Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam tubuh manusia terdapat banyak organ-organ dimana organ-organ tersebut
membentuk suatu sistem yang mengatur fungsi-fungsi tertentu, seperti sistem
pencernaan, sistem endokrin, sistem sirkulasi, sistem pernapasan, dan sitem lainnya.
Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem yang terpenting, karena bernapas
merupakan suatu tanda bahwa makhluk hidup tersebut hidup. Dengan bernapas, tubuh
manusia akan menghasilkan energi yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas.

Organ-organ yang termasuk dalam sistem pernapasan antara lain hidung, faring,
laring, esofagus, trakhea, bronkus, bronkeolus, dan alveolus.Apabila salah satu organ
terganggu, maka sistem pernapasannya pun akan terganggu, karena organ-organ
tersebut merupakan satu kesatuan dalam sistem pernapasan. Banyak faktor yang dapat
mengganggu sistem pernapasan pada manusia, seperti faktor keturunan genetik
maupun faktor lingkungan. Faktor keturunan merupakan faktor yang diturunkan dari
keluarga itu sendiri, misal sepasang suami istri melahirkan seorang anak yang
memiliki penyakit asma, ternyata ayahnya memiliki riwayat penyakit asma dan itu
diturunkan kepada anaknya. Sedangkan faktor lingkungan bisa dari mana saja, seperti
lingkungan kantor, sekolah, jalan raya, rumah, dan lain-lain.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Skenario
An.V berusia 7 tahun diantar ibunya ke RS Bunda Halimah dengan keluhan batuk sejak
2 minggu yang lalu. Batuk An.V terutama terjadi pada malam hari, selain itu An.V juga
mengalami demam ringan. Orang tuanya telah memberinya sirup obat batuk
(decongestant antihistamine dan salbutamol). Awalnya batuk An.V mulai membaik,
akan tetapi menjadi semakin memburuk pada 2 hari berikutnya. An.V mengalami bersin-
bersin pada pagi hari dan hidung tersumbat. Riwayat kesehatan sebelumnya An.V pernah
mengalami kondisi serupa sebelumnya, tetapi keadaan yang dialami saat ini lebih parah.
Bedasarkan anamnesa An.V tidak mempunyai alergi makanan atau obat-obatan.

Riwayat penyakit dahulu pernah dialami An.V tercatat eczema dan kulit kering saat
masih bayi. An.V telah memperoleh imunisasi lengkap. Menurut riwayat keluarga
tercatat kakaknya menderita asma. Kondisi lingkungan rumahnya saat ini bahwa ayah
dan paman yang tinggal di rumahnya memiliki kebiasaan merokok, selain itu terdapat
hewan peliharaan kucing dan ayam dihalaman rumah.

Bedasarkan pemeriksaan perawat didapat: suhu 38,1 ◦C; nadi 100x/menit; pernafasan
24x/menit; saturasi O2 99% udara dalam ruangan. Pemeriksaan auskultasi terdengar
ronchi dan sesekali wheezing, meskipun tidak tampak adanya retraksi.

2.2 Step 1
2.2.1 Mencari Istilah yang Kurang Dipahami
1. Decongestant adalah mengurangi kongesti atau pembengkakan atau preparat.
2. Alergi adalah perubahan tubuh terhadap kuman-kuman penyakit, keadaan
terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk, keadaan udara, asam yang
dalam keadaan tertentu tidak membahaya kan seseorang).
3. Antihistamine adalah salah satu kelompok obat yang kerjanya membelokir
resptor jaringan, untuk antistamine, kelompok obat antistamine digunakan
untuk mengobati keadaan alergi.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 2


