PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akhir-akhir ini penggunaan kosmetik untuk menambah estetika semakin meningkat.
Berdasarkan lembaga survey, sepuluh produk kosmetika dekoratif yang paling banyak
digunakan khususnya bagi para wanita adalah bedak, foundation, pelembab, lipgloss,
maskara, lipstik, eyeliner, pemerah pipi, pensil alis, dan eye shadow (Tranggono, 2007).
Di pasaran, lipstik banyak diperjualbelikan karena mempunyai nilai artistik dan
memberikan warna yang khas sehingga dapat berfungsi untuk memperindah kulit wajah
agar lebih diminati oleh konsumen. Tetapi penggunaan zat warna pada produk kosmetik
diatur ketat karena aktivitas kimiawi bahan pewarna berdampak pada kualitas kesehatan
kulit yang terpapar sediaan kosmetik yang mengandung zat pewarna tersebut.
Kebutuhan akan zat warna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya dunia
industri. Industri pangan, kosmetik, farmasi, dan lainnya menggunakan zat warna alami
dan sintetis untuk membuat tampilan produk menjadi menarik. Persaingan antara pewarna
zat warna alami dengan sintetis sudah lama terjadi sejak puluhan tahun yang lalu sampai
dengan sekarang. Zat warna sintetis dianggap sebagai alternatif dari kelemahan-
kelemahan zat warna alami. Zat warna sintetis dapat memberikan efek warna yang lebih
menarik dan cerah, penggunaannya lebih praktis, efisien, stabilitasnya lebih tinggi, serta
penggunaannya dalam jumlah kecil sudah cukup memberikan warna yang diinginkan.
Saat ini diperkirakan penggunaan pewarna sintetis mencapai 50 % dari pasar global
(Downham & Collins, 2000). Dibalik itu, dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa penggunaan zat warna sintetis dapat mengakibatkan efek samping yang
menunjukkan sifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Dari 700
pewarna sintesis yang beredar di pasaran, hanya tujuh pewarna yang diperbolehkan
menurut FDA untuk digunakan dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Adapun
tujuh pewarna tersebut yaitu: blue brilliant, indigo carmine, eritrosin, red allura,
tartrazine, yellow sunset dan fast green FCF (Downham & Collins, 2000).
Produsen yang masih menggunakan zat pewarna yang dilarang pada produknya
disebabkan oleh pengetahuan yang tidak memadai mengenai bahaya penggunaan bahan
kimia tersebut pada kesehatan dan juga karena tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah. Ciri-ciri produk yang mengandung pewarna sintesis adalah warnanya cerah
mengkilap dan lebih mencolok, terkadang warnanya terlihat tidak homogen (rata), adanya
gumpalan warna pada produk, pada kemasan produk tidak mencantumkan kode, label,
1
merek, informasi kandungannya, atau keterangan lengkap lainnya. Pemerintah Indonesia
melalui Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No.239/MENKES/PER/V/1985
telah menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya jika digunakan diantaranya adalah
rhodamin B.
Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat
warna kertas, tekstil atau tinta. Penggunaan Rhodamin B pada waktu yang lama, akan
terjadi bahaya akut jika tertelan dan mengakibatkan muntah yang menimbulkan iritasi
pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan (Yuliarti, 2007).
Lipstik adalah salah satu produk kosmetik yang paling banyak digunakan oleh
kaum wanita sebagai perias bibir. Mungkin karena bibir dianggap sebagai bagian penting
dalam penampilan seseorang sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi si
pemakai. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll
up) yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasita atmadja, 1997).
Lipstik yang tidak beregistrasi BPOM cukup banyak beredar di pasaran. Warna-
warna lipstik yang dijual di pasaran beranekaragam dengan warna-warna yang cerah
seperti warna merah, merah jambu, coklat, orange. Berdasarkan registrasi dan warna-
warna yang cerah pada lipstik tersebut maka Penulis tertarik ingin memeriksa apakah zat
warna yang digunakan dalam pembuatan lipstik merupakan zat warna merah Rhodamin B
yang tidak diizinkan/dilarang pemerintah penggunaannya dengan menggunakan metode
secara kromatografi lapis tipis di Pusat Pasar Medan.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui ciri-ciri lipstik yang mengandung pewarna Rhodamin B yang
beredar di Pasaran.
