PENDAHULUAN
Organ-organ yang termasuk dalam sistem pernapasan antara lain hidung, faring,
laring, esofagus, trakhea, bronkus, bronkeolus, dan alveolus.Apabila salah satu organ
terganggu, maka sistem pernapasannya pun akan terganggu, karena organ-organ
tersebut merupakan satu kesatuan dalam sistem pernapasan. Banyak faktor yang dapat
mengganggu sistem pernapasan pada manusia, seperti faktor keturunan genetik
maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan faktor yang diturunkan dari
keluarga itu sendiri, misal sepasang suami istri melahirkan seorang anak yang
memiliki penyakit asma, ternyata ayahnya memiliki riwayat penyakit asma dan itu
diturunkan kepada anaknya. Sedangkan faktor lingkungan bisa dari mana saja, seperti
lingkungan kantor, sekolah, jalan raya, rumah, dan lain-lain.
2.1 Skenario
An.V berusia 7 tahun diantar ibunya ke RS Bunda Halimah dengan keluhan batuk sejak
2 minggu yang lalu. Batuk An.V terutama terjadi pada malam hari, selain itu An.V juga
mengalami demam ringan. Orang tuanya telah memberinya sirup obat batuk
(decongestant antihistamine dan salbutamol). Awalnya batuk An.V mulai membaik,
akan tetapi menjadi semakin memburuk pada 2 hari berikutnya. An.V mengalami bersin-
bersin pada pagi hari dan hidung tersumbat. Riwayat kesehatan sebelumnya An.V pernah
mengalami kondisi serupa sebelumnya, tetapi keadaan yang dialami saat ini lebih parah.
Bedasarkan anamnesa An.V tidak mempunyai alergi makanan atau obat-obatan.
Riwayat penyakit dahulu pernah dialami An.V tercatat eczema dan kulit kering saat
masih bayi. An.V telah memperoleh imunisasi lengkap. Menurut riwayat keluarga
tercatat kakaknya menderita asma. Kondisi lingkungan rumahnya saat ini bahwa ayah
dan paman yang tinggal di rumahnya memiliki kebiasaan merokok, selain itu terdapat
hewan peliharaan kucing dan ayam dihalaman rumah.
Bedasarkan pemeriksaan perawat didapat: suhu 38,1 ◦C; nadi 100x/menit; pernafasan
24x/menit; saturasi O2 99% udara dalam ruangan. Pemeriksaan auskultasi terdengar
ronchi dan sesekali wheezing, meskipun tidak tampak adanya retraksi.
2.2 Step 1
2.2.1 Mencari Istilah yang Kurang Dipahami
1. Decongestant adalah mengurangi kongesti atau pembengkakan atau preparat.
2. Alergi adalah perubahan tubuh terhadap kuman-kuman penyakit, keadaan
terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk, keadaan udara, asam yang
dalam keadaan tertentu tidak membahaya kan seseorang).
3. Antihistamine adalah salah satu kelompok obat yang kerjanya membelokir
resptor jaringan, untuk antistamine, kelompok obat antistamine digunakan
untuk mengobati keadaan alergi.
2.4 Step 3
2.4.1Analisis Masalah
1. Pengkajian data Px
2. Faktor penyebab ganguan sistem respirasi
3. Pemeriksaan fisik sistem rispirasi
4. Asuhan keperawatan ganguan sistem rispirasi
2.5 Step 4
2.5.1Hipotesis Masalah
1. Pengkajian data
a. Pengertian
b. Format pengkajian data
2.6 Step 5
2.6.1 Menentukan Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu membuat pengkajian data sistem respirasi
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi
3. Mahasiswa mampu memahami gangguan sistem respirasi
4. Mahasiswa mampu memahami faktor gangguan sistem respirasi
2.7 Step 6
2.7.1 Referensi pembelajaran
2. Komponen Pengkajian
Komponen pengkajian keperawatan komprehensif yang dilaksanakan perawat
secara umum meliputi anamnesis klien, keluarga, dan perawat lainnya;
3. Tujuan Pengkajian
a. Mengkaji secara umum status keadaan klien,
b. Mengkaji fisiologi dan patologi (gangguan) sistem pernapasan,
c. Mengenal secara dini adaya masalah keperawatan klien baik aktual maupun
resiko,
d. Mengidentifikasi masalah keperawatan,
e. Merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada serta menghindari
masalah yang mungkin akan terjadi.
4. Pengumpulan Data
Menurut Nursalam (2002) dalam Muttaqin, Arif 2008
Pengumpulan data secara umum merupakan hal yang mutlak dilakukan perawat
dalam melakukan pengkajian keperawatan. Pengumpulan data dapat dilihat dari
tipe dan karakteristik data. Menurut cara pengumpulan data ada dua tipe pada
pengkajian yaitu data subjektif dan data objektif.
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi. Data
subjektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi
klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang
diberikan sumber lainnya misalnya dari keluarga, konsultan, dan tenaga
kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada
pendapat klien (Muttaqin, Arif 2008).
5. Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah klien diperoleh dari anamnesis. Sebagai masalah sistem
pernapasan dapat tergali melalui anamnesis yang baik dan teratur sehingga
seorang perawat perlu meluangkan waktu yang cukup dalam melakukan
anamnesis secara tekun dan teliti serta menjadikannya sebagai kebiasaan pada
setiap pengkajian keperawatan. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pengkajian adalah keluhan utama, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit
keluarga, dan rwayat penyakit dahulu (Muttaqin, Arif 2008).
a. Keluhan Utama
Dalam membuat riwayat yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernapasan untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak
napas, dan nyeri dada. Untuk keluhan, secara umum terdiri atas keluhan
adanya jari tabuh dan manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan
pertukaran gas, malaise, nafsu makan menurun, berat badan menurun secara
drastis, dan berkeringat di malam hari (Muttaqin, Arif 2008).
b. Faktor Psikis
e. Riwayat Penyakit
1). Riwayat Penyakit Saat ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernapasan seperti
menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga
klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan,
berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, di mana pertama kali keluhan timbul, apa yang
dilakukan ketika keluhan terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dan
pertanyaan lainnya (Muttaqin, Arif 2008).
6. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengakajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas tentang
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Mengumpulkan hasil
pemeriksaan awal klien termasuk kapsitas fisik dan intelektual saat ini,
karena keduanya juga turut mementukan tingkat perlunya pengkajian
psiko-sosio-spiritual yang saksama (Muttaqin, Arif 2008).
Pada klien batuk darah, keluarnya darah dari jalan napas menimbulakn
kecemasan, mengingat asumsi yang berkembang bahwa batuk darah
merupakan suatu tanda beratnya penyakit yang diderita. Semakin gugup
klien untuk mengeluarkan darah, semakin besar kemungkinan terjadinya
asfiksia/ akumulasi bekuan drah pada jalan napas. Kecemasan berat hingga
panik karena rasa takut untuk batuk merupakan resiko yang harus dihindari
karena memungkinkan untuk terjadinya resiko aspirasi atau sufokasi
(bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk) yang berlanjut
pada tersumbatnya jalan napas, asfiksia, dan kematian (Muttaqin, Arif
2008).
B. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Tanda Vital
Tanda vital seperti tekanan darah memberi informasi umum tentang status
hemodimika. Tekana darah yang rendah atau tinggi mungkin berhubungan
dengan gangguan sitem kardiovaskuler. Nadi mungkin meningkat akibat
rangsangan simpatis sebagai mekanisme tubuh terhadap setres akibat sesak,
nyeri atau faktor lainnya. Frekuensi pernapasan pada orang dawasa normal
adalah sekitar 12-10 kali/menit (eupnea). Penurunan frekuensi pernapasan
(kurang dari 12 kali/menit) disebut bradipnea, dan ini berhubungan dengan
dapresi pernapasan akibat narkotika. Peningkatan frekuensi pernapasan disebut
takipnea, umumnya tampak pada pasien denganpneumonia, edema pulmonal,
asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat dan berbagai kondisi lainnya
(Soemantri, Irman. 2008).
2. Pemeriksaan dada
Menuerut Soemantri, Irman. 2008. Pada anak-anak yang umumnya memiliki
rasio, bentuk dada dapat mengalami deformitas dalam empat bentuk yaitu:
b. Funnelchest (paktusexavatum)
Funnelchest adalah keadaan ketika tulang sternum terdepresi kedalam
sehingga mendesak jantung dan paru-paru serta pembuluh darah besar
sehingga mengakibatkan mur-mur. Kondisi ini dapat terjadi pada klien
yang menderita rikestsia.
2). Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela interkostal
3). Palpasi tiap tiap processus spinalis dengan gerakan ke arah bawah
Observasi apakah jari tanggan pemeriksa saat bergerak turun
membentuk garis lurus, bila tidak lurus maka dapa menunjukkan
adanya skoliosis.