4. Eczema adalah peroses peradangan supertisial yang terutama mengenai
epidermis yang ditandai vesigel kecil perembesan cairan yang meleleh ke liur
serta pusta dan kemudian oleh pembentukan sguama.
5. Imunisasi adalah peroses pembuat subjek imun, atau menjadikan imun,
perangsang dengan antigen sepesifik untuk melindungi respon imun
pemberian reaktifitas imun, sepesifik pada individu yang sebelumnya, imun
tidak melalui pemberian sel limfoid atau serum dari individu yang imun.
6. Salbutamol adalah obat yang digunakan untuk meredakan serangan asma,
branklitis kronis dan enpisema.
7. Ronchi adalah suara berderik yang menyerupai suara dengkur
8. Weezing adalah suara bersih (mengi dan mendesah yang di hasilkan dari
penyempitan jalan udara).
9. Retraksi adalah tindakan menarik kembali/keadaan tertarik, kembali
menghilangkan gumpalan darah dari pembuluh .
10. Saturation adalah menjenuhkan atau keadaan jenuh penambahan lebih banyak
subtansi tidak akan meningkatkan konsentrasinya
11. Asma adalah ganguan pernapasan yang sering bersipat alergi ditandai dengan
sulit bernapas dan rasa sesak dalam dada.
12. Batuk adalah penyakit pada jalan pernapasan atau paru-paru yang kerap kali
menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan sehingga merangsang penderita
mengeluarkan bunyi yang keras seperti menyalak.
13. Bersin adalah keluarnya udara dngan tiba-tiba dari hidung dan mulai karena
tidak tertahan, seperti waktu terserang pilek, tercium bau dan menusuk ke
hidung.
14. Demam adalah panas badan (suhu badan lebih tinggi dari biasanya umumnya
karna sakit).
15. Sirup adalah larutan gula kental seperti sukrosa didalam air atau cenran lain
bermedium air kadang dengan agen obat yang di tambahkan biasanya
digunakan sebagai velikulum penyedap untuk obat.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 3


2.3 Step 2
2.3.1 Rumusan Masalah
1. Pasien V berusia 7 tahun datang ke RS dengan keluhan batuk sejak 2 minggu
yang lalu dan batuk terjadi di malam hari pasien V juga mengalami demam
tinggi.
2. Pasien V telah diberi obat batuk decongestan antihistan dan salbutamol
keadaan mulai membaik namun keadaan memburuk 2 hari kemudian anak V
mengalami bersin-bersin pada pagi hari dan hidung tersumbat.
3. Bedasarkan anamnesa dari perawat didapatkan hasil riwayat kesehatan dahulu
pasien telah mengalami kondisi normal tetapi keadaan saat ini lebih parah,
namun pasien tidak memiliki alergi makanan dan obat-obatan.
4. Riwayat penyakit dahulu : pasien pernah mengalami edema dan kulit kering
pada saat masih bayi dengan catatan pasien memperoleh imunisasi bengkak.
Riwayat penyakit keluarga : kakaknya mengalami asma.
5. Ayah dan pamannya seorang perokok didapatkan kubing dan ayan dan kucing
dihalaman rumah.
6. Bedasarkan hasil pemeriksaan didapat.
S: 38,1 C RR: 24 kali/menit.
N: 100 kali/menit. Saturasi: O2 99% udara dalam ruang.
Pemeriksaan auskultrasi terdengar ronchi dan wheezing tidak tampak adanya
sekraksi.

2.4 Step 3
2.4.1Analisis Masalah
1. Pengkajian data Px
2. Faktor penyebab ganguan sistem respirasi
3. Pemeriksaan fisik sistem rispirasi
4. Asuhan keperawatan ganguan sistem rispirasi

2.5 Step 4
2.5.1Hipotesis Masalah
1. Pengkajian data
a. Pengertian
b. Format pengkajian data

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 4


2. Pemeriksaan fisik sistem rispirasi
a. Normal dan abnormal
b. Penata laksananya
3. Gangguan sistem respirasi
a. Faktor penyebab
c. Faktor resiko
d. Macam-macam gangguan sistem rispirasi
4. Askep gangguan sistem rispirasi
a. Analisa data
b. Format askep

2.6 Step 5
2.6.1 Menentukan Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu membuat pengkajian data sistem respirasi
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi
3. Mahasiswa mampu memahami gangguan sistem respirasi
4. Mahasiswa mampu memahami faktor gangguan sistem respirasi

2.7 Step 6
2.7.1 Referensi pembelajaran

A. Pengkajian Sistem Pernapasan


1. Pengertian
Pengkajian keperawatan pada sistem pernapasan adalah suatu komponen proses
keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan sistem pernapasan klien. Kegiatan tersebut meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien. Kegiatan tersebut
meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, Arif
2008).