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan zat pewarna
Rhodamin B yang berbahaya pada lipstik.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih
lipstik di pasaran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetika
Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabadabad
yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain
untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya
baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono, 2007). Kosmetika adalah
bahan atau campuran bahan untuk digosok, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau
disemprotkan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk
membersihkan, memelihara, menembah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak
termasuk golongan obat. Defenisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan
satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit
(Wasitaatmadja,1997)
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetika adalah bahan atau
sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
Peredaran kosmetik selain dibuat dengan bahan-bahan alami banyak yang
menambahkan zat-zat kimia dalam kosmetik, salah satunya bahan pewarna. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 445/Menkes/Per/V/1998 zat warna yang dilarang
dalam penggunaan kosmetik salah satunya Rhodamin B.
Berdasarkan hasil pengawasan Badan POM RI pada tahun 2005 dan 2006 di
beberapa provinsi, ditemukan 27 merek kosmetik yang mengandung bahan yang dilarang
digunakan dalam kosmetik yaitu Merkuri (Hg), Hidroquinon > 2 %, zat warna Rhodamin
B dan Merah K.3. Penggunaan bahan tersebut dalam sediaan kosmetik dapat
membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MENKES/ PER/V/1998 Tentang Bahan, Zat
Warna, Substratum, Zat Pengawet dan Tabir Surya pada Kosmetik. Bahan pewarna
Merah K.10 (Rhodamin B) dan Merah K.3 (CI Pigment Red 53 : D&C Red No. 8 :
15585) merupakan zat warna sintetis yang pada umumnya digunakan sebagai zat warna
kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin B dalam
3
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Anonim, 2006). Untuk
menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak digunakan pewarna
alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna sintetik. Hal ini didukung
juga oleh gaya hidup back to nature yang diusung oleh masyarakat modern.
4
2.3 Penggolongan Kosmetika
Penggolongan kosmetik terbagi atas beberapa golongan, yaitu :
A. Menurut Wells FV dan Lubowe-II (Cosmetics and The Skin, 1964), mengelompokkan
kosmetik menjadi:
1. Preparat untuk kulit muka
2. Preparat untuk higienis mulut
3. Preparat untuk tangan dan kaki
4. Kosmetik badan
5. Preparat untuk rambut
6. Kosmetika untuk pria dan toilet
B. Menurut Dirjen POM Departemen Kesehatan RI membagi kosmetik menjadi :
1. Preparat untuk bayi
2. Preparat untuk mandi
3. Preparat untuk mata
4. Preparat wangi-wangian
5. Preparat untuk rambut
6. Preparat untuk rias (make up)
7. Preparat untuk pewarna rambut
8. Preparat untuk kebersihan mulut
9. Preparat untuk kebersihan badan
10. Preparat untuk kuku
11. Preparat untuk cukur
12. Preparat untuk perawatan kulilt
13. Preparat untuk proteksi sinar matahari
C. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Kekhasan kosmetik dekoratif adalah bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata
untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau
kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah
kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit
(Tranggono, 2007).
5
Pembagian Kosmetik Dekoratif
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan
pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-
lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru
luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.
(Tranggono,2007)
Di Indonesia undang-undang penggunaan zat pewarna belum memasyarakat
sehingga terdapat kecendrungan penyimpangan pemakaian zat pewarna untuk berbagai
bahan pangan, obat dan kosmetik oleh produsen, misalnya pemakaian zat pewarna tekstil
dan kulit. Hal tersebut jelas berbahaya bagi kesehatan, karena residu logam berat pada zat
pewarna tersebut bersifat karsinogenik (Winarno, 1994). Timbulnya penyimpangan
penggunaan zat pewarna disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang
melarang penggunaan senyawa tersebut.