Anterior
Prosedur palpasi thoraks, prosedur yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut :
1). Atur posisi pasien
Pasien umumnya berada pada posisi supine saat dilakukan palpasi
thoraks anterior, tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk.
c. Perkusi Thoraks
Posterior
Prosedur perkusi thoraks posterior yang dilakukan oleh perawat sebagai
berikut:
1. Visualisasi penunjuk daerah thoraks
2. Auskultasi trakhea
a) Dengan mengunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma
stateskop sejalan dengan ritme napas pasien secara perlahan
dengan mulut terbuka.
b) Mulailah pada garis vertebrae carvicalis lalu turun kebawah
sampai vertebrae thoracalis, pada area tersebut pemeriksa akan
3. Auskultasi bronkhus
Pindahkan stateskop ke kiri dan kanan garis vertebrae setinggi T3-T5,
area tersebut tepat berada pada bronkhus kiri dan kanan, pemeriksa
akan mendengar bronkhoveesikular
4. Auskultasi paru-paru
a) Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang
dilakukan pada perkusi paru-paru.
b) Mulai auskultasi pada bagian apeks paru-paru kiri dan lanjutkan
seperti pola perkusi, pemeriksa akan mendengar suara vesikular.
c) Dengar pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus
inspirasi, bila terdengar adanya suara napas tambahan, catat lokasi,
durasi, dan waktu kejadiannya selama siklus pernapasan.
e. Auskultasi Thoraks
Anterior
Prosedur auskultasi thoraks anterior yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut:
1). Visualisasikan petunjuk thoraks anterior
2). Auskultasi diatas trakhea
Suara akan didengar disebelah atas dari jugular (suprasternal), suara yang
terdengar adalah bronkhial.
f. Auskultasi Paru-paru
1. Dengarkan suara vesikular, biasanya terdengar pada terdengar pada
daerah parankin paru-paru.
2. Sekarang dengarkan bunyi napas tambahan, suara ini mendahulu
inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasa.
3. Bila pemeriksa mendengar suara napas tambahan, segera catat lokasi,
dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.
Hal yang perlu diperhatikan setelah diketahui jenis ISPA yang diderita adalah:
(1) Tindakan pengobatan sendiri hanya dapat dilakukan pada ISPA non-
pneumonia yaitu keadaan batuk pilek ringan, (2) Jika dalam waktu 14 hari
penderita tidak sembuh atau timbul gejala pneumonia, utamanya pada anak
balita, segera konsultasikan ke dokter atau unit pelayanan kesehatan (Irianto,
Koes. 2014).
Merupakan suatu penyakit infeksi atau radang yang sangat serius, pada
penderita ini, kantong-kantong udara di paru-paru terisi oleh nanah dan
cairan yang lain. Karena keadaan ini, oksigen akan sulit mencapai darah.
Jika darah kurang mengandung oksigen, sel-sel tubuh tidak akan bekerja
secara layak. Pneumonia menyerang paru-paru dalam 2 kategori anatomis,
yaitu: pneumonia lobaris, dimana organ paru-paru yang rusak adalah suatu
lobus/bagian dari paru-paru kiri atau kanan. Jika kedua paru-paru terserang
disebut pneumonia lobularis/ Bronchopneumonia (Irianto, Koes. 2014).
b. Flu Burung
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman dan sentuhan. Namun demikian virus mati dalam suhu yang
tinggi. Oleh Karena itu, daging, telur dan hewan harus dimasak dengan
matang untuk mengindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula
dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Bahan makanan yang diinginkan
atau dibebukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan
setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah (Irianto, Koes.
2014).
c. Faringitis
Suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau faring.
Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bias
d. Pneumothoraks
Pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada diantara
paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi spontan pada orang tanpa
kondisi paru-paru kronis (biasa disebut pneumotoraks primer) dan orang
dengan penyakit paru-paru (pneumothoraks sekunder). Selain itu, banyak
juga ditemui kasus pneumothoraks yang disebabkan trauma fisik pada dada,
cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai pengobatan (Irianto,
Koes. 2014).
1. Perkembangan
Saat bayi lahir,terjadi perubahan system pernafasan menjadi terisi udara dan
paru mengalami pengembangan. Selain itu, perubahan terjadi pula pada laju
ernafasan. Pada bayi, dada berbentuk bulat (tong) dan semakin lama sisi
anteroposterior semakin kecil dibandingkan sisi mediolateral. Pada orangtua,
terjadi perubahan bentuk toraks dan laju pernafasan (Tamsuri, Anas. 2008).
2. Gaya Hidup
Latihan fisik atau aktivitas menyebabkan peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan dan frekuensi jantung dalam rangka menyuplai oksigen bagi tubuh.
Kebiasaan merokok dan jenis pekerjaan tertentu dapat menimbulkan penyakit
pernafasan (Tamsuri, Anas. 2008).
3. Status Kesehatan
Pada orang sehat, system pernafasan dan kardiovaskuler memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Penyakit pernapasan dan penyakit
kardiovaskuler dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyuplai
oksigen bagi tubuh (Tamsuri, Anas. 2008).