2. Komponen Pengkajian
Komponen pengkajian keperawatan komprehensif yang dilaksanakan perawat
secara umum meliputi anamnesis klien, keluarga, dan perawat lainnya;

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 5


pemeriksaan fisik keperawatan; meninjau catatan/ status klien untuk melihat
pemeriksaan diagnostik; konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain; dan
meninjau literatur yang terkait dengan keadaan klien. Data lain yang perlu
dikumpulkan adalah data mengenai emosi, pertumbuhan, sosial, kebudayaan,
intelektual, dan aspek spiritual. Perawat juga harus memiliki keahlian untuk
melakuka observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik yang
sangat penting untuk mewujudkan fase pengkajian proses keperawatan
(Muttaqin, Arif 2008 ).

3. Tujuan Pengkajian
a. Mengkaji secara umum status keadaan klien,
b. Mengkaji fisiologi dan patologi (gangguan) sistem pernapasan,
c. Mengenal secara dini adaya masalah keperawatan klien baik aktual maupun
resiko,
d. Mengidentifikasi masalah keperawatan,
e. Merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada serta menghindari
masalah yang mungkin akan terjadi.

4. Pengumpulan Data
Menurut Nursalam (2002) dalam Muttaqin, Arif 2008
Pengumpulan data secara umum merupakan hal yang mutlak dilakukan perawat
dalam melakukan pengkajian keperawatan. Pengumpulan data dapat dilihat dari
tipe dan karakteristik data. Menurut cara pengumpulan data ada dua tipe pada
pengkajian yaitu data subjektif dan data objektif.

a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh perawat
secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi. Data
subjektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan termasuk persepsi
klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang
diberikan sumber lainnya misalnya dari keluarga, konsultan, dan tenaga
kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada
pendapat klien (Muttaqin, Arif 2008).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 6


b. Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur. Informasi tersebut biasanya
diperoleh melalui pengamatan pancaindera (senses), yaitu 2S (sigth, smell)
dan HT (hearing, touch, atau taste) selama pemeriksaan fisik. Contoh data
objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, edema, dan berat
badan (Muttaqin, Arif 2008).

5. Anamnesis
Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawatan pada sistem
pernapasan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat karena 80%
diagnosis masalah klien diperoleh dari anamnesis. Sebagai masalah sistem
pernapasan dapat tergali melalui anamnesis yang baik dan teratur sehingga
seorang perawat perlu meluangkan waktu yang cukup dalam melakukan
anamnesis secara tekun dan teliti serta menjadikannya sebagai kebiasaan pada
setiap pengkajian keperawatan. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam
pengkajian adalah keluhan utama, riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit
keluarga, dan rwayat penyakit dahulu (Muttaqin, Arif 2008).

a. Keluhan Utama
Dalam membuat riwayat yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernapasan untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak
napas, dan nyeri dada. Untuk keluhan, secara umum terdiri atas keluhan
adanya jari tabuh dan manifestasi lain yang berkaitan dengan gangguan
pertukaran gas, malaise, nafsu makan menurun, berat badan menurun secara
drastis, dan berkeringat di malam hari (Muttaqin, Arif 2008).

Penilaian keluhan utama sebaiknya menggunakan PQRST (untuk


memperoleh pengkajian yang lengkap tentang keluhan utama klien), yaitu:
Provoking incident; Quality; Region; radiation dan relief; Severity (Scale);
dan Time.

b. Faktor Psikis

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 7


Keadaan emosi tertentu seperti menangis terisak-isak, tertawa terbahak-
bahak, mengeluh dengan menarik napas panjang, dan merintih atau
mengerang karena suatu penyakit dapat mempengaruhi irama, pernapasan.
Sesak napas yang berhubungan dengan periode emosi, terjadi melalui
mekanisme hiperventilasi (Muttaqin, Arif 2008).

