Anda di halaman 1dari 27

DASAR PEMERIKSAAN ABDOMEN

24/02/2015 dr. dhani wicaksono SISTEM GASTROINTESTINAL


DDalam pemeriksaan abdomen, merupakan hal yang mutlak untuk mendapatkan tanda-tanda
penyakit tanpa adanya keraguan. Keraguan dari seorang dokter sering kali disebabkan oleh
persiapan yang kurang sempurna. Untuk itu diperlukan persiapan pemeriksaan yang baik
sehingga dapat mengurangi hambatan yang tidak perlu pada saat pemeriksaan.
Persiapannya adalah :

1. Pastikan pencahayaan di ruang pemeriksaan cukup terang.


2. Pastikan kandung kemih pasien telah kosong; instruksikan pasien untuk membuang air
kecil terlebih dahulu.
3. Dengan bantuan perawat , pasien diinstruksikan untuk membuka bajunya. Untuk
pemeriksaan abdomen tidak perlu membuka baju seluruhnya, bisa hanya dengan
mengangkat baju setinggi dada. (area yang perlu diperhatikan akan dibahas pada poin
nomor 6)
4. Pasien diinstruksikan tidur dengan posisi supine.
5. Pastikan pasien dalam keadaan santai. Letakkan bantal di kepala pasien dan jika
diperlukan 1 bantal lagi di bawah lutut pasien. Ada teknik yang dapat memastikan pasien
telah santai ataupun tidak; caranya adalah coba selipkan tangan kanan ke punggung
bagian bawah pasien. Rasakan tegangan otot punggung bawah pasien, mintalah pasien
untuk lebih santai jika terasa kontraksi otot pada punggung bawah pasien. Dengan cara
ini juga dapat diketahui apakah pasien telah berada pada posisi supine sempurna, bukan
miring ke kanan maupun kiri.
6. Tahap selanjutnya adalah memastikan area pemeriksaan abdomen telah terbuka dan area
lain tertutup. Area tersebut dimulai dari sedikit di atas prosesus xyphoideus sampai
symphysis pubis. Selangkangan juga harus tetap tampak. Tutup area genital dengan
menggunakan selimut.
7. Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya atau dapat juga
menyilangkan di dadanya. Jika tangan pasien berada di kepala maka dinding abdomen
akan tertarik dan meregang, sehingga palpasi pasti sulit dilakukan.
8. Sebelum memulai pemeriksaan, mintalah pasien menunjukkan dengan jari area mana
yang ada nyeri. Area tersebut akan menjadi area terakhir yang akan diperiksa dokter.
(jangan langsung periksa area tersebut!).
9. Hangatkan telapak tangan dengan menggosokkan kedua telapak tangan. Jangan lupa
untuk menghangatkan stetoskop juga.
10. Proses dokter mendekati pasien dengan gerakan perlahan, dan menghindari gerakan yang
cepat dan tiba-tiba terlebih lagi jika gerakan tersebut terkesan terburu-buru. Posisi dokter
berada di kanan pasien. Lihatlah wajah pasien apakah ada tanda-tanda pasien tidak
nyaman atau sedang merasa nyeri. Dan tentunya kuku seorang dokter tidak boleh
panjang.
11. Dokter dapat mengalihkan perhatian pasien dengan bercerita atau bertanya; seorang
dokter tentunya harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik.
12. Visualisasi organ-organ di dalam abdomen dan regio-regionya.
Gambar.1 dan 2 : Pembagian regio-regio pada abdomen(wicaksono 2015)

Gambar.3 : Visualisasi organ-organ abdomen sesuai dengan regio(wicaksono)


Selanjutnya pemeriksaan dapat dilakukan dengan urutan inspeksi-auskultasi-perkusi dan yang
terakhir palpasi

INSPEKSI ABDOMEN

Dimulai dengan berdiri di sebelah kanan pasien, inspeksi dilakukan dengan seksama. Seorang
dokter tidak boleh hanya berdiri tegak dalam melakukan inspeksi di abdomen. Seorang dokter
perlu membungkuk atau duduk untuk melakukan inspeksi yang benar.

Gambar.4 : Inspeksi abdomen; dokter membungkuk untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat

Yang perlu diperhatikan pada saat inspeksi adalah :

Kulit
o Parut : jelaskan dan gambarkan letak dari parut.
o Striae : striae lama yang berwarna perak atau stretch mark adalah normal. Striae
yang berwarna merah muda keunguan berindikasi adanya sindroma cushing.
o Dilatasi vena : beberapa vena kecil dapat kelihatan secara normal. Dilatasi vena
dapat merupakan indikasi adanya sirosis hepatis atau obstruksi vena cava inferior.
o Rash atau ekimosis : ekimosis dapat terlihat di dinding abdomen jika terdapat
intraperitoneal atau retroperitoneal.