4. Obat-obatan
5. Lingkungan
Ketinggian tempat, suhu (panas dan dingin), dan polusi dapat memengaruhi
oksigenasi. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan oksigen
(PaO2) pada pernafasan individu. Hal ini menyebabkan orang yang berada di
ketinggian memiliki pernafasan yang lebih cepat dan lebih dalam. Dalam
lingkungan yang panas, terjadi dilatasi pembuluh darah yang akan
meningkatkan jumlah panas yang hilang dari tubuh. Dengan vasodilatasi, lumen
pembuluh darah melebar dan menyebabkan penurunan tahanan aliran darah.
Tubuh merespons kondisi ini dengan output untuk mempertahankan tekanan
darah. Peningkatan curah jantung memerlukan oksigen (Tamsuri, Anas. 2008).
6. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang menjadi penyebab utama gangguan pernapasan
karena dengan rokok akan meninggalkan ribuan toksin (Tamsuri, Anas. 2008).
7. Gangguan Pernafasan
Dalam paru-paru seperti tar, karbon monoksida, dan nikotin. Ribuan
toksin/racun itu akan mengakibatkan gangguan pernafasan seperti batuk,
bronkitis, bahkan pneumonia. Selain itu bahkan dapat enyebabkan kanker paru-
paru juga (Tamsuri, Anas. 2008).
8. Kurang Berolahraga
Olahraga sangat penting untuk tubuh, bahkan untuk pernafasan. Jika Anda
kurang berolahraga badan akan mudah menjadi tidak fit. Kurangnya gerak dan
olahraga menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga nutrisi bagi sel-sel,
jaringan, dan organ tubuh sangat minim dan sistem imunitas tubuh akan menjadi
terganggu sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Tubuh yang dalam
keadaan seperti ini akan dengan mudah mengalami gangguan pernafasan, sebut
saja misalnya flu (Tamsuri, Anas. 2008).
10. Stres
Ketidakseimbangan hormon akan terjadi pada orang yang mengalami stress.
Ketidakseimbangan hormon akan mengakibatkan sistem metabolisme dan daya
tahan tubuh menurun. Berkurangnya daya tahan tubuh seringkali berujung pada
infeksi dan gangguan pernapasan. Stres juga bisa menyebabkan sempitnya
saluran napas dan memicu asma (Tamsuri, Anas. 2008).
b. Batasan Karakteristik
1). Subjektif: Dispnea
2). Objektif:
a) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah
kasar, dan ronkhi kering)
b) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
c) Batuk tidak ada atau tidak efektif
d) Sianosis
e) Kesulitan untuk bersuara
f) Penurunan bunyi napas
c) Terkait pengobatan
Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat
i. Efek sedativ obat
ii. Anestesia, umum atau spinal
iii. Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat
(sebutkan)
iv. Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)
b. Batasan karakteristik
1). Subjektif
a) Dispnea
b) Sakit kepala pada saat bangun
c) Gangguan penglihatan
2). Objektif
a) Gas darah arteri yang tidak normal
b) pH arteri tidak normal
c) Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
d) Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau kehitaman)
e) Konfusi
f) Sianosis (hanya pada neonates)
g) Karbondioksida menurun
h) Diaphoresis
i) Hiperkapnea
j) Hiperkarbia
k) Hipoksia
l) Hipoksemia
m) Iritabilitas
n) Cuping hidung mengembang
o) Gelisah
p) Sputum
I. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl. : 02 Oktober 2017 Jam : 10.30
WIB
MRS tanggal : 02 Oktober 2017 No. RM : -
Diagnosa Masuk :-
Ruangan/kelas : Ruang A
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. V Penanggung jawab biaya
Usia : 7 tahun Nama :-
Jenis kelamin : Perempuan Alamat :-
Suku/Bangsa : Jawa Hub. Keluarga :-
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan : SD
Status perkawinan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat :-
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : batuk sejak 2 minggu pada malam hari, demam ringan, bersin-bersin
pada pagi hari, hidung tersumbat
2. Keluhan Penyakit Sekarang : -
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat penyakit kronik dan menular □ya, jenis.................... □tidak
2. Riwayat alergi □ya, jenis.................... □tidak
3. Riwayat operasi □ya, jenis.................... □tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
□ya : asma □tidak
E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
Keadaan umum □baik □sedang □lemah
S : 38,1 ◦C N : 100 x/mnt TD : .... mmHg RR : 24 x/mnt
Saturasi: O2 99%
DO:
- R : 24 x/menit
- Ronchi
- -
- Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal
3.2 Saran
Pernapasan merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk manusia, apabila
mengalami kerusakan akan mengganggu proses pernapasan, maka dari itu jagalah
kesehatan organ pernapasan terutama pada paru-paru dan organ sistem pernpasan
lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan tersebut.