c. Faktor Peningkatan Kerja Pernapasan


Jika kemampuan dinding thoraks atau paru untuk mengembang mengalami
penurunan sedangkan tahanan saluran pernapasan meningkat, maka otot
pernapasan memerlukan tenaga guna memberikan perubahan volume serta
tambahan tenaga yang diperlukan untuk kerja pernpasan dan berakibat pada
meningkatnya kebutuhan oksigen. Beberapa faktor yang termasuk faktor
peningkatan kerja pernapasan meliputi:
1) Peningkatan ventilasi: latihan jasmani, hiperkapnea, hipoksia, dan
asidosis metabolik
2) Sifat fisik yang berubah:
i. Meningkatnya tahanan elastis paru misalnya pada pneumonia,
atelektasis, kongesti paru, pneumothoraks, dan efusi pleura
ii. Meningkatnya tahanan elastis dinding thoraks misalnya pada obesitas
dan kifoskoliosis
iii. Peningkatan tahanan bronkhial selain tahanan elastis. Hal ini dapat
dijumpai pada penyakit emfisema, bronkhitis, dan asma bronkhial
(Muttaqin, Arif 2008).

d. Otot Pernapasan yang Abnormal


1) Penyakit otot
a) Kelamahan otot misalnya pada miastena gravis
b) Kelumpuhan otot misalnya pada poliomielitis dan sindrom Guillain-
Bare (GBS)
c) Otot yang mengalami distrofi

2) Fungsi mekanis otot yang berkurang


a) Fungsi mekanis yang berkurang seperti pada emfisema
b) Fungsi mekanis otot berkurang pada fase ekspirasi misalnya obesitas.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 8


Keluhan sesak napas yang dirasakan oleh klien secara patofisiologi dapat
terjadi karena berbagai kedaan meliputi menurunnya oksigenasi jaringan,
meningkatnya kebutuhan oksigen, meningkatnya kerja pernapasan,
adanya rangsangan sistem saraf pusat, dan adanya penyakit
neuromoskular.

e. Riwayat Penyakit
1). Riwayat Penyakit Saat ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem pernapasan seperti
menanyakan tentang riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga
klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan,
berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, di mana pertama kali keluhan timbul, apa yang
dilakukan ketika keluhan terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum
meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut, dan
pertanyaan lainnya (Muttaqin, Arif 2008).

2). Riwayat Penyakit Dahulu


Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami pasien
sebelumnya. Misalnya klien pernah dirawat sebelumnya, apakah
pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya. Pengobatan yang
pernah dijalani dan riwayat alergi karena ada beberapa obat yang
diminum oleh klien sebelumnya yang masih relevan seperti OAT (obat
anti Tuberkulosis). Catat, adakah efek samping yang terjadi di masa
lalu. Perawat juga harus menanyakan terjadikah alergi obat, dan jika
terjadi, tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Tanyakan dengan teliti,
karena klien sering kali tidak bisa membedakan reaksi alergi dengan
efek samping obat. Riwayat diet yang dikonsumsi penderita seperti
banyaknya asupan garam dalam pemenuhan nutrisi sehari-hari,
ketidakmampuan/ ketidakmauan dalam pemenuhan nutrisi protein, dan
riwayat diet alergi/pantangan makan juga turut berpengaruh terhadap
keluhan dalam sistem pernapasan (Muttaqin, Arif 2008).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 9


3). Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem
pernapasan merupakan hal yang mendukung keluhan penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan predoposisi keluhan
seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka waktu yang
lama, dan batuk darah dari generasi dahulu. Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit diabetes melitus dan tekanan darah tinggi,
kedua penyakit itu juga akan mendukung/memperberat keluhan
penderita (Muttaqin, Arif 2008).

4). Riwayat Pekerjaan dan Gaya Hidup


Perawat juga harus menanyakan situasi tempat bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup misalnya
minum alkohol, atau obat tertentu. Kebiasaan merokok seperti sudah
berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok yang dihirup
(Muttaqin, Arif 2008).

6. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengakajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas tentang
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Mengumpulkan hasil
pemeriksaan awal klien termasuk kapsitas fisik dan intelektual saat ini,
karena keduanya juga turut mementukan tingkat perlunya pengkajian
psiko-sosio-spiritual yang saksama (Muttaqin, Arif 2008).

Resiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh pada kemampuan


penderita dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya. Status pendidikan
yang rendah mempengaruhi presepsi penderita dalam mengatasi keadaan
sakit pada sistem pernapasan yang biasanya tergolong penyakit kronis,
perlu mendapat perhatian, serta memerlukan pengobatan jangka panjang.
Penyakit TB paru sering diidentikan status sosial ekonomi yang rendah dan
kurangnya kemampuan klien dalam meningkatkan status kesehatannya
(Muttaqin, Arif 2008).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 10


Pada klien asma, salah satu faktor pencetus serangan asma adalah kondisi
psikologis pasien yang tidak stabil termasuk di dalamnya perasaan cemas.
Hal ini sering diabaikan oleh klien sehingga frekuensi kambuh menjadi
lebih sering dan keadaan klien semakin memburuk.

Pada klien batuk darah, keluarnya darah dari jalan napas menimbulakn
kecemasan, mengingat asumsi yang berkembang bahwa batuk darah
merupakan suatu tanda beratnya penyakit yang diderita. Semakin gugup
klien untuk mengeluarkan darah, semakin besar kemungkinan terjadinya
asfiksia/ akumulasi bekuan drah pada jalan napas. Kecemasan berat hingga
panik karena rasa takut untuk batuk merupakan resiko yang harus dihindari
karena memungkinkan untuk terjadinya resiko aspirasi atau sufokasi
(bekuan darah yang tidak dapat dikeluarkan dengan batuk) yang berlanjut
pada tersumbatnya jalan napas, asfiksia, dan kematian (Muttaqin, Arif
2008).

B. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Tanda Vital
Tanda vital seperti tekanan darah memberi informasi umum tentang status
hemodimika. Tekana darah yang rendah atau tinggi mungkin berhubungan
dengan gangguan sitem kardiovaskuler. Nadi mungkin meningkat akibat
rangsangan simpatis sebagai mekanisme tubuh terhadap setres akibat sesak,
nyeri atau faktor lainnya. Frekuensi pernapasan pada orang dawasa normal
adalah sekitar 12-10 kali/menit (eupnea). Penurunan frekuensi pernapasan
(kurang dari 12 kali/menit) disebut bradipnea, dan ini berhubungan dengan
dapresi pernapasan akibat narkotika. Peningkatan frekuensi pernapasan disebut
takipnea, umumnya tampak pada pasien denganpneumonia, edema pulmonal,
asidosis metabolik, septikemia, nyeri hebat dan berbagai kondisi lainnya
(Soemantri, Irman. 2008).

2. Pemeriksaan dada
Menuerut Soemantri, Irman. 2008. Pada anak-anak yang umumnya memiliki
rasio, bentuk dada dapat mengalami deformitas dalam empat bentuk yaitu:

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 11


a. Barrelchest (dada tong)
Barrelchest atau dada tong merupakan dada dengan proporsi diameter
anterior posterior terhadap mediolateral. Barrelchest terjadi akibat inflasi
paru berlebihan yang terjadi secara kronis, kondisi ini dapat terjadi pada
klien yang mengalami envisema

b. Funnelchest (paktusexavatum)
Funnelchest adalah keadaan ketika tulang sternum terdepresi kedalam
sehingga mendesak jantung dan paru-paru serta pembuluh darah besar
sehingga mengakibatkan mur-mur. Kondisi ini dapat terjadi pada klien
yang menderita rikestsia.

c. Pigeonchest (paktus karinatum) dan kifoskaliosis


Pigoenchest atau disebut juga dada burung adalah kondisi ketika sternum
terdesak kedepan, kondisi ini dapat terjadi pada penderika rikestsia atau
kifoskoliosis berat.

Gambar deformitas dada :

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 12


3. Bentuk Dada
Dada normal memiliki proporsi diameter anterior posterior terhadap
mediolateral. Kecuali Pada kulit atau ekstrimitas perlu di kaji adanya sianosis,
diaforesis, edema tungkai, dan ada atau tidaknya jari tubuh. Sianosis
merupakan tanda atau indikator sangat lanjut untuk hipoksia. Sianosis timbul
bila terdapat hemoglobin tidak teroksigenesis hingga diatas 5 g/dl. Sianosis
sangat di tentukan oleh kadar hemoglobin sehingga pada penderitaan anemia,
sianosis mungkin tidak di temukan walaupun tubuh mengalami hipoksia berat.
Sianosis tentral adalah sianosis yang menunjukkan adanya gangguan
oksigenasi sistemik, ini dapat di lihat pada bibir dan lidah . adapun sianosis
periver terjadi akibat penurunan aliran darah ke area tertentu tubuh, seperti
pada kuku dan telinga akibat terpapar suhu yang dingin. Pemeriksaan dada
dengan teknik inspeksi dilakukan untuk menentukan bentuk dada dan
pergerakan dada (Soemantri, Irman. 2008).

