Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-
makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa yunani: mikros=
kecil. Bios = hidup, logos = kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil itu disebut
mikroorganisme, mikroba, prostatica atau jasad renik.
Mikroorganisme merupakan suatu makhluk hidup yang tidak dapat
dilihat secara langsung atau dengan kasat mata.Mikroorganisme terbagi atas
beberapa hal yaitu bakteri, virus, candida, dan protozoa. Untuk mengetahui jenis
dan penanganan suatu mikroorganisme tersebut maka terlebih dahulu kita harus
mengetahui bagaimana metode pengambilan sampel pengambilan apusan guna
mendukung pemeriksaan dan penindakan pada saat akan melakukan tindakan.
1.2.Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Definisi Mikrobiologi
2. Bagaimana Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
3. Apa itu Bakteri, Virus dan Jamur
4. Penyakit Yang Berhubungan dengan Mikroorganisme
5. Fungsi Pemeriksaan Mikrobioloi
6. Klasifikasi Pemeriksaan Mikrobiologi
7. Pemeriksaan Langsung
8. Pemeriksaan Tidak Langsung
1.3.Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui Definisi Mikrobiologi
2. Mengetahui Bagaimana Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
3. Mengetahui Apa itu Bakteri, Virus dan Jamur
4. Mengetahui Penyakit yang disebabkan oleh Mikroorganisme
5. Mengetahui Fungsi Pemeriksaan Mikrobioloi
6. Mengetahui Klasifikasi Pemeriksaan Mikrobiologi
7. Mengetahui Pemeriksaan Langsung

2
8. Mengetahui Pemeriksaan Tidak Langsung

3
4
BAB II

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

2.1 Sejarah Mikrobiologi

Mikrobiologi ialah ilmu pengetahuan tentang perikehidupan makhluk-


makhluk kecil yang hanya kelihatan dengan mikroskop ( bahasa yunani:
mikros= kecil. Bios = hidup, logos = kata atau ilmu). Makhluk-makhluk kecil
itu disebut mikroorganisme, mikroba, prostatica atau jasad renik.
Antoni van Leewenhoek (1632 -1723) ialah orang yang pertama kali
mengetahui adanya dunia mikroorganisme itu.dengan mikroorganisme
ciptaannya ia dapat melihat bentuk makhluk-makhluk kecil yang sebelumnya
itu tidak diduga sama sekali keadaannya. Mikroorganisme buatan
leeuwenhoek itu memberikan pembesaran sampai 300 kali. Dari air hujan
yang menggenang di kubangan-kubangan dan air jambangan bunga ia peroleh
beraneka hewan bersel satu yang olehnya diberi nama Infusiora atau Hewan
tuangan.
Antara 1674 sampai 1683 ia terus menerus mengadakan hubungan
lembaga Royal Society di Inggris. Ia melaporkan hal-hal yang diamatinya
dengan mikroskop itu kepada lembaga tersebut. Laporan-laporan itu disertai
dengan gambar-gambar mikroorganisme yang beraneka ragam. Didalaam
sejarah mikrobiologi, Leewenhoek dapat dipandang sebagai peletak batu
pertamanya.
Mikrobiologi mencakup pengetahuan tentang virus (virologi),
pengetahuan tentang bakteri (bakteriologi), pengetahuan tentang hewan
bersel satu (protozoologi), pengetahuan tentang jamur (mikologi), terutama
yang meliputi jamur-jamur rendah seperti Pycomycetes, dan juga
Ascomycetes, serta Deuteromycetes. (dasar-dasar mikrobiologi).
Teori bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit atau Germ
theory of disease yang digagas oleh Louis Pasteur merupakan alasan yang
sangat
kuat mengapa semua dokter dan tenaga kesehatan harus mengetahui ilmu
mikrobiologi. Anton van Leeuwenhoek (1670-an) adalah first microbiologist

5
yang
pertama kali mengamati mikroorganisme menggunakan mikroskop
sederhana.
Louis Pasteur (1860-an) berhasil membuktikan adanya
mikroorganisme penyebab
kontaminasi dengan percobaan anti-spontaneous generation. Pasteur
memegang
peran utama dalam penemuan dan pengembangan vaksin seperti vaksin
rabies.
Selain itu, ia juga menemukan metode fermentasi dan aseptic technique untuk
menghindari kontaminasi mikroba pada saat operasi.
Termasuk dalam golongan mikroorganisme adalahbakteri (eubactera,
archaebacteria), fungi (yeasts, molds), protozoa, microscopicalgae dan virus
serta beberapa macam cacing (helmints). Ilmu yang
mempelajarimikroorganisme disebut mikrobiologi. Ilmu mikrobiologi
kedokteran mempelajarimikroorganisme sebagai penyebab penyakit infeksi,
cara mendiagnosis,pengobatan, pencegahan dan pengendalian infeksi.

2.2 Asal Bakteri

Aristosteles (300 sebelum Isa Almasih) berpendapat, bahwa makhluk


makhluk kecil itu terjadinya begitu saja dari benda yang mati. Pendapat ini
dianut pula oleh Needham, seorang pendeta bangsa Irlandia yang selama
1745-1750 mengadakan eksperimen-eksperimen dengan berbagai rebusan
padi-padian, daging dan lain sebagainya. Meskipun air rebusan tersebut di
simpannya rapat-rapat dalam botol tertutup, namun timbullah
mikroorganisme ; dengan lain perkataan, kehidupan baru dapat timbul dari
barang mati. Pendapat ini terkenal sebagi teori abiogenesis (a=tidak,
bios=hidup, genesis=kejadian) atau teori generatio spontanea (makhluk-
makhluk baru itu terjadi begitu saja).

Spallanzani (1729-1799) dalam tahun 1768 membantah pendapat


Aristoteles dan Needham dengan mengatakan, bahwa perebusan dan
kemudian penutupan botol-botol berisi air rebusan yang dilakukan oleh

6
Needham itu tidak sempurna. Spallanzani sendiri merebus sepotong daging
sampai berjam-jam lamanya, kemudian air daging tersebut di tutupnya rapat-
rapat di dalam botol. Maka, dengan perbuatan yang demikian itu tidak
diperoleh mikroorganisme baru. Hasil eksperimen Spallanzani ini belum
meyakinkan benar; setengah orang pada waktu itu berpendapat, bahwa tutup
botol yang rapat itu tidak memungkinkan masuknya udara (oksigen) yang
sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroorganisme.

Schultze didalam tahun 1836 memperbaiki eksperimen Spallanzani


dengan mengalirkan udara lewat suatu asam atau basa yang keras ke dalam
botol berisi kaldu yang telah di rebus baik-baik terlebih dahulu. Schwann di
dalam tahun 1837 membuat percobaan serupa juga dengan mengalirkan udara
lewat pipa yang dipanasi menuju kepada botol berisi kaldu yang telah
dipanasi berjam-jam lamanya. Maka baik Schultze maupun Schwann tidak
dapat menemukan mikroorganisme di dalam kaldunya. Namun, orang masih
menaruh keberatan terhadap eksperimen kedua sarjana tersebut dengan
mengemukakan, bahwa udara yang lewat asam atau basa ataupun lewat pipa
panas itu telah mengalami perubahan sedemikian rupa, sehingga tidak
memungkinkan timbul nya kehidupan makhluk-makhluk baru.

H.Schroeder dan Th.von dusch (1854) menemukan suatu akal untuk


menyaring udara yang menuju ke dalam botol berisi ke dalam kaldu; udara itu
di lewatkan suatu pipa berisi kapas steril. Dengan cara demikian ia tidak
mendapatkan mikroorganisme baru di dalam kaldu, dan dengan demikian
tumbanglah teori Abiogenesis. Lebih meyakinkan lagi ialah percobaan yang
dilakukan oleh Louis Pasteur didalam tahun 1865, dimana ia menggunakan
suatu botol berisi kaldu dengan ditutup oleh suatu pipa yang melengkung
seperti leher angsa. Dengan akal yang istimewa ini Pasteur dapat meyakinkan
khalayak, bahwa tidak ada kehidupan baru yang dapat timbul dari barang
mati. Maka disimpulkan nya lah pendapat itu dengan ucapan Omne vivum ex
ovo, omne ovum ex vivo, yang berarti semua kehidupan itu berasal dari telur,
dan semua telur itu berasal dari sesuatu yang hidup. Pasteur itu sebenarnya
seorang sarjana kimia, akan tetapi jasa-jasa nya di bidang mikrobiologi

7
demikian banyaknya, sehingga selayak nya lah ia disebut seorang pelopor
mikrobiologi.

Pernyataan Pasteur tersebut bdiatas belum memberi jawab atas


pertanyaan darimana asal bakteri. Sesungguh nya bahwa pertanyaan ini
hingga sekarang belum dijawab; pertanyaan ini identik dengan pertanyaan
darimana asal kehidupan. Jawaban atas ini bergantung kepada pandangan
hidup seseorang dan dengan demikian terletak di luar bidang ilmu
pengetahuan atau Science. Seorang vitalist akan menjawab berlainan dengan
jawaban seorang materialist.

Dalam abad 20 ini oparin, urey, Stanley, miller berpendapat, bahwa


kehidupan dapat terjadi dengan sendirinya menurut hokum-hukum alam
belaka.

2.3. Jenis jenis Mikroorganisme

Pada umum nya kita mengambil ketentuan, bahwa semua makhluk


yang berukuran beberapa micron atau lebih kecil lagi itu kita sebut
mikroorganisme. Satu micron disingkat menjadi 1 = 0,001 mm. Jadi yang
termasuk golongan ini ialah :

a. Bakteri
b. Cendawan atau jamur tingkat rendah
c. Ragi, yang menurut sistematik masuk bangsa jamur juga
d. Ganggang
e. Hewan bersel satu atau protozoa
f. Virus yang hanya Nampak dengan mikroskop electron, dan oleh
karenanya di katakana makhluk ultramikroskopik.
Kalau besar kecilnya bakteri itu diukur dengan micron, maka
pengukuran besar kecilnya virus menggunakan satuan yang disebut
milimikron, disingkat m = 0,001 .

8
Mikroskop electron dapat memperbesar bayangan sampai beberapa
ratus ribu kali. Dengan mikroskop semacam ini orang dapat mengetahui
bentuk morfologi banyak virus. (Dasar-dasar Mikrobiologi : Dwidjoseputro
hal : 1-5)

2.4 Identifikasi Bakteri

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

a. Ukuran bentuk susunan bakteri


b. Reaksi pewarnaan gram
c. Gerakan bakteri (bisa atau tidak)
d. Tipe flagel (diujung sel atau diseluruh tubuh)
e. Ukuran dan bentuk koloni bakter
f. Warna koloni

Identifikasi bakteri patogen

a. Pengamatan sifat-sifat morfologi koloni bakteri


b. Pengamatan mikroskopis melalui pewarnaan bakteri
c. Identifikasi bakteri melalui uji sifat biokimia
d. Identifikasi bakteri berdasarkan profil DNA

2.5 Tujuan Pengendalian Mikroorganisme

a. Mencegah penyebaran penyakit infeksi


b. Membasmi mikroorganisme yang ada dalam hospes yang terinfeksi
c. Mencegah pembusukan dan perusakan makanan sediaan farmasi
d. Mensterilkan peralatan yang digunakan untuk proses aseptis.
2.6 Jenis Pemeriksaan
2.6.1. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan secara mikroskopis langsung dari sampel dengan atau tanpa
pewarnaan dengan cara di buat sediaan/preparat pada objek glass. Metode
yang efisien untuk mendeteksi bakteri dalam cairan biologis yang
normalnya steril dan dalam spesimen dari sumber-sumber lain.
Pemeriksaan langsung teknik pewarnaan

9
Pemeriksaan secara mikroskopis langsung dari sampel dengan pewarnaan
dengan cara di buat sediian/preparat pada objek glass. Pewarnaan terdiri
dari :
1. Pewarnaan Gram
A. Caranya :
a) Sediaan bakteri difiksasi diatas gelas preparat dan diwarnai
dengankarbol kristal ungu selama 5 menit
b) Zat warna kristal ungu tersebut kemudian cuci bilas
c) Sediaan diwarnai dengan larutan lugol (i2 dan didiamkan
selama 45-60detik
d) Larutan lugol ditiriskan dan sediaan divcuci dengan alkohol
96%selama 15-30 detik atau digoyang goyangkan sampai tidak
ada zatwarna yang mengalir lagi
e) Sediaan dicuci dg air dan diwarnai dengan air fuksin selama 1-
2 menitSediaan dicuci, dikeringkan, dan diperiksa dibawah
mikroskop
B. Prinsip
a) Ungu kristal mewarnai semua bakteri menjadi ungu tua
b) Lalrutan iodium menahan zat warna violet secara lebih kuat
atau lemah tergantung jenis bakterinya
c) Etanol 95% memudarkan warna bakteri ketika ungu kristal
tidak terikat kuat oleh larutan iodium dan memudarkan warna
bakteri ketika ungu kristal tidak terikat kuat oleh larutan
iodium
d) Larutan fuksin karbol , merah netral atau safranin (berwarna
pink) . Mewarnai ulang (pink) bakteri yang warnanya
dipudarkan oleh etanol. Tidak berpengaruh terhadap bakteri
yang tetap berwarna ungu tua (tidak dipudarkan oleh etanol)

C. Alat dan bahan


a) Mikroskop

10
b) Rak kaca objek
c) Ungu kristal, modifikasi hucker (reagen no 18)
d) Larutan iodin lugol 0,1 % (reagen no 36)
e) Larutan pemudar warna aseton-etanol
f) Larutan fuksin karbol untuk pewarnaan ziehl-neelsen
(Diencerkan 10 kali dengan etanol) larutan merah netral 0,1 %
(reagen nomor 40) atau larutan sefranin(reagen no 47)
D. Sumber kesalahan identifikasi
1. Reaksi positif gram palsu dapat terjadi karena :
a) Apusan difiksasi sebelum benar benar kering
b) Apusan terlalu tebal
c) Terdapat endapan dibotol berisi ungu kristal (Saring
dulusebelum pakai)
d) Larutan iodin tidak terbilas sempurna sewaktupewarnaan
e) Larutan iodin kurang lama dicelupkan ke dalamaseton-
etanol
f) Larutan fuksin karbol yang dipakai terlalu pekat
2. Reaksi negatif gram palsu dapat terjadi karena :
a) Preparat kulang lama diwarnai dengan larutan iodin
b) Preparat terlalu lama dicelupkan ke dalam aseton-
etanolatau larutan ini tidak terbilas sempurna
sewaktupewarnaan

1. Pewarnaan Albert (untuk pendeteksian Corynebacterium


diphteriae)
Pada kasus dengan kecurigaan difteri, apusan sputum sebaiknya dipulas
dengan larutan pewarna albert. Larutan pewarna ini digunakan untuk
memperihatkan granula volutin yang terwarnai gelap pada basil
Corynebacterium diphteriae.
Alat dan bahan
mikroskop
Rak kaca objek

11
larutan pewarna albert
Metode
1. Fiksasi apusan
2. Teteskan larutan pewarna albert hingga menutupi keseluruhan
prerparat selama 3-5 menit
3. Bilas dengan air bersih dan taruh kaca objek, dengan posisi tegak,
di dalamrak kaca objek dan biarkan hingga kering
3. Pewarnaan wayson (untuk pendeteksian Yersinia peptis)
Pewarnaan Wayson dipakai untuk mengindentifikasi Yersinia peptis .
Alat dan bahan
Mikroskop
rak kaca objek
metanol 70%
larutan pewarna Wayson
Metode
1. Fiksasi apusan
2. Teteskan larutan pewarna Wayson hingga menutupi keseluruhan apusan
selama 15 detik
3. Bilas dengan air bersih dan taruh prepaparat, dengan posisi tegak, di
dalam rakobjek hingga mengering.

4. Pewarnaan biru metilen loeffler (untuk pendeteksian Bacillus


antracis)
Dipakai untuk mewarnai Bacillus antracis penyebab antraks.
Catatan : antraks merupakan penyakit yang sangat menular. Karena itu,
kita harus memakai sarung tangan dan pakaian pelindung sewaktu
menangani spesimen yang dicurigai mterinfeksi antraks. Prosedur
pengerjaan harus dilakukan ditempat yang aman.
Alat dan bahan
Mikroskop
rak kaca objek
larutan kalium permanganat 4%

12
biru metilen loeffler
Metode
1. Teteskan kalium permnganat hingga menutupi keseluruhan preparat
selama 10 menit
2. Bilas dengan air bersih dan teteskan biru metilen loeffler hingga
menutupi keseluruhan preparat selam 1 menit.
3. Bilas dengann air bersih dan taruh kaca objek, dengan posisi tegak, di
dalam rak kaca objek hingga kering.
2.6.2. Pemeriksaan Tidak Langsung
1. Kultur atau Biakan
Kultur atau biakan diperlukan metode atau teknik isolasi dan
identifikasi yang berfungsi untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi
jenis mikrob penyebab atau etiologi secara in vitro amapun in vivo. Pada
kultur atau biakan juga diperkulan jenis media atau bahan yang digunakan
sebagai substrat untuk pertumbuhan mikrob penyebab ( bakteri, jamur,
protozoa, cacing) sedangkan virus dibutuhkan biakan sel atau jaringan.
Pengamatan hasil berdasarkan morfologi ( warna, tipe, ciri khusus, tepi,
bentuk) koloni atau fisiologis ( reaksi biokimia), uji kepekaan, toksisitas
(Harti, 2012).

Table 3.contoh media kultur dengan etiologi (Harti, 2012).

Jenis media kultur Jenis etiologi


Loeffler Agar Corynebacterium diphtheria
Lowenstein-Jensen Agar Mycobacterium sp, Norcardia sp
Mac Conkey Agar Bakteri batang Gram negative
Thayer-Martin Agar Neisseria ganorrhoeae
Salmonella Shigella Agar Salmonella dan Shigella
Baird Parker Agar Sthaphylococcus sp
TCBS Agar Vibrio cholera
Sabouraud Glukosa Agar Jmaur
EMB ( Eosin Metilen Blue) Agar Bakteri Gram negative
Brucella Selective Agar Brucella sp

13
Clostridium Selective Agar Clastridium sp
Agar Darah Mikrob hemolitik dan non hemolitik

2. Test imunologi
Tes imunologi digunakan berdasarkan prinsip reaksi antigen-
antibodi yang bersifat spesifik. Ada berbagai macam reaksi antigen-
antibodi yaitu: aglutinasi, presipitasi, ELISA, imunokromatografi,
hambatan aglutinasi, fiksasi kompleks, RIA ( Radio Immuno Assay),
imunoelektroforesis dan lain-lain (Harti, 2012).
3. Teknik Biomolekuler/ Genetic
Mikroorganisme yang akan diidentifikasi sulit ditegakkan dalam
media perbenihan, etiologi penyakit infeksi yang tidak dapat ditegakkan.
Teknik identifikasi bakteri berdasarkan profil DNA bakteri semakin
berkembang. Teknik ini dikembangankan untuk mendeteksi bakteri
tertentu secara lebih cepat, khsusnya bakteri yang bersifat pathogen (
Radji, 2009).
Digunakan berdasarkan sifat-sifat molekuler dari gen ( DNA,
RNA), protein atau asam amino dari substansi penyusun dari antigen,
antibody, komponen sel, enzim, toksin, dan lainnya.Teknik biomolekuler
dapat menggunakan cara seperti PCR ( Polymerase Chain Reaction),
sekuensing DNA, elektroforesis protein, imunoblotting, hibridisasi DNA,
DNA microarray, DNA finger printing dan lainnya (Harti, 2012).
a. Sidik jari DNA (DNA Fingerprinting)

Identifikasi dengan pengurutan DNA genom utuh


mikroorganisme untuk identifikasi rutin.Cara ini tidak efisien dan
membutuhkan waktu yang lama.Namun pada identifikasi ini dapat
membandingkan perbedaan potongan DNA jeni mikroorganisme tertentu
dengan bantuan enzim endonuclease restriksi. Enzim endonuclease
restriksi dapat memotong molekul DNA spesifik yang terdapat pada
DNA genom mikroorgaisme sehingga menghasilkan fragmen potongan
DNA spesifik untuk setiap jenis mikroorganisme.

14
Contoh dalam mengidentifikasi bakteri Salmonella
thypi.Langkah pertama yang dilakukan adalah mengisolasi DNA genom
dari dua tabung biakan Salmonella thypi yaitu galur Salmonella thypi
standard an galur salah satu enzim endonuclease restriksi yang sama,
misalnya EcoRI. Setelah itu, fragmen DNA hasil pemotongan dengan
EcoRI dielektroforesis pada gel agarosa. Dengan membandingkan profil
fragmen DNA yang terdapat pada gel agarosa sehingga dapat
menyimpulkan apakah kedua bakteri tersebut memilki persamaan atau
perbedaan genetic, yaitu melalui profil sidik jari DNA kedua bakteri
yang diuj ( Radji, 2009).

b. Reaksi Rantai Polymerase ( Polymerase Chain Reaction, PCR)

Metode reaksi rantai polymerase ( polymerase chain reaction,


PCR) merupakan metode deteksi cepat dan sensitive yang te;lah
dikembangkan untuk mendeteksi berbagai jenis bakteri. Metode ini yang
paling sering digunakan untuk mendeteksi beberapa spesies pathogen.
Metode PCR dapat mengamplifikasi gen penanda spesifik pada spesies
bakteri terentu yang dapat digunakan sebagai penetu diagnosis. Fragmen
DNA berasal dari gen penanda spesifik diamplifikasi dengan teknik PCR
sehingga menghasilkan kadar DNA bakteri yang tinggi. Dengan
demikian, dapat dideteksi dengan elektroforesis gel agarosa. Adanya pita
DNA yang mempunyai ukuran sesuai dengan ukuran gen spesifik yang
diamplifikasi menunjukan keberadaan mikroorganisme dalam bahan
yang diuji. Pada saat ini telah tersedia primer spesifik untuk setiap
spesies mikroorganisme.

Primer spesifik adalah oligonukleotida untai pendek (berukuran


20-30 pasang basa) yang komplementer dengan sekuen DNA spesifik
dapat mengamplifikasi sekuen DNA spesifik yang terdapat dalam genom
suatu mikroorganisme dengan teknik PCR. Oleh karena itu, metode ini
dapat diguakan untuk mengidentifikasi spesies mikroorganisme tersebut
( Radji, 2009).

15
4. Uji biokimia
Uji biokimia dapat digunakan untuk identifikasi mikrob secara
fisiologi berdasarkan reaksi biokimia.Macam atau jenis biokimia
dipengaruhi oleh factor mikrob atau sifar mikrob, jenis media, dan factor
lingkungan (Harti, 2012).
Identifikasi bakteri dengan uji biokimia dilakukan untuk
mendeteksi spesies bakteri golongan enteric, suatu kelompok bakteri yang
sangat heterogen yang terdapat dalam saluran pencernaan manusia dan
hewan.Bakteri bersifat pathogen dan dapat menyebabkan diare. Semua
bakteri yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae bersifat oksidasi
negative, antara lain genus Escherichia, Enterobacter, Shigella,
Citrobacter dan Salmonella. Escherichia, Enterobacter danCitrobacter
dapat menfermentasi laktosa dan memproduksi asam dan gas sehingga
dapat dibedakan dari Shigella dan Salmonella yang tidak dapat
menfermentasi laktosa ( Radji, 2009).
Macam-macam uji biokimia yang umum digunakan untuk
identifikasi bakteri yaitu (Harti, 2012):
a. Uji MR ( Metil Red)
Tujuan uji MR adalah untuk mengetahui ternetuknya asam hasil
fermentasi karbohidrat. Reaksi biokimia pada uji MR berupa bakteri
tertentu dapat menfermentasi karbohidrat ( glukosa) mengasilkan asam (
pada family enterobacteriaceae melalui jalur asam campur). Adamnya
asam akan menyebabkan pH media dari 7 menjadi 4,4 sehingga
terbentuknya asam dapat diketahui dari warna indicator merah metil (
trayek pH 4,2-6,3) yaitu terentuk warna merah yang menunjukan hasil
positif sedangkan jika terbentuk warna kuining menandakan hasil uji
negative. Cara pengujian uji MR sebagai berikut:
Media MR cair diinokulasi dengan bakteri uji lalu diinkubasi
Media ditambahkan 5 tetes indicator merah metil ( metil red)
b. Uji VP ( Voge Proskauer)
Tujuannya untuk mengetahui terrbentuknya acetosin ( asetil metil
karbinol). Reaksi biokimia yang terjadi dimana bakteri tertentu dapat

16
menfermentasi glukosa menjadi acetoin melalui jalur fermentasi
Butanadiol. Dalam suasana basa beserta penggojogan yang kuat maka
acetoin dan butanadiol akan dioksidasi menjadi diasetil. Diasetil akan
bereaksi dengan alfa naftol ( dalam reagen Barrit) atau keratin ( dalam
reagen Omeara) yang memberikan warna merah jika positif dan
terbentuk warna kuning jika negative. Cara pengujian VP sebagai berikut:
Media VP cai diinokulasi dengan bakteri uji lalu diinkubasi
Media ditambahkan 5 tetes KOH 40% lalu dikocok kuat dan
ditambahkan 5 tetes reagen Barrit atau reagen O meara.
c. Uji PAD ( Phenilalanine Deaminase)
Tujuan uji PAD untuk mengetahui adanya deaminasi fenilalanin.
Reaksi biokimia uji PAD berupa bakteri tertentu ( contohProteus
mirabilis) dapat melakukan deaminasi fenilalanin menjadi fenil piruvat
yang akan berekasi dengan FeCl3 sehingga terbentuk warna hijau semi
permanen jika positif dan terbentuk warna kuning jika negatife. Cara
pengujian uji PDA sebagai berikut:
Media PAD cair diinokulasi dengan bakteri uji lalu diinkubasi
Media ditambahkan HCl 0,1 N sampai tepat warna kuning lalu
ditambahkan reagen FeCl3 10%.
d. Uji Citrat
Tujuan untuk mengetahui apakah bakteri dapat menggunakan citra
sebagai sumber Carbon tunggal. Reaksi biokimia berupa jika bakteri
dapat menggunakan Natrium sitrat sebagai sumber carbon tunggal
makan akan dibebaskan ion Hidroksida yang bersifat basa. Dalam
media citrate mengandung indicator BTB ( Bromo Thymol Blue)
dengan trayek pH (6,0-7,6) sehingga dalam suasan basa maka media
berubah yang semula berwarna hijau menjadi warna biru jika positif.
Cara pengujian citrate sebagai berikut:
Media citrate ( slant agar) diinokulasi secara gores dan tusukan lalun
diinkubasi
e. Uji UREA

17
Tujuan untuk mengetahui adanya enzim urease yang dihasilkan
mikrob. Reaksi biokimia uji UREA berupa bakteri tertentu ( Proteus
mirabilis ) dapat menghasilkan enzim urease yang akan menghidrolisis
urea menjadi CO2 dan NH3. Akumulasi NH3 menyebabkan suasana
basa, sehingga media yang mengandung indicator phenol red akan
berubah yang semula kuning menjadi merah jika positif. Cara
pengujian Urea sebagai berikut:
Media Urea agar ( agar tegak) diinokulasi secara tusukan dengan
bakteri uji lalu diinkubasi
f. Uji Sulfida, Asam dan Gas
Tujuan untuk mengetahui terbentuknya sulfide, asam dan gas.
Reaksi biokimia berupa sulfide (H2S) atau terjadi reaksi antara ion S2-
dan ion Fe3+ maka terbentuk Fe2S3( endapan hitam). Sedangkan uji
asam, maka bakteri dapat menfermentasi glukosa dan laktosa dalam
media menjadi asam. Dalam media KIA mengandung indicator phenol
red ( merah phenol) dengan trayek pH ( 6,8-8,4) sehingga dalam
suasana asam maka media akan berubah yang semulanya berwarna
orange menjadi kuning.
Hasil pada uji sulfoida akan terbentuk warna atau endapan hitam
jika positif sedangkan pada uji asam jika positif maka media berwarna
kuning ( A= asam) pada lereng atau dasar media. Dan negative jika
media berwarna merah ( K=alkali) pada lereng atau dasar media. Cara
pengujian sebagai berikut:
Media KIA ( Kligers Iron Agar ) slant agar diinokulasi secara gores
dan tusukan lalu inkubasi.
g. Uji Sulfida, Indol dan Motilitas
Tujuan untuk mengetahui terbentuknya sulfide, indol, dan
mortilitas. Reaksi biokimia yaitu sulfide (H2S) atau terjadi reaksi antara
ion S2- dan ion Fe3+ maka terbentuk Fe2S3( endapan hitam). Sedangkan
indol maka triptopan dalam media dengan H2S dan enzim + reagen
Kovans ( Erlich) membentuk para dimetil aminobenzaldehide yang
berwarna merah.

18
Hasil pada sulfide akan terbentuk warna atau endapan hitam jika
positif dan tidak terbentuk warna hitam jika negative. Pada indol
ditambahkan 5 tetes reagen Erlich A dan 5 tetes reagen Erlich B maka
uji positif jika terbentuk warna merah dan uji negative jika tidak
terbentuk warna merah. Sedangkan hasil uji motilitas, positif terjadi
pertumbuhan koloni merata pada media dan negative hanya ada pada
pertumbuhan koloni di bekas tusukan. Cara pengujian diantaranya:
Media SIM (Sulfida Indol Motilitas) agar tegak diinokulasi secara
tusukan lalu inkubasi.
h. Uji deaminasi dan Dekarboksilasi Lisin
Tujuan untuk mengetahui terbentuknya sulfide, deaminasi atau
dekarboksilasin lisin.Reaksi biokimia jika mikrob mereduksi Natrium
tiosulfat dalam media maka terbentuk H2S yang akan bereaksi dengan
ion Fe2+ maka akan terbentuk FeS ( endapan hitam). Pada deaminasi
lisin terjadi dimana bakteri tertentu dapat melakukan deaminasi lisin
menghasilkan asam amino kaproat sebagai asam karboksilat yang akan
bereaksi dengan ion Fe dan adanya pengaruh oksigen akan terbentulk
warna merah coklat. Pada dekarboksilasi lisin terjadi dimana bakteri
tertentu dapat melakukan dekarboksilasi lisin menghasilkan cadaverine
( pentametilene diamine) yang bersifat basa sehingga adanya indicator
BCP ( Bromo Cresol Purple) trayek pH 5.2-6.8 akan berwarna ungu.
Bakteri yang tidak melakukan dekarboksilasi lisin, maka tiak dapat
meningkatkan Ph media sehingga medium berwarna kuning. Pada pH
rendah, pertumbuhan bakteri akan terhambat dan jenis yang dapat
membentuk H2S biasanya tidak mampu menunjukkan adanya H2S
positif.
Hasil sulfide positif jika terbentuk warna atau endapan hitam dan
negative jika tidakk terbentuk warna hitam. Pada deaminasi lisin positif
jika media berwarna merah coklat (R) dan negative jika media
berwarna ungu ( K=alkali). Pada dekaboksilasi lisin positif jika media
berwarna ungu dan negative jika warna media tetap. Cara pengujian
diantarnaya:

19
Media LIA ( Lysine Indol Agar) slant agar diinokulasi secara tusukan
lalu inkubasi.
2.6.3. Perkembangan Pemeriksaan Mikrobiologi Terkini
1. Pemeriksaan berbasis Biosensor

Sejak pertama kali dikembangkan oleh Clark dan Lyons pada tahun 1962
dengan mengimobilisasi enzim glukosa oksidase pada permukaan elektroda untuk
mendeteksi glukosa darah, teknologi biosensor berkembang sangat pesat, salah
satunya biosensor untuk mendeteksi virus. Secara umum virus terdiri dari virion
(10-100 nm), yang mengandung genom DNA atau RNA yang dikemas dalam
suatu kapsid. Asam nukleat virus berfungsi untuk membawa informasi genetik
yang diperlukan saat replikasi virus pada sel inang, sedangkan kapsid berfungsi
untuk melindungi asam nukleat dari nukleasis dan membantu proses penempelan
virus ke sel inang. Virus memerlukan sel inang untuk dapat bereproduksi dan
bertahan hidup, dan sebagian besar virus bersifat patogen bagi manusia.
Pengembangan teknologi biosensor untuk dapat menghasikan biosensor
virus yang efisien, sensitif, mudah dan ekonomis masih terus dilakukan hingga
saat ini. Terdapat beberapa jenis biosensor virus yang telah dikembangkan, antara
lain metode optik seperti Surface Plasmon Resonance (SPR), serat optik,
kuantum dot, elektrokimia seperti amperometri, voltametri, impedansi dan
material nano dengan suatu transduser fisikokimia.

Komponen utama biosensor


Biosensor terdiri dari dua komponen utama, yaitu bioreseptor yang akan
mengenali analit target dan transduser yang akan merubah sinyal biologis menjadi
sinyal elektrik yang terukur. Pada umumnya, perangkat biosensor juga ditambah
dengan amplifier yang berfungsi untuk memperbesar sinyal elektrik yang diterima
sehingga dapat dilanjutkan ke bagian pemroses data dengan mudah. Bioreseptor
yang digunakan pada umumnya berupa asam nukleat, baik DNA, RNA atau PNA,
enzim, antibodi, sel atau mikroorganisme, sedangkan jenis transduser yang
digunakan antara lain transduser elektrokimia, optik, pizoelektrik dan termal.
Pada dasarnya biosensor terdiri dari tiga unsur yaitu unsur biologi (reseptor
biologi), transduser, dan sistem elektronik pemroses sinyal. Unsur biologi yang

20
umumnya digunakan dalam mendesain suatu biosensor dapat berupa enzim,
organel, jaringan, antibodi, bakteri, jasad renik, dan DNA. Unsur biologi ini
biasanya berada dalam bentuk terimmobilisasi pada suatu transduser.
Immobilisasi sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan (1)
adsorpsi fisik, (2) dengan menggunakan membran atau perangkap matriks atau (3)
dengan membuat ikatan kovalen antara biomolekul dengan transduser.
Untuk transduser, yang banyak digunakan dalam suatu biosensor adalah
transduser elektrokimia, optoelektronik, kristal piezoelektronik, field effect
transistor dan temistor. Proses yang terjadi dalam transduser dapat berupa
calorimetric biosensor, potentiometric biosensor, amperometric biosensor, optical
biosensor maupun piezo-electric biosensor. Sinyal yang keluar dari transduser ini
kemudian di proses dalam suatu sistem elektronik misalnya recorder atau
komputer.

21
Biosensor adalah perangkat yang menggunakan organisme hidup atau
molekul biologis, terutama enzim atau antibodi, untuk mendeteksi keberadaan
bahan kimia. Prinsip kerja biosensor adalah berdasarkan immobilisasi komponen
biologi (enzim, bakteri, dan lainlain) pada matriks membran polimer yang
diintegrasikan dengan sinyal transduser pada analit. Komponen biologi berfungsi
sebagai sensor elektroaktif yang berperan pada reaksi setengah sel elektrokimia
sehingga potensial yang ditimbulkan sensitif dan selektif terhadap ion tertentu.
Prinsipnya didasarkan pada afinitas, dimana antibodi digunakan untuk mengikat
virus. Kuantifikasi dengan menggunakan biosensor elektrokimia didasarkan pada
pengukuran perubahan arus, potensial dan impedansi, yang diinduksi oleh reaksi
biokimia yang terjadi antara bioreseptor dengan target analit.

Keuntungan :
1. Memiliki sensitivitas yang tinggi
2. Cocok untuk dikembangkan dalam skala mikro, instrumentasi yang
digunakan sederhana, pengukuran tidak dipengaruhi oleh kekeruhan
sampel, absorbsi atau fluoresensi komponen dalam sampel
3. Dapat digunakan untuk deteksi sampel dengan berbagai jenis pelarut

2.7. Spesimen

22
Pemeriksaan laboratorium meliputi penelitian mikroskopis dari
material segar yang tidak di cat dan yang di cat serta sediaan biakan dengan
kondisi yang sesuai untuk tumbuh nya beraneka ragam organism, termasuk
juga jenis organism yang paling mungkin menjadi penyebab berdasarkan
bukti klinis. Jika suatu mikroorganisme telah di isolasi, maka kemudian di
lakukan identifikasi. Mikroorganisme yang diisolasi bisa diuji untuk
kepekaan terhadap obat-obat antimikroba. Bila pathogen signifikan telah
diisolasi sebelum pengobatan, kelanjutan pemeriksaan laboratorium selama
dan sesudah pengobatan mungkin menjadi lebih baik.
Specimen yang diperoleh dengan benar merupakan salah satu langkah
penting dalam diagnosis suatu infeksi karena hasil tes diagnostic untuk
penyakit infeksi tergantung pada pemilihan, waktu, dan metode pengambilan
specimen. Bakteri yang hidup maupun yang mati, tentang terhadap banyak
zat kimia dan dapat ditemukan pada tempat anatomi yang berbeda dan dalam
cairan tubuh serta jaringan tubuh yang berbeda selama perjalanan penyakit
infeksius. Karena isolasi agen begitu penting dalam perumusan diagnosis,
specimen harus diambil dari tempat yang paling mungkin menghasilkan agen
pada stadium penyakit saat itu dan harus ditangani dengan cara mendorong
pertumbuhan dan ketahanan hidup agen.
Penemuan bakteri dan jamur adalah hal yang paling penting jika agen
diisolasi dari tempat yang secara normal tidak ada mikroorganisme (dalam
keadaan normal adalah daerah steril). Semua jenis mikroorganisme yang di
biakkan dari darah, cairan serebrospinal, cairan sendi atau rongga pleura
merupakan temuan diagnosis yang bermakna. Sebaliknya, banyak bagian dari
tubuh yang memiliki mikroba flora normal yang dapat berubah oleh pengaruh
eksogen maupun endogen. Penemuan pathogen potensial dari saluran
pernapasan, pencernaan, urogenital; dari luka; atau dari kulit harus
dipertimbangkan dalam konteks flora normal pada masing masing tempat
tertentu. Data mikrobilogis harus berkorelasi dengan informasi klinis dengan
tujuan untuk sampai pada interpretasi yang berarti dari hasil yang di dapat.
Beberapa aturan umum yang harus diterapkan pada setiap specimen :
1) Jumlah material harus mencukupi

23
2) Sampel harus mewakili proses infeksi (misalnya sputum, bukan air ludah;
pus dari lesi yang terjadi, bukan dari saluran sinusnya; sweb dari dasar
luka, bukan dari permukaannya).
3) Kontaminasi terhadap spesimen harus dihindari dengan hanya memakai
peralatan steril dan tindakan pencegahan aseptic.
4) Specimen ahrus dibawa ke laboratorium dan diperiksa dengan segera.
Media pembawa khusus bisa membantu.
5) Specimen yang berguna bagi diagnosis infeksi bakteri dan jamur harus
diamankan sebelum pemberian obat-obatan antimikroba. Jika obat-obat
antimikroba diberikan sebelum specimen di ambil untuk pemeriksaan
mikroba terapi obat ahrus dihentikan dan specimen ulang diambil
beberapa hari sesudahnya.
Jenis specimen yang diperiksa, ditentukan oleh gambaran klinis
yang tampak. Jika gejala-gejala atau tanda-tanda mengarah pada
keterlibatan satu system organ, specimen diambil dari sumber tersebut.
Jika tidak ada tanda atau gejala yang terlokalisir, pertama-tama diambil
sampel darah berulang untuk biakan dan kemudian di pertimbangkan
specimen dari tempat lain secara berurutan, sebagian tergantung pada
kemungkinan keterlibatan system organ pada pasien tertentu dan sebagian
lagi berdasarkan pada kemudahan dalam mendapatkan specimen.

Macam macam Spesimen

A. Darah
Kontaminasi biakan darah dengan flora normal kulit yang paling sering
disebabkan oleh kesalahan dalam prosedur pengambilan darah. Karena itu,
teknik yang benar dalam mengerjakan biakan darah adalah penting.
Aturan-aturan berikut, jika diterapkan secara ketat, memberikan hasil yang
dapat dipercaya:
1. Menggunakan teknik aseptik yang ketat. Menggunakan sarung
tangan; mereka tidak harus steril
2. Pasang turniket dan cari vena yang terfiksasi dengan perabaan.
Lepas turniket bila kulit telah siap

24
3. Siapkan kulit untuk tusukan vena dengan membersihkannya
dengan isopropil alkohol 70-95% atau etanol 70%. Gunakan
sodium tinktur atau suatu preparat iodophor, dimulai pada tempat
tusukan vena dan bersihkan kulit dalam lingkaran konsentris
dengan diameter yang bertambah. Biarkan preparat iodine basah
dikulit selama setidaknya 1 menit. Jangan menyentuh kulit yang
telah siap
4. Pasang kembali turniket, lakukan tusukan vena, dan (untuk orang
dewasa) sedot sekitar 20 ml darah
5. Masukkan darah kedalam botol biakan darh anaerob dan aerob
yang belabel
6. Bawa spesimen ke laboratorium dengan segera, atau tempatkan
dalam suatu inkubator pada suhu 37c

Beberapa faktor yang menentukan apakah biakan darah akan memberikan


hasil positif yaitu:

a) Volume darah yang dibiakkan


b) Dilusi darah dalam medium biakan
c) Pemakaian media biakan anaerob dan aerob, dan
d) Durasi inkubasi

Untuk dewasa biasanya diambil 20 ml darah sampel, setengah dimasukkan


dalam botol biakan aerob dan setengahnya dalam botol biakan anaerob,
dengan sepasang botol meliputi biakan darah tunggal.

B. Urine
Pemeriksaan bakteriologis urin dilakukan terutama bila tanda-tanda atau
gejala-gejala menunjuk pada infeksi saluran kemih, insufisiensi ginjal,
atau hipertensi. Ini sebaiknya dilakukan pada orang dewasa yang dicurigai
infeksi sistemik atau demam tak tergolongkan. Ini patut dilakukan bagi
wanita dalam kehamilan trimester pertama.
Urin yang diekskresi ginjal adalah steril kecuali bila ginjal terinfeksi. Urin
dalam kantung kemih yang tidak terkontaminasi juga secara normal steril.

25
Tetapi uretra mengandung flora normal, sehingga pancaran urin normal
mengandung bakteri dalam jumlah sedikit. Karena penting untuk
memisahkan organisme kontaminan dari organisme yang penting secara
etiologis, hanya pemeriksaan urin kuantitatif yang dapat memberikan hasil
yang berguna
Langkah-langkah berikut penting dalam pemeriksaan urin yang baik:
a) Pengumpulan spesimen secara benar
Pengumpulan spesimen yang benar merupakan suatu langkah
penting dalam biakan urin:
1. Siapkan 2 cangkir kertas berlapis lilin, masing-masing
dengan5 buntelaan kapas. Dalam 1 cangkir, tempatkan
sekitar 5 ml sabun pencuci piring dan 20-30 ml air keran.
Masukkan air keran dalam jumlah yang sama kedalam
cangkir kedua. Altenatif lain adalah dengan menyiapakn
piring kertas dengan 2 set dari 5 spon kasayang dibasahi
dengan air keran; satu set telah diberi sabun pencuci piring.
Pegang wadah urin disposable bersih yang tidak steril
2. Pisahkan labia dengan 2 jari dan biarkan terbuka selama
proses pembersihan dan pengumpulan. Usap urea uretra
seekali dari depan kebelakang dengan masing-masing dari
5 buntelan kapas atau spon bersabun. Kemudian usap sekali
dari depan kebelakang dengan masing-masing dari 5
buntelan atau spon yang dicelup air keran(buang buntelan
atau spon dalam keranjang sampah karena mereka bisa
memenuhi toilet)
3. Mulai pancarkan urin dan dengan menggunakan cangkir,
kumpulkanspesimen pancaran tengah. Beri label cangkir
dengan benar.

b) Pemeriksaan mikroskopis
Setetes urin segaryang tidak dipusing ditempatkan pada kaca
obyek, ditutupi dengan kaca penutup dan diperiksa dengan

26
intensitas cahaya yang terbatas dibawah lensa obyektif yang sangat
kering dari mikroskopis klinis biasa dapat menampilkan lekosit, sel
epitel, dan bakteri jika terdapat lebih dari 105/ml. Penemuan 105
organisme/ml dalam spesimen urin yang diperiksa dan ditampung
dengan benar merupakan bukti kuat dari infeksi saluran kemih
aktif. Hapusan urin pancaran tengah yang tidak dipusing yang dicat
Gram dan menunjukkan batang Gram bersifat diagnostik untuk
infeksi saluran kemih.
Pemusingan (sentrifugasi) urin secara singkat cepat
mengendapkan sel-sel pus yang mungkin memmbawa bakteri dan
dengan demikian bisa membantu dalam diagnosis mikroskopik
infeksi.

c) Biakan
Supaya bermanfaat, biakan urin haus dilakukan secara kuantitatif.
Urin yang ditampung dengan benar dibiakan dalam jumlah yang
terukur pada media padat, dan koloni yang muncul setelah inkubasi
dihitung untuk menunjukkan jumlah bakteri permL. Prosedur yang
lazim adalah dengan menyebar 0,001-0,05 mL urin yang tidak
diencerkan pada cairan agar darah dan media padat lain untuk
biakan kuantitatif. Semua media diinkubasi semalaman pada suhu
37 C , kerapatan pertumbuhan kemudian dibandingkan dengan
fotografi dari kerapatan pertumbuhan yang berbeda untuk bakteri
sejenis, dan menghasilkan data semi kuantitatif. Pada pielonefritis
aktif, jumlah bakteri dalam urin yang ditampung dengan karet
kateter ureter relatif lebih rendah. Keeetika terkumpul dalam
kandung kemih, bakteri berkembang biak dengan cepat dan segera
mencapai jumlah yang melampaui 105 mL dan jauh lebih banyak
dari pada yang dapat terjadi sebagai hasil kontaminasi oleh flora
uretra atau kulit atau dari udara. Karena itu, diisetujui bahwa bila
lebih dari 105 koloni /mL yang dibiakkan dengan pengumpulan
yang benar dan spesimen urin yang dibiakkan dengan baik, ini

27
menjadi bukti kuat adanya infeksi saluran kemih aktif. Keberadaan
lebih dari 105 bakteri dari jenis yang sama permilimeter dalam dua
spesimen berturut-turut menetapkan diagnosis infeksi saluran
kemih aktif dengan kepastian 965 %. Jika lebih sedikit bakteri
yang tumbuh, diindikasikan pemeriksaan urin ulangan untuk
memastikan keberaadaan infeksi. (jzwetz,,melnick,& adelbergs.
2005. Mikrobiologi kedokteran. Salemba medika. jakarta)

C. Feses
Parasite adalah organisme yang dihidup didalam atau pada organisme lain
dari spesies berbeda. Organisme tempat parasite mengambil makanannya
dinamakan inang atau host. Parasit seperti sengkenit atau tick, yang hidup
pada inangnya dinamakan ektoparasit. Parasite yang hidup didalam
inangnya seperti cacing tambang atau amoeba disebut endoparasit.
a. Pemeriksaan specimen feses untuk parasit
Pengambilan specimen
- Ambil kira-kira 100 gram feses dalam wadah yang bersih dan
kering tanpa pengawet, wadah yang paling coco adalah wadah
yang bertutup ulir.pastikan setiap bahwa setiap cacing dewasa atau
sigmen-sigmennya itu terambil.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. Jangan sekali-kali membiarkan feses terpapar udara tanpa tertutup.


2. Jangan sekali-kali menerima resimen feses yang tercampur urin
misalnyadalam pispot
3. Jangan sekali-kali memeriksa specimen feses tanpa mengenakan
sarung tangan
4. Periksa selalu specimen tinja dalam 1-4 jam setelah pengambilan. Bila
beberapa specimen diterima dalam waktu bersamaan, periksa
specimen fese yang cair dan yang mengandung lender atau darah lebih
dahulu karena specimen-sepesimen tersebut dapat mengandung
amoeba motil (yang mati dalam waktu singkat)

28
Pemeriksaan visual
Pelaporan hasil pemeriksaan sampel feses yang ideal meliputi warna,
konsistensi, dan ada-tidaknya eksudat atau darah makroskopik.
1. warna
Warna dapat dilaporkan sebagai
-hitam (darah samar, occult blood)
-Coklat, kuning pucat (lemak)
-putih (iterus okstrutif, obstructive jaundice)

2. Konsistensi
Konsistensidapat dilaporkan sebagai :
- Konsistensi padat (konsistensi feses yang normal)
- Konsestensi lunak
- Konsistensi cair (encer)

Darah atau lender pada fese biasanya terlihat sebagai bercak(atau


noda) merah atau putih. Darah pada feses dijumpai pada kondisi medis
tertentu(misalnya colitis ulseratif, skistosomiasis).

Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik feses dalam larutan saline atau iodin secara
langsung bermanfaat untuk :
- Mendeteksi trofozoit motil
- Mendeteksi telur dan kista ( yang terdapat dalam jumlah sedang)
- Mendeteksi eritrosit, debris seluler, atau kelebihan lemak.

Pilih feses berkonsistensi cair atau encer sewaktu melakukan mikroskopik


secara langsung untuk mendeteksian trofozoit. Feses berkonsistensi padat
jarang mengandung trofozoit motil. Lakukan juga pemeriksaan langsung
untuk mendeteksi darah atau lender eksternal.

Alat dan Bahan :

Mikroskop

29
Kaca objek
Penutup kaca objek
Aplikator kayu atau sengkelit(0,45 mm, kawat campuran nikel-
kromium)
Pensil minyak(grease pencil)
Larutan natrium klorida 0,85% (reagen no.53)
Larutan lugol iodin 0,5% (reagen no.37)
Larutan asam asetat 50 % (reagen no.3), diencerkan 1:1 dengan air
suling
Larutan biru metilen (reagen no.39)
Larutan eosin 2% dalam saline (reagen no.24)

Metode :

1. Buat campuran dari larutan lugol dan larutan asam asetat 1:1
(encerkan sepergi diatas). Encerkan campuran tersebut dengan air
suling sebanyak empat kali volumenya dan aduk hinggak merata.
2. Siapkan sebuah kaca objek kering dan labeli dengan nma atau nomor
pasien.
3. Teteskan :
- Setetes larutan natrium klorida yang dipanaskan sampai 37oC di
tengah bagian setengah kiri kaca objek.
- Setetes larutan iodin-asam asetat ditengah bagian setengah kanan
kaca objek
4. Dengan aplikator atau sengkelit, ambil sedikit (kia-kira diameter 2-3
mm) feses tersebut.
- Bila feses berkonsistensi padat, ambil sediaan dari bagian tengah
sampel dan dari permukaan sampel untuk mendeteksi telur
parasite.
- Bila feses berkonsistensi cair atau mengandung lendir, ambil
sediaan dari lendir di permukaan feses atau dari permukaan cairan
untuk pendeteksian ameba.

30
5. Campurkan sediaan tersebut dengan tetesan natrium klorida diatas
kaca objek tadi.
6. Dengan aplikator atau sengkelit, ambil sediaan kedua dari sampel
feses, seperti di atas dan campurkan dengan tetesan larutan iodin-asam
asetat. Buang aplikator ( atau panaskan sengkelit) sehabis digunakan
7. Taruh penutup kaca objek di atas tiap tetesan tersebut.
8. Periksa preparat dengan mikroskop. Untuk preparat saline, gunakan
objektif x10 dan x40 serta okuler x5. Karena telur dan kista tidak
berwarna, kurangi jumlah cahaya dengan mengatur bukan kondensator
atau menurunkan kondensator untuk mempertajamkan kontras.
Periksa preparat pertama dengan objektif x10, mulai dari bagian sudut
kiri atas. Fokuskan pengamatan pada bagian tepi penutup kaca objek
dengan objektif x10 dan amati keseluruhan preparat di kedua sisi kaca
objek untuk mendeteksi telur dan larva Strongyloides stercoralis.
Selanjutnya, ganti dengan objektif x40 lalu amati kemballi keseluruhan
bagian preparat saline(untuk mendeteksi trofozoit motil) dan preparat
iodin(untuk mendeteksi krista).
9. Larutan lugol iodin-asam asetat menyebabkan trofozoit menjadi non
motil. Nucleus terwarnai dengan jelas, tetapi mungkin sukar untuk
membedakan anatar nucleus-berlobus polimorfik dan nucleus-soliter
besar pada sel mukosa.
10. Bila ditambahkan setetes larutan eosin, seluruh bagaian preparat akan
terwarnai, kecuali protozoa(terutama ameba), protozoa tetap tidak
berwarna sehingga mudah dikenali.
Pengiriman specimen fese untuk pendeteksian parasite
Specimen feses mungkin dikirim ke laboratorium spesialistik untuk
pengidentifikasian parasite yang jarang ditemukan dan sulit dikenali.
Dalma hal ini, suatu bahan pengawet harus ditambahkan ke spesimen
sebelum spesimen tersebut dikirim untuk pemeriksaan. Berbagai bahan
pengawet berikut dapat digunakan :
- Larutan formaldehid 10 % (reagen no.28), untuk spesimen basah
- Larutan lugol iodn 0,5 % (reagen no.37)

31
- Larutan fiksatif polivinil alcohol(PVA) (reagen no.44)
- Larutan fiksatif tiomersal-iodin-formadehid(TIF) (reagen no.58),
untuk spesimen basah

Buku (pedoman teknik dasar untuk laboratorium untuk kesehatan)

32
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mikrobiologi (dalam Bahasa Yunani mikros = kecil, bios = hidup, dan


logos = ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin karena ilmu ini
mencakup beberapa bidang, pembagiannya dapat berdasarkan tipe mikrobiologi
(pendekatan taksonomis) atau berdasarkan aktivitas fungsional.

Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme hidup yang berukuran


sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) dan hanya dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu sel
(uniseluler) dan ada yang tersusun beberapa sel (multiseluler). Organisme yang
termasuk ke dalam golongan mikroorganisme adalah bakteri, archaea, fungi,
protozoa, alga mikroskopis, dan virus.Virus, bakteri dan archaea termasuk ke
dalam golongan prokariot, sedangkan fungi, protozoa, dan alga mikroskopis
termasuk golongan eukariota.

Ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase
log, fase stasioner, dan fase kematian.

Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme misalnya seperti Demam


Tifoid, HIV/AIDS, Malaria daTuberkulosis.

Pemeriksaan mikrobiologi dibagi menjadi pemeriksaan langsung dan


pemeriksaan tidak langsung.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A, et al. 2005. Jawetz, Melnicks

& Adelbergs Mikrobiologi Kedokteran. Edisi I. Jakarta : Salemba

Medika.

Dwidjoseputro, Prof.Dr.D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Surabaya:

Djambatan

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Pratiwi, Sylvia T, Mikrobiologi Farmasi, (Jakarta: Erlangga, 2008)

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran. Jakarta: EGC.

34
LAMPIRAN

35
36

Anda mungkin juga menyukai