160110140105
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas izin dan kuasa-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Tinjauan Risiko Keamanan Penggunaan
Triklosan Terhadap Kesehatan Rongga Mulut” untuk memenuhi persyaratan dalam
mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Padjadjaran Bandung.
Penyusunan skripsi ini mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak baik secara materil maupun moril, oleh karena itu
penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran beserta staf.
2. Ibu Hening Tjaturina Pramesti, Dr., Dra., M. Si., selaku pembimbing utama
yang tidak pernah lelah memberikan bimbingan, motivasi, pelajaran, dan saran-
saran selama penyusunan skripsi penulis.
3. Drg. Indrati, M. Kes., selaku pembimbing pendamping yang selalu siap
memberikan bimbingan, nasihat, serta motivasi bagi penulis.
4. Prof. Dr. drg. Hj. Mieke Hemiawati Satari, M. Kes., selaku kepala departemen
Oral Biologi yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penulisan
skripsi di bagian Oral Biologi.
5. Dr. drg. Dudi Aripin, Sp KG., drg. Indra Mustika Setia Pribadi, Sp. Perio., dan
drg. Dani Rizali Firman, M. Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dalam penyusunan skripsi.
6. drg. Renny Febrida, M. Si., selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan bagi penulis
selama masa perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
v
8. Segenap staff administrasi, perpustakaan, Sub Bagian Pendidikan dan
Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
9. Kedua orangtua penulis tercinta, Ir. Kotot Hendro Widagdo dan drg. Diana
Rosanita Devi untuk setiap doa, dukungan, motivasi, cinta, dan kasih sayang
yang tidak berbatas sepanjang hidup penulis, hanya Allah SWT yang dapat
membalas cinta kasih ibu bapak selama ini. Kepada adik yang penulis sangat
sayangi, Shahnaz Febria Azzahra, yang selalu memberikan motivasi, semangat,
dan kasih sayang, semoga penulis juga bisa memberikan motivasi bagimu untuk
terus berusaha mencapai cita-citamu.
10. Sahabat dan teman-teman terbaik penulis, Jane, Nadiya Mujaheda, Denta,
Kamila, Yuyun, Mirza, Sigar, dan Azalia untuk setiap doa, motivasi, dan
semangat selama ini.
11. Rekan seperjuangan penulisan skripsi, yang saling memberi dorongan dan
motivasi dari awal sampai selesai, serta teman-teman sejawat penulis angkatan
2014 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran yang telah mendukung
penulisan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, namun keberadaan kalian dalam perwujudan skripsi penulis sangatlah
berarti.
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
atas kebaikan semua pihak dan semoga skripsi ini dapat menjadi suatu karya yang
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya.
Bandung, 2018
Penulis
vi
PERSYARATAN BEBAS PLAGIARISME
isinya benar-benar karya Saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari
Penulis,
( HR. Muslim)
Aku persembahkan skripsi ini untuk mereka yang tersayang dan terkasih,
ABSTRAK
Kata Kunci: triklosan, risiko keamanan, rongga mulut, pasta gigi, obat
kumur
vii
Overview of the Safety Risk in the Use of Triclosan Towards Oral Health –
Intan Ayu Nurazizah - 160110140105
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ix
2.3 Metode Pencarian dan Seleksi Artikel ..........................................................8
x
LAMPIRAN .........................................................................................................46
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xv
BAB I
PENDAHULUAN
dikenal dengan nama triklosan sudah mulai digunakan. Bahan ini merupakan suatu
yang luas membuat senyawa ini kemudian diperkenalkan di industri kesehatan pada
tahun 1970 sebagai antiseptik dan disinfektan peralatan medis serta terapi bagi
dari triklosan dan ditemukan bahwa selain memiliki aktivitas antimikroba, triklosan
bakteri Gram positif, Gram negatif, dan juga jamur. Aktivitas antimikroba triklosan
maupun bakterisid (zat yang bekerja mematikan bakteri) tergantung dari waktu
kontak dan konsentrasi yang digunakan (Jafer et al., 2016). Studi menunjukkan
yang berakhir pada bakteriolisis dan kematian sel (Philip et al., 2014). Triklosan
1
2