4. Prosedur Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan


a. Inspeksi Thoraks
Menurut Soemantri, Irman. 2008
Hal yang perlu dilakukan oleh perawat saat inspeksi thoraks adalah sebagai
berikut:

1). Atur posisi pasien


Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada posisi duduk
dengan pakaian di buka sampai pinggang.

2). Hitung pernapasan selama satu menit penuh


a) Pada saat menghitung pernapasan lakukang observasi laju ritme
dan kedalaman siklus pernapasan
b) Observasi pergerakan dada pada tiga bagian thoraks
c) Pastikan bahwa pernapasan tenang, simetris dan tanpa usaha
d) Sebelum dilanjutkan pada langkah selanjutnya minta pasien untuk
menarik napas dalam dan observasi otot-otot yang digunakan

3). Inspeksi warna kulit

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 13


Pastikan warna kulit dada anterior, posterior dan lateral, konsisten
warnah tubuh dengan bagian warnah tubuh lain.

4). Inspeksi konfigurasi dada


Bandingkan dada diameter dengan anteroposterior tranversal
berbanding diameter normal kurang lebih 1 : 2 pada organ dewasa dan
diameternya sama.
a) Tentukan keekstreminitas dada dan inspeksi struktur skeletal
Pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan gambarkan garis imaginer
sepanjang batas superior skapula dari okromiom kanan sampai
okromiom kiri, garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebrae
(tulang punggung).
5). Clabing finger

b. Palpasi Dada (Thoraks)


Posterior
Prosedur pelaksanaan palpasi daerah dada bagian posterior adalah sebagai
berikut:
1). Palpasi secara dangkal pada bagian posterior thoraks
a) Kaji beberapa besar otot daerah tepat dibawah kulit.
b) Palpasi dada secara teratur mengunakan telapak tanggan.
Untuk mengkaji daerah superior skapula, sampai dengan tulang
rusuk ke 12 dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis midaksila
pada kedua sisi.

2). Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela interkostal

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 14


a) Minta pasien pasien untuk refleksi leher (menunduk), sampai
proses spinalis carvical ke-7 akan terlihat.
b) Bila pemeriksa memindahkan tanggan sedikit ke kiri dan ke kanan
dari processus, pemeriksa akan merasakan tulang rusuk pertama.
c) Hitung tulang rusuk dan sela interkostal dan tetap dekat pada garis
vertebrae.

3). Palpasi tiap tiap processus spinalis dengan gerakan ke arah bawah
Observasi apakah jari tanggan pemeriksa saat bergerak turun
membentuk garis lurus, bila tidak lurus maka dapa menunjukkan
adanya skoliosis.

4). Palpasi thoraks posterior untuk mengukur ekspansi pernapasan


a) Letakkan tanggan sejajar dengan tulang rusuk ke 8-10, letakkan
kedua ibu jari ke dekat dengan garis vertebrae dan tekan kulit
secara lembut diantara kedua ibu jari, pastikan telapak tanggan
bersentuhan dengan punggung pasien

b) Mintalah pasien untuk menarik napas dalam, pemeriksa


seharusnya merasakan tekanan yang sama kedua tanggan dengan
tanggan pemeriksa bergerak menjauhi garis vertebrae.

5). Palpasi untuk menilai ‘tactile fremitus’

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 15


Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan diluar dinding dada saat
pasien bicara, vibrasi paling besar dirasakan didaerah saluran napas
berdiameter besar, (Trakhea) dan hapir tidak ada pada alveoli paru-
paru.
a) Gunakan daerah sendi metakarpophalangeal atau permukaan luar
dari tanggan saat memeriksa.
b) Mintalah pasien untuk mengulang kata “minety-nine” atau “ tujuh
puluh tujuh”

Anterior
Prosedur palpasi thoraks, prosedur yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut :
1). Atur posisi pasien
Pasien umumnya berada pada posisi supine saat dilakukan palpasi
thoraks anterior, tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk.

