Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


TEGANGAN ANTARMUKA

DISUSUN OLEH :

A. NUR ABDILLAH PO713251191002


ERIKA RANDA PAEMBONG PO713251191006
FITRIYANTI SAMAD PO713251191008
HARTINI HAMSURI PO713251191009
HUSNAH SUL PO713251191012
HUSNUL KHAIRIYAH PO713251191013
MAWADDAH WARAHMAH PO713251191018
MEYLINDA ZALZABILA. A PO713251191019
MUH. KHAIDIR PO713251191020
MUSDALIFAH KARTIKA PO713251191022
NINING PRATIWI PO713251191024
NIRWANA ALANG PO713251191025

KELOMPOK : II / A1
HARI PRAKTIKUM : KAMIS
PEMBIMBING : LILIS DWI SAFITRI, Amd.Farm.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FARMASI
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan Percobaan........................................................... 2
C. Prinsip Percobaan .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum....................................................................................... 3
B. Uraian Bahan ..................................................................................... 6
BAB III METODE KERJA
A. Alat yang Digunakan ......................................................................... 9
B. Bahan yang Digunakan ...................................................................... 9
C. Cara Kerja .......................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.................................................................................................... 11
B. Pembahasan ....................................................................................... 11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................... 15

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena distribusi merupakan salah satu hal yang penting bagi farmasis ,
ditambah berbagai faktor yang mempengaruhi cabang ilmu tersebut. Lebih
khusus pengaruhnya terhadap distribusi obat didalam tubuh manusia. Hal-hal
yang termasuk didalam koefisien partisi ialah kerja obat pada tempat organ target
serta distribusi dan absorbsinya ke seluruh bagian tubuh sampai memberikan efek
terapeutik.

Koefisien distribusi didefenisikan sebagai suatu perbandingan kelarutan suatu


zat (sampel) di dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak saling bercampur, serta
merupakan suatu harga tetap pada suhu tertentu.

Fenomena distribusi termasuk di dalamnnya adalah koefisien distribusi yang


erat hubungannya dengan ilmu farmasi (ilmu resep). Satu hal penting dari
fenomena distribusi adalah sifat senyawa obat itu agar dapat melalui membrane
sel yang terdiri dari lipoprotein atau suatu lapisan hidrofil dan hidrofob.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien partisi dengan cara


mencampur dua zat yang bersifat saling bertolak belakang / tidak saling
bercampur. Dengan percobaan ini, diharapkan dapat diketahui tentang fenomena
distribusi suatu obat jika terdapat dalam tubuh.

1
B. Maksud dan tujuan
1. Maksud percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan koefisien partisi suatu
zat di dalam dua pelarut yang saling tidak bercampur .
2. Tujuan percobaan
Tujuan praktikum pada percobaan ini yaitu untuk menentukan koefisien
distribusi suatu zat di dalam minyak dan air.

C. Prinsip Percobaan
Penentuan koefisien distribusi/koefisien partisi dari asam borat dan asam
benzoat berdasarkan pada perbandingan kelarutan suatu zat dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur yakni dalam minyak dan air .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak
saling bercampur. Jika ada kelebihan cairan atau suatu zat padat ditambahkan
kedalam campuran dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan
mendistribusikan diri diantara dua fase sehingga masing-masing menjadi
jenuh. Jika zat itu ditambahkan kedalam pelarut tidak bercampur dalam
jumlah yang tidak cukup untuk menjenuhkan larutan, maka zat tersebut akan
didistribusikan diantara kedua lapisan dengan konsentrasi tertentu
(Martin,Alfred, 1993:27).
Zat terlarut dapat berada sebagian atau keseluruhan sebagai molekul
terdisolusi dalam ion-ion salah satu fase tersebut. Hukum distribusi ini
diginakan untuk konsentrasi zat yang umum pada kedua fase, yaitu monomer
atau molekul sederhana dari zat tersebut (Martin,1990;560).
Apabila ditinjau suatu zat tunggal yang terlarut dalam 2 macam cairan
yang tidak saling bercampur, maka dalam sistem tersebut tidak akan terjadi
keseimbangan (equilibrium) sebagai berikut :
Zat terlarut Zat terlarut luar
Fase bawah Fase atas
Menurut hukum termodinamika, pada keadaan seimbang ini nisbih
(ratio) aktivitas species terlarut dalam kedua fase tersebut disebut hukum
distribusi Nerst. Biasanya aktivitas dapat diganti dengan konsentrasi, sehingga
hukum itu dapat ditulis sebagai berikut :

Cu

3
K = ——
Cl
Dimana : K = Koefisien distribusi
Cu = Koefisien dalam fase atas
Cl = Koefisian dalam fase bawah
Koefisien partisi tergantung pada suhu, bukan merupakan fungsi
konsentrasi absolute zat atau volume kedua fase tersebut (Martin, 1999).
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada siat fisika dan kimia zat
terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH,
larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat
terlarut (Martin,1999;556).
Jika kelebihan cairan atau zat pelarut ditambahkan ke dalma campuran
dari dua cairan tidak bercampur, zat itu akan mendistribusi diri diantara kedua
fase sehingga masing-masing menjadi jenuh. Jika zat itu ditambahkan ke
dalam pelarut tidak tercampur dalam jumlah yang tidak cukup untuk
menjenuhkan larutan, maka zat tersebut tetap berdistribusi di antara kedua
lapisan dengan perbandingan konsentrasi tertentu (Martin,1999;622).
Untuk memproduksi suatu respon biologis, molekul obat pertama-tama
harus menyeberangi suatu membran biologis beraksi sebagai suatu pembatas
lemak untuk kebanyakan obat-obat dan mengizinkan absorbsi zat-zat yang
larut dalam lemak dengan difusi pasif sedangkan zat-zat yang tidak larut
dalam lemak dapat mendifusi menyeberangi pembatasan hanya dengan
kesulitan yang besar, jika tidak sama sekali. Hubungan antara konstanta
disolusi, kelarutan dalam lemak, dan pH pada tempat absorbsi serta
karakteristik absorbsi dari berbagai obat merupakan dasar dari teori pH-partisi.
Penentuan derajat disosiasi atau harga pKa dari zat obat merupakan suatu
karakteristik fisika-kimia yang relatif penting terhadap evaluasi dari efek-efek
yang mungkin pada absorbsi dari berbagai tempat pemberian (Ansel,2005).
Koefisien partisi minyak-air adalah suatu petunjuk sifat lipofilik atau
hidrofobik dari molekul obat. Lewatnya obat melalui membran lemak dan

4
interaksi dengan makro molekul pada reseptor kadang-kadang berhubungan
baik dengan koefisien partisi oktanol/air dari obat (Martin,1999;637).
Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat
terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu, kelarutan
dinyatakan dalam mililiter pelarut yang dapat melarutkan suatu gram zat,
pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat fisika
dan kimia zat-zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat diabsorbsi
setelah zat aktifnya larut dalam cairan tubuh sehingga salah satu usaha
mempertinggi efek farmakologinya dari sediaan adalah dengan menaikkan
kelarutan zat aktifnya (Martin,1999;627).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fenomena distribusi adalah pengaruh
sifat kelarutan bahan obat terhadap distribusi menunjukkan antara lain bahwa
senyawa yang larut baik dalam bentuk lamak terkonsentrasi dalam jaringan
yang mengandung banyak lemak sedangkan sebaliknya zat hidrofil hampir
tidak diambil oleh jaringan lemak karena itu ditentukan terutama dalam
ekstrasel (Ernest,1999;89).
Pengaruh distribusi telah disebut pengaruh obat artinya membawa
bahan obat terarah kepada tempat kerja yang diinginkan dari segi terapeutik
kita mengharapkan distribusi dapat diatur artinya konsentrasi obat pada tempat
kerja lebih besar dari pada konsentrasi di tempat lain pada organisme,
walaupun demikian kemungkinan untuk mempengaruhi pada distribusi dalam
bentuk hal kecil, pada kemoterapi tumor ganas sebagian dicoba melalui
penyuntikan atau infus sitostatika ke dalam arteri memasok tumor untuk
memperoleh kerja yang terarah (Ernest,1999).
Begitu pula kelarutan asam organic lain dapat mempunyai keadaan
demikian, yaitu dapat larut dalam air ataupun dapat larut dalam lemak.
Aplikasi di bidang Farmasi adalah apabila ada zat pengawet untuk senyawa
organic berada dalam emulsi, maka pengawet ini sebagian larut dalam
minyak. Ini berarti kadar pengawet akan meninggikan air menuju ke minyak.
Padahal zat pengawet bekerja dalam media air. Perlu diketahui bahwa

5
perbandingan kelarutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yang
berpengaruh pada pH larutan (Effendi,2003;275).

B. Uraian bahan
1. Air Suling (FI III Hal. 96)
Nama resmi  : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian      : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Kelarutan :-
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan         : Sebagai pelarut , media distribusi
2. Asam benzoat (FI III hal. 49)
Nama resmi  : ACIDUM BENZOICUM
Nama lain : Asam benzoat
RM/BM : C₇H₆O₂ / 122,12
Pemerian : Hablur halus dan ringan , tidak berwarna , tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air , dalam lebih
kurang 3 bagian etanol (95%) p, dalam 8 bagian
kloroform p dan dalam 3 bagian eter p.

Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan         : Sebagai sampel
3. Asam borat (FI III Hal.49-50)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nama lain : Asam borat
RM/BM : H₃BO₃ / 61,83
Pemerian : Hablur serbuk hablur putih atau sisik mengkilap
tidak berwarna , kasar , tidak berbau , rasa agak

6
asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , dalam 3 bagian air
mendidih , dalam 16 bagian etanol (95%) p , dan
dalam 5 bagian gliserol p.
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik .
kegunaan : Sebagai sampel
4. Fenolftalein (FI IV Hal.662)
Nama resmi : PHENOLPHTHALEINUM
Nama lain : Fenolftalein / indikator pp
RM / BM : C₂₀H₁₄O₄ / 318,33
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah,
tidak berbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
5. Minyak kelapa (FI III Hal. 456)
Nama resmi  : OLEUM COCOS
Nama lain : Minyak kelapa
Pemerian      : Cairan jernih , tidak berwarna atau kuning pucat ,
bau khas , tidak tengik.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) p , pada suhu
60⁰, sangat mudah larut dalam kloroform p dan
dalam eter p .
Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik , terlindungi dari cahaya,
di tempat sejuk .
Kegunaan         : Sebagai pelarut , media distribusi

6. NaOH (FI III Hal.412)


Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium hidroksida

7
RM / BM : NaOH /40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%) p.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan penitrasi

8
BAB III
METODE KERJA
A. Alat yang digunakan
1. Buret
2. Corong pisah
3. Erlenmeyer
4. Gelas kimia
5. Pipet volume
B. Bahan yang digunakan
1. Air suling
2. Asam benzoat
3. Asam borat
4. Indikator pp
5. Minyak kelapa
6. NaOH

D. Prosedur kerja

1. Timbang 100 mg asam borat


2. Larutkan dengan aquadest secukupnya hingga tidak ada partikel sampel yang
tertinggal pada dasar (melarut seluruhnya), kemudian cukupkan volume
larutan hingga 100 mL dengan aquadest
3. Pipet 25 mL dari larutan tersebut, dimasukkan dalam corong pisah
4. Tambahkan dengan 25 mL minyak kelapa ke dalam corong pisah tersebut.
5. Kocok selama beberapa menit campuran di dalam corong pisah dan diamkan
selama 10-15 menit hingga kedua cairan memisah satu sama lain
6. Tampung cairan, yang berada sebelah bawah corong pisah sedangkan cairan
lainnya dibuang.
7. Tambahkan indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes ke dalam erlenmeyer berisi
cairan/asam borat yang dikeluarkan dari corong pisah.
8. Titrasi larutan dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan
warna indikator dari bening menjadi merah muda.

9
9. Ambil 25 mL larutan no. 2 di atas, kemudian titrasi dengan larutan baku
NaOH 0,1 N, serta tambahkan pula dengan indikator fenolftalein sebanyak 3
tetes
10. Titrasi dihentikan setelah tercapai titik akhir titrasi, ditandai dengan perubahan
warna indikator dari bening menjadi merah muda.
11. Catat volume titrasi yang digunakan

C fase atas C fase minyak

Koefisien distribusi = —————— = ——————

C fase bawah C fase air

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Volume titrasi (ml)


Berat/volume
Sampel tanpa dengan
sampel Kadar
minyak minyak
B. As.benzoa 25 ml 0,77
2,7 ml 0,6 ml
t
As.borat 25 ml 3 ml 2,3 ml 0,23

Pembahasan

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu


senyawa antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, tergantung pada
interaksi fisik dan kimia antara pelarut dan senyawa terlarut dalam dua fase
yaitu struktur molekul. Suatu zat dapat larut dalam dua macam pelarut yang
keduanya tidak saling bercampur. Jika kelebihan campuran atau zat padat
ditambahkan ke dalam cairan yang tidak saling bercampur tersebut maka zat
tersebut akan mendistribusi diri di antara dua fase sehingga masing-masing
menjadi jenuh. 
Pada percobaan ini dilakukan penentuan koefisien distribusi dari asam
benzoat dan asam borat dengan cara perbandingan persen kadar minyak dengan
persen kadar air. Pelarut yang digunakan adalah air dan minyak kelapa, dimana
kedua pelarut ini tak dapat larut satu sama lain tetapi sampel dapat larutdalam
kedua sampel tersebut. Hal ini disebabkan karena air merupakan pelarut polar
sedangkan minyak kelapa merupakan pelarut non polar. Pada percobaan ini
dilakukan pengocokan yang kuat dan agak lama agar gugus polar dan non polar
dari asam borat maupun dari asam benzoat dapat bereaksi dengan fase air
minyak sehingga dapatdilihat pada pelarut mana kelarutannya paling besar.
Setelah dikocok, campuran dibiarkan beberapa saat. Hal ini bertujuan
agar pemisahan antara kedua pelarut tersebut bisa sempurna. Setelah itu lapisan

11
air yang berada di bawah diambil / ditampung dalam gelas ukur, sedangkan
lapisan minyaknya dibuang. Ini dikarenakan lapisan air dari pengocokanlah
yang akan dititrasi. Metode titrasi yang digunakan adalah alkalimetri yang
dilakukan berdasarkan reaksi netralisasi yaitu sampel asam yang dititrasi
dengan titran basa akan bereaksi sempurna dengan semua asam sehingga dapat
diperoleh titik akhir titrasi dengan melihat perubahan warna larutan dari bening
menjadi merah muda akibat penambahan indikator basa yaitu pp sebelum
dititrasi .
Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang
digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah ditambahkan
indikator pp dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi
reaksi antara sampel asam yaitu asam borat atau asam benzoat dengan titran
basa yaitu NaOH membentuk larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga
larutan asam tepat telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik
ekuivalen.
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapat kadar asam benzoat tanpa
partisi adalah 131,756 % dan dengan partisi 29,276 %. Jadi koefisien
distribusinya adalah 0,77 . Kadar asam borat tanpa partisi adalah 24,704 % dan
dengan partisi adalah 18,94 %. Jadi koefisien distribusinya adalah 0,23 .

BAB V
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
penentuan kadar asam benzoat tanpa partisi adalah 131,756 % dan dengan partisi
29,276 %. Jadi koefisien distribusinya adalah 0,77 . Kadar asam borat tanpa
partisi adalah 24,704 % dan dengan partisi adalah 18,94 %. Jadi koefisien
distribusinya adalah 0,23 .
Fenomena distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, sampel tidak
terdispersi dengan baik dalam kedua pelarut, larutan dalam corong pisah belum
berpisah dengan baik saat pengambilan air untuk titrasi, sampel yang tidak larut
sempurna, sehingga mempengaruhi titik akhir titrasi .
B. Saran
Diharapkan pada saat melakukan percobaan harus melakukan dengan hati-
hati agar tidak terjadi kesalahan yang berdampak pada hasil praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

13
Arisanty,dkk. 2019. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Poltekkes Kemenkes:
Makassar
Arista, Sri. 2013. Laporan praktikum fenomena distribusi. Fakultas Farmasi
Universitas Muslim Indonesia: Makassar

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes: Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes: Jakarta

Syam, Sunarti. 2014. Laporan fenomena distribusi. Universitas Muslim Indonesia:


Makassar

LAMPIRAN
14
A. Perhitungan
UNTUK PEMBUATAN DAN PEMBAKUAN NaOH 0,1 N
1) Hitunglah berapa gram yang dibutuhkan untuk membuat larutan baku
NaOH 0,1 N Sebanyak 100 ml
Jawab : Dik: N = 0,1
BE NaOH= 40
V = 100 ml ⁓ 0,1 liter
Dit: g . . . ?
Peny: g
N = ——————
BE x V(liter)

g
0,1= ————
40 x 0,1

g = 40 x 0,1 x 0,1
g = 0,4 g ⁓ 400 mg

2) Hitunglah berapa mg baku primer (KHP) yang dibutuhkan yang setara


dengan 10 ml NaOH 0,1 N
Jawab : V = 10 ml
N = 0,1
BE = 204

Mgrek NaOH ⁓ Mgrek baku primer (KHP)

mg
—— = V . N
BE

mg = V x N x BE
mg = 10 x 0,1 x 204
= 204 mg ⁓ 0,204 g

UNTUK PERHITUNGAN NORMALITAS LARUTAN NaOH

15
1. Berat KHP = 0,2057 g ⁓ 205,7 mg

V = 10,1 BE = 204

Mgrek NaOH ⁓ Mgrek KHP

V.N = Mg / BE

10,1 x N = 205,7 / 204

10,1 x N = 1,0083

N = 1,0083 / 10,1

= 0,0998 N

2. Berat KHP = 0,2073 g ⁓ 207,3 mg

V = 10,2 BE = 204

Mgrek NaOH ⁓ Mgrek KHP

V.N = Mg / BE

10,2 x N = 207,3 / 204

10,2 x N = 1,0161

N = 1,0161 / 10,2

= 0,0996 N

3. Berat KHP = 0,2091 g ⁓ 209,1 mg

V = 10,2 BE = 204

Mgrek NaOH ⁓ Mgrek KHP

V.N = Mg / BE

10,2 x N = 209,1 / 204

10,2 x N = 1,025

N = 1,025 / 10,2

= 0,1004 N

16
0,0998 + 0,0996 + 0,1004

Rata-rata N = ———————————

0,2998

= ——————

= 0,0999 N

17
UNTUK PERHITUNGAN KADAR ASAM BENZOAT

Diketahui: BE Asam benzoate = 122,12


N NaOH = 0,0999 N
Volume titrasi tanpa minyak = 2,7 ml
Volume titrasi dengan minyak = 0,6 ml
Ditanyakan: Kadar = …..?

Kadar tanpa minyak


Mg = V . N. BE
= 2,7 ml x 0,0999 N x 122,12
= 32,939 mg ------------------ untuk 25 mL

Untuk 100 mL = 100 ml/25 ml x 32,939 mg = 131,756 mg

% kadar = 131,756 mg / 100 mg x 100 % = 131,756 %

Kadar dengan minyak


Mg = V . N . BE
= 0.6 ml x 0.0999 N x 122,12
= 7,319 mg ------------------ untuk 25 ml

Untuk 100 ml = 100 ml / 25 ml x 7,319 mg = 29,276 mg

% kadar = 29,276 mg / 100 mg x 100% = 29,276 %

Jadi % kadar yang terlarut dalam minyak


= % kadar total - % kadar yang tercampur
= 131,756 % - 29,276 %
= 102,48 %

C fase atas C fase minyak


Koefisien distribusi = =
C fase bawah C fase air

= 102,48 % / 131,756 %
= 0.77 %

UNTUK PERHITUNGAN KADAR ASAM BORAT

Diketahui: BE Asam borat = 61,83 / 3 = 20,61


18
N NaOH = 0,0999 N
Volume titrasi tanpa minyak = 3 ml
Volume titrasi dengan minyak = 2,3 ml
Ditanyakan: Kadar = …..?

Kadar tanpa minyak


Mg = V . N. BE
= 3 ml x 0,0999 N x 20,61
= 6,176 mg ------------------ untuk 25 mL

Untuk 100 mL = 100 ml/25 ml x 6,176 mg = 24,704 mg

% kadar = 24,704 mg / 100 mg x 100 % = 24,704 %

Kadar dengan minyak


Mg = V . N . BE
= 2,3 ml x 0.0999 N x 20,61
= 4,735 mg ------------------ untuk 25 ml

Untuk 100 ml = 100 ml / 25 ml x 4,735 mg = 18,94 mg

% kadar = 18,94 mg / 100 mg x 100% = 18,94 %

Jadi % kadar yang terlarut dalam minyak


= % kadar total - % kadar yang tercampur
= 24,704 % - 18,94 %
= 5,764 %

C fase atas C fase minyak


Koefisien distribusi = =
C fase bawah C fase air

= 5,764 % / 24,704 %
= 0,23 %

19

Anda mungkin juga menyukai