Eropa dan pertengahan tahun 1990 dalam produk dental di Amerika (Fang et al.,
plak sehingga banyak digunakan dalam pasta gigi dan obat kumur sebagai kontrol
plak kimiawi untuk menunjang kontrol plak mekanis. Aktivitas antiplak triklosan
sudah terbentuk, dan juga mencegah terbentuknya lapisan plak yang baru. Aktivitas
antiplak triklosan secara tidak langsung dapat mencegah karies gigi yang
merupakan penyakit infeksius kronis yang berkaitan dengan destruksi progresif dari
struktur keras gigi (enamel, dentin, sementum) oleh bakteri asidogenik, terutama
proses glikolisis S. mutans dalam plak setidaknya bertanggung jawab untuk efek
mengurangi plak gigi, tetapi juga dapat mengurangi inflamasi gingiva, yang
and Lamont, 2013). Pada saat terjadi inflamasi, akan ada suatu respon inflamasi
dari host, diantaranya adalah pelepasan banyak mediator kimiawi secara lokal
seperti prostaglandin (PG). Tugas triklosan pada saat terjadi inflamasi adalah
mediator inflamasi akut maupun kronis. Triklosan dapat menghambat respon pro-
inflamasi sel epitel oral yang terinduksi lipopolisakarida (LPS) dan mengurangi
triklosan ditemukan dalam cairan tubuh seperti plasma, air susu ibu (ASI), dan urin
kontraksi otot (Yueh et al., 2014; Wang and Tian, 2015). Di dalam rongga mulut
bibir pengguna (Olaniyan et al., 2016). Terdapat juga bukti bahwa penggunaan
tertentu sehingga produk antibakteri tidak akan berguna pada individu yang
bidang kesehatan, terdapat beberapa efek samping yang tidak diinginkan dari
4
penggunaan triklosan. Pada studi pustaka ini, penulis tertarik untuk mempelajari
pada tubuh manusia terutama di rongga mulut baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
yang menyatakan efek penggunaan triklosan pada tubuh manusia telah mendorong
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk memahami dan
memiliki kesadaran mengenai risiko keamanan dan juga efek samping pemakaian
mulut.
Bab II: Membahas mengenai metodologi penelitian yang akan dilakukan oleh
Bab III: Membahas mengenai definisi dan sejarah penggunaan triklosan, daftar
Bab IV: Merupakan hasil diskusi dan pembahasan mengenai risiko pemakaian
METODOLOGI PENELITIAN
intervensi, kontrol, dan hasil) dianggap sebagai strategi yang dikenal luas untuk
Pasien, Intervensi, Perbandingan, dan Hasil (Schardt et al., 2007). Arti dari masing-
sudah ada
langkah pertama dan terpenting dalam proses EBP. Tanpa pertanyaan yang terfokus
6
7
dengan baik, akan butuh waktu lama untuk mengidentifikasi sumber daya yang
tepat dan mencari bukti yang relevan. Pada saat menyusun pertanyaan
1. Pasien merupakan anggota populasi dan juga orang dengan (atau berisiko
terhadap) masalah kesehatan, jadi, selain usia dan jenis kelamin, perlu
demografis lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, format PICO pada skripsi ini adalah sebagai
berikut:
syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002). Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah:
mulut.
3. Jurnal yang digunakan dan dikaji adalah jurnal yang menggunakan metode
(Notoatmodjo, 2002). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah jurnal dan
mulut.
study) yang mengacu kepada metodologi riset literatur, yaitu dengan mencari
artikel dari basis data elektronik Google Scholar dalam kurun waktu publikasi 5
relevan dan informasi tambahan dikumpulkan berupa artikel mengenai manfaat dan
Secara detail metode seleksi artikel yang dilakukan untuk penulisan skripsi
ini adalah:
1. Artikel ilmiah dicari menggunakan mesin pencari Google Scholar dengan kata
2. Sebanyak 892 artikel diperoleh dan dilakukan pencatatan relevansi data dengan
kebutuhan penulisan.
3. Penapisan pertama dilakukan dengan membaca judul dan abstrak artikel yang
kesehatan.
4. Basis data baru diperoleh sebanyak 31 artikel yang memenuhi kriteria yang
diperoleh dengan manual hand searching yang meliputi: artikel yang memuat
10
diskusi mengenai manfaat dan kegunaan triklosan dan makalah yang memuat
tidak secara khusus dikaji di dalam artikel pada basis data. Pada tahap ini
6. Data yang diperoleh pada tahap (4) digabungkan dengan informasi tambahan
pada tahap (5) menjadi suatu basis data sebanyak 57 artikel dan dilakukan
dalam publikasi ilmiah dalam jurnal sebagai artikel review papers sebanyak 20
artikel.
7. Pada penapisan terakhir diperoleh basis data yang hanya berisikan artikel
(Timotius, 2017). Bagan PRISMA dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
11
Gambar 2.1 Bagan Metode PRISMA untuk Pencarian dan Seleksi Artikel pada
Penelitian Ini (dimodifikasi dari Serrano et al., 2015)
tematik. Menurut Boyatzis (1998), analisis tematik merupakan suatu proses yang
penilaian risiko bias dari tiap jurnal dengan mengacu pada panduan dari The
Cochrane Handbook.
kebenaran, baik dalam hasil atau kesimpulan. Risiko bias dapat didefinisikan
sebagai suatu risiko terjadinya kesalahan yang sistematis, baik dalam hasil atau
kesimpulan. Bias yang berbeda dapat mengarah pada hasil intervensi yang kurang
akurat (lebih rendah atau tinggi dari hasil yang sebenarnya). Perbedaan dalam risiko
bias dapat membantu menjelaskan variasi dari hasil studi yang ada dalam suatu
systematic review. Analisis risiko bias merupakan suatu langkah penting dalam
penilaian akhir dari keakuratan/kekuatan dari bukti yang ada. Analisis risiko bias
yang dilakukan dalam skripsi ini mengacu pada The Cochrane Handbook.
Pada tahun 2008, Cochrane merilis suatu alat/skala untuk menilai potensi
risiko bias dalam suatu studi. Alat tersebut terdiri dari dua bagian yang
perhitungannya didasarkan pada tujuh domain. Setiap domain mencakup satu atau
lebih entri spesifik dalam tabel. Bagian pertama dari alat ini menjelaskan dalam
setiap entri apa yang dilaporkan telah terjadi dalam penelitian dengan cukup rinci
untuk membantu penilaian risiko bias. Bagian kedua dari alat ini memberikan
penilaian yang berkaitan dengan risiko bias untuk entri tersebut. Penilaian tersebut
dilakukan dengan menetapkan penilaian risiko bias sebagai risiko bias rendah
13
tinggi, atau tidak jelas. Ketujuh domain yang digunakan sebagai dasar perhitungan
2. Allocation concealment
dari peneliti untuk mencegah terjadinya bias saat seleksi intervensi yang
yang bias.
6. Selective reporting
yang dilaporkan.
7. Other bias
Bias yang terjadi karena sumber bias lain selain yang ada dalam
tabel/domain.
14
Kriteria penilaian risiko bias yang mengacu pada panduan Cochrane dapat
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
15
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
16
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
Tabel 2.6 Kriteria Penilaian Risiko Bias (Sumber: The Cochrane Handbook,
2011 diakses melalui: http://handbook-5-1.cochrane.org)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1. Definisi
menyeluruh. Salah satu dari bahan kimia yang ditambahkan adalah triklosan
(Weatherly and Gosse, 2017). Triklosan (TCL), yang memiliki rumus kimia 5-
terklorinasi yang dapat larut dalam lemak serta memiliki gugus fungsional eter dan
fenol (Van der Weijden et al., 2015; Yueh and Tukey, 2016).
pada tahun 1969, diketahui bahwa triklosan sudah digunakan di berbagai produk
rumah tangga seperti sabun cuci tangan, kosmetik, peralatan dapur, dan mainan
(Han et al., 2016). Triklosan juga telah digunakan dalam banyak produk farmasi,
digunakan dalam polimer atau serat untuk memberikan sifat antibakteri bagi
berbagai tekstil (mainan, pakaian dalam, dan talenan) (Henry and Fair, 2013; Yueh
et al., 2014). Triklosan memiliki daya antibakteri yang baik dan untuk pertama kali
17
18
pada tahun 1970 diperkenalkan di bidang kesehatan. Saat ini, triklosan telah
digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia lebih dari empat puluh tahun
lamanya.
1998, produksi triklosan dalam dua dekade terakhir meningkat dengan drastis
hingga melebihi satu juta pon tiap tahunnya (Cherednichenko et al., 2013; FDA,
2013). Sejak penggunaannya pertama kali di lingkungan rumah sakit pada tahun
1972, triklosan telah digunakan dalam berbagai produk rumah tangga termasuk
sabun, hand sanitizers, pasta gigi, dan obat kumur. Tahun 1977, produksi triklosan
(dinyatakan oleh United States Toxic Substances Control Act) berkisar antara 0,5
Pada tahun 1999 dan 2000, 75% dari 178 sampel sabun cair terdeteksi
mengandung triklosan dan 30% dari tiga ratus lebih sampel sabun batangan
mengandung triklosan. Triklosan sebagai bahan aktif ditemukan dalam 93% sabun
cair ataupun gel pada tahun 2008 sampai 2010. Konsumsi tahunan triklosan
mencapai 132 juta liter antara tahun 2008 dan 2009 dikarenakan terjualnya produk-
produk yang mengandung triklosan 3,5 hingga 17 mM sebanyak 278 juta unit
(FDA, 2013). Estimasi produksi triklosan pada tahun 2011 adalah 14 juta pon, yang
kemudian menurun menjadi 10,5 juta pon pada tahun 2015 (Weatherly and Gosse,
2017).
19
pada tahun 1969, triklosan sudah banyak digunakan sebagai pengawet dalam berbagai
produk perawatan diri dan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena triklosan aktivitas
antimikroba yang luas, baik terhadap bakteri Gram negatif maupun Gram positif. Beberapa
berjalan (conveyor belts), selang pemadam api (fire hoses), zat pewarna kain (dye
bath vats), dan alat pembuat es batu. Triklosan juga digunakan sebagai bahan
pengawet dalam zat perekat, kain, vinil, plastik (mainan, sikat gigi), polyethylene,
dalamnya adalah baby teethers, yang merupakan alat gigit bagi bayi untuk dikunyah dan
dihisap oleh bayi demi meredakan rasa sakit yang disebabkan oleh tumbuhnya gigi geligi
dalamnya sebagai bahan pengawet adalah cat, matras, pakaian, sapu, mulch, tempat
sampah, keranda, campuran beton, insulator, dll. (US EPA, 2015; Asimakopoulos et al.,
2016).
Dalam bidang kesehatan, triklosan telah digunakan secara klinis sebagai antiseptik
topikal, pada sabun pengobatan dan sabun cuci tangan, dan dalam pengobatan terapeutik
untuk pasien yang terinfeksi methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) (Mcbain
et al., 2013).
20
pembedahan atau surgical site infection (SSI) merupakan salah satu infeksi yang
digunakan dalam berbagai produk farmasi dan dikatakan dapat bekerja melawan
resisten. Benang jahit berlapis triklosan (TCSs) telah terbukti dapat mengurangi
kolonisasi bakteri dan menghambat banyak jenis patogen tanpa mengganggu proses
penyembuhan luka atau mengubah sifat dari benang jahit itu sendiri.
mengurangi risiko SSI. Hasil dari analisis yang dilakukan memperlihatkan adanya
hasil yang secara konsisten signifikan pada pasien dewasa, pasien pasca operasi
abdominal, dan pada insisi bersih atau bersih terkontaminasi (clean or clean-
contaminated incision). Systematic review lain yang ditulis oleh Edmiston et al.
sebanyak 31% dibaningkan dengan benang jahit yang tidak berlapis bahan
merupakan salah satu masalah yang dapat mengarah ke penyembuhan luka yang
kurang baik. Plak di rongga mulut telah diketahui mengandung mikroba seperti
21
Veillonella spp., dll. Benang jahit yang digunakan untuk menutup luka dapat
jahit antibakteri pada saat penutupan luka dapat mengurangi ataupun menghambat
Salah satu zat antibakteri yang digunakan untuk melapisi benang jahit pasca
bakteri Gram positif lebih rentan sepuluh kali lipat terhadap triklosan dibanding
bakteri Gram negatif. Benang jahit antibakteri dilaporkan lebih efektif digunakan
bakteri ke benang jahit secara signifikan yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemungkinan SSI dan morbiditas (Nanduri et al., 2014). Laporan lain walaupun
demikian menyatakan bahwa benang jahit yang dilapis oleh triklosan tidak
bakteri rongga mulut. Hal ini masih menjadi perdebatan dikarenakan masih
sedikitnya penelitian yang dilakukan terkait efek benang jahit berlapis antimikroba
kunci terjadinya karies, sehingga, eliminasi spesies bakteri tersebut bisa menjadi
suatu metode pengontrolan karies. Pasta gigi, selain bertindak sebagai metode fisik
22
untuk merusak plak gigi, juga mengandung bahan-bahan yang mungkin dapat
pasta gigi seperti SLS, triklosan, dan stannous fluoride memiliki kemampuan dalam
produk-produk kesehatan gigi dan mulut (pasta gigi, obat kumur) sebagai bahan
aktif untuk mengurangi akumulasi plak dan mengontrol inflamasi yang disebabkan
dan juga substantivitasnya (kemampuan suatu zat untuk bertahan pada permukaan
Triklosan secara klinis dapat mengurangi plak dan gingivitis dalam populasi
orang dewasa. Efek antimikroba pasta gigi dengan triklosan tampaknya lebih besar
dibanding pasta gigi yang mengandung stannous fluoride (SnF). Jumlah mikroba
dari empat lokasi (plak, saliva, lidah, dan mukosa bukal) berkurang setelah
menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung triklosan dan SnF selama
kurun waktu dua minggu. Penemuan ini juga membuktikan bahwa efek dari pasta
gigi mengandung triklosan mempengaruhi skor plak (Sälzer et al., 2015). Selain
efektif dalam mengurangi plak gigi dan gingivitis, pasta gigi dengan triklosan juga
campuran dalam obat kumur. Obat kumur terdiri dari komponen aktif, komponen
antimikroba, air dan (atau) etanol, surfaktan, humektan, dan perasa. Agen
antimikroba yang paling sering ditambahkan ke dalam obat kumur selain essential
obat dalam rongga mulut sehingga meningkatkan time of action (waktu yang
dibutuhkan obat untuk memberikan efek/reaksi setelah administrasi), dalam hal ini
ditegaskan bahwa triklosan dapat mengurangi plak sekitar 22% dan gingivitis
sebesar 25%.
plak secara teori dapat mengurangi dan mengontrol terjadinya karies dan gingivitis
(Riley and Lamont, 2013). Mekanisme kerja triklosan dalam melawan bakteri plak
gula, produksi asam, aktivitas protease bakteri, merusak membran sitoplasmik sel
24
2016). Triklosan juga dapat membunuh bakteri dengan cara melepas ikatan
2014).
enoyl-acyl carrier protein reductase enzyme (fabI) tipe II, yang merupakan
komponen penting dalam sintesis asam lemak bakteri. Bakteri akhirnya tidak dapat
mensintesis asam lemak yang merupakan proses penting dalam reproduksi dan
pembentukan membran sel. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada
membran (Bedran et al., 2014). Triklosan memang merupakan inhibitor ampuh dari
enzim fabI dan menunjukkan aktivitas antimikroba yang kuat dengan meniru
(menghentikan pertumbuhan bakteri) dan bekerja spesifik terhadap fabI tipe II (type
II fatty acid synthase enoyl reductase) dengan cara membentuk ikatan nonkovalen
D+ kompleks dengan NAD+ di sisi aktif fabI. fabI merupakan enzim penting untuk
pembelahan sel secara normal dan penghambatan fabI oleh triklosan secara efektif
dapat menekan pertumbuhan berbagai bakteri Gram negatif dan Gram positif (Vick
et al., 2015). Pada konsentrasi tinggi, triklosan menginduksi kebocoran K+, yang
bakterisid (membunuh bakteri) (Kumar et al., 2015; Yueh and Tukey, 2016).
dari S. aureus tidak begitu rentan terhadap triklosan dikarenakan ekspresi berlebih
Triklosan memiliki daya larut dalam air yang terbatas dan retensi yang
lemah dalam rongga mulut. Hal ini menyebabkan beberapa penggunaannya secara
komersil (pasta gigi, obat kumur, dll.) dikombinasikan dengan kopolimer (suatu
bahan yang mengurangi jumlah triklosan yang hanyut karena berkumur atau saliva).
untuk bertahan pada suatu permukaan) dan keampuhannya dalam membasmi plak.
Kopolimer ini, ketika digabung dengan triklosan, memastikan pelepasan dan retensi
triklosan pada enamel dan sel epitelial rongga mulut (Sälzer et al., 2015).
untuk mengurangi inflamasi gingiva, yang merupakan tanda awal dari penyakit
periodontal yang lebih parah. Efek anti-inflamasi triklosan bekerja dengan cara
menurunkan sekresi sitokin dari sel inang seperti pada fibroblas di gingiva (Bedran
et al., 2014; Kumar et al., 2015). Penjelasan dari mekanisme kerja triklosan untuk
mengurangi inflamasi tersebut adalah menghambat kerja dari sitokin TNFα (tumour
necrosis factor alpha) yang merupakan salah satu komponen yang terlibat dalam
inflamasi sistemik. Pada saat terjadi inflamasi, sitokin TNFα bekerja dalam proses
digunakan pada saat inflamasi, maka pembentukan PGE2 tadi akan dihambat
26
sehingga terjadilah efek anti-inflamasi yang diinginkan (Riley and Lamont, 2013;
Rongga Mulut
disinfektan, sabun cuci tangan, pasta gigi, obat kumur, dll. Studi-studi epidemiologi
menunjukkan adanya jumlah triklosan yang signifikan dalam cairan tubuh manusia
dalam berbagai kelompok usia. Fakta bahwa manusia banyak terpapar triklosan dan
bahan kimia yang mirip triklosan, dapat diduga bahwa triklosan mungkin memiliki
Rute paparan triklosan yang paling mungkin pada manusia adalah melalui
ingesti (proses masuknya makanan ke dalam mulut) dan absorpsi melalui kulit.
Kadar triklosan secara signifikan terdeteksi pada urin, plasma, dan ASI dari
populasi yang terpapar triklosan (Weatherly and Gosse, 2017). Paparan triklosan
dapat menyebabkan berbagai konsekuensi negatif bagi host, antara lain: gangguan
karsinogenesis hati, dan memperlemah kekuatan otot (Yueh et al., 2014; Yueh and
mempengaruhi fungsi mitokondria (Ajao et al. 2015; Shim et al. 2016; Weatherly
mengubah homeostasis seng (zinc) (Tamura et al. 2013; Weatherly and Gosse,
2017).
27
secara topikal adalah 0,3% (w/w) (Larsson et al. 2014; MacIsaac et al. 2014) dan
0,03% (w/w) dalam obat-obat oral (Olaniyan et al., 2016). Dalam laporan-laporan
secara oral dapat berkisar antara tidak terdeteksi/sangat rendah hingga tidak
asam sulfonat, -SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion) yang cukup besar pada
glukuronidasi akan lebih berisiko terhadap efek triklosan yang merugikan (Yueh
dalam kurun waktu 1–3 jam dan perkiraan batas waktu paruh dalam plasma adalah
21 jam, dengan batas minimum dicapai dalam waktu 8 hari setelah paparan. Rute
pembuangan triklosan yang utama pada manusia adalah melalui saluran kemih,
dengan waktu paruh rata-rata 11 jam setelah konsumsi secara oral. Triklosan
dilaporkan merupakan satu dari dua zat kimia yang diperkirakan memiliki tingkat
paparan oral (0,13 mg/kg/hari) lebih besar dari dosis oral aman, yaitu 0,0117
mg/kg/hari (Den Hond et al., 2013; Yueh and Tukey, 2016; Ruszkiewicz et al.,
28
yang cepat setelah penggunaan obat kumur atau pasta gigi yang mengandung
triklosan (Bagley and Lin, 2013; Sandborgh-Englund et al. 2015). Paparan secara
memiliki tingkat retensi sebesar 4–13% ketika menggunakan obat kumur dengan
konsentrasi triklosan 0,03% (1 mM) dan tingkat retensi 25% dengan pasta gigi yang
mengandung triklosan sebesar 0,2% (7 mM). Saat ini, beberapa produk konsumen
yang diaplikasikan secara oral mengandung 0,3% (10 mM) triklosan, yang mungkin
menyebabkan retensi oral yang lebih tinggi. Dosis sebesar 0,8–2,8 nmol TCS/mg
protein yang berada dalam kisaran 0,4–64 nmol TCS/mg tissue protein levels dalam
menemukan bahwa dalam beberapa pasta gigi yang diteliti, hanya pasta gigi
CT12®™ (Colgate Total 12) dan SEN® (Sensodyne Original) yang menyajikan
antiseptik triklosan dalam formulasi mereka. Kedua pasta gigi ini mempunyai efek
CT12 sangat sitotoksik. Studi in vitro yang mengevaluasi toksikologi triklosan pada
tingkat sel menunjukkan bahwa zat ini dapat merusak integritas membran plasma
dan tampaknya menginduksi kematian sel dengan cara apoptosis. Peneliti juga
29
melalui produk konsumen cukup dapat menimbulkan efek samping dalam sel,
seperti pada keratinosit (sel penghasil keratin yang ditemukan di epidermis) dan sel
mukosa oral yang langsung terpapar produk-produk tersebut. Pada konsentrasi yang
lebih tinggi, triklosan dapat menyebabkan iritasi kulit dan memiliki tingkat
toksisitas akut yang rendah (kategori IV) via rute oral dan dermal, toksisitas akut
moderat via rute inhalasi (kategori II), cukup mengiritasi mata (kategori II), dan
dapat menyebabkan iritasi ringan hingga sedang pada kulit (kategori III), tetapi
bidang kedokteran gigi, produk yang biasa mengandung triklosan adalah pasta gigi
dan obat kumur. Kandungan triklosan yang biasa digunakan dalam produk-produk
tersebut adalah 0,3% sehingga jumlah keseluruhan triklosan yang digunakan relatif
rendah untuk menimbulkan suatu efek negatif (Sälzer et al., 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Ros-Llor and Lopez-Jornet (2014) menggunakan obat kumur yang
mengandung triklosan juga tidak menemukan adanya kelainan pada mukosa oral di
akhir penelitian. Tiga subjek dalam penelitian tersebut menyebutkan adanya sedikit
rasa terbakar (satu subjek pada grup klorheksidin, satu pada grup essential oils, satu
pada grup triklosan), walaupun saat diobservasi tidak ada efek samping yang parah.
Penelitian dan penjelasan lebih lanjut perlu dilakukan mengenai isu adanya
Penelitian oleh Riley and Lamont (2013) menggunakan pasta gigi dengan
adanya efek samping secara lokal yang disebabkan oleh pasta gigi dengan
penggunaan pasta gigi tersebut. Dilihat dari hasil penelitian tersebut tampaknya
triklosan/kopolimer dalam studi yang berlangsung selama tiga tahun (Riley and
Lamont, 2013).
31
dilakukan oleh Bedran et al. membuktikan bahwa triklosan pada tingkat sub-MIC
alami utama S. mutans adalah plak gigi, namun dapat dibuktikan bahwa ketika S.
kemampuannya untuk melekat pada sel epitel meningkat. Jika pembatas sel epitel
dapat diterobos, S. mutans yang melekat pada sel tersebut dapat menyerang jaringan
infektif.
pada tingkat sub-MIC terhadap perlekatan S. mutans pada sel endotel. Studi
pembentukan plak dan perlekatan ke sel epitel oleh S. mutans. Keadaan ini terjadi
karena diatur oleh peningkatan ekspresi gen spesifik yang mengkode protein
perlekatan pada permukaan sel atau terlibat dalam quorum-sensing. Bukti data di
triklosan secara efisien mencegah kolonisasi S. mutans dalam rongga mulut (Bedran
et al., 2014).
antibiotik (Macias et al., 2016). Para peneliti telah melakukan banyak riset untuk
resistensi bakteri adalah adanya pengeluaran triklosan secara aktif dari sel bakteri
Beberapa studi lain telah meneliti efek yang dapat ditimbulkan oleh pasta
gigi dengan konsentrasi 0,3% triklosan terhadap bakteri plak dan tidak menemukan
adanya resistensi bakteri dalam sampel oral. Sebuah studi melaporkan bahwa tidak
ditemukan bakteri yang resisten setelah penggunaan pasta gigi dengan triklosan
selama lima tahun (Haraszthy et al., 2014). Hal ini terjadi karena resistensi suatu
bakteri terhadap antimikroba tertentu memerlukan waktu yang cukup lama untuk
penggunaan pasta gigi dengan triklosan terus menerus selama lima tahun tidak
adanya resistensi bakteri, ketika digunakan dalam produk oral, triklosan pasti akan
terekspos dan tercampur dengan saliva dalam mulut sehingga efek antimikroba
resistance (toleransi terhadap suatu zat kimia akibat paparan zat yang sama terus
menerus) atau co-resistance (resistensi suatu strain bakteri yang sama terhadap
lebih dari satu antibiotik) terhadap agen antimikroba penting lainnya. Beberapa
33
komposisi mikroba dan mengganggu homeostasis flora tubuh manusia (Yueh and
Tukey, 2016). Penggunaan triklosan di rumah sakit perlu dihindari dan membatasi
penggunaan produk rumah tangga yang mengandung triklosan, karena mungkin zat
PEMBAHASAN
Data yang sudah dikumpulkan pada bab sebelumnya dianalisis pada bab ini
dan randomized control trial (RCT). Hasil penulisan tiap pengarang pun
memperlihatkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Data secara tematik dari studi
Tabel 4.1 Data Semua Sampel (Jurnal) Hasil Pencarian pada Studi Pustaka Ini
34
35
Tabel 4.3 Sampel (Jurnal) yang Disusun Berdasarkan Metode Systematic Review
Dilihat dari kedua tabel di atas, sebanyak dua dari empat (50%)
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan tiap studi, terlihat bahwa
satu dari empat sumber (25%) mengatakan bahwa triklosan dapat menyebabkan
resistensi bakteri tiga dari empat sumber (75%) mengatakan bahwa triklosan tidak
menyebabkan resistensi bakteri oral dan tidak memberikan efek buruk pada
Tabel 4.4 Sampel (Jurnal) yang Melaporkan Bahwa Triklosan Berdampak Buruk
4.2. Pembahasan
berbagai produk rumah tangga dan kesehatan seperti sabun, deodoran, kosmetik,
pasta gigi, obat kumur, dll. Konsentrasi triklosan yang umum digunakan dalam
administrasi terjadi melalui mukosa traktus gastrointestinal, mulut, dan juga kulit
(Dann and Hontela, 2011; Dinwiddie, Terry and Chen, 2014). Triklosan dan
konjugatnya kemudian dieliminasi dengan cepat dari tubuh dalam kurun waktu 24
jam. Penelitian dan jurnal menyatakan bahwa triklosan dimetabolisme dengan cepat
dan sepenuhnya sehingga tidak cukup lama untuk dapat menyebabkan adanya efek
triklosan tampaknya ditemukan dalam ASI, urin, dan plasma. Penggunaan triklosan
yang luas dalam produk-produk konsumen dan adanya penelitian yang menemukan
kadar triklosan dalam ASI, urin, dan plasma telah menimbulkan kekhawatiran
Penulisan dan penelitian yang dilakukan oleh Riley and Lamont (2013),
bahwa penggunaan triklosan dalam pasta gigi tidak menyebabkan adanya kelainan
pada mukosa oral dan timbulnya resistensi bakteri oral. Hal tersebut juga didukung
pengelupasan mukosa oral. Hal ini terbukti dengan adanya data dari percobaan
gigi dengan triklosan tidak menyebabkan adanya akumulasi dalam darah atau
jaringan tubuh sehingga tidak ada efek samping yang terdeteksi pada kasus
mengatakan bahwa menggosok gigi tiga kali sehari menggunakan pasta gigi dengan
triklosan tidak akan menyebabkan akumulasi pada jaringan tubuh karena senyawa
dapat menyebabkan efek samping seperti resistensi bakteri. Pada awalnya, triklosan
dianggap tidak terlibat dalam resistensi bakteri karena sifat antibakterinya yang
spesifik terhadap suatu enzim bakteri (Russel, 2004). Sälzer et al. (2015)
resistan terhadap triklosan mungkin merupakan hasil mutasi dari dan/atau produksi
(Russell, 2004).