2). Tentukan lokasi landmark daerah thoraks anterior


a) Tentukan lokasi suprasternal dengan jari tanggan, palpasi turun
kebawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada anglr
of louis.
b) Palpasi secara leteral dan temukan tulang rusuk kedua pada ICS
kedua, hitung tulang rusuk dekat dengan batas sternnum.
c) Palpasi jaringan otot da jaringan tepat dibawah kulit.

3). Palpasi thoraks anterior untuk mengukur ekspansi paru


a) Letakkan tanggan pada dinding anterior dada tepat dibawah batas
kostal dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternium.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 16


b) Tekan kulit diantara ibu jari seperti pada waktu melakukan palpasi
dinding posterior, kedua ibu jari melebar dengan tekanan yang
sama.
c) Mintalah pasien untuk menarik napas dalam, observasi pergerakan
ibu jari dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tanggan pemeriksa.

c. Perkusi Thoraks
Posterior
Prosedur perkusi thoraks posterior yang dilakukan oleh perawat sebagai
berikut:
1. Visualisasi penunjuk daerah thoraks

Sebelum melakukan perkusi, visualisasi garis horizontal, garis vertikal,


tingkat diafragma, dan fissura paru-paru untuk identifikasi lobus paru-
paru.

2. Atur posisi pasien


Bantu pasien membungkuk sedikit kedepan dan melebarkan bahu.

3. Perkusi daerah paru paru


a) Mulailah perkusi pada daerah ujung atas (apeks) patu-paru kir dan
bergerak ke apeks paru-paru kanan.
b) Gerakan kedalam setiap cela interkostal dengan cara sistemik,
perkusi sampai ke tulang rusuk yang paling bawah dan pastikan
untuk melakukannya sampai garis midaksila kiri dan kanan.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 17


Jangan melakukan perkusi di atas vertebrae, skapula, ataupun
tulang rusuk, akan terdengar suara datar bila perkusi diatas tulang,
pada orang sehat, perkusi pada daerah paru-paru akan
menghasilkan suara resonan
.
4. Perkusi untuk menentukan pergerakan atau ekskursi diafragma
a) Mulailah dengan melakukan perkusi pada sela interkostal ke tujuh
ke arah bawah sepanjang garis skapula sampai batas diafragma
resonan akan berubah menjadi dullness.
b) Beri tanda pada kulit.
c) Mintalah pasien untuk menarik napas dalam dan menahanya.
d) Perkusi kembali kearah bawah dari kulit yang bertanda sampai
terdengar lagi suara dullness.
e) Beri tanda pada kulit yang keuda kalinya
f) Sekarang mintalah pasien untuk bernapas normal dan keluarkan
sebanyak-banyaknya dan kemudian tahan napas.
g) Perkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan,
beri tanda, dan anjurkan pasien untuk bernapas secara normal,
pemeriksaa akan mendapatkan tiga tanda pada kulit sepanjang garis
skapula, jarak anatara tanda 2-3 dapat berkisar antara 3-6 cm pada
orang dewasa sehat.
h) Ulangi prosedur pada sisi lain.
i) Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 18


Anterior
Prosedur perkusi thoraks anterior yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut:
1). Vasualisasikan landmark daerah toraks anterior
Sebelum melakukam perkusi dinding thoraks anterior, visualisasikum
garis vertikal dan horizontal, identifikasi lokasi diafragma dan lobus
paru-paru.

2). Perkusi daerah paru-paru dengan pola yang teratur


a) Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutkan sampai setinggi
diafragma, lanjutkan perkusi ke garis midaksila pada masing-masing
sisi, hindari perkusi di atas sternum, klavikula, tulang rusuk, dan
jantung.
b) Pastikan jari jari tangan yang tidak dominan berada pada celah
interkostal sejajar dengan tulang rusuk.
c) Jika pasien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah pasien
untuk memindahkan payudara ke samping, (mengatur posisi),
selama prosedur dilakukan, perkusi diatas jaringan payudara akan
menