan bahwa protein dapat
dirubah dari virus, dan asam nukleat dapat menginfeksi suatu tanaman dan dapat
memperbanyak virus.
Pada abad ke-20 penyakit tumbuhan telah lahir sebagai suatu ilmu tersendiri,
beribu-ribu penyakit ditemukan, patogen penyebabnya telah dapat diidentifikasi,
dan cara pemberantasannya telah berkembang dengan pesat. Penelitian terhadap
genetika dan fisiologi penyakit telah maju pesat, dan bahan-bahan kimia baru
berkembang terus untuk menghambat penyakit.

B. BATASAN-BATASAN DAN ISTILAH


Suatu tumbuhan boleh disebut sehat atau tumbuh normal apabila dapat
menjalankan fungsi fisiologinya. Fungsi ini terdiri dari pembelahan sel;
deferensiasi dan pertumbuhan; absorpsi air dan mineral dari tanah beserta
translokasinya; fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis kebagian-bagian lain
atau ditimbun; metabolisme; reproduksi. Apabila tumbuhan diganggu oleh
patogen atau penyebab lainnya, sehingga aktifitas tersebut di atas tidak dapat
berjalan lancar atau normal, maka tumbuhan tersebut dikatakan sakit.

llmu yang mempelajari penyakit tumbuhan disebut Phytopathology (phyton =


tanaman/tumbuhan, pathos = menderita, logos = ilmu), yang kemudian di
Indonesiakan menjadi Fitopatologi. Penulis dalam uraian selanjutnya akan
menggunakan istilah terakhir ini. Ada beberapa hal pokok yang dipelajari dalam
fitopatologi yakni :
a. Mempelajari penyebab penyakit dan keadaan lingkungan yang menyebabkan
penyakit.
b. Mempelajari mekanisme bagaimana faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan
penyakit.
c. Mempelajari interaksi antara penyebab yang menimbulkan penyakit dan
tanaman sakit.
d. Mempelajari metode untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengendalikan
penyakit sebelum/sesudah berkembang dalam tumbuhan.

Mengingat luasnya bidang yang terlibat, untuk itulah ilmu dasar lainnya perIu
dikuasai benar, antara lain: botani, mikologi, bakteriologi,virologi, nematologi,
anatomi tumbuhan, fisiologi tumbuhan, genetika, biokimia, hortikultura, ilmu
tanah, kehutanan, kimia, fisika, meteorologi, dan masih banyak lagi

Di atas sudah dikemukakan bahwa terjadinya penyakit atau tumbuhan menjadi


sakit karena adanya penyebab utama, penyebab ini disebut sebagai penyebab
penyakit. Hampir boleh dikatakan bahwa organisme penyebab penyakit bersifat
parasit, yakni untuk hidupnya organisme tersebut mendapat makanan sebagian
atau seluruhnya dari jaringan tumbuhan hidup. Lawan dari parasit adalah saprofit,
yakni untuk hidupnya organisme tersebut mampu mengambil makanannya dari
bahan organik mati.
Patogen dapat menyebabkan penyakit dengan cara :
1. Mengkonsumsi isi sel tumbuhan;
2. Membunuh atau mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin, enzim,
atau zat tumbuh;
3. Melemahkan tumbuhan dengan menghisap isi sel untuk digunakan sendiri;
4. Memblokir jaringan pembuluh

Patogenisitas adalah kemampuan patogen untuk menimbulkan penyakit, melalui


suatu rangkaian proses yang disebut patogenesis. Ada beberapa proses yang
penting dalam patogenesis, yakni :

Inokulum merupakan bagian dari patogen yang mengadakan kontak dengan


tumbuhan inang. Tergantung keadaan lingkungannya, inokulum dapat dalam
bentuk aktif (konidium, spora, miselium, dan sebagainya) atau bentuk pasif (spora
dorman, sklerotium, klamidospora, dan sebagainya). Inokulasi adalah suatu proses
patogen atau unit-unit reproduksinya mengadakan kontak dengan tumbuhan.
Setelah mengadakan inokulasi inokulum patogen tertentu (konidium jamur) harus
berkecambah, terbentuklah germ tube (tabung kecambah) yang selanjutnya
membentuk apresorium, berfungsi sebagai alat penetrasi. Pada patogen yang
mengadakan penetrasi langsung biasanya dan apresorium dibentuk penetration
peg (tabung infeksi), fungsinya untuk menembus kutikula dan dinding sel
epidermis. Penetrasi adalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inang.
Penetrasi dapat hanya tertuju pada kutikula (scab pada apel), tertuju ke dalam sel
epidermis (powdery mildew), atau ke dalam ruang interseluler, yang dari sini
menuju ke dalam sel atau jaringan tumbuhan (kebanyakan patogen). Patogen
dapat masuk melalui luka; lubang alami seperti stomata, lenti sel, dan hydatoda;
atau langsung menembus permukaan tanaman. Beberapa patogen dapat masuk
hanya melalui salah satu dari tiga jalan tersebut, tapi ada pula yang dapat masuk
melalui lebih dari satu jalan. Penetrasi langsung melalui permukaan tanaman oleh
patogen terjadi karena adanya tekanan mekanik pada permukaan, atau adanya
sekresi enzim dari patogen, tetapi biasanya merupakan kombinasi dari keduanya.
Dari permukaan yang lunak dan hancur inilah patogen masuk ke dalam jaringan
tumbuhan. Banyak pula organisme dapat menembus sel-sel tumbuhan yang tidak
peka terhadap organisme tersebut tapi tidak menjadi penyakit, organisme ini tidak
dapat melanjutkan fase penetrasinya dan mati tanpa menimbulkan penyakit.

C. KLASIFlKASI PENYAKIT
Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, diantaranya:
1. Berdasarkan gejala, yang pada dasarnya dibedakan dalam tiga garis besar:
nekrose, hipoplasia, dan hipertropi.
2. Bagian tanaman yang terserang, seperti seed rot (busuk biji), kernel smut
(jamur api pada bulir), seedling blight (hawar semai), foot rot (busuk kaki), root
rot (busuk akar), tuber rot (busuk umbi), bud rot (busuk mata tunas), fruit rot
(busuk buah), pod rot (busuk polong), leaf spot (bercak daun), twig blight (hawar
ranting), dan blossom blight (hawar bunga).
3. Macam tanaman yang diserang, seperti cereal disease (penyakit serealia), corn
disease (penyakit jagung), dan sebagainya.
4. Kerusakan yang ditimbulkan. Beberapa penyakit hanya menyebabkan
kerusakan yang tidak berarti pada tumbuhan, tetapi jenis lainnya mungkin dapat
segera membunuh tumbuhan. Di samping itu kadang-kadang bukan hanya
membunuh atau mengurangi produksi saja, bahkan akan menyebar dari pohon ke
pohon, dari kebun ke kebun, dan dengan cepat meluas dalam suatu areal tertentu
sehingga menyebabkan epidemi dalam suatu daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat
misalnya pada epidemi late blight pada kentang dan rust pada serealia, yang masih
merupakan faktor pembatas bagi berhasilnya produksi kentang dan tanaman biji
bijian di seluruh dunia. Terjadinya kombinasi antara kekuatan merusak dan
kecepatan menyebar pada suatu penyakit menyebabkan bencana kehancuran yang
sering terjadi, baik tingkat nasional maupun intemasional.
5. Sementara itu ada beberapa ahli yang cenderung mengklasifikasikan penyakit
yang disebabkan oleh parasit dan virus, dalam hubungannya dengan cara
timbulnya penyakit, ke dalam tiga golongan :
a. Penyakit Endemi, ialah apabila serangan penyakit tersebut meluas atau
menurun, dengan tingkat serangan tinggi atau rendah, dan berjalan dari tahun ke
tahun. Dasar pemikiran ini menunjukkan kenyataan bahwa parasit atau virus
dapat mempertahankan hidupnya dari satu musim ke musim lainnya dalam tanah,
atau pada tumbuh-tumbuhan liar. Hal inipun dapat menjadi dasar pemikiran,
bahwa kondisi lingkungan yang baik dapat digunakan inokulum untuk
berkembang, infeksi, dan jaminan invasi penyakit. Contoh penyakit endemi
adalah cabbage yellows, onion smut, dan cucumber mosaic virus.
b. Penyakit Epidemi atau Epiphytotic, adalah penyakit yang timbul dan meluas,
tetapi secara periodik. Istilah epidemi berasal dari bahasa Greek, yang berarti di
antara manusia dan memang dimaksudkan untuk penyakit manusia. Istilah
epiphytotic juga punya arti yang sarna, yang dikhususkan untuk tumbuhan. Ilmu
yang mempelajari secara lebih mendalam tentang penyakit epidemi ini disebut
Epidemiologi, sehubungan dengan itu penulis akan menguraikannya dalarn buku
lain. Contoh penyakit epidemi adalah : black rot pada crucifera, late blight pada
kentang, curly top oleh virus pada beet gula.
c. Penyakit Sporadis, merupakan penyakit yang timbulnya dengan interval yang
tidak teratur, demikian pula dengan lokasinya.
6. Berdasarkan penyebab penyakitnya. Klasifikasi terakhir ini paling banyak
dijadikan dasar klasifikasi oleh para ahli pada saat sekarang. Penyebab penyakit
dibagi dalam dua golongan yakni biotis (parasit) dan abiotis (non parasit) yang
setiap golongan dapat diperinci sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami fitopatologi, dalam buku ini
penulis akan mengikuti arus pembahasan yang umum digunakan para ahli yaitu
berdasarkan klasifikasi terakhir ini.

Tabel 1.1. Pengelompokan penyebab penyakit tumbuhan


Biotis (parasit) Abiotis (non parasit)
Jamur Defisiensi unsur hara
Bakteri Keracunan mineral
Virus Kelembaban, suhu, sinar yang tidak
sesuai
Nematoda (dimasukkan bidang fitopatologi karena Kekurangan oksigen
gejala yang ditimbulkannya)
Tanaman tingkat tinggi Polusi (misal uap asam belerang)
Mycoplasma, Rickettsia, Lain-lain agensia Reaksi tanah (pH)

Anda mungkin juga menyukai