Hingga saat ini aturan penggunaan zat pewarna di lndonesia diatur dalam SK
Menteri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober 1973, tetapi dalam peraturan ini belum
tercantum dosis penggunaannya dan juga tidak adanya sanksi bagi pelanggaran terhadap
ketentuan tersebut. Jenis bahan pewarna alami dan sintetik dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Daftar Jenis Bahan Pewarna Alami Dan Sintetik Yang
Diperbolehkan dalam Kosmetik
NO WARNA NAMA KIMIA NO. INDEKS
1. Zat warna alami
Merah Alkanat 75520
Merah Karmin 75470
Kuning Annato 75120
Kuning Karoten 75130
Merah Safron 75100
Merah Kurmunin 75180
Hijau Klorofil 75007
Biru Ultramarin 75300
Coklat Karamel -
6
Hitam Carbon Black 77499
Hitam Besi Oksida 77266
Putih Titanium Dioksida 77891
2. Zat Warna Sintetik
Merah Carmoisinse 14720
Merah Erythrosine 16185
Orange Sunset Yellow 15985
Kuning Tatrazine 19140
Kuning Quineline Yellow 47005
Biru Brilliant blue 42090
Biru Indigocarmine 42090
Hijau Fast green FCF 42053
Ungu Violet GB 42640
Pada tahun 1972 terdapat 18 macam zat pewarna yang termasuk dalam Food,
Drug and Cosmetic (FD & C). Menurut Permenkes Nomor 235/menkes/Per/IV/1979, ada
12 macam zat pewarna yang diizinkan untuk makanan, obat dan kosmetik. Pada tahun
1985 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2351
Men.Kes.Per/V/1985 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan
berbahaya yang dilarang penggunaannya di Indonesia. (Kisman, 1984 ).
7
menarik, meratakan warna makanan, dan mengembalikan warna dari bahan dasar yang
hilang atau berubah selama pengolahan, ternyata dapat pula menimbulkan hal-hal yang
tidak diinginkan dan bahkan mungkin memberi dampak negatif terhadap kesehatan
konsumen seperti kanker kulit, kanker mulut, kerusakan otak (Winarno dan Sulistyowati,
1994).
2.4. Lipstik
Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan
sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah, tetapi tidak
boleh menyebabkan iritasi pada bibir (Departemen Kesehatan RI, 1998). Warna lipstik
dapat menambah daya tarik, mengubah rupa dan menutupi kekurangan apabila digunakan
secara tepat. Salah satu zat utama dalam formulasi lipstik adalah zat warna (Atmadja dan
Syarif, 1997).Tujuan penambahan zat warna pada lipstik adalah memberikan warna yang
cerah, dan segar pada bibir (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Pewarna berdasarkan sumbernya ada dua yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis.
Pewarna alami diperoleh dari akar, daun, bunga, dan buah (Mamoto dan Fatimawali,
2013). Sedangkan pewarna sintetis berasal dari reaksi antara dua atau lebih senyawa
kimia. Zat warna sintetis yang diperbolehkan untuk lipstik misalnya merah DC, dan
merah hijau no.17, kedua zat tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu stabil dalam
jangkawaktu lama serta memberikan hasil yang seragam, namun ada beberapa zat warna
sintetis yang dilarang penggunaannya untuk makanan dan kosmetik yang salah satunya
adalah Rhodamin B (Departemen Kesehatan RI, 1998).
Rhodamin B yaitu zat pewarna berupa serbuk kristal berwarna hijau atau ungu
kemerahan, tidak berbau, serta mudah larut dalam larutan warna merah terang
berfluoresan digunakan sebagai bahan pewarna tekstil, cat, kertas atau pakaian (Khan,
Sarmadan Ali, 2011). Rhodamin B dapat mengiritasi saluran pernapasan dan juga bersifat
8
karsinogenik atau memacu pertumbuhan sel kanker jika digunakan terus menerus
(Alhamedi, Assraf & Rauf, 2009). Sifat karsinogenik tersebut disebabkan oleh unsur N+
(nitronium) dan Cl- (klorin) yang terkandung pada Rhodamin B yang bersifat sangat
reaktif dan berbahaya. Penumpukan Rhodamin B dalam hati akan menyebabkan
gangguan fungsi hati berupa kanker hatidan tumor hati. (Chen, Zhiyong, Yanlai et al,
2012).
Lipstik adalah pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang padat (roll up)
yang dibentuk dari minyak, lilin dan lemak. Bila pengemasan dilakukan dalam bentuk
batang lepas disebut lip crayon yang memerlukan bantuan pensil warna untuk
memperjelas hasil usapan pada bibir. Sebenarnya lipstik adalah juga lip crayon yang
diberi pengungkit roll up untuk memudahkan pemakaian dan hanya sedikit lebih lembut
dan mudah dipakai. Lip crayon biasanya menggunakan lebih banyak lilin dan terasa lebih
padat dan kompak (Wasitaatmadja, 1997).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikehendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal
sesungguhnya diatur suhunya hingga mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38oC.
Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca
disekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, maka suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi
yang dianggap lebih sesuai dan diatur pada suhu ± 62OC, atau biasanya berkisar antara
55-75OC (Depkes RI, 1985).
9
c. Lemak
Misalnya krim kakao, minyak tumbuhan yang sudah dihidrogenasi (misalnya
hydrogenated Castrol oil), cetyl alcohol, oleyil alcohol, lanolin.
d. Acetoglycerides
Direkomendasikan untuk memperbaiki sifat thoxotropik batang lipstik meskipun
temperatur berfluktuasi, kepadatan lipstik tetap konstan.
e. Zat-zat pewarna
Zat pewarna yang dipakai secara universal didalam lipstik adalah zat warna eosin
yang memenuhi dua persyaratan sebagai zat warna untuk lipstik, yaitu kelekatan pada
kulit dan kelarutan dalam minyak.
f. Surfaktan
Surfaktan kadang-kadang ditambahkan dalam pembuatan lipstik untuk
memudahkan pembasahan disperse partikel-partikel pigmen warna yang padat.
g. Antioksidan
h. Bahan Pengawet
Bahan pengawet (fragrance) atau lebih tepat bahan pemberi rasa segar (flavoring)
harus mampu menutupi rasa bau dan rasa kurang sedap dari lemak-lemak dalam
lipstik dan menggantikannya dengan bau dan rasa yang menyenangkan (Tranggono,
2007).
10
2.5. Zat pewarna
Zat pewarna adalah zat atau campuran zat yang dapat digunakan sebagai pewarna
dalam kosmetik dengan atau tanpa bantuan zat lain.
Pewarna yang digunakan dalam kosmetik umumnya terdiri atas dua jenis yaitu :
a. Pewarna yang dapat larut dalam cairan (solube), air, alkohol dan minyak.
b. Pewarna yang tidak dapat larut dalam cairan (insoluble), yang terdiri atas bahan
organik dan anorganik, misalnya besi oksida, lakes.
Tidak semua zat warna dapat digunakan untuk kosmetik. Zat warna yang sudah sejak
lama dikenal dan digunakan salah satunya adalah daun pandan dan daun suji untuk warna
hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi telah ditemukan zat warna sintetis, karena penggunaannya lebih praktis dan
harganya lebih murah.
2.6. Rhodamin B
2.6.1. Definisi Rhodamin B
Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada
industri tekstil dan plastik. Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari
metanilat dan dipanelanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna
merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah
terang pada konsentrasi rendah. Rhodamin B sering disalahgunakan untuk pewarna
pangan (kerupuk, makanan ringan dan minuman yang sering dijual di sekolahan) serta
kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Berdasarkan survey Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan 68 kosmetik dalam negeri. Temuan
kosmetik berbahaya didominasi oleh kandungan pewarna merah K3. Rhodamin B yang
banyak digunakan pada produk lipstik, cemaran logam berat Pb, dan merkuri (Anonim,
2014).
Rhodamin B (C26H31CIN2O3) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar untuk
berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histology dan sekarang
berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan sifatnya yang
berfluorensi dalam sinar matahari (Irsan, 2011).
