Oleh :
Kelompok 10 /IV B
Fakultas Farmasi
II. DEKONGESTAN
Dekongestan adalah stimulan reseptor alpha-1 adrenergik. Mekanisme kerja
dekongestan (nasal decongestant) melalui vasokonstriksi pembuluh darah hidung
sehingga mengurangi sekresi dan pembengkakan membran mukosa saluran hidung.
Mekanisme ini membantu membuka sumbatan hidung. Namun, dekongestan juga dapat
menyebabkan vasokonstriksi di tempat tempat lainnya pada tubuh, sehingga
dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi yang tidak terkontrol, hipertiroid serta
penderita penyakit jantung. ). Dekongestan dibagi menjadi dua yaitu dekongestan oral
dan dekongestan topikal.
1. Dekongestan Oral
Dekongestan oral antara lain Fenilpropanolamin, Fenilefrin, Pseudoefedrin dan
efedrin. Obat tersebut pada umunya merupakan salah satu komponen dalam obat flu.
Penggunaan dekongestan oral harus berhatihati pada penderita dengan gangguan
tiroid, penderita diabetes, atau penderita yang menggunakan antidepresan tertentu.
Pada penderita dengan hipertiroid aktif, penggunaan dekongestan oral dapat
meningkatkan palpitasi dan tekanan darah. Pada penderita diabetes, dekongestan dapat
meningkatkan kadar glukosa darah dengan mencegah sekresi insulin melalui
mekanisme penurunan uptake glukosa ke dalam jaringan perifer dan stimulasi
pemecahan glikogen.
Efedrin
a. Kegunaan obat
Mengurangi hidung tersumbat
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar
gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita
yang menggunakan antidepresi.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing,
tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono amin
oksidase) inhibitor.
d. Efek samping
- Menaikkan tekanan darah
- Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian
- Dewasa : 25-30 mg, setiap 3-4 jam
- Anak-anak : sehari 3 mg/kg berat badan, dibagi dalam 4 – 6 dosis yang
sama.
f. Mekanisme kerja
Bekerja dengan cara mengurangi pembengkakan dan penyempitan
pembuluh darah pada saluran napas dan melebarkan saluran udara dalam
paru-paru sehingga dapat melegakan pernapasan
Fenilefrin
a. Kegunaan obat
Mengurangi hidung tersumbat
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar
gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita
yang menggunakan antidepresi.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing,
tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono amin
oksidase) inhibitor.
d. Efek samping
- Menaikkan tekanan darah
- Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian
- Dewasa : 10 mg 3 kali sehari
- Anak-anak 6-12 tahun : 5 mg 3 kali sehari
f. Mekanisme kerja
Fenilefrin secara selektif berikatan dengan reseptor alfa-1 yang
menyebabkan pembuluh darah mengerut.
Fenilpropanolamin
a. Kegunaan obat
Mengurangi hidung tersumbat
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar
gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita
yang menggunakan antidepresi.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing,
tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono amin
oksidase) inhibitor.
d. Efek samping
- Menaikkan tekanan darah
- Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian Fenilpropanolamin
- Dewasa : maksimal 15 mg per takaran 3-4 kali sehari
- Anak-anak 6-12 tahun : maksimal 7,5 mg per takaran 3-4 kali sehari
f. Mekanisme kerja
Phenylpropanolamine bekerja dengan mempersempit pembuluh darah
yang bengkak di area sinus, hidung, dan dada agar saluran pernapasan jadi
lancar Kembali
Pseudoefedrin
a. Kegunaan obat
Mengurangi hidung tersumbat
b. Hal yang harus diperhatikan
Hati-hati pada penderita diabet juvenil karena dapat meningkatkan kadar
gula darah, penderita tiroid, hipertensi, gangguan jantung dan penderita
yang menggunakan antidepresi.
c. Kontra Indikasi
Obat tidak boleh digunakan pada penderita insomnia (sulit tidur), pusing,
tremor, aritmia dan penderita yang menggunakan MAO (mono amin
oksidase) inhibitor.
d. Efek samping
- Menaikkan tekanan darah
- Aritmia terutama pada penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.
e. Aturan pemakaian
- Dewasa : 60 mg 3-4 kali sehari
- Anak-anak 6-12 tahun : 30 mg 3-4 kali sehari
- Anak-anak 2-5 tahun : 15 mg 3-4 kali sehari
f. Mekanisme kerja
Menstimulasi secara langsung reseptor Alpha 1 adrenergik yang terdapat
pada pembuluh darahmukosa saluran pernafasan bagian atas yang
menyebabkan terjadinya vasokonstriksi. Pseudoefedrin juga menstimulasi
reseptor beta adrenergik yang menyebabkan relaksasi bronkusdan
peningkatan kontraksi dan laju jantung (Anonim, 2002)
e. Peringatan
Bronkospasma : tiotropium tidak diindikasikan untuk perawatan episode
awal bronkospasma (seperti terapi emergensi). Obat inhalasi termasuk
tiotropium dapat menyebabkan bronkospama paradoksikal.
Antrifine (Depatermen Kesehatan RI, 2005).
a. Mekanisme kerja
Bekerja mengurangi pembengkakan pada pemakaian membrane mukosa
dan bekerja menempati reseptor histamion pada sel secara reversible dan
menghambar kerja histamine pada organ.
b. Indikasi
Konjungtivitas alergi
c. Dosis dan cara penggunaan
2-4 tetes 3-4 kali sehari
d. Efek samping
Iritasi local, meningkatnya tekanan bola mata.
e. Peringatan
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan.
Ipratropium bromide (BPOM, 2015)
a. Mekanisme kerja
Ipratropium untuk inhalasi oral adalah suatu antikolinergik
(parasimpatolitik) yang akan menghambat refleks vagal dengan cara
mengantagonis kerja asetilkolin. Bronkodilasi yang dihasilkan bersifat
lokal, pada tempat tertentu dan tidak bersifat sistemik.
b. Indikasi
Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator
lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan
bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif
kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema.
c. Dosis
20-40mcg (1-2 semprotan) kedalam lubanv hidung yang sakit hingga 4
kali sehari
d. Efek Samping
Sakit punggung, sakit dada, bronkhitis, batuk, penyakit paru obstruksi
kronik yang semakin parah, rasa lelah berlebihan, mulut kering, dispepsia,
dipsnea, epistaksis, gangguan pada saluran pencernaan, sakit kepala,
gejala seperti influenza, mual, cemas, faringitis, rinitis, sinusitis, infeksi
saluran pernapasan atas dan infeksi saluran urin.
e. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap ipratropium bromida, atropin dan turunannya.
f. Peringatan
Bronkospasmus akut : aerosol ipratropium tidak dianjurkan untuk
pengobatan bronkospasmus akut dimana terapi darurat diperlukan. Pasien
dengan risiko khusus : perhatian untuk pasien dengan glukoma sudut
sempit, hipertropi prostat atau kerusakan saluran urin.
Otrivin (Depatermen Kesehatan RI, 2005).
a. Mekanisme kerja
bekerja pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung dan mengkontriksi
pembuluh darah hidung, sehingga mengurangi kemacetan di mukosa
hidung.
b. Indikasi
Meringankan hidung tersumbat karena pilek ‘hay fever’/ rhinitis alergi
lainnya, sinusitis. Membantu meringankan sekresi pada peradangan
paranasal sinus dan mempermudah tindakan rinoskop.
c. Dosis dan cara penggunaan
2-3 tetes larutan 3 kali sehari
d. Efek samping
Rasa panas di hidung/tenggorokan, iritasi setempat, mual, sakit kepala,
kekringan pada mukosa nasal.
e. Peringatan
Jangan melebihi dosis yang dianjurkan, jangan digunakan untuk
pemakaian lebih dari 3 kali.
III. ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin
terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya
hanya dikenal satu tipe antihistamin, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada
tahun 1972, yang disebut reseptor H2, maka secara farmakologis reseptor histamin dapat dibagi
dalam dua tipe, yaitu reseptor H1 dan reseptor H2 (Tjay dan Rahardja, 2010).
1. Antagonis Reseptor H1
Antihistamin H1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan
bermacam-macam otot polos, selain itu antihistamin H1 bermanfaat untuk mengobati
reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen yang
berlebihan (Ganiswarna, 1995).
Setelah dilepaskan, histamin mempunyai efek lokal atau meluas pada otot polos
dan kelenjar. Antihistamin bekerja dengan cara kontraksi otot polos, seperti pada bronkus
dan usus, tetapi merelaksasi pembuluh darah atau vasodilator. Histamin juga merupakan
stimulus kuat dari sekresi asam lambung. Bronkokontriksi dan kontraksi usus dimediasi
oleh reseptor H1 sedangkan sekresi lambung berasal dari aktivasi reseptor H2 (Goodman
and Gilman., 2007).
2. Antagonis Reseptor H2
Antagonis reseptor H2 berperan dalam mengurangi sekresi asam lambung dengan
menghambat pengikatan histamin secara selektif pada reseptor H2 dan menurunkan kadar
cyclic-AMP dalam darah (Noval, 2002). Semua antagonis reseptor H 2 mengatasi tukak
lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat
penghambatan reseptor histamin H2. Terapi antagonis reseptor H2 dapat membantu proses
penyembuhan tukak yang disebabkan oleh AINS (terutama duodenum).
1) Turunan Etanolamin
a. Difenhidramin
Mekanisme kerja Difenhidramin yaitu menghambat pelepasan histamin (H1) dan
asetilkolin (menghilangkan ingus saat flu). Difenhidramin digunakan untuk mengatasi
gejala alergi pernapasan dan sebagai antitusif. Difenhidramin bekerja sebagai agen
antikolinergik (memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf parasimpatik),
spasmolitik, anestetika lokal dan mempunyai efek sedatif terhadap sistem saraf pusat.
Dosis: Dewasa 25-50 mg 3 kali sehari; Anak 5 mg/kg bb sehari.
Penggunaan : oral, sesudah atau sebelum makan
2) Turunan Alkilamin
a. Chlorpheniramine
Klorfeniramin maleat (CTM) bekerja secara kompetitif dengan menghambat reseptor
histamin H1yang dapat menembus sawar darah otak (Gunawan, 2007). CTM
digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca, misalnya
radang selaput lendir hidung, bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan
(Hardjono, 2000).
Dosis : oral: 4 mg tiap 4-6 jam; maksimal 24 mg/hari. Anak di bawah 1 tahun tidak
dianjurkan; 1-2 tahun 1 mg 2 kali sehari; 2-5 tahun 1 mg tiap 4-6 jam, maksimal 6
mg/hari; 6-12 tahun 2 mg tiap 4-6 jam, maksimal 12 mg/hari.
Penggunaan: Oral, sesudah atau sebelum makan
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T. H., & Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi keenam, Jakarta, PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Depkes RI . 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta :
DepkesRI.
Tjay dan Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek Sampingnya, Edisi
V, PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
Ikawati. Z. 2009. Bahan Ajar Kuliah Materi Batuk. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Rahajoe Nn, Supriyatno B, Setyanto Db. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi I. Jakarta:
Badanpenerbit Idai.
Depatermen Kesehatan RI (2005). Pharmaceutical Care untuk Infeksi Saluran Pernapasan.
Jakarta
: Departemen Kesehatan RI
Anonim. (2002). Informasi Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.