menjadi resisten terhadap triklosan dan juga terhadap antibiotik lainnya. Hal lain
yang penting untuk diingat adalah bahwa pada konsentrasi yang lebih tinggi,
39
biosida seperti triklosan memiliki target yang luas. Umumnya, pada konsentrasi
yang lebih rendah, bukan pada konsentrasi biasa digunakan, biosida menjadi lebih
selektif dalam target mereka (Russell, 2004; McNamara and Levy, 2016; Carey and
McNamara, 2015). Fakta bahwa triklosan dapat bekerja secara spesifik pada suatu
ditargetkan pada komponen seluler tertentu pada bakteri (Jones et al., 2000; Dann
4.3. Simpulan
dari empat hasil penelitian (25%) mengatakan bahwa triklosan dapat menyebabkan
resistensi bakteri dan sebanyak tiga dari empat hasil penelitian (75%) mengatakan
bahwa triklosan tidak menyebabkan resistensi bakteri oral dan tidak memberikan
4.4. Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
Han, C., Lim, Y.-H. and Hong, Y.-C. 2016. Ten-year trends in urinary
concentrations of triclosan and benzophenone-3 in the general U.S.
population from 2003 to 2012. Environ Pollut. Elsevier. 208: 803–810.
doi: 10.1016/J.ENVPOL.2015.11.002.
Rodricks, J. V. et al. 2013. Triclosan: a critical review of the experimental data and
development of margins of safety for consumer products. Crit. Rev.
Toxicol. 40(5): 422–484. doi: 10.3109/10408441003667514.
Ros-Llor, I. and Lopez-Jornet, P. 2014. Cytogenetic analysis of oral mucosa cells,
induced by chlorhexidine, essential oils in ethanolic solution and triclosan
mouthwashes. Environ. Res. Academic Press. 132: 140–145. doi:
10.1016/J.ENVRES.2014.03.032.
Ruszkiewicz, J. A. et al. 2017. Is triclosan a neurotoxic agent?. J. Toxicol. Environ.
Health, Part B. 20(2): 104–117. doi: 10.1080/10937404.2017.1281181.
Sälzer, S. et al. 2015. Comparison of triclosan and stannous fluoride dentifrices on
parameters of gingival inflammation and plaque scores: a systematic review
and meta-analysis. Int J Dent Hyg. 13(1): 1–17. doi: 10.1111/idh.12072.
Saunders, D. P. et al. 2013. Systematic review of antimicrobials, mucosal coating
agents, anesthetics, and analgesics for the management of oral mucositis in
cancer patients. Support. Care Cancer. Springer Berlin Heidelberg. 21(11):
3191–3207. doi: 10.1007/s00520-013-1871-y.
Sethi, K. S., Karde, P. A. and Joshi, C. P. 2016. Comparative evaluation of sutures
coated with triclosan and chlorhexidine for oral biofilm inhibition potential
and antimicrobial activity against periodontal pathogens: an in vitro study.
Indian J Dent Res: official publication of Indian Society for Dental
Research. Medknow Publications and Media Pvt. Ltd. 27(5): 535–539. doi:
10.4103/0970-9290.195644.
Souza-Rodrigues, R. D. et al. 2015. Choice of toothpaste for the elderly: an in vitro
study. Braz Oral Res. Sociedade Brasileira de Pesquisa Odontológica.
29(1): 1–7. doi: 10.1590/1807-3107BOR-2015.vol29.0094.
44
Vick, J. E. et al. 2015. Escherichia coli enoyl-acyl carrier protein reductase (FabI)
supports efficient operation of a functional reversal of β-oxidation cycle.
Appl. Environ. Microbiol. American Society for Microbiology. 81(4):
1406–16. doi: 10.1128/AEM.03521-14.
Lampiran 1
Lampiran 2