Penggunaan Rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu lama akan
mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila terpapar
Rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu lama akan mengakibatkan kanker
dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila terpapar Rhodamin B dalam jumlah
11
besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila
rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran
pencernaan dan mengakibatkan gangguan kesehatan, jika terhirup maka akan terjadi
iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena Rhodamin B juga akan mengalami
iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata.
Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering dan gatal.
Bahkan kulit bibir terkelupas (Yuliarti, 2007).
12
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Pemecahan Masalah
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memilih Lipstik yang aman agar
terhindar dari zat berbahaya.
b. Kurangnya pengetahuan Ibu-ibu Pengajian Al-Ikhlasiah Sei Kera Hilir I
Kecamatan Medan Perjuangan tentang Rhodamin B dan bahayanya.
13
- Pembagian kuisioner untuk mengukur pengetahuan ibu-ibu Pengajian Al-
Ikhlasiah Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan setelah sosialisasi.
3.7. Keterkaitan
Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan cara penyuluhan, pemberian
informasi tentang Lipstik yang aman agar terhindar dari zat berbahaya.
terkait dengan instansi kesehatan seperti Badan POM dan khususnya Ibu-ibu Pengajian
Al-Ikhlasiah Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan tentang Rhodamin B dan
bahayanya.
14
3.9. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2018
Bulan/Minggu
Kegiatan Keterangan
1 2 3 4
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
A. Pengetahuan Responden Tentang Lipstik
Dari 60 orang peserta hanya 40 orang yang bersedia mengisi kuisioner Untuk
menilai tingkat pemahaman responden dilakukan penilaian terhadap kuisioner yang diisi
oleh responden sebelum (pre) dan setelah (post) diberikan intervensi berupa penyuluhan
edukasi dan demonstrasi Lipstik Yang Aman Agar Terhindar dari Bahan Berbahaya pada
Ibu-ibu Pengajian Al-Ikhlasiah Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan sebagai
upaya kuratif dan prefentif nya (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Gambaran tingkat pemahaman responden sebelum (pre) dan setelah (post)
diberikan intervensi berupa penyuluhan, edukasi dan demonstrasi.
Pada akhir kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan umpan balik terhadap materi
dan demonstrasi yang dilakukan dengan cara mengisi post kuisioner, hampir seluruh Ibu-
ibu pengajian dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan. Hasil yang didapatkan (Tabel 4.1) menggambarkan bahwa terjadi
pengingkatan pemahaman responden terhadap materi edukasi yang telah diberikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tranggono Retno Iswari dan Latifah Fatma, 2007, Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
17
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Pengabdian Kepada Masyarakat
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Sumatera Universitas Sumatera
Utara Utara
Bidang Ilmu Farmasi Farmasi
Tahun Masuk - Lulus
C. Anggota I
D. Anggota II.
18
Lampiran 2. Anggaran Belanja
Biaya yang
No. Jenis Pengeluaran
terpakai
1. Bahan habis pakai :
- ATK Rp. 370.000,-
2. Transportasi :
- Seminar Proposal 3 orang x Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
- Pelaksanaan pengmas 3 orang x Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
- Seminar hasil 3 orang x Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
3. Konsumsi
- Pembelian Snack 50 kotak x Rp. 13.000,- Rp. 650.000,-
4. Penggandaan
- Proposal 7 eks x Rp. 30.000,- Rp. 210.000,-
- Seminar hasil 7 eks x Rp. 30.000,- Rp. 210.000,-
- Laporan pengmas 7 eks x Rp. 30.000,- Rp. 210.000,-
Jumlah 3.000.000,-
19
Lampiran 3. Kuesioner
20
Lampiran 4. Gambar Denah Lokasi Pengabdian Masyarakat di Pengajian
Kelurahan Sei Kera Hilir I Kecamatan Medan Perjuangan
21
Lampiran 5.
22
23
24
Lampiran 6. Surat Izin Pengabdian Masyarakat
25
Lampiran 7. Surat Keterangan Kesediaan Sebagai Mitra
26
Lampiran 8. Foto-foto Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat
Tanggal 29 Juni 2018, di Pengajian Ibu-ibu Kelurahan Sei Kera Hilir I
Kecamatan Medan Perjuangan
27
28
29
30