Anda di halaman 1dari 70

STUDI LITERATUR ANALISIS KANDUNGAN SENYAWA

ANTIOKSIDAN BIJI KLABET ( Trigonella foenum-graecum L )

SKRIPSI

MARWA YUSUF
PO714251161029

PEMBIMBING I: Tajuddin Abdullah, ST., M.kes


PEMBIMBING II: Hj Asmawati, S.Si, M.Kes.,Apt

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN FARMASI


JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020
STUDI LITERATUR AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
BIJI KLABET ( Trigonella foenum-graecum L )

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Farmasi

Pada Jurusan Farmasi

Poltekkes Kemenkes Makassar

MARWA YUSUF
PO714251161029

Disetujui oleh:

Pembimbing I pembimbing II

Tajuddin Abdullah, ST., M.kes Hj Asmawati, S.Si, M.Kes.,Apt


NIP. 196912021995031002 NIP. 197305012014122002

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Studi Literatur Analisis Kandungan Senyawa Antioksidan


Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L)
Penyusun : Marwa Yusuf
NIM : PO714251161029
Pembimbing I : Tajuddin Abdullah, ST., M.kes
Pembimbing II : Hj Asmawati, S.Si, M.Kes.,Apt
Tanggal Ujian : 22 Juli 2020

Disetujui Oleh

Pembimbing I pembimbing II

Tajuddin Abdullah, ST., M.kes Hj Asmawati, S.Si, M.Kes.,Apt


NIP. 196912021995031002 NIP. 197305012014122002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Farmasi Ketua Program Studi


Sarjana Terapan Farmasi

Drs. H. Ismail Ibrahim, M. Kes, Apt Ida Adhayanti, S.Si, M.Sc, Apt
NIP. 196502241992031002 NIP. 198408292008012005

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi Jurusan Farmasi
Poltekkes Makassar Pada Tanggal 21 Juli Tahun 2020

TIM PENGUJI

1. Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes ( )

2. Hj. Asmawati, S.Si, M.Kes, Apt ( )

3. Dr. Rusli, Sp.FRS, Apt, Apt ( )

4. St. ratnah, S.Si, M.Kes ( )

5. Dr. Sesilia Rante Pakadang, S.Si, M.Si, Apt ( )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar

Drs. H. Ismail Ibrahim, M.Kes, Apt


Nip. 19650224 199203 1 002

iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia diperpustakaan dalam

lingkungan Poltekkes Kemenkes Makassar untuk dipakai sebagai referensi

kepustakaan, untuk pengutipan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan

ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Poltekkes Kemenkes Makassar.

v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Marwa Yusuf

NIM : PO714251161029

Pogram Studi : DIV

Jurusan : Farmasi

Dengan ini menyatakan bahwa Judul Penelitian “Studi Literatur Analisis

Kandungan Senyawa Antioksidan Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L) ”

benar bebas dari plagiat, dan apabila pernyataaanini terbukti tidak benar maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagai mana

mestinya.

Makassar, Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

Marwa Yusuf

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Studi
Literatur Analisis Kandungan Senyawa Antioksidan Ekstrak Biji Klabet
(Trigonella foenum-graecum L)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Terapan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar. Penulis menyadari tanpa bantuan
berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
terutama kepada Keluarga besar penulis, Ayah yang sudah sepenuh hati
membesarkan dan mendidik serta selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya
disetiap sujudnya, untuk Ibu yang sudah melahirkanku dan mendidik saya
menjadi anak yang kuat dan mandiri, teruntuk kakak-kakak saya (Ka Rahma, Ka
Fahmi, Ka Ulfa, Ka Sofyan, Ka Vera, Ka Taufiq, Abang Fajar, Ka Uni dan Lia)
yang selalu mendukung dan mempercayai setiap langkahku dan keponakan saya
yang lucu-lucu sholeh dan sholeha. Dan kepada Bapak Tajuddin Abdullah, ST.,
M.kes selaku pembimbing pertama dan Ibu Hj Asmawati, S.Si, M.Kes.,Apt., selaku
pembimbing kedua yang dengan sabar memberikan bimbingan, ilmu, masukan,
dukungan, dan semangat kepada penulis. Penulis juga ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir.H.Agustian Ipa,M.kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Makassar yang telah memberikan kesempatan mengikuti
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
2. Bapak Drs. H. Ismail Ibrahim, M.kes, Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.
3. Ibu Ida Adhayanti, S.Si., M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi DIV
Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar sekaligus Dosen

vii
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan menerima keluh
kesah selama perkuliahan berjalan.
4. Bapak, Ibu Dosen serta Para Laboran yang telah membantu
memberikan ilmu, motivasi dan arahan selama mengikuti pendidikan
5. Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu dalam proses administrasi
selama menjalani perkuliahan
6. Sahabat saya, Ani, Ratih, Riska, Tita, Zahra, Dina dan terkhusus Abang
Iwan yang selalu menjadi support system dan menjadi keluarga kedua di
Tanah Rantau
7. Teman seperjuangan DIV Farmasi Angkatan 2016 yang selalu kompak
dan penuh drama.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua
bantuan dan dukungan yang diberikan. Saran serta kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin
Ya Rabbal’alamiin.

Makassar, Juli 2020

Penulis

viii
ABSTRAK

Klabet dengan nama ilmiah Trigonella foenum-graecum L merupakan


tanaman kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, Fabaceae, genus Trigonella.
Tanaman ini telah banyak diteliti kandungannya dan dikenal sebagai salah satu
tanaman sumber antioksidan alami. Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui
kandungan senyawa antioksidan biji klabet (Trigonella foenum-graecum L).
penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan penelitian yang telah
dipublikasikan sebelumnya pada beberapa situs seperti google scholar serta
beberapa situs jurnal online seperti NCBI, Researchgate, Elsevier dan
Siencedirect. Hasil menunjukkan bahwa Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum
L) mengandung Asam lemak utama yaitu: asam linoleat, asam linolenat, asam
oleat, asam palmitat dan asam stearat. Tokoferol utama yaitu α-tokoferol, sterol
utama yaitu β-sitosterol, 28 senyawa fenolik yang diidentifikasi dikelompokkan
menjadi flavon di C-18 glikosida, flavonol O-diglikosida, flavon tri- dan tetra O-,
C-glikosida dan terasilasi flavone O-, C-glikosida. Serta senyawa flavonoid yang
diidentifikasi merupakan flavonoid kelompok flavonoid-glikosida yaitu katekin,
narirutin, luteolin-7-O-glukosida, Naringenin-7-O-Glikosida, apigenin-7-O-
glikosida, mirisetin, kuarsetin, kaemperol, luteolin dan apigenin. Berdasarkan
hasil pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan metode DPPH nilai IC 50
pada ekstrak metanol yaitu IC50 152,8 µg/ ml - 172,6 µg/ ml, ekstrak etil asetat
143,7 µg/ ml - 162,5 µg/ ml hal ini membuktikan bahwa aktivitas antioksidan Biji
Klabet masuk dalam kategori sedang. Aktivitas antioksidan menggunakan metode
ABTS Pada ekstrak metanol Biji Klabet nilai IC50 161,3 µg/ ml dan pada ekstrak
etil asetat 143,9 µg/ ml.

Kata kunci: Biji Klabet, Antioksidan, Total Fenolik, Total Flavonoid

ix
ABSTRACT

Klabet with the scientific name Trigonella foenum-graecum L is a class


of plants Magnoliopsida, order Fabales, Fabaceae, genus Trigonella. This plant
has been investigated a lot of its ingredients and is known as one of the sources of
natural antioxidants. The purpose of this study was to determine the antioxidant
content of the seeds of klabet (Trigonella foenum-graecum L). This research was
conducted by collecting research that has been previously published on several
sites such as Google Scholar and several online journal sites such as NCBI,
Researchgate, Elsevier and Siencedirect. The results showed that Klabet Seed
(Trigonella foenum-graecum L) contained the main fatty acids, namely: linoleic
acid, linolenic acid, oleic acid, palmitic acid and stearic acid. The main
tocopherols are α-tocopherol, the main sterols namely β-sitosterol, 28 identified
phenolic compounds are grouped into flavones in C-18 glycosides, flavonols O-
glycosides, tri- and tetra O-flavones, C-glycosides and acylated O-flavones, C-
glycoside. And the flavonoid compounds identified are flavonoids, flavonoid-
glycoside groups, namely catechins, narirutin, luteolin-7-O-glucoside,
Naringenin-7-O-Glycosides, apigenin-7-O-glycosides, mycine, narirutin, luteolin-
7-O-glucoside, Naringenin-7-O-Glycoside, apigenin-7-O-glycosides, mycine,
narirutin, luteolin-7-O-glucoside, Naringenin-7-O-Glycoside, apigenin-7-O-
glycosides, mirisetin, quarine, kaemperol, luteolin and apigenin. Based on the
results of the measurement of antioxidant capacity using the DPPH method the
IC50 value of methanol extract is IC50 152.8 μg / ml - 172.6 μg / ml, ethyl acetate
extract 143.7 μg / ml - 162.5 μg / ml, this proves that the activity Klabet Seed
antioxidants fall into the medium category. Antioxidant activity using the ABTS
method on the methanol extract of Klabet Seed IC50 value 161.3 µg / ml and on
the ethyl acetate extract 143.9 µg / ml

.Keywords: Klabet seeds, Antioxidants, Phenolic

x
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI....................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

I.1 Latar Belakang............................................................................1

I.2 Rumusan Masaslah......................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................4

I.4 Manfaat Penelitian.......................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5

II.1 Uraian Tanaman.........................................................................5

II.1.1 Klasifikasi......................................................................5

II.1.2 Nama Daerah.................................................................5

II.1.3 Morfologi ......................................................................6

II.I.4 Kandungan Kimia..........................................................7

xi
II.I.5 Manfaat Tanaman...........................................................9

II.2 Studi Literatur..............................................................................9

II.3 Radikal Bebas ...........................................................................11

II.4 Antioksidan................................................................................14

II.5 Ekstrak dan Ekstaksi .................................................................25

II.6 Spektrofotometri........................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................28

III.1 Jenis Penelitian............................................................................28

III.2 Waktu Penelitian.........................................................................28

III.3 Teknik Pengumpulan Data..........................................................28

III.4 Teknik Analisa Data....................................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................29

IV.1 Hasil Studi Literatur....................................................................29

IV. 2 Pembahasan Studi Literatur.......................................................35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................42

V.1 Kesimpulan................................................................................42

V.2 Saran...........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................43

LAMPIRAN.................................................................................................46

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul tabel halaman

2.1 Spektrum cahaya tampak dan warna - warna komplementer 20

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul gambar Halaman

2.1 Tanaman Klabet 6

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Skema kerja …………………………………………………… 47

xv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dewasa ini, salah satu perhatian dunia kedokteran terfokus pada radikal

bebas dan oksidan. radikal bebas dan oksidan memiliki sifat reaktif tinggi yang

mampu mengubah molekul lain menjadi radikal Sehingga menyebabkan

terbentuknya reaksi rantai. reaksi rantai ini ikut berperan dalam proses penuaan

dini dan sering menyebabkan kerusakan sel dan menjadi penyebab timbulnya

berbagai jenis penyakit degeneratif (Prasonto dkk, 2017).

Di Indonesia penanggulangan masalah kesehatan masih terbatas, dimana

penyakit infeksi adalah penyakit dengan persentase paling tinggi dan disusul

dengan penyakit degeneratif yang semakin meningkat. Menurut hasil riset yang

dilakukan oleh Badan Riskesdas pada tahun 2018, penyebab utama kematian

adalah hipertensi (34,1%), diikuti stroke (10,9%), dan diabetes mellitus (8,5%).

Dari hasil riset tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit degeneratif adalah

masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian khusus karena menjadi

penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Kemendiknas RI, 2018).

1
Tubuh manusia mampu membentuk sistem pertahanan unik yang dapat

melawan radikal bebas. Sistem pertahanan tersebut disebut dengan antioksidan.

Antioksidan terbentuk di dalam tubuh secara alami oleh berbagai enzim yang

2
2

berinteraksi. Enzim-enzim yang dimaksud adalah glutathione, catalase, dan

superoxydedismutase. Enzim-enzim ini berperan sebagai antioksidan dalam

tubuh untuk menetralisir pengaruh radikal bebas. Namun karena jumlah serangan

radikal bebas tidak sebanding dengan proses pembentukan antioksidan alami

dalam tubuh tentunya dibutuhkan antioksidan dari luar (Euis Reni Yuslianti,

2018) Radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai electron tidak

berpasangan. Adanya electron tidak berpasangan inilah yang kemudian menjadi

sangat reaktif sehingga menangkap elektron dari senyawa lain yang ada dalam

tubuh seperti karbohidrat, lemak, dan lipid serta DNA untuk menetralakan diri.

Radikal dengan kereaktifan yang tinggi dapat menimbulkan senyawa abnormal

dan memulai reaksi berantai yang akan merusak sel-sel dalam tubuh. Radikal

bebas menyerang sel-sel yang sehat dan menyebabkan sel-sel tersebut kehilangan

fungsi dan strukturnya. Akibat yang paling sering terjadi dari kerusakan tersebut

yaitu menyebabkan penuaan dini. Radikal bebas berasal dari dalam tubuh dan

dari luar tubuh. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh adalah hasil dari

proses metabolisme sedangkan radikal bebas yang berasal dari luar tubuh

disebabkan oleh faktor lingkungan seperti asap rokok, penggunaan pestisida,

radiasi, polusi bahkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Mbaoji et al.,

2016)

Antioksidan adalah senyawa yang mampu menghambat oksidasi dengan

cara bereaksi dengan radikal bebas yang reaktif sehingga radikal tersebut
3

menjadi tidak reaktif dan tidak stabil. Secara kimia antioksidan adalah senyawa

pemberi elektron, tetapi secara biologis antioksidan didefinnisikan sebagau

senyawa yang mampu meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim

dan protein-protein pengikat logam. Sehingga antioksidan dapat mencegah

penyakit-penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas seperti penuaan,

karsinogenesis dan kardiovaskuler. Terdapat dua jenis antioksidan yaitu

antioksidan alami dan antioksidan buatan. Antioksidan alami adalah antioksidan

yang berasal dari dalam tubuh sebagai bentuk pertahanan. Sedangkan antioksidan

sintetik atau buatan adalah antioksidan yang didapatkan dari hasil sintesis secara

kimia. Indonesia memiliki berbagai macam tanaman yang berkhasiat sebagai

obat di antara tanaman obat tersebut ada yang berkhasiat sebagai antioksidan

karena mengandung senyawa polifenol (Rahmi, 2017).

Klabet merupakan tanaman tahunan yang banyak tumbuh di India,

Mesir, dan Negara Timur lainnya. Karena rasa dan aromanya yang kuat Klabet

banyak dikonsumsi sebagai bumbu dalam makanan dan sebagai obat tradisional.

Klabet kaya akan sumber kalsium, zat besi, karoten dan vitamin lainnya. Biji

Klabet banyak digunakan oleh ibu menyusui sebagai agen penghasil susu. Biji

Klabet mengandung lisin dan protin kaya L-trytophan, serat mukilaginus dan

senyawa kimia lainnya seperti saponin, kumarin, asam nikotinat, sapogenin,

skopoletin, dan trigonelin yang dianggap dapat menghambat penyerapan dan


4

pembentukan kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula (Helambe S et al,

2012)

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin melakukan studi literatur

tentang Kandungan Senyawa Antioksidan Biji Klabet (Trigonella foenum-

graecum). Penelitian ini dilakukan dengan sistem kajian pustaka dari semua

literatur yang bisa diperoleh secara online seperti NCBI, Researchgate, Elsevier

dan Siencedirect.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

permasalahan golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam Biji Klabet

(Trigonella foenum-graecum L) yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan?

I.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terdapat dalam

Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L) yang memiliki aktivitas sebagai

antioksidan.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti

tentang aktivitas antioksidan Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L).

berdasarkan studi literatur


5

I.4.2 Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber

data ilmiah bagi peneliti selanjutnya khususnya bagi farmasis.

I.4.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi

bagi masyarakat tentang aktivitas antioksidan Biji Klabet (Trigonella

foenum-graecum L) berdasarkan studi literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi (Anderson & Cronquist, 1982)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Familia : Fabaceae

Genus : Trigonella

Spesies : Trigonella foenum-graecum L

II.1.2 Nama Daerah (Nathiya dkk, 2014)

Italia : Fieno Greco

Arab : Klabet

Prancis : Fenugrec, Trigonelle

Spanyol : Alholya, Fenogreco

Jerman : Bockshorklee

Rusia : Pazhitnik, Sambala

Kanada : Menthya

Malaysa : Halabah, Klabet

5
Indonesia : Klabet

6
6

II.1.3 Morfologi

Gambar 2.1 Tanaman Klabet (Kakani & Anwer, 2012)

Trigonella foenum-graecum atau dikenal dengan fenugreek

atau Klabet di Indonesia, adalah tanaman aromatik dengan tinggi 30

hingga 60 cm, memiliki tiga bagian daun, batang ramping dan

panjang, daun berwarna hijau keabu-abuan dengan panjang sekitar 5

cm dan lebar sekitar 2,5 cm, akarnya memiliki struktur seperti jari,

bunganya tunggal atau sepasang, mahkota berwarna putih atau kuning

pucat yang mekar pada bulan Juni hingga Juli, buah polong gundul,

memanjang atau berbentuk lanset, tiap buah polong mengandung 10

hingga 20 Biji. Tanaman ini memancarkan aroma pedas yang tetap

menempel pada tangan setelah menyentuhnya. Tumbuh dengan baik

pada iklim mediterania, dan dapat dibudidayakan di seluruh negara

(Helambe S dkk, 2012)


7

Biji Klabet berukuran kecil (panjang sekitar 5 mm), keras,

dan berwarna kuning kecoklatan dan dapat bervariasi. Memiliki garis

rhomboidal yang sangat khas. Hampir di tengah salah satu sisinya

yang panjang dan sempit terdapat bagian kecil dimana hilum dan

mikrofil berada terlihat jelas seperti titik berwarna putih (Helambe S

dkk, 2012)

II.1.4 Kandungan Kimia

1. Batang

Klabet mengandung sejumlah steroid sapogenin.

Diosgenin ditemukan di dalam minyak embrio. Didalam batang

Klabet terdapat sejumlah Alkaloid trigonelline, trigokumarin dan

trimetil kumarin (Helambe S dkk, 2012).

2. Daun

Daun Klabet mengandung diosgenin yaitu senyawa

glikosida steroid yang didalam tumbuhan sebagai senyawa

saponin. Kelembapan daun mencapai 86,1%, protein 4,4%, lemak

0,9%, mineral 1,5%, serat 1,1%, dan karbohidrat 6%. Dalam daun

Klabet juga mengandung vitamin C dan mineral berupa kalsium,

zat besi, fosfor, karoten, tiamin, riboflavin, niasin negara

(Helambe S dkk, 2012).

3. Biji
8

Komponen kimia dari Biji fenugreek sebagian besar

berupa karbohidrat (serat mucilaginous, galactomannan); 20-30%

protein tinggi triptofan dan lisin; piridin; alkaloid; flavonoid; asam

amino bebas; saponin; glikosida; vitamin, mineral. Biji Klabet

berbau tajam dan terasa pahit. Rasa pahit ini dipicu karena adanya

kandungan senyawa saponin steroid dan alkaloid. Biji Klabet

secara histrois digunakan dalam jamuan makanan dan dalam

pengobatan tradisional. Studi penelitian terbaru menunjukkan

efektivitasnya dalam menurunkan glukosa darah dan penurunan

resistensi insulin (Helambe S dkk, 2012).

II.1.5 Manfaat Tanaman

Berbagai macam potensi dari Biji Klabet telah dibuktikan

secara ilmiah, baik secara klinis maupun pra klinis, dimana aktivitas-

aktivitas tersebut berasal dari kandungan kimia yang terdapat dalam

Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum). Dari hasil review, aktivitas

farmakologi yang dimiliki oleh Biji Klabet di antaranya adalah

sebagai obat antidiabetes, antioksidan, antiinflamasi dan analgesik,

antikanker, antibakteri dan antifungal dan antikatarak (Nursetiani et al,

2018).

II.2 Studi Literatur


9

Penelitian kepustakaan dan studi pustaka/riset pustaka meski bisa

dikatakan mirip akan tetapi berbeda. Studi pustaka adalah istilah lain dari

kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka

(literature review), dan tinjauan teoritis. Yang dimaksud penelitian

kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya

tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum

dipublikasikan

Meskipun merupakan sebuah penelitian, penelitian dengan studi

literatur tidak harus turun ke lapangan dan bertemu dengan responden. Data-

data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat diperoleh dari sumber pustaka

atau dokumen. pada riset pustaka (library research), penelusuran pustaka tidak

hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka penelitian (research design)

akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk

memperoleh data penelitian.

Selain data, beberapa hal yang harus ada dalam sebuah penelitian

supaya dapat dikatakan ilmiah, juga memerlukan hal lain seperti rumusan

masalah, landasan teori, analisis data, dan pengambilan kesimpulan. penelitian

dengan studi literatur adalah penelitian yang persiapannya sama dengan

penelitian lainnya akan tetapi sumber dan metode pengumpulan data dengan

mengambil data di pustaka, membaca, mencatat, dan mengolah bahan

penelitian.
10

Meskipun terlihat mudah, studi literatur membutuhkan ketekunan yang

tinggi agar data dan analisis data serta kesimpulan yang dihasilkan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Untuk itu dibutuhkan persiapan dan

pelaksanaan yang optimal. Penelitian studi literatur membutuhkan analisis

yang matang dan mendalam agar mendapatkan hasil.

Dengan demikian penelitian dengan studi literatur juga sebuah

penelitian dan dapat dikategorikan sebagai sebuah karya ilmiah karena

pengumpulan data dilakukan dengan sebuah strategi dalam bentuk metodologi

penelitian. Variabel pada penelitian studi literatur bersifat tidak baku. Data

yang diperoleh dianalisis secara mendalam oleh penulis. Data-data yang

diperoleh dituangkan ke dalam sub bab-sub bab sehingga menjawab rumusan

masalah penelitian (Nursetiani et al, 2018).

II.3 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul, atom atau gugus yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada kulit terluarnya sehingga

sangat reaktif dan radikal seperti misalnya radikal bebas turunan oksigen

reaktif. Radikal bebas cukup banyak jenisnya tapi yang keberadaannya paling

banyak dalam sistem biologis tubuh adalah radikal bebas turunan oksigen.

Radikal-radikal bebas ini merupakan hasil pemecahan homolitik dari ikatan

kovalen suatu molekul atau pasangan elektron bebas suatu atom (Sayuti &

Yenrina, 2015).
11

Radikal bebas turunan oksigen sebagian besar merupakan hasil

metabolisme sel normal di dalam tubuh dan sebagian kecil merupakan

paparan dari zat-zat lain atau radikal-radikal dari luar tubuh (ROS eksogen)

yang dapat menyebabkan terjadinya inflamasi atau peradangan. ROS endogen

merupakan respon fisiologis dari hasil metabolisme sel-sel normal tubuh

seperti misalnya metabolisme karbohidrat dan protein (Zhang et al, 2015).

Paparan dari luar tubuh merupakan oksigen reaktif yang berasal dari

polutan lingkungan, radiasi, infeksi bacteri, jamur dan virus. Reactive

Oxygen terdiri dari superoksida (*O2), hidroksil (*OH), peroksil (ROO*),

hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (1O2), oksida nitrit (NO*),

peroksinitrit (ONOO*) dan asam hipoklorit (HOCl). Radikal bebas yang

paling banyak terbentuk di dalam tubuh adalah superoksida. Superoksida ini

akan diubah menjadi hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen ini dalam tahap

propagasi akan diubah menjadi radikal hidroksil (*OH). Radikal hidrosil

inilah yang menyebabkan terjadinya peroksidasi lemak pada membran sel

sehingga sel mengalami kerusakan (Sayuti & Yenrina, 2015).

Radikal bebas di dalam tubuh merupakan hasil samping dari proses

oksidasi dan pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas,

metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan, dan terpapar polusi

(asap kendaraan, asap rokok, makanan, logam berat, dan radiasi matahari).

Radikal bebas akan bereaksi dengan molekul sel di sekitarnya untuk


12

memperoleh pasangan elektron sehingga menjadi lebih stabil, tetapi molekul

sel tubuh yang diambil elektronnya akan berubah menjadi radikal bebas.

Reaksi ini akan berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak

dihentikan akan menimbulkan stress oksidatif yang menyebabkan suatu

peradangan, kerusakan DNA atau sel dan berbagai penyakit seperti kanker,

jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya.

Radikal bebas dapat dihasilkan pada proses terbentuknya asam urat

yang yang dikatalisis oleh enzim xantin oxidase. Dalam proses ini akan

dihasilkan radikal superoksida (*O2). Proses metabolisme ini biasanya terjadi

pada mitokondria. Radikal bebas juga dapat dihasilkan pada proses inflamasi

yaitu pada proses perubahan NADPH menjadi NADP dengan katalis NADPH

oksidase. Dalam proses ini terjadi kebocoran O2 yang selanjutnya berubah

menjadi radikal superoksida (*O2) yang dapat merangsang terbentuknya

sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-6. Proses metabolism ini biasanya

terjadi pada sitoplasma. Adapun reaksi kebocoran tersebut dapat terlihat

dalam reaksi:

2O2 + NADPH 2O2* + NADP+ + H+ ………………………….

(2.1)

Keberadaan radikal bebas tidak selamanya merugikan tubuh manusia

akan tetapi ada juga yang mempunyai efek yang menguntungkan, seperti

membantu destruksi sel-sel mikroorganisme, kanker dan proses pematangan


13

sel-sel di dalam tubuh. Leukosit memproduksi radikal bebas untuk

memusnahkan gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan cara

merusak DNA, mengganggu produksi prostagladin dan merangsang

pembentukan sitokin proinflamasi seperti IL 6 dan TNF-α. Akan tetapi

produksi radikal bebas yang berlebihan dan produksi antioksidan yang tidak

memadai dapat menyebabkan kerusakan sel-sel jaringan dan enzim-enzim.

Kerusakan jaringan dapat terjadi akibat gangguan oksidatif yang disebabkan

radikal bebas asam lemak atau dikenal sebagai peroksidasi lipid (Murray,

2014).

Reaksi-reaksi radikal di dalam tubuh merupakan penyebab atau

mendasari berbagai keadaan patologis suatu penyakit. Diantara senyawa-

senyawa ROS, radikal hidroksil (*OH) merupakan radikal bebas yang paling

reaktif atau berbahaya karena mempunyai tingkat reaktivitas sangat tinggi.

Radikal hidroksil (*OH) dapat merusak tiga jenis senyawa yang penting untuk

mempertahankan ketahanan sel.

II.4 Antioksidan

II.4.1 Jenis-Jenis Antioksidan (Euis Reni Yuslianti, 2018)

Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap

atau menetralisir radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-

penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, karsinogenesis, dan

penyakit lainnya. Senyawa antioksidan merupakan substansi yang


14

diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah

kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal,

protein, dan lemak. Senyawa ini memiliki struktur molekul yang dapat

memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu

sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal

bebas.

Berdasarkan sumbernya antioksidan yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Antioksidan yang sudah diproduksi di dalam tubuh manusia yang

dikenal dengan antioksidan endogen atau enzim antioksidan

(enzim Superoksida Dismutase (SOD), Glutation Peroksidase

(GPx), dan Katalase (CAT).

2. Antioksidan sintetis yang banyak digunakan pada produk pangan

seperti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen

(BHT), propil galat dan Tert-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ).

3. Antioksidan alami yang diperoleh dari bagian-bagian tanaman

seperti kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, Biji dan serbuk

sari seperti vitamin A, vitamin C, vitamin E dan senyawa fenolik

(flavonoid).

II.4.2 Senyawa Antioksidan Alami

Senyawa antioksidan alami pada umumnya berupa vitamin C,

vitamin E, karotenoid, senyawa fenolik, dan polifenolik yang dapat


15

berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kuomarin, tokoferol

dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang

memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon,

katekin, flavonol, dan kalkon. Turunan asam sinamat meliputi asam

kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Hal ini

disebabkan karena gugus -OH dan ikatan rangkap dua (>C=C<) yang

dimiliki oleh senyawa –senyawa di atas

Mikronutrien yang terkandung dalam tumbuhan seperti

vitamin A, C, E, asam folat, karotenoid, antosianin, dan polifenol

memiliki kemampuan menangkap radikal bebas sehingga dapat

dijadikan pengganti konsumsi antioksidan sintetis (Sayuti & Yenrina,

2015)

II.4.3 Kapasitas Antioksidan (Euis Reni Yuslianti, 2018)

Aktivitas antioksidan menggambarkan kemampuan suatu

senyawa antioksidan untuk menghambat laju reaksi pembentukan

radikal bebas. Penentuan kapasitas antioksidan secara in vitro

ditentukan secara spektroskopi UV-Vis. Eksplorasi senyawa fitokimia

terutama senyawa bioaktif yang terdapat pada tanaman obat atau

bukan tanaman obat secara terus menerus diteliti untuk mendapatkan

senyawa antioksidan yang berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh

manusia dari serangan suatu penyakit. Pengujian aktivitas antioksidan


16

harus didasari atas efek farmakologis dari zat tersebut diantaranya

adalah:

1. Menyerupai aktivitas antioksidan endogen seperti SOD sintetis,

katalase rekombinan.

2. Menangkap ion logam yang diperlukan untuk tujuan katalisis

reaksi oksidasi oleh radikal bebas seperti deferoksamin.

3. Menangkap (scavenging) atau memutus reaksi rantai

(chainbreaking) dari radikal bebas seperti Vitamin C, E, β-

karoten dan senyawa fenol (flavonoid)

4. Menghambat aktivitas enzim-enzim yang terlibat dalam

pembentukan radikal bebas seperti allopurinol.

II.4.4 Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan DPPH

Pengujian antiradikal bebas senyawa-senyawa bahan alam

atau hasil sintesis secara UV-Vis dapat juga dilakukan secara kimia

menggunakan DPPH (difenilpikril hidrazil). DPPH berfungsi sebagai

senyawa radikal bebas stabil yang ditetapkan secara spektrofotometri

melalui persen peredaman absorbansi.

Peredaman warna ungu merah pada panjang gelombang (λ)

517 nm dikaitkan dengan kemampuan minyak atsiri sebagai antiradikal

bebas. Penggunaan metode spektroskopi ini sudah divalidasi dengan

pengukuran beberapa antiradikal bebas yang umum seperti tokoferol,


17

vitamin C, pinocembrin, dan skualen yang memberikan hasil yang

signifikan dengan uji antiradikal bebas yang lain. Keaktifan dari

golongan seyawa-senyawa yang berfungsi sebagai antiradikal bebas

ditentukan adanya gugus fungsi –OH (hidroksil) bebas dan ikatan

rangkap karbonkarbon, seperti flavon, flavanon, skualen, tokoferol, β-

karoten, vitamin C, dan lain-lain (Azlim Almey dkk, 2010)

Kapasitas antiradikal bebas DPPH diukur dari peredaman

warna ungu merah dari DPPH pada panjang gelombang 517 + 20 nm.

Perhitungan kapasitas antiradikal bebas sebagai persen peredaman (%

peredaman DPPH) absorbansi pada puncak 517 menggunakan

persamaan berikut ini:

(1− absorbansi hitung sampel


absorbansi hitung DPPH )
× 100 %

Absorbansi hitung sampel dan DPPH pada puncak 517 mn

dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini:

A497 + A537
A517 −
2

Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antiradikal bebas,

100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan

pengenceran sampel untuk mengetahui batas konsentrasi aktivitasnya.

Suatu bahan dapat dikatakan aktif sebagai antiradikal bebas bila

prosentase peredamannya lebih dari atau sama dengan 50%.


18

Untuk mengukur kapasitas antiradical bebas menggunakan

DPPH langkahnya sebagai berikut:

1. Preparasi Sampel

Isolat atau ekstrak yang diperoleh dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang

517 ± 20 nm.

2. Pengukuran Absorbansi DPPH

Dilarutkan DPPH sesuai dengan pelarut sampel (metanol)

kemudian ukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 ± 20

nm

3. Pengukuran Absorbansi dan Sampel

arutan DPPH ditetesi larutan sampel kemudian ukur kembali

absorbansinya pada panjang gelombang 517 ± 20 nm, ukur

absorbansinya setiap 5 menit dan 60 menit. Kemudian Hitung %

peredaman sampel terhadap DPPH dengan formula sbb :

(1− absorbansi hitung sampel


absorbansi hitung DPPH )
× 100 %

A497 + A537
A517 −
2

II.4.5 Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan metode ABTS

Prinsipnya ketika ABTS diinkubasi dengan peroksidase (seperti

metmyoglobin dan H2O2) membentuk kation radikal yang relatif


19

stabil menghasilkan warna biruhijau diukur pada 𝜆= 600 nm. Aktivitas

antioksidan ditentukan dengan intensitas berkurangnya warna biru-

hijau yang terbentuk (Mukhriani, 2014).


20

II.4.6 Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan metode FRAP

Uji FRAP adalah uji kolorimetrik yang mengukur pengurangan

intensitas kompleks biru ferri-tripyridyltriazine menjadi bentuk ferro

(Fe2+), sehingga dapat mengubah absorbannya (Benzie IF,1999)

(Mukhriani, 2014).

II.4.7 Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan Linoleat Tiosianat

Asam linoleat sebagai radikal bebas berbentuk asam lemak tidak

jenuh. Asam linoleat bersifat sebagai oksidator dan akan mengoksidasi

ion ferro menjadi ion ferri. Selanjutnya akan membentuk kompleks

ferritiosianat yang berwarna merah terbentuk dengan ion tiosianat dan

ditentukan intensitasnya pada panjang gelombang 499 nm

(Mukhriani, 2014).

II.5 Uraian Metode Analisis Senyawa

II.5.1 Penetapan kadar total fenolik

Kandungan fenolik total dalam suatu sampel dapat diukur

secara kolorimetri dengan metode Folin-Cioacalteu dan dinyatakan

dengan massa ekivalen asam galat. Pereaksi Folin-Ciocalteu

merupakan suatu larutan kompleks yang terbentuk dari asam

fosfomolibdat dan asam heteropoli fosfotungstat. Pereaksi ini terbuat

dari air, natrium tungstat, natrium molibdat, asam fosfat, asam klorida,

litium, sulfat, dan bromin (Nurhayati, Siadi, dan Herjono, 2012).


21

Prinsip dasar untuk metode ini adalah oksidasi gugus fenolik-

hidroksil. Pereaksi Folin-Ciocalteu mengoksidasi fenolat serta

mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks molybdeum-

tungsten (Mo-W). Selama reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil

akan bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu membentuk kompleks

fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Warna biru yang

dihasilkan dari reaksi ini akan semakin pekat setara dengan

konsentrasi senyawa fenolik yang terdapat pada larutan uji dan

memiliki serapan kuat pada panjang gelombang 760 nm. Metode folin-

Ciocalteu merupakan metode yang sederhana, sensitif dan teliti.

Metode ini terjadi dalam suasana basa sehingga dalam penentuan

kadar fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteu digunakan natrium

karbonat yang bertujuan untuk membentuk suasana basa (Nurhayati et

al, 2012).

II.5.2 Penetapan Kadar Flavonoid Total

Total Kandungan flavonoid total ditentukan secara

spektrofotometri visible. yaitu sejumlah ekstrak atau fraksi uji

dimasukkan dalam labu takar 10 mL, ditambah 4 mL aquades dan 0,3

mL larutan NaNO2, lalu dibiarkan selama 6 menit. Setelah itu larutan

ditambah dengan 0,3 mL AlCl3 10% dan dibiarkan selama 5 menit.

Larutan selanjutnya ditambah 4 mL NaOH 10% dan aquades sampai


22

10 ml. Larutan dibiarkan selama 15 menit dan selanjutnya dibaca

absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm, terhadap blangko

yang terdiri atas semua pereaksi yang digunakan akan tetapi tidak

mengandung kuersetin atau sampel uji. Kandungan flavonoid total

dinyatakan sebagai gram ekuivalen kuersetin tiap 100 gram subfraksi

(% b/b EK) (Nurhayati et al, 2012).

II.5.3 Metode HPLC

Pada dasarnya HPLC merupakan perkembangan dari metode

kromatografi kolom. HPLC mengizinkan penggunaan pertikel dengan

ukuran yang sangat kecil dengan luas permukaan yang lebih besar

sehingga interaksi akan semakin besar. Hal ini akan membuat sistem

pemisahan akan semakin baik ( Hendayana, 2006).

Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit

berdasarkan kepolarannya, setiap campuran yang keluar akan

terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram.

Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas

peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran

(Hendayana, 2006).

Prosedur analitik telah banyak dikembangkan secara luas untuk

menentukan residu antibiotik tetrasiklin (TC) di dalam produk

makanan asal hewan, seperti enzyme-linked immunosorbent assay


23

(ELISA), capillary electrophoretic (CE), thin layer chromatography

(TLC) dan metode liquid chromatography (LC)/ kromatografi cair.

Khususnya metode LC sendiri memiliki beberapa teknis sesuai dengan

jenis detektor yang digunakan, antara lain detektor ultraviolet (UV),

fluorescence (FL), diode array detector (DAD), serta mass

spectrometry (MS) (Granelli K. & Branzell C. 2007).

a. Kromatografi cair–detektor ultraviolet (UV)

Metode LC-UV merupakan metode yang paling sering

digunakan untuk mendeteksi TC dan sensitifitasnya sangat baik.

Beberapa metode LC-UV untuk analisis TC telah banyak

dipublikasi dalam 10tahun terakhir dan telah mampu mendeteksi

residu berbagai jenis antibiotik TC dari berbagai produk makanan

asal hewan. Metode LC-UV juga bahkan mampu mendeteksi dan

menghitung residu dari isomer TC seperti 4epioxytetracycline (4-

epiOTC) di dalam jaringan tubuh hewan, seperti otot, hati, ginjal,

dan lemak. Sistem elusi isokratik merupakan sistem pengaliran

fase gerak paling umum digunakan dalam metode UV. Nilai

deteksi yang dihasilkan sebesar 30 ng mL-1.

b. Kromatografi cair–diode array detector(DAD)

DAD merupakan metode yang sangat berguna untuk

memperoleh spektra yang jelas, identifikasi puncak (peak) dan uji


24

kemurnian untuk menentukan residu TC. Penggunaan fase diam

berbasis amida (amide-based stationary phase) mencegah interaksi

TC dengan kelompok residual silanol, sehingga menghindari

terbentuknya puncak berekor (tailed peaks). Ekstraksi

menggunakan larutan asam lemah yang mengandung EDTA

melepaskan ikatan protein atau ikatan gula dari TC. Solid Phase

Extraction (SPE) menggunakan phenyl catridge digunakan untuk

tahap permbersihan (clean-up). Metode secara online digunakan

untuk menghubungkan sistem ekstraksi dengan LC-DAD

c. Kromatografi cair–detektorfluorescence (FL)

Penggunaan detektor FL dikembangkan untuk

menganalisis multiresidu secara simultan di dalam produk

makanan. Umumnya detektor FL menggunakan dua panjang

gelombang (λ), yaitu panjang gelombang eksitasi (λex) dan emisi

(λem).

d. Kromatografi cair–detektor spektrometri masa (MS)

Metode kromatografi cair dengan menggunakan detektor

MS untuk analisis residu TC di dalam produk makanan paling

banyak dikembangkan untuk meningkatkan sensitifitas dan akurasi

pengujian. Metode ini dapat digunakan untuk deteksi multiresidu

berbagai jenis golongan antibakteri, seperti golongan sulfonamida,

TC, dan pirimetamin. Metode ini menggunakan ekstraksi padat-cair


25

(solid-liquid extraction) tanpa pencucian lebih lanjut. Teknik LC

tandem MS (LC-MS/MS) dikembangkan untuk mendeteksi

berbagai residu antibiotik secara bersamaan di dalam berbagai

produk makanan asal hewan. Lebih lanjut teknik ini dapat

mendeteksi lebih dari 100 obat hewan dari berbagai kelas dengan

menggunakan Ultra-high Performance Liquid Chromatography

(UPLC) yang digabung dengantime of flight (TOF) MS

menghasilkan nilai deteksi 108,9-697 μg kg-1. Selain mampu

mendeteksi residu dari berbagai kelas obat hewan, metode LC

MS/MS yang dikembangkan juga mampu menganalisis tiga

metabolit TC di dalam produk makanan. 4-epiTC, 4epiCTC, dan 4-

epiOTC dapat dideteksi dari sampel susu segar dan sterilisasi. Elusi

gradien dan kolom C8-3 reversed-phased digunakan, menghasilkan

nilai LOD yang sangat baik yaitu 0,5-10 μg kg-1. Untuk

memberikan hasil yang lebih baik, proses ekstraksi juga dioptimasi

dan digabung (coupled) dengan LC-MS/MS.

II.6 Ekstrak dan Ekstraksi

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan pekat

yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau

simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau

hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
26

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Dirjen,

1979).

Ekstraksi berasal dari bahasa latin extractio atau extrahere yang berarti

menarik keluar. Zat yg ditarik dapat berupa senyawa aktif dari tumbuhan dan

atau hewan. Ekstraksi merupakan suatu metoda pemisahan berdasarkan

kelarutan suatu zat yang tak saling campur (Dirjen, 1979).

Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa sesuai dengan

kelarutannya pada pelarut yang sesuai, senyawa polar dalam pelarut polar dan

senyawa nonpolar dalam pelarut nonpolar. Secara umum ekstraksi dilakukan

secara berturut-turut mulai dengan pelarut nonpolar (n-heksan) lalu pelarut

yang kepolarannya menengah (diklorometan atau etil asetat) kemudian pelarut

yang bersifat polar (Mukhriani, 2014)

Metode dasar ekstraksi adalah cara panas dan cara dingin. Pada

metode cara panas digunakan metode infusa, destilasi dan refluks sedangkan

pada metode cara dingin adalah maserasi, soxheltasi, dan perkolasi.

1. Maserasi

Maserasi atau dispersi Maserasi merupakan metode ekstraksi

dengan menggunakan pelarut diam atau dengan adanya pengadukan

beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda ini dapat dilakukan dengan cara

merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan pengadukan.

2. Perkolasi
27

Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun

secara unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai

prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur

metode ini yaitu bahan direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru

dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna

atau tetap bening yang artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut

3. Refluks

Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan

pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut

tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Kelebihan metode

refluks adalah padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap

pemanasan langsung dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan

metode ini adalah membutuhkan jumlah pelarut yang banyak

4. Soxhletasi

Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut

yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi konstandengan adanya pendingin balik (kondensor).

5. Dekok dan Infus

Ekstraksi dekok merupakan ekstraksi dengan menggunakan solven

air pada suhu 90o – 95o C selama 30 menit. Ekstraki infus Hampir sama

dengan dekok, namun dilakukan selama 15 menit.

6. Digesti
28

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperature lebih tinggi dari

temperature suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada

temperature 40o – 50o C

II.6 Spektrofotometer (Sastrohamidjojo, 2013)

Spektrofotometer merupakan alat untuk mengukur transmitan atau

absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan

pengukuran menggunakan spektrofotometer sering disebut dengan metode

spektrofotometri. Ada beberapa jenis spektrofotometer yaitu:

1. Spektrofotometer UV (Ultra Violet)

Pada spektrofotometri Ultraviolet (UV) berdasarkan interaksi

sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380

nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium

disebut juga heavy hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen stabil yang

terdapat berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deuterium mempunyai

satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen hanya memiliki satu

proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa

Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang menjadi

dua partikel. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia,
29

maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan

senyawa yang tidak memiliki warna bening dan transparan.

Oleh karena itu, sampel tidak berwarna tidak perlu dibuat

berwarna dengan penambahan reagent tertentu. Bahkan sampel dapat

langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu diingat, sampel

keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau centrifugasi. Prinsip

dasar pada spektrofotometri adalah sampel harus jernih dan larut sempurna.

Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.

2. Spektrofotometri Sinar Tampak (Vis)

Cahaya atau sinar tampak (visible) adalah radiasi elektromagnetik

yang terdiri dari gelombang. Seperti semua gelombang, kecepatan cahaya,

panjang gelombang dan frekuensi.

Cahaya / sinar tampak terdiri dari suatu bagian sempit kisaran

panjang gelombang dari radiasi elektromagnetik di mana mata manusia

sensitif. Radiasi dari panjang gelombang yang berbeda ini dirasakan oleh

mata manusia sebagai warna yang berbeda, sedangkan campuran dari

semua panjang gelombang tampak seperti sinar putih. Sinar putih memiliki

panjang gelombang mencakup 400-760 nanometer (nm). Spektrometri

molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar

tampak, sama halnya seperti di daerah sinar ultraviolet dan daerah sinar

inframerah.
30

Persepsi visual tentang warna dibangkitkan dari penyerapan

selektif panjang gelombang tertentu pada peristiwa penyinaran obyek

berwarna. Sisa panjang gelombang dapat diteruskan (oleh obyek

transparan) atau dipantulkan (oleh obyek yang buram) dan dilihat oleh

mata sebagai warna dari pancaran atau pantulan cahaya. Oleh karena itu

obyek biru tampak berwarna biru sebab telah menyerap sebagian dari

panjang gelombang dari cahaya dari daerah oranyemerah. Sedangkan

obyek yang merah tampak merah sebab telah menyerap sebagian dari

panjang gelombang dari daerah ultraviolet-biru. Bagaimanapun, di dalam

spektrofotometer molekul tidak berkaitan dengan warna dari suatu

senyawa, yaitu warna yang dipancarkan atau di pantulkan, namun berkaitan

dengan warna yang telah dipindahkan dari spektrum, seperti panjang

gelombang yang telah diserap oleh suatu unsur di dalam suatu larutan.

Energi gelombang seperti bunyi dan air ditentukan oleh amplitudo

dari getaran (misal tinggi gelombang air) tetapi dalam radiasi

elektromagnetik energi ditentukan oleh frekuensi dan quantized.

3. Spektrofotometer Ultra Violet – Cahaya Tampak (UV-Vis)

Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi

elektromagnetik (REM) dengan molekul. Radiasi Elektramagnetik (REM)

merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat gelombang dan

partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang maka beberapa

parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelombang, frekuensi,


31

bilangan gelombang dan serapan. Radiasi Elektromagnetik (REM)

mempunyai vektor listrik dan vectormagnet yang bergetar dalam bidang-

bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing tegak lurus

pada arah perambatan radiasi. Semua molekul dapat mengabsorbsi radiasi

daerah UV-Vis karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun

menyendiri yang dapat dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi.

2.1 Spektrum cahaya dan warna komplementer (Sastrohamidjojo, 2013)

Panjang gelombang (nm) warna warna komplementer

400 - 435 Violet Kuning

435 - 480 Biru Kuning

480 - 490 Hijau-biru Oranye

490 - 500 Biru-hijau Merah

500 - 560 Hijau Ungu

560 - 580 Kuning-hijau Violet

580 - 595 Kuning Biru

595 - 610 Oranye Hijau-biru

610 - 750 Merah Biru-Hijau

4. Spektrofotometer Inframerah
32

Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometer ini

berdasarkan pada penyerapan panjang gelombang inframerah. Cahaya

inframerah terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh.

Inframerah pada spektrofotometer adalah inframerah jauh dan pertengahan

yang mempunyai panjang gelombang 2,5-1000 nm. Pada spektrofotometer

Inframerah (IR) meskipun bisa digunakan untuk analisa kuantitatif, namun

biasanya lebih kepada analisa kualitatif. Umumnya spektrofotometer

Inframerah (IR) digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada suatu

senyawa, terutama senyawa organik. Setiap serapan pada panjang gelombang

tertentu menggambarkan adanya suatu gugus fungsi spesif.


BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian Ini Merupakan Jenis Penelitian Studi Literatur Dengan

Mencari Referensi Teori Yang Relefan Dengan Permasalahan Yang

Ditemukan Yakni untuk mengetahui kandungan senyawa antioksidan dari Biji

Klabet (Trigonella foenum-graecum L).

III.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakuan pada bulan Maret sampai Juni 2020

III.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sebagai bahan review jurnal dilakukan dengan

mengumpulkan penelitian yang telah dipublikasikan sebelumnya pada

beberapa situs seperti google dan google scholar, serta beberapa situs jurnal

online seperti NCBI, Researchgate, Elsevier, Siencedirect, dll dengan kata

kunci “Fenugreek” dan “Antioxidant”.

III.4 Teknik Analisa Data

Teknik Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif yaitu

gambaran faktual mengenai kandungan senyawa antioksidan Biji Klabet

(Trigonella foenum-graecum) diperoleh dari buku atau internet serta

penjelasan-penjelasan lainnya terkait tanaman obat tersebut.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Studi Literatur

No Judul Metode Hasil Identitas Identas


. Penelitian Penelitian Penelitian Peneliti Pustaka
1. Extraction, a. Metode Senyawa utama dari Sweeta Materials
Characterization Ekstraksi: soklet minyak yang diekstraksi Akbari, Nour Science
and Antioxidant b. analisis senya adalah asam linoleat Hamid for Energy
Activity of kimia (54,13%), asam palmitat Abdurahman, Technolog
Fenugreek menggunakan (16,21%), pinene Rosli Mohd ies
(Trigonella GC-MS (4,56%), 4-Pentyl-1(4- Yunus,
foenum-graecum) c. Metode Folin- propylcyclohexyl) -1 Oluwaseun
Seed Oil Chiocalteu: cyclohexene (3,87%) dan Ruth Alara,
Analisis total ester metil asam linoleat Olalere
senyawa fenolik (3,19%). Biji Klabet Olusegun
d. Metode AlCl3: menunjukkan aktivitas Abayomi
Analisis total antioksidan radikal
flavonoid terhadap DPPH dan tes
e. Metode DPPH: ABTS masing-masing
mengukur IC50 172,6 µg/ ml dan
penangkapan 161,3 µg/ ml. TPC dan
radikal bebas TFC minyak adalah
38,97 mg GAE / g.
minyak dan 14,417 mg
QE / g.

2. Characterization of Metode HPLC Biji Klabet mengandung Ozan Nazim J Am Oil


Fenugreek senyawa lipid, asam Ciftci, Chem Soc
(Trigonella lemak, triasilgliserol, Roman
foenum-graecum) tokoferol dan sterol Przybylski,
Seed Lipids Kadar lipid dalam Biji Magdalena
fenugreek berkisar antara Rudzinska,
5,8 - 15,2%. Asam lemak Surya
utama yaitu: asam Acharya
linoleat (45,1-47,5%), α-

29
linolenat (18,3-22,8%),
asam oleat (12,4-17,0%),
asam palmitat (9,8-
11,2%) dan stearat (3,8-
4,2%). α-Tokoferol
merupakan komponen
utama yang berfungsi
sebagai antioksidan,
Jumlahnya berkisar
antara 620 hingga 910
mg / kg lipid. b-Sitosterol
adalah sterol utama
dalam semua sampel,
bervariasi dari 14.203
hingga 18.833 mg / kg
lipid.

3. Characterization of a. Metode Hasil menunjukkan Saleha Internation


Extracted Ekstraks: bahwa kombinasi Hameed, Ali al Journal
Phenolics from Maserasi rempah-rempah dalam Imran, Mehr Of Food
Black Cumin b. Metode Folin- beberapa perlakuan un Nisa, Properties
(Nigella sativa L), Chiocalteu: menunjukkan aktivitas Muhammad
Coriander Seed Analisis total antioksidan lebih tinggi Sajid Arshad,
(Coriandrum senyawa dibandingkan dengan Farhan
sativum L.), and fenolik sampel tunggal. Selain Saeed,
Fenugreek Seed c. Metode itu, karakterisasi HPLC Muhammad
(Trigonella kolorimetri: menunjukkan bahwa Umar
foenum-graecum) Analisis total terdapat senyawa Arsyad, dan
flavonoid thymoquinone, Muhammad
d. Analisis diosgenin, dan asam Asif Khan.
bioaktif fenolik, termasuk (asam
(thymoquinon klorogenat, asam caffeic,
e dan dan kaempferol).
diosgenin) dan
polifenol
(asam
klorogenat,
asam caffeic,
dan
kaempferol)
menggunakan
metode HPLC

30
4. Characterization of metode analisis hasil yang diperoleh Zakia Internation
Flavonoid HPLC-DAD-ESI\ terdapat 32 senyawa Benayad, al Journal
Glycosides from MS fenolik di antaranya Carmen of
Fenugreek glikosida flavonoid dan Gómez
(Trigonella asam fenolik Sebuah Cordovés, Molecular
foenum-graecum) studi sistematis dari dan Nour Sciences
Crude Seeds by spektra MS yang Eddine Es-
HPLC – DAD – diperoleh dan Safi
ESI/MS Analysis fragmentasi
menunjukkan bahwa
sebagian besar senyawa
yang diidentifikasi adalah
flavonoid terasilasi dan
non-terasilasi dengan
apigenin, luteolin dan
kaempferol sebagai
aglikon. komposisi
fenolik dari Biji Klabet
sebagian besar
merupakan turunan
flavon yang terasilasi dan
tidak terasilasi dengan
apigenin sebagai aglikon
utama.

5. Identification and metode analisis Sebanyak 28 senyawa Zakia journal of


Quantification of Analisis LC- fenolik yang Benayad food
Flavonoid DAD-ES\MS diidentifikasi Carmen Go compositi
Glycosides from dikelompokkan menjadi ́mez-Cordove on and
Fenugreek flavon di C-18 glikosida, ś Nour analysis
(Trigonella flavonol O-diglikosida, Eddine Es-
foenum-graecum) flavon tri- dan tetra O-, Safi
Germinated seeds C-glikosida dan terasilasi
by LC-DAD- flavone O-, C-glikosida.
ESI/MS analysis Sebagian besar flavon
yang diidentifikasi adalah
adigen, apigenin dan
luteolin, sementara hanya
dua kaempferol glikosida
yang terdeteksi sebagai
flavonol. komposisi
fenolik Biji Klabet
didominasi oleh flavon

31
terasilasi dan non-
terasilasi turunannya
dengan apigenin sebagai
aglikon utama.

6. Antioxidant 1. Maserasi: 1. Terdapat senyawa O. Kenny, Food


Properties and Ekstraksi sampel Katekin, narirutin, T.J. Smyth, Chemistry
Quantitative dengan pelarut luteolin-7-O- C.M.
UPLC-MS polar dan on- glukosida, Hewage, N.P.
Analysis of polar Naringenin-7-O- Brunton
Phenolic 2. Metode Folin- Glikosida, Apigenin-
Compounds from Chiocalte: 7-O-Glikosida,
Extracts of Analisis total mirisetin, kuarsetin,
Fenugreek senyawa fenolik kaemperol, luteolin,
(Trigonella 3. Metode UPLC- apigenin, Asam
foenum-graecum) MS: Analisis ferulik, asam kafeik
Seeds and Bitter Ekstra 2. Terdapat 3 jenis
Melon 4. Metode DPPH: glikosida flavonoid
(Momordica mengukur dari ekstrak etil asetat
charantia) Fruit penangkapan fenugreek
radikal bebas 3. Ekstrak etil asetat Biji
Klabet memiliki
aktivitas antioksidan
tertinggi. DPPH IC50
152,8 µg/ ml
7. Antioxidant 1. ekstraksi 1. Aktivitas antioksidan Aliyeh Journal of
Capacity and menggunakan dengan metode DPPH Salehi, Cereal
Polyphenols in metode ekstrak Biji Klabet Sina Fallah, Science
Buckwheat Seeds ekstraksi lebih tinggi pada Hans-Peter
from Fenugreek ultrasonik tanaman yang diberi Kaul,
/Buckwheat 2. Metode Folin- pupuk dibandingkan Karin Zitterl-
Intercrops as Chiocalteu: pada Biji fenugreek Eglseer
Influenced by Analisis total yang tidak
Fertilization senyawa menggunakan pupuk
fenolik 167,3 µg/ ml.
3. Metode
HPLC-PDA: 2. total fenolik sebesar
Analisis Total 13.6%
Flavonoid
3. total flavonoid sebesar
4. Metode DPPH:
11.3 %
mengukur

32
penangkapan
radikal bebas

8. Effect of 1. Biji fenugreek 1. total senyawa fenolik Hemlata J Food Sci


Processing diolah menjadi sebesar 54.3 mg CAE/g Pandey Technol
Techniques on tepung Aktivitas Antioksidan Pratima
Nutritional 2. Metode Folin- Sebesar 10% Awasthi
Composition and Chiocalteu: 2. DPPH 181,9 µg/ ml.
Antioxidant Analisis total
Activity of senyawa fenolik
Fenugreek 3. Metode DPPH:
(Trigonella mengukur
foenum-graecum) penangkapan
Seed Flour radikal bebas

9. Bioactive 1. Ekstraksi Senyawa dengan Swati ScienceDi


Constituens of menggunakan aktivitas antioksidan Kholea, rect
Germinated metode maserasi tinggi diidentifikasi Suchandra journal
Fenugreek Seeds 2. Metode HPLC: dengan pemindaian UV, Chatterjeeb,
with Strong Analisis Total analisis massa, NMR dan Prasad
Antioxidant Flavonoid LC-MS / MS. Variyarb,
Potential 3. Metode DPPH: bioaktifitas dari ekstrak Arun
Menentukan etil asetat diperoleh Sharmab,
potensi senyawa vitexin (1) dan Devasagaya
antioksidan isovitexin (2) sebagai mc,
suatu senyawa senyawa antioksidan Saroj
aktif utama. Analisis LC-MS Ghaskadbia
4. Metode Folin- / MS ekstrak etil asetat
Chiocalteu: menunjukkan pra-
Analisis total dominasi apigenin,
senyawa fenolik kaempferol dan turunan
5. Metode asam caffeic yang juga
Luximan- berkontribusi terhadap
Ramma aktivitas antioksidan.
menggunakan DPPH 162,6 µg/ ml
quarsetin untuk
menentukan
total flavonoid

33
10. Effect of 1. Metode Folin- Hasil penelitian Sanju Bala Legume
Debittered Chiocalteu: menunjukkan bahwa Dhull Science
Fenugreek Analisis total dengan peningkatan Sneh Punia
(Trigonella senyawa kadar tepung Biji Klabet Kawaljit wileyonlin
foenum-graecum fenolik berturut-turut, kandungan Singh Sandhu elibrary
L.) Flour Addition 2. metode nutrisi, mineral, serat Ramandeep
on Physical, kolorimetri: makanan, dan bioaktif Kaur Ajay
Nutritional, total flavonoid meningkat secara Singh
Antioxidant, and 3. Metode signifikan. total konten
Sensory Properties DPPH: Uji fenolik (157,5- 455,8 mg
of Wheat Flour aktivitas GAE per 100 g), total
Rusk antioksidan konten flavonoid (5,5 -
dengan 8,2 mg CE per 100 g),
penangkapan dan aktivitas antioksidan
radikal bebas (20,4% hingga 45,5%).

IV.2 Pembahasan Studi Literatur

Klabet dengan nama ilmiah Trigonella foenum-graecum L merupakan

tanaman kelas Magnoliopsida, ordo Fabales, Fabaceae, genus Trigonella.

Tanaman ini telah banyak diteliti kandungannya dan dikenal sebagai salah

satu tanaman sumber antioksidan alami. Beberapa kandungan Biji Klabet

yang memiliki aktivitas sebagai zat antioksidan adalah asam lemak, steroid,

flavonoid dan senyawa fenol.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ciftci (2011) Biji Klabet

mengandung senyawa lipid, asam lemak, tokoferol dan sterol. Studi

karakterisasi Biji Klabet telah dilakukan untuk mengetahui senyawa yang

terkandung dalam Biji Klabet. Kadar lipid dalam Biji Klabet berkisar antara

34
5,8 -15,2%, Asam lemak utama yaitu: asam linoleat antara 45,1-47,5% ,

asam linolenat 18,3-22,8%, asam oleat 12,4-17,0%, asam palmitat 9,8-11,2%

dan stearat 3,8-4,2%, α-Tokoferol merupakan tokoferol utama yang

terkandung dalam Biji Klabet dan terdapat 84% dari jumlah tokoferol. β-

Sitosterol adalah sterol utama dalam dalam Biji Klabet 14.203- 18.833 mg /

kg lipid. Senyawa-senyawa ini diidentifikasi menggunakan metod

Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT) metode ini mengacu pada

pemisahan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat.

Cairan yang akan dipisahkan merupakan fase cair dan zat padatnya

merupakan fase diam (Ciftci, Przybylski, Rudzinska, & Acharya, 2011).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sweeta Akbari

(2018) jenis asam lemak yang terkandung dalam Biji Klabet yaitu asam

linoleat (54,13%), asam palmitat (16,21%), pinene (4,56%), 4-Pentyl-1(4-

propylcyclohexyl) -1 cyclohexene (3,87%) dan ester metil asam linoleat

(3,19%). Identifikasi senyawa asam lemak ini menggunakan metode

Kromatografi gas-spektrometrri massa (GC-MS). Metode ini merupakan

metode analitik yang menggabungkan fitur-fitur kromatografi gas dan

spektrometri massa untuk mengidentifikasi berbagai zat dalam sampel uji.

Pengukuran Total Fenolik dan Total Flavonoid juga dilakukan, metode yang

digunakan berturut-turut yaitu Folin-Chiocalteu dan AlCl3. TPC dan TFC

35
sampel adalah 38,97 mg GAE / g. minyak dan 14,417 mg QE / g (Akbari,

Abdurahman, Yunus, Alara, & Abayomi, 2018)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Zakiyah Benayad

(2013) Sebanyak 28 senyawa fenolik yang diidentifikasi dalam Ekstrak Biji

Klabet senyawa ini dikelompokkan menjadi flavon di C-18 glikosida, flavonol

O-diglikosida, flavon tri- dan tetra O-, C-glikosida dan terasilasi flavone O-,

C-glikosida. Senyawa-senyawa ini diidentifikasi menggunakan metode LC-

DAD-ESI/MS analisis metode ini merupakan metode kromatografi cair yang

digabungkan diode-array detection dan spektrofotometri massa (Benayad et

al. 2014).

Zakiyyah benayad melakukan penelitian berkelanjutan di tahun yang

sama (2013) penelitian menggunakan Teknik HPLC digabungkan dengan

spektrometri untuk mengidentifikasi polifenol dalam ekstrak. Hasil yang

diperoleh terdapat 32 senyawa fenolik di antaranya berbagai glikosida

flavonoid dan asam fenolik. Sebuah studi sistematis dari spektra MS yang

diperoleh dan fragmentasi yang diamati menunjukkan bahwa sebagian besar

senyawa yang diidentifikasi adalah flavonoid terasilasi dan non-terasilasi

yaitu apigenin, luteolin dan kaempferol sebagai aglikon. Senyawa lain yang

juga terdeteksi yaitu Asam hidroksikinamat yang sebagian besar didominasi

oleh turunan asam caffeic. Analisis kuantitatif dari senyawa yang

teridentifikasi menunjukkan bahwa komposisi fenolik dari Biji Klabet mentah

36
yang diteliti sebagian besar merupakan turunan flavon yang terasilasi dan

tidak terasilasi dengan apigenin sebagai aglikon utama (Benayad & Gó, 2014)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kenny (2013) Biji

Klabet mengandung senyawa fenolik dan flavonoid-glikosida yaitu Katekin,

narirutin, luteolin-7-O-glukosida, Naringenin-7-O-Glikosida, Apigenin-7-O-

Glikosida, mirisetin, kuarsetin, kaemperol, luteolin, apigenin, asam ferulik

dan asam kafeik. Senyawa fenolat memainkan peran penting dalam

berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan secara keseluruhan. Senyawa

fenolat ini memiliki potensi untuk melawan spesies oksigen reaktif (ROS)

atau lebih dikenal sebagai spesies radikal bebas, dengan menghambat inisiasi

radikal bebas, memecah reaksi berantai dan menekan pembentukan radikal

bebas seperti ion superoksida, radikal hidroksil, oksigen singlet dan hidrogen

peroksida. Metode yang digunakan untuk menentukan total fenolik yaitu

metode Folin-Chiocalteu. Uji penentuan kadar fenolat total dengan

menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu (F-C) bereaksi dengan senyawa

fenolat menghasilkan warna biru yang dapat diukur menggunakan

spektrofotometer pada panjang gelombang 760 nm. Warna biru pada larutan

disebabkan karena logam molibdenum (Mo(VI)) pada senyawa kompleks

pereaksi tereduksi menjadi Mo(V) dengan adanya donor elektron oleh

antioksidan (Kenny, Smyth, Hewage, & Brunton, 2013).

37
Hadirnya senyawa-senyawa antioksidan dalam biji Klabet ini

kemudian dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan gizi dalam pangan.

Seperti penelitian yang telah dilakakuan oleh Dhull (2019) Penambahan Biji

Klabet pada tepung meningkatkan aktivitas antioksidan hal ini dikarenakan

meningkatnya total konten fenolik (157,5 hingga 455,8 mg GAE per 100 g),

total senyawa flavonoid (5,5 hingga 8,2 mg CE per 100 g), dan aktivitas

antioksidan (20,4% hingga 45,5%) (Dhull, Kaur, Punia, Singh, & Chawla,

2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khole (2014) Senyawa

dengan aktivitas antioksidan tinggi diidentifikasi dengan spektorfotometri

UV, analisis massa, NMR dan LC-MS / MS. Bioaktifitas dari ekstrak etil

asetat diperoleh senyawa vitexin (1) dan isovitexin (2) sebagai senyawa

antioksidan utama. Analisis LC-MS / MS ekstrak etil asetat menunjukkan

pra-dominasi apigenin, kaempferol dan turunan asam caffeic yang juga dapat

berkontribusi terhadap aktivitas antioksidan yang diamati (Khole, Chatterjee,

Variyar, Sharma, & Ghaskadbi, 2013).

Aktivitas antioksidan Biji Klabet juga dipengaruhi oleh pengelolahan

Biji. Hal ini dibuktikan oleh Salehi (2018) pada penelitiannya yang mencoba

mencari perbedaan aktivitas antioksidan yang dibri pupuk dan tidak diberi

pupuk sama sekali. Biji yang yang ditanaman dan diberi pupuk organik

memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan Biji Klabet yang

38
tidak diberi pupuk sama sekali. Hal ini karena tanaman yang diberi pupuk

lebih banyak menyerap nitrogen yang didapat dari pupuk yang diberikan pada

tanaman. Tingginya nitrogen yang di serap menyebabkan tanaman banyak

mengandung butir hijau daun yang mempunyai peranan sangat penting dalam

proses fotosintesis dan mempercepat pertunbuhan tanaman. aktivitas

antioksidan ekstrak Biji Klabet tertinggi pada Biji yang di tanam dengan

metode monokultur sebesar 29.9% (Salehi, Fallah, Kaul, & Zitterl-eglseer,

2018).

Untuk meningkatkan aktivitas antioksidan pangan juga dapat

dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa tanaman yang juga memiliki

aktivitas antioksidan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Saleeha Hamed

(2019) yang mengkombinasikan Jintan Hitam (Nigella sativa L), Biji

ketumbar (Coriandrum sativum L.), dan Biji Klabet (Trigonella foenum-

graecum) Hasil menunjukkan bahwa kombinasi rempah-rempah dalam

beberapa perlakuan menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi

dibandingkan dengan sampel tunggal. Selain itu, karakterisasi HPLC

menunjukkan bahwa terdapat senyawa thymoquinone, diosgenin, dan asam

fenolik, termasuk (asam klorogenat, asam caffeic, dan kaempferol) (Hameed

et al., 2019)

Metode yang digunakan dalam menentukan aktivitas antioksidan Biji

Klabet adalah dengan menggunakan metode DPPH. DPPH (α-diphenyl-

39
βpicrylhydrazyl) merupakan radikal bebas yang stabil berdasarkan pada

delokalisasi elektron. Dengan adanya delokalisasi elektron ini menjadikan

DPPH berwarna ungu tua dengan panjang gelombang maksimal sekitar 520

nm. Apabila DPPH dicampurkan dengan zat antioksidan yang dapat

menyumbangkan atom hidrogen, maka akan menyebabkan tereduksinya

warna violet. Penentuan aktivitas antioksidan dapat dilihat dari nilai

IC50/EC50 (Inhibisi Concentration 50/Effective Concentration 50). IC50

merupakan konsnetrasi yang diperlukan untuk menghambat radikal bebas

sebesar 50%. Pada pengujian DPPH semakin kecil nilai IC50 maka semakin

baik antioksidan dalam meredam radikal bebas. Berdasarkan penelitian yang

telah dilakukan oleh Sweeta Akbary (2018) dalam menentukan aktivitas

antioksidan Ekstrak Metanol Biji Klabet, nilai IC 50 pada ekstrak metanol 100

ppm yaitu IC50 172,6 µg/ ml hal ini membuktikan bahwa aktivitas antioksidan

Biji Klabet masuk dalam kategori aktif. Metode lain juga digunakan dalam

menentukan aktivitas antioksidan Biji Klabet yaitu dengan menggunakan

metode ABTS. Prinsip dari metode ini adalah ketika ABTS diinkubasi dengan

peroksidase (seperti metmyoglobin dan H2O2) membentuk kation radikal

yang relatif stabil menghasilkan warna biru-hijau diukur pada 𝜆= 600 nm.

Aktivitas antioksidan ditentukan dengan intensitas berkurangnya warna biru-

hijau yang terbentuk. Pada sampel Biji Klabet 150 µL nilai IC50 161,3 µg/ ml

(Akbari et al., 2018).

40
41
BAB V

PENUTUP

V.1. Kesimpulan

bahwa Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L) mengandung Asam

lemak utama yaitu: asam linoleat, asam linolenat, asam oleat, asam palmitat

dan asam stearat. Serta senyawa flavonoid yang diidentifikasi merupakan

flavonoid kelompok flavonoid-glikosida yaitu katekin, narirutin, luteolin-7-O-

glukosida, Naringenin-7-O-Glikosida, apigenin-7-O-glikosida, mirisetin,

kuarsetin, kaemperol, luteolin dan apigenin. Dapat disimpulkan bahwa Biji

Klabet (Trigonella foenum-graecum L) memiliki aktivitas antioksidan karena

mengandung asam lemak, steroid, Tokoferol, senyawa fenolik dan flavonoid.

Berdasarkan hasil pengukuran kapasitas antioksidan menggunakan metode

DPPH nilai IC50 pada ekstrak metanol yaitu IC50 152,8 µg/ ml - 172,6 µg/ ml,

ekstrak etil asetat 143,7 µg/ ml - 162,5 µg/ ml hal ini membuktikan bahwa

aktivitas antioksidan Biji Klabet masuk dalam kategori sedang . Aktivitas

antioksidan menggunakan metode ABTS Pada ekstrak metanol Biji Klabet

nilai IC50 161,3 µg/ ml dan pada ekstrak etil asetat 143,9 µg/ ml.

V.2. Saran

42
Diharapkan studi literatur ini menjadi acuan penelitian untuk peneliti

selanjutnya sehingga menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kualitas

dalam penulisan skripsi.

43
DAFTAR PUSTAKA

Akbari, S., Abdurahman, N. H., Yunus, R. M., Alara, O. R., & Abayomi, O. O.
(2018). Extraction, characterization and antioxidant activity of fenugreek
(Trigonella-Foenum Graecum) seed oil. Materials Science for Energy
Technologies. https://doi.org/10.1016/j.mset.2018.12.001
Anderson, W. R., & Cronquist, A. (1982). An Integrated System of Classification of
Flowering Plants. Brittonia. https://doi.org/10.2307/2806386
Azlim Almey, A. A., Ahmed Jalal Khan, C., Syed Zahir, I., Mustapha Suleiman, K.,
Aisyah, M. R., & Kamarul Rahim, K. (2010). Total phenolic content and
primary antioxidant activity of methanolic and ethanolic extracts of aromatic
plants’ leaves. International Food Research Journal.
Benayad, Z., & Gó, C. (2014). Characterization of Flavonoid Glycosides from
Fenugreek ( Trigonella foenum-graecum ) Crude Seeds by HPLC – DAD – ESI /
MS Analysis. 20668–20685. https://doi.org/10.3390/ijms151120668
Benayad, Z., Gómez-cordovés, C., & Es-safi, N. E. (2014). Ac ce p d us cr t. Journal
of Food Composition and Analysis. https://doi.org/10.1016/j.jfca.2014.04.002
Ciftci, O. N., Przybylski, R., Rudzinska, M., & Acharya, S. (2011). Characterization
of fenugreek (Trigonella foenum-graecum) seed lipids. JAOCS, Journal of the
American Oil Chemists’ Society, 88(10), 1603–1610.
https://doi.org/10.1007/s11746-011-1823-y
Dhull, S. B., Kaur, R., Punia, S., Singh, A., & Chawla, P. (2019). Effect of debittered
fenugreek ( Trigonella foenum-graecum L .) flour addition on physical ,
nutritional , antioxidant , and sensory properties of wheat flour rusk.
(November), 1–9. https://doi.org/10.1002/leg3.21
Dirjen, P. O. M. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. In Depkes RI.
Euis Reni Yuslianti. (2018). Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. In
Deepublish;Yogyakarta.
Granelli K. & Branzell C. 2007. Rapid Multi-Residue Screening of Antibiotics in
Muscle and Kidney by Liquid Chromatography-Electrospray Ionization-Tandem
Mass Spectrometry. Analytica Chimica Acta, 586,289-295.
Hameed, S., Imran, A., Nisa, M., Arshad, M. S., Arshad, M. U., & Khan, M. A.
(2019). Characterization of extracted phenolics from black cumin ( Nigella
sativa linn ), coriander seed ( Coriandrum sativum L .), and fenugreek seed

44
( Trigonella foenum-graecum ). International Journal of Food Properties, 22(1),
714–726. https://doi.org/10.1080/10942912.2019.1599390
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset
Helambe S, Snehlata; Payal, D. R. (2012). Fenugreek, an Overview. Edible
Medicinal And Non-Medicinal Plants. https://doi.org/10.1007/978-94-007-1764-
0_96
Kakani, R. K., & Anwer, M. M. (2012). Fenugreek. In Handbook of Herbs and
Spices: Second Edition. https://doi.org/10.1533/9780857095671.286
Kemendiknas RI. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018.
Kenny, O., Smyth, T. J., Hewage, C. M., & Brunton, N. P. (2013). Antioxidant
properties and quantitative UPLC-MS analysis of phenolic compounds from
extracts of fenugreek (Trigonella foenum-graecum) seeds and bitter melon
(Momordica charantia) fruit. Food Chemistry.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2013.07.016
Khole, S., Chatterjee, S., Variyar, P., Sharma, A., & Ghaskadbi, S. (2013). Bioactive
constituents of germinated fenugreek seeds with strong antioxidant potential.
Journal of Functional Foods, 6, 270–279.
https://doi.org/10.1016/j.jff.2013.10.016
Mbaoji, F. N., Ezike, A. C., Nworu, C. S., Onyeto, C. A., Nwabunike, I. A., Okoli, I.
C., & Akah, P. A. (2016). Antioxidant and hepatoprotective potentials of
Stemonocoleus micranthus harms (Fabaceae) stem bark extract. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.
Muhson, I., & Al, A. (2014). Phenolic Content and Antioxidant Activity of Fenugreek
Seeds Extract. 6(4).
Mukhriani. (2014). Esktraksi Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Journal Kesehatan. https://doi.org/10.24817/jkk.v32i2.2728
Murray, R. K. (2014). Biokimia Harper Edisi 27. In Igarss 2014.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Nathiya, S., Durga, M., & Devasena, T. (2014). Therapeutic role of Trigonella
foenum-Graecum [fenugreek] - A review. International Journal of
Pharmaceutical Sciences Review and Research.
Nurhayati, Siadi, K., dan Herjono, 2012, Pengaruh Konsentrasi Natrium Benzoat dan

45
Lama Penyimpanan pada Kadar Fenolat Total Pasta Tomat, Indo. J.Chem. Sci.,
1 (2), 158-163.
Nursetiani, A., & Herdiana, Y. (2018). Potensi Biji Klabet (Trigonella foenum-
graecum L.) Sebagai Alternatif Pengobatan Herbal : Review Jurnal. Farmaka.
https://doi.org/10.24198/JF.V15I2.13366
Prasonto, D., Riyanti, E., & Gartika, M. (2017). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Bawang Putih (Allium sativum). ODONTO : Dental Journal.
https://doi.org/10.30659/odj.4.2.122-128
Rahmi, H. (2017). Review: Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-
buahan di Indonesia. Jurnal Agrotek Indonesia.
https://doi.org/10.33661/jai.v2i1.721
Salehi, A., Fallah, S., Kaul, H., & Zitterl-eglseer, K. (2018). Antioxidant capacity and
polyphenols in buckwheat seeds from fenugreek/buckwheat intercrops as
influenced by fertilization. Journal of Cereal Science.
https://doi.org/10.1016/j.jcs.2018.06.004
Sastrohamidjojo, H. (2013). Dasar-Dasar Spektroskopi. In UGM Press.
Sayuti, K., & Yenrina, R. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. In Andalas
University Press.
Zhang, H., Davies, K. J. A., & Forman, H. J. (2015). Oxidative stress response and
Nrf2 signaling in aging. Free Radical Biology and Medicine.
https://doi.org/10.1016/j.freeradbiomed.2015.05.036

46
Lampiran 1
SKEMA KERJA

Mengumpulkan berbagai literatur dari situs


jurnal online seperti NCBI, Researchgate,
Elsevier, Siencedirect, dll dengan kata kunci “
Fenugreek” dan “Antioxidant”

Menilai kelayakan jurnal dengan membaca jurnal


secara keseluruhan

Menentukan rumusan masalah berdasarkan


literatur dan judul penelitian

Membuat ringkasan literatur yang akan menjadi


kajian Pustaka dengan membuat tabel mberisikan
Judul, metode penelitian, hasil, identitas penulis,
dan identitas pustaka

Pembahasan

Kesimpulan

47

Anda mungkin juga menyukai