Umbilikus
o Observasi kontur dari umbilikus, letak umbilikusnya.
o Dapat diperhatikan juga adanya inflamasi atau penonjolan yang mengarahkan
adanya hernia ventral.
Kontur abdomen
o Perhatikan apakah abdomennya rata, menggelembung, ataupun cekung. Dan juga
simetris atau tidaknya.
o Apakah flank (samping kanan-kiri abdomen) menonjol? Amati juga daerah
inguinal dan femoral. Hal ini menunjukkan asites jika area samping menonjol.
Jika di area supra pubic yang menonjol dapat menunjukkan adanya kehamilan,
full blast ataupun hernia.
o Apakah tampak organ atau massa? Lihat apakah adanya pembesaran hati ataupun
limpa yang akan tampak di bawah tulang rusuk. Juga area abdomen bawah untuk
melihat bayangan massa dari kanker uterus dan ovarium.
o Peristaltik: secara normal peristaltik dapat kelihatan pada orang yang kurus sekali.
Amati untuk beberapa menit jika disangkakan adanya obstruksi usus, dimana
peristaltik usus dapat meningkat.
o Pulsasi: pulsasi aorta yang normal dapat terlihat pada epigastrium. Jika terjadi
pulsasi yang kuat, dapat disangkakan adanya aneurisma aorta atau peningkatan
tekanan darah.

AUSKULTASI ABDOMEN

Secara normal seorang dokter akan melakukan palpasi setelah inspeksi, teatpi pada abdomen,
pemeriksaan auskultasilah yang terlebih dahulu dikerjakan setelah inspeksi; Hal ini dikarenakan,
suara yang dihasilkan oleh usus dapat berubah frekuensinya jika sebelumnya telah dilakukan
pemeriksaan palpasi ataupun perkusi

Auskultasi dilakukan dengan meletakkan diagphraghma stetoskop secara perlahan di dinding


abdomen. Dengarkan suara yang dihasilkan oleh usus. Normalnya usus akan memberikan suara
peristaltik sekitar 5-34 permenitnya. Kadang-kadang akan terdengar borborygmi yang
merupakan suara peristaltik usus yang panjang. Suara usus yang terganggu akan muncul pada
keadaan diare, obstruksi usus, ileus paralitik ataupun peritonitis.
Gambar.5 : Teknik auskultasi pada abdomen

Dikarenakan suara peristaltik usus akan ditransmisikan ke seluruh dinding abdomen, maka
auskultasi hanya perlu dilakukan pada satu tempat saja. Contohnya pada quadran kanan bawah.

Suara bruit dan gesekan friksi; jika pasien dengan tekanan darah tinggi, dokter dapat
mendengarkan bruit pada epigastrium. Pada pemeriksaan lanjutan setelah pasien duduk.

Auskultasi dapat dilanjutkan dengan mendengarkan pada daerah sudut costovertebra. Jika bruit
hanya terdengar pada saat sistolik, dapat dikategorikan normal. Bruit pada saat sistolik dan
diastolik pada area yang ditandai pada gambar menunjukkan adanya stenosis dari arteri renalis.

Bruit pada saat sistolik dan diastolik juga dapat menunjukkan aliran darah yang turbulen dari
penyakit arteri sklerosis.

Auskultasi dilakukan di atas hati dan limpa untuk mencari suara gesekan friksi. Suara ini
terdengar jika terdapat hepatoma, infeksi gonokokal disekitar hati, infark pada limpa dan
karsinoma pankreas.

PERKUSI ABDOMEN

Perkusi membantu seorang dokter untuk menunjukan seberapa banyak gas di abdomen, deteksi
adanya massa, besar hati dan limpa.

Gambar.6 : Teknik perkusi pada abdomen


Lakukan perkusi di seluruh lapangan abdomen. Suara timpani akan mendominasi area abdomen
dikarenakan gas yang ada di bawah area perkusi. Suara pekak secara normal dapat dijumpai
secara terpencar jika terdapat cairan ataupun feses. Perut yang membuncit dengan suara timpani
di seluruh abdomen dapat disangkakan adanya obstruksi usus. Jika suara pekak terdapat pada
area yang luas, dapat mengindikasikan adanya massa ataupun pembesaran organ, dapat juga
menunjukkan suatu kehamilan atau full blast.

Gambar.7 : Contoh rute dari area yang akan dilakukan perkusi pada abdomen

Asites juga dapat dideteksi dengan perkusi, dimana perut yang membuncit akan terdapat pekak
yang beralih pada saat dilakukan perkusi.

Perkusi juga disepanjang tulang iga, dimana di area kanan terdapat suara pekak yang
menunjukkan adanya hati, dan di sebelah kiri akan terdapat pekek beralih dengan area yang kecil
menunjukkan adanya lambung; Pada kasus yang jarang, posisi tersebut akan bertukar (situs
inversus)

PALPASI ABDOMEN

Palpasi ringan; berguna untuk merasakan keras tidaknya abdomen, resistensi otot, dan beberapa
organ ataupun massa yang berada di superficial. Palpasi ringan juga berguna untuk memastikan
pasien dalam keadaan rileks atau tidak.
Gambar.8 : Teknik palpasi ringan pada abdomen

Posisi tangan dan lengan berada dalam posisi horizontal. Palpasi dinding abdomen dengan
menggunakan bantalan jari, dari jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking yang dirapatkan.
Tekan dengan perlahan ke dinding abdomen. Dan jika ingin berpindah, dokter mengangkat
tangan sedikit di atas kulit dan menekan kembali secara perlahan, jangan menggesek kulit
ataupun mengangkat tangan terlalu jauh. Palpasi dilakukan pada seluruh quadran abdomen. Pada
saat palpasi, identifikasi organ superficial ataupun massa, dan juga rasakan lembut dan keras
yang dirasakan oleh tangan. Jika terdapat tahanan, seorang dokter dapat membedakan antara
perut yang dikeraskan oleh pasien ataupun adanya spasme otot. Jika perut dikeraskan pasien,
dokter dapat menguranginya dengan cara:

Usahakan pasien lebih rileks.


Lakukan palpasi pada saat pasien membuang nafas.
Mintalah pasien untuk bernafas melalui mulut dan mulut dibuka.

Palpasi dalam; palpasi jenis ini diperlukan untuk membantu dokter menganalisa massa di
abdomen.
Gambar.9 : Teknik palpasi dalam pada abdomen

Untuk mempermudah melakukan palpasi jenis ini sebaiknya tangan palpasi tetap seperti palpasi
ringan, tetapi kali ini dibantu oleh tangan kiri (seperti yang ada di gambar). Dengan begitu dokter
mudah untuk mengidentifikasi massa, menentukan letaknya, besar, bentuk, konsistensi, pulsasi
dan pergerakannya jika pasien menarik atau membuang nafas. Selanjutnya hasil palpasi tersebut
dapat dikorelasikan dengan hasil perkusi.

dokudok.com/ketrampilan-klinis/dasar-pemeriksaan-abdomen/
Translate this page
Feb 24, 2015

PEMERIKSAAN FISIK PADA ABDOMEN


PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (Wikipedia. 2010).

Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan
fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Untuk bisa melakukan pemeriksaan fisik yang tapat dan akurat maka diperlukan suatu
pengetahuan tentang bagaimana anatomi dan fisiologi fisik. Dengan demikian nantinya bisa ditentukan
apakah pemeriksaan fisik yang dilakukan itu memberikan hasil yang normal ataukah abnormal.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan
gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah
pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik.

Dari berbagai bagian pemeriksaan fisik yang biasa dilakukan kepada pasien, makalah ini
memfokuskan untuk membahas bagaimana pemeriksaan fisik khususnya pada abdomen. Makalah ini
membahas entang bagaimana anatomi dan fisiologi tubuh khususnya pada abdomen, kemudian
pemeriksaan apa saja yang bisa dilakukan pada abdomen, serta abnormalitas yang mungkin ditemukan
dalam abdomen.

BAB I

ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN

Abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ-
organ penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal. Abdomen merupakan lokasi
dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem
Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus
memahami struktur anatomi perut yang meliputi daerah-daerah/ bagian dan batas-batas perut.
1.1 Pembagian Abdomen
Untuk memudahkan kita mengenali letak topografi dari perut dan dada, Dr. Djoko Setijadji Rahardjo.
DTMH (2001) menjelaskan adanya garis-garis yang dijadikan pedoman antara lain :
1. Linea Media Anterior
Yakni garis imajiner yang ditarik dari ujung sternum (lekuk supra sternum/sulcus jugularis), lurus ke
bawah sampai ke symphisis melalui umbilicus ke atas ke kepala tepat lewat glabella terus ke atas sampai
vertex.
2. Linea Mamilaris (Linea Medio Clavicularis)
Yakni garis imaginer yang ditarik dari pertenggahan clavicula lurus terus kebawah sampai pada lipatan
pangkal paha.
3. Linea Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari tepi pertemuan tulang costa dengan sternum, dari atas ke bawah
pada arcus costae.
4. Linea Para Sternalis
Yakni garis imajiner yang ditarik dari atas kebawah yang berada dari pertengahan antara linea mamilaris
dengan linea sternalis.
5. Linea Maxilaris
Yakni garis imajiner yang ditarik lurus dari atas kebawah dimulai dari tepi depan ketiak sampai ke spina
iliaka superior anterior.
6. Bidang Trans Pylorik
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua ujung arcus costae kanan dan kiri.
7. Bidang Trans Tuberkuler
Yakni bidang imajiner yang ditarik dari kedua spina illiaka superior anterior.
Sehingga dengan demikian bila kita mencermati tubuh kita ( thorax dan abdomen ), akan terbagi
menjadi 9 bagian atau biasa disebut dengan region, diantaranya :

a. Regio Hypochondrica Dextra


Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maxillaris dextra, bawah oleh bidang trans pylorik, kiri oleh
linea mamillare/linea medio clvicularis dextra.
b. Regio Epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamillar/linea medio clavicularis dextra dan linea mamillaris
sinistra, sebelah bawah oleh bidang trans pylorik.
c. Regio Hypochondrica Sinistra
Regio yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maxilaris sinistra dan kanan oleh linea mamillaris/linea medio
clavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang trans pylorik.
d. Regio Lateralis Dextra
Regio yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxillaris dextra, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis
dextra, sebelah atas oleh bidang trans pylorik dan pada bagian bawah oleh bidang transtuberkuler.
e. Regio Umbilikalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang trans pylorik, sebelah kanan oleh linea medio
clavicularis dextra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tuberkularis, disebelah kiri dibatasi oleh linea
medio clavicularis sinistra.
f. Regio Lateralis Sinistra
Regio yang dbatasi oleh sebelah kanan linea medio clavikularis dextra, sebelah atas oleh bidang trans
pylorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea maxilaris sinistra, bagian bawah dibatasi oleh bidang trans
tuberkularis.
g. Regio Inguinalis Dextra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina illiaca superior anterior dextra, sebelah atas oleh bidang
trans tuberkularis, sebelah kiri oleh linea medio clavicularis dextra, sebelah bawah oleh tepi dari lipatan
paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk segitiga.

h. Regio Pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trans tuberkularis, sebelah bawah sepanjang lipatan paha dan
melintas pubis, sampai kekiri dibatasi oleh linea medio clavicularis sinistra.
i. Regio Inguinalis Sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan oleh linea medio clavicularis sinistra, sebelah atas oleh
bidang trans tuberkularis sinistra, bagian kiri oleh spina illiaca superior anterior sinistra.
1.2 Organ-organ yang terdapat di dalam Abdomen
1.2.1 Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3
bagian yaitu: kardia, fundus, dan antrum. Lambung biasanya memiliki bentuk J,dan terletak di kuadran
kiri atas abdomen. Terletak dibawah diafragma didepan pancreas dan limpa, menempel disebelah kiri
fundus uteri.
Fungsi Lambung
1. Menampung makanan, menghaluskan dan menghaluskan makanan oleh peristaltic lambung dan getah
lambung,
2. Getah cerna lambung yang dihasilkan :
a. Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino atau albumin dan pepton.
b. Asam garam (HCL), fungsinya mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan disinfektan dan membuat
suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c. Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen
dan protein susu).
d. Lapisan lambung jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi
getah lambung.
1.2.2 Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah,
panjangnya kira-kira 15cm, lebar 5cm mulia dari duodenum sampai ke limpa, dan beratnya rata-rata 60-
90 gram. Pankreas terbantang pada vertebra lumbalis I dan II di belakang lambung.

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

Sekresi Pankreas

1. Hormon Insulin.
Hormone ini langsung dialirkan kedalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang
menghasilkan insulin ini termasuk sel kelenjar endokrin. Kumpulan sel ini berbentuk seperti pulau-pulau,
yang disebut pulau langerhans
2. Getah pancreas.
Sel-sel yang memproduksi getah pancreas ini termasuk kelenjar eksokrin. Getah pancreas dikirim
kedalam duodenum melalui duktus pankreotikus yang bermuara pada papilla vateri yang terletak pada
dinding duodenum.
Fungsi Pankreas :

1. Fungsi eksokrin, membentuk getah pancreas yang berisi enzim dan elektrolit.
2. Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epithelium yang berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau
langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin, yang mengsekresikan insulin.
3. Fungsi sekresi eksternal, cairan pancreas dialrkan ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan
makanan di intestinum.
4. Fungsi sekresi internal, sekresi yang dihasilkan oleh pulau-pulau langerhans sendiri langsung dialirkan ke
dalam peredaran darah. Sekresinya disebut hormone insulin dan hormone glucagon. Hormon tersebut
dibawa kejaringan untuk membantu metabolism karbohidrat.
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim
proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam
bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga
melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.

1.2.3 Hati
Hati atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550
gram, 1,5 kg. Warnanya merah kecoklatan sangat vascular dan lunak. Letaknya bagian atas dalam
rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma. Hati berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi
kanan dan apek pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, yang dilindungi oleh
kartilago kostalis.
Fungsi Hati:
1. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh,
dikeluarkan sesuai dengan pemakaiannya dalam jaringan.
2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk diekskresi dalam empedu dan urine.
3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen.
4. Sekresi empedu, garam empedu dibuat dihati, dibentuk dalam system retikulo endothelium, dialirkan ke
empedu.
5. Pembentukan ureum, hati menerima asam amino yang kemudian diubah menjadi ureum, dikeluarkan
dari darah oleh ginjal dalam bentuk urine.
6. Menyiapkan lemak untuk pemecahan terakhir asam karbonat dan air.
1.2.4 Usus
Usus terdiri atas :
1. Usus Halus
Usus halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada sekum. Panjangnya 6m, merupakan saluran paling panjang, tempat proses pencernaan
dan absorbs hasil pencernaan yang terdiri dari lapiasan usus halus.
Usus halus terbagi atas 3, yaitu
a. Duodenum
Duodenum disebut juga usus duabelas jari, panjangnya 25cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lender yang membukuit disebu papilla vateri. Pada papilla vateri ini ermuara disaluran empedu
dan saluran pancreas. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak megandung kelenjar,
yang disebut kelenjar brunner, yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b. Jejunum dan Ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang 6m. Dua perlima bagian atas adalah jejunum dengan
panjang 2-3m dan ileum dengan panjang 4-5m. Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding
abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai
mesentrium.
Fungsi Usus Halus

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler darah dan saluran limfe
2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3) Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida
4) Absorbsi air, garam dan vitamin
5) Menerima empedu dan getah pancreas
6) Sekresi cairan usus
2. Usus Besar
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1.5 m lebarnya 5-6cm. Lapisan-lapisan usus besar
dari dalam keluar : selaput lender, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.
Usus Besar terbagi atas:
a. Sekum
Sekum adalah kantung lebar terletak pada fosa illiaka dextra. Dibawah sekum terdapat apendiks
vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga sebagai umbai cacing,
b. Apendiks
Apendiks disebut juga sebagai umbai cacing, panjangnya 18cm dan membuka pada sekum sekitar 2,5cm
dibawah katup ileo sekal.. Seluruh bagiannya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak
mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
Apendik memiliki lumen yang sempit, lapisan submokosanya mengandung banyak jaringan limfe.

c. Colon Asendens
Panjangnya 13cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati
melengkung kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica.
d. Colon Transfersum
Colon Transfersum panjangnya 38cm, membujur dari colon asenden sampai ke colon desenden, yang
berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica, dan sebelah kiri terdapat fleksura
linearis.
e. Colon Dsendens
Colon ini panjangnya 25cm, terletak di bagian bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
kebawah dan fleksura linearis sampai kedepan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
f. Colon Sigmoid
Colon ini merupakan lanjutan dari colon desenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri,
bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
g. Rektum
Rektum terletak dibawah kolomsigmoid, yang menghubungkan intestine mayor dengan anus. Terletak
dalam rongga pelvis didepan os skrum dan os koksigeus.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar/ udara
luar.
1.2.5 Ginjal
Ginjal merupakan suatu kelunjar yang terletak dibagian belakang kavum abdominalis dibelakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada 2buah, yang letaknya ada pada kiri dan kanan.
Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 12cm, lebar 7cm dan tebal maksimal 2,5cm. Gimjal kiri lebih besar
dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita.
Fungsi ginjal :
1. Memegang peranan ppenting dalam pengeluaran zat-zat toksik atau racun
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zt lain dalam tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolism hasil akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
6. Berperan dalam produksi vit D
1.2.6 Ureter
Ureter merupakan tabung dari ginjal yang menuju ke vesika urinaria. Terdapat 2 ureter dalam
tubuh manusia, masing2 berada di kanan dan kiri. Setiap ureter panjangnya sekitar 25cm. Ureter
dimulau dari bagian pelvis ginjal,bagian yang berdilatasi melekat pada hilum ginjal. Kemudian berjalan
ke bawah di bagian posterior didnding abdomen di belakang peritoneum. Didalam pelvis, ureter
membelok ke depan dan ke belakang untuk memasuki vesika urinaria, melewati dindingnya ureter
berjalan secara oblik.
Lapisan dinding ureter mengalami gerakan peristaltic yang nantinya akan membuat ureter
mampu mendorong urine dari ginjal ke vesika urinaria.
1.2.7 Vesika Urinaria
Vesika urinaria atau yang biasa disebut dengan bllader atau kandung kemih merupakan suatu
organ dalam system pencernaaa yang mempunyai fungi menampung urine yang telah disalurkan dari
ginjal melalui ureter. Ketika kosong kandung kemih terletak pada pelvis, sedangkan ketika lebih dari
setengah bagiannya terisi, kandung kemih menempati abdomen di tas pubis. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilinggi oleh otot yang kuat,
1.2.8 Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah peer, terletak didalam pelvis antara
rectum dan kandung kemih. Ototnya disebut miometrium. Uterus terapaung didalampelvis dengan
jaringan ikat dan ligamen. Panjang uterus 7,5cmlebar 5cm, tebal 2,5cm, dengan berat 50gram. Pada
rahim wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8cm, beratnya 30-
60gram.
Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang
telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterine ke uterus. Pembuahan ovum secar normal
terjadi didalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi, dan
ovum tertanam dalam endometrim. Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya menjadi
tipis tetapi kuat dan besar samai keluar pelvis masuk kedalam rongga abdomen pada masa
pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.

BAB II

PEMERIKSAAN ABDOMEN

Pemeriksaan fisik, dalam prakteknya tidah hanya cukup menggunakan pemeriksaan fisik saja
namun juga pengkajian secara utuh. Dimana pengkajian yang bisa dilakukan untuk abdomen seperti
halnya pada pengkajian secara keseluruhan adalah anamnesa atau wawancara serta pemeriksaan fisik.

2.1 Anamnesa
Anamnesa adalah metode atau cara untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan pertanyaan
tertentu pada pasien (Wikipedia. 2010).
Anamnesa yang dilakukan ini adalah menyangkut tentang :
Biodata pasien
Keluhan-keluhan pasien
Penyakit sekarang
Riwayat Kesehatan yang lalu
Status Kesehatan Terakhir
Riwayat Keluarga
Riwayat Psikososial
Terdapat 2 kriteria Anamnesa diantaranya :

1. Auto anamnesa
Anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
Contoh auto anamnesa :
Jenis makanan apa yang membuat Anda diare ?
Aktivitas apa yang dapat menyebabkan Anda nyeri ?
Aktivitas apa saja yang dapat mengurangi nyeri pada perut Anda ?
Aktivitas apa saja yang dapat menambah nyeri pada perut Anda ?
Di daerah mana Anda merasakan nyeri ?
Apakah nyeri yang Anda rasakan menyebar ?
Seberapa Anda merasakan nyeri ?
Apa yang Anda lakukan ketika perut Anda terasa sakit ?
Kapan Anda merasakan nyeri pertama kali?
Nyeri itu dating secara tiba-tiba ataukah bertahap?
Bagaimana Frekuensinya ?
Apakah Anda sering terbangun pada malam hari karena nyeri pada perut Anda ?
Bagaimana pola defekasi Anda ?
Apakah sekarang Anda sedang mengalami Stress ?
Apa yang menyebabkan Anda Stress ?
Apakah Anda mempunyai kebiasaan merokok ?
Apakah Anda mempunyai kebiasaan minum alkohol ?
Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat?
Apakah Anda suka mengkonsumsi kafein (kopi) ?
Bagaimana kondisi feses Anda ?
Apakah Anda merasakan kesulitan ketika menelan ?
Apakah Anda pernah mengalami tindakan pembedahan ?
2. Allo anamnesa
Anamnesa yang dilakukan tidak secara langsung kepada pasien, misalnya anamnesa pada keluarga
pasien, atau tenaga medis yang merujuk pasien.
Contoh allo anamnesa :
Apakah pasien baru datang dari luar negeri ?
Terapi apa saja yang sudah diberikan pada pasien ini?
Bagaimana kondisi pasien sebelumnya?
Apa yang paling dikeluhkan pasien?
Bagaimana riwayat kesehatan yang dimiliki pasien?
Apakah pasien memiliki riwayat penyakit menular?
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami gejala ini?
Bagaimana pola hubungan/kekerabatan masing-masing anggota keluarga anda, jika ada yang mengalami
sakit ?
2.2 Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan 4 teknik pemeriksaan fisik yang bias disingkat dengan
IPPA ( Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Aukskultasi). Teknik Pemeriksan yang dilakukan pada abdomen,
diantaranya :
2.2.1 Inspeksi
Saat bertemu dan melihat pasien, tentunya akan terbersit kesan keadaan umum pasien tersebut
dalam pikiran kita, bila hal ini dicermati maka akan didapatkan informasi-informasi tentang pasien
tersebut.
Inspeksi yang dilakukan pada abdomen, diantaranya meliputi :

a. Kulit Abdomen
Pada pemeriksaan kulit di daerah abdomen ini yang perlu diperhatikan :
Kebersihan kulit
Warna kulit
Ada tidaknya luka atau bekas luka termasuk jaringan parut
Adanya benjolan
b. Bentuk Abdomen
Bentuk abdomen yang dimaksudkan disini adalah datranya abdomen, tidak terjadi penumpukan cairan/
lemak yang berlebihan.
2.2.2 Palpasi
Palpasi ialah metode pemeriksaan di mana penguji merasakan ukuran, kekuatan, atau letak
sesuatu dari bagian tubuh pasien (di mana penguji ialah praktisi kesehatan) (Wikipedia. 2010).
Palpasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran, bentuk, serta konsistensi organ yang
ada di dalam abdomen. Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan, dan utamanya dengan
ujung jari, dimana telah kita pahami bahwa ujung jari adalah bagian tubuh yang relative paling sensitive
dalam berfungsi sebagai indra perabaan. Palpasi dibagi atas :
Palpasi Dangkal
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan menggunakan tekanan dengan berat jari tangan.
Palpasi Dalam
Yaitu merupakan palpasi yang dilakukan dengan meletakkan jari-jari tangan yang sebelah/satunya dari
tangan yang lain tepat diatas jari tangan yang terdahulu, sehingga kita akan mendapatkan kesan
pengkajian yang lebih baik dari semula.
Palpasi Bimanual
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan kedua belah jari tangan kanan dan kiri sekaligus,
dimana kita posisikan ujung-ujung jari kita pada tepi organ atau benjolan yang diperiksa. Dengan
menggerakkan kedua jari tangan secara bergantian atau bersamaan akan diperoleh kesan tentang
ukuran, konsistensi, adanya perlekatan dengan sekitar atau tidak, serta tekstur permukaaan objek tadi.
Cripitasi : pada saat palpasi kita merasakan/ seras ada seperti sesuatu yang bergesekan, seperti ada
barang yang hancur, ataupun bergesekan dengan yang lain.
Palpasi Ballotement
Mirip dengan palpasi Bimanual, hanya saja pergerakan jari hanya dilakukan secara bergantian, sehingga
diperoleh kesan apakah objek tadi mengapung dalam suatu wadah ataukah melekat pada bagian tubuh
yang lain.
Palpasi Khusus
Yaitu palpasi yang dilakukan dengan menggunakan ujung-ujung jari telunjuk saja atau jari telunjuk
dengan jari tengah, yang kita kenal dengan Toocher. Sebagai contoh yaitu pada Rectal Toucher dan
Vaginal Toucher.
Palpasi yang dilakukan pada abdomen meliputi:

a. Permukaan Abdomen
Palpasi pada permukaan abdomen ini dimaksudkan untuk mengetahui
adanya benjolan atau kerusakan kulit
ada tidaknya nyeri dan nyeri tekan
tekstur kulit abdomen
turgor kulit abdomen
konsistensi abdomen
suhu abdomen
b. Hepar/hati
Palpsi hepar dilakukan dengan palasi bimanual, hal ini dimaksudkan dengan tujuan terutama untuk
mengetahui bila ada pembesarab hepar. Langkah palpasi hepar :
Letakkan tangan kiri pada dinding thorak posterior kira-kira pada tulang rusuk ke 11 atau 12.
Letakkan tangan kiri ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan, sudut kira-kira 450 dengan otot rektus
abdominal atau parallel terhadap otot rektus abdominal dengan jari-jari kea rah tulang rusuk.
Pada pasien ekhalasi, lakukan penekanan ke dalam 4-5cm ke arah bawah pada batas tulang rusuk.
Jaga posisi tangan dan suruh pasien inhalasi (menarik napas dalam).
Rasakan batas hepar bergerak menentang tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur
regular. Bila hepar tak terasa/teraba minta pasien untuk mebarik nafas dalam sementara posisi tangan
tetap dipertahankan atau lebih sedikit diberi tekanan lebih dalam.
Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.
c. Limpa
Pada orang dewasa yang normal limpa tak teraba, palpasi limpa baru teraba bila terjadi
abnormalitas. Langkah melakukan palpasi limpa pada intinya sama dengan hepar, yang membedakan
hanya tempat melakukan palpasi. Palpasi limpa dilakukan pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan
menggunakan pola seperti pada palpasi hepar.
d. Ginjal
Secara anatomis, lobus atau kedua ginjal menyentuh diafragma dan ginjal turun sewaktu inhalasi.
Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lenih
bawah dari ginjal kiri. Ginjal kanan terletak sejajar dengan tulang rusuk ke-11. Dalam melakukan palpasi
ginjal, pasien diatur pada posisi supinasi dan perawat berada pada sisi kanan pasien, langkah-l2ngkah
palpasi ginjal adalah:
Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri di bawah panggul dan elevasikan ginjal ke
arah anterior.
Letakkan tangan kanan pada dinding perut anterior pada garis midclavicularis dari tepi bawah batas
costa.
Tekankan tangan kanan secara langsung ke atas sementara pasien menarik nafas panjang. Pada orang
dewasa normal, ginjal tidak teraba tetapi pada orang yang sangat kurus, bagian bawah ginjal kanan
dapat dirasakan.
Bila ginjal teraba, rasakan mengenai kontur (bentuk), ukuran, dan adanya nyeri tekan.
Untuk melakukan palpasi ginjal kiri lakukan di sisi seberang tubuh pasien, dan letakkan tangan kiri di
bawah panggul kemudian lakukan tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan.
e. Kandung Kemih
Palpasi kandung kemih dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tangan. Kandung kemih
teraba terutama bila mengalami distensi akibat penimbunan urin.
2.2.3 Perkusi
Teknik pemeriksaan ini menggunakan prinsip pantulan getaran gelombang suara, dari ketukan-
ketukan yang akan kita lakukan dengan menggunakan jari tangan, dimana salah satu dari jari tangan
berfungsi sebagai dasar, dan salah satu jari tangan dari tangan yang lainnya menjadi pengetuk.

Pantulan suara/ suara perkusi yang biasadijumpai diantaranya :

Sonor
Yaitu suara menggema, biasanya didapati pada daerah paru pada orang yang normal.
Hypersonor
Yaitu suara menggema yang keras, biasanya dijumpai pada paru-paru dengan kelainan (emphysema,
pneumothoraks, hypermeteorisme) serta bagian tubuh yang menggandung udara.
Tympani
Yaitu suara yang keras, bernada tinggi, biasanya ditemukan pada lambung yang penuh dengan udara,
serta usus yang kembung.
Dullnes
Suara pekak/tumpul yang biasa dijumpai pada objek yang padat seperti hepar.
Pemeriksaan perkusi pada abdomen diantaranya :

a. Lambung
Pada orang normal didapatkan suara sonor sampai tympani
b. Hepar
Didapatkan suara pekak
c. Usus
Pada pemeriksaan perkusi usus pada orang normal didapatkan suara tympani.
d. Kandung Kemih
Perkusi pada kandung kemih yang normal didapatkan suara sonor.
2.2.4 Aukskultasi
Aukskultasi adalah salah satu cara pemeriksaan fisik dengan mendengarkan organ atau bagian
tubuh pasien menggunakan stetoskop. Istilah-istilah yang sering digunakan dalam pemriksaan ini
diantaranya : ronchi, rochelen, klinken, murmur, wheezing, friksi, dan gallop.
Pemeriksaan aukskultasi pada abdomen yaitu bertujuan untuk mendengarkan bising usus serta
pembuluh darah.
Bising usus merupakan suara yang terjadi saat peristaltik yang disebabkan oleh perpindahan gas
atau makanan sepanjang mediastinum. Banyak atau sedikitnya bising usus yang didengarkan saat
aukskultasi tergantung dari pergerakan atu motalitas usus, normalnya bising usus adalah 5-12kali
permenit.

Selain digunakan untuk kedua hal tersebut diatas, pada pasien yang sedang mengalami kehamilan
aukskultasi pada abdomen dilakukan untuk mengetahhui DJJ dan kondisi rahim yang dikandung pasien.

Langkah aukskultasi bising usus adalah:

Letakkan diafragma pada tekanan ringan pd tiap kuadran abdomen dan dengarkan suara
peristaltik aktif dan gurgling tiap 5-20 detik. Frekuensi suara bergantung pada status pencernaan
ada/tdk nya makanan pada saluran pencernaan. Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada,
dengarkan 3-5 menit sebelum dipastikan.
Langkah aukskultasi pembuluh darah :

Letakkan bagian bel stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dari arah superior
ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dg meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen ke arah
kanan kiri garis abdomen bagian atas mendekati panggul. Pada orang normal aukskultasi pembuuh
darah tidak didapatkan suara, yang ada hanya detak heart rate dari arteri.

BAB III
ABNORMALITAS

Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada abdomen, serta organ-
organ yang ada didalam abdomen. Abnormalitas abdomen dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan fisik baik anamnesa maupun melalui IPPA. Dari abnormalitas ini nantinya akan bisa
ditelusuri apa yang menyebabkab terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian
dicarikan solusi, perawatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk mengatasi masalah
tersebut.
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara pemeriksaan fisik yang
dilakukan diantaranya :
3.1 Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah:
1. Adanya luka atau luka bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
2. Bila ada luka, adakah pus atau serum
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah luka.
3. Nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.
Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain
itu juga bisa merupakan suatu hernia.
4. Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil, hyperpigmentasi atau yang biasa disebut dengan striae ini wajar terjadi,
namun bila hal ini terjadi pada pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada
pasien yang mengalami asites.
5. Adanya gelombang peristaltic menandakan adnya obstruksi di GI
6. Adanya pulsasi menandakan adanya peningkatan pada aneurisme aortik
7. Bentuk abdomen
Pada pasien dengan marasmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan cekung. Sebaliknya pada pasien-
pasien yang mengalami sirosis hepatis, biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan
yang berlebihan. Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai perut yang buncit, banyak
factor yang mempengaruhinya, dari penumpukan lemak, BAB yang tak lancer, yang kesemuanya itu
akan meningkatkan resiko penyakit bagi orang tersebut terlebih resiko PJK.
3.2 Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi diantaranya :

1. Teraba nodul atau massa yang muncul dipermukaan abdomen.


Nodul atau massa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas ataupun tak ganas. Selain
itu juga bisa merupakan suatu hernia.
2. Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi di daerah tersebut, yang nantinya akan
mempengaruhi pendiagnosaan serta perawatan dan pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan.
Diagnosis banding nyeri :
a. Kwadran kanan atas
Cholecystitis acute
Perforasi tukak duodeni
Pankreatitis acute
Hepatitis acute
Acute Congestive Hepatomegali
Pneumonia dan pleuritis
Phyelonefritis Acute
Abses Hepar
b. Kwadran kiri atas
Ruptura Lienalis
Perforasi Tukak Lambung
Pencreatitis Acute
Rupture Aneurisma Aorta
Perforasi Colon
Pneumonia daan Plieuritis
Phyelonefritis
Infark Miokard Acute
c. Kwadran para umbilical
Ileus Obstruksi
Appendicitis
Pankreatitis Acute
Trombosis Arteri /Vena Mesentrial
Hernia Inguinalis Strangulata
Aneurisma aorta yang pecah
Diverculitis
d. Kwadran kanan bawah
Appendicitis
Salphingitis Acute
Graviditas Axtra Uterin yang pecah
Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
Diverculitis Meckel
Ileus Regionalis
Psoas Abses
Batu Ureter (Colic)
e. Kwadran kiri bawah
Sigmoid Diverkulitis
Salphingitis Acute
Graviditas Axtra Uterin yang pecah
Torsi Ovarium Tumor
Hernia Inguinalis Incarserata/ Strangulata
Perforasi Colon Dedenden (Tumor, Corpus Alineum)
Psoas Abses
Batu Ureter (Colic)
3. Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung teraba keras, menandakan sirosis.
4. Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular, bila jarak meningkat kemungkinan terjadi
hepatomegali.
5. Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hidronefrosis, kanker, kista.
6. Periksa nyeri tekan terhadap sudut kostovertebra kemungkinan bila terjadi nyeri tekan pada infeksi
ginjal.
7. Adanya kekauan otot pada daerah yang nyeri

3.3 Perkusi
Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan fabdomen adalah:
1. Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat ditemukan pada pasien
dengan sirosis hepatis yang asites.
2. Pada daerah lambung terdengar pekak, disebabkan karena hepatomegali ataupun slenomegali.
3. Pada Vesika Urinaria terdaengar sonor, disebabkan karena adanya retensi urine dalam vedika urinaria.
3.4 Aukskultasi
1. Penurunan atau peningkatan bising usus.
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun pada saat seseorang
konstipasi.
2. Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis.
Sisebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
3. Friction rubs menandakan adanya tumor hear, infark splenikus.

DAFTAR PUSTAKA

Bates, Barbara. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Priharjo, Robert. 1995. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Rahardjo, Djoko Setijadji. 2001. Pedoman Praktis Pengkajian Fisik Secara Umum. Surabaya: Cipta Usaha
Makmur.
Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf

http://anam56.blogspot.com/2009/01/auskultasi-dan-perkusi-abdomen.html

http://koaskamar13.wordpress.com/2007/09/21/asites/

http://id.wikipedia.org/wiki/Riwayat_kesehatan

http://id.wikipedia.org/wiki/Palpasi

Anda mungkin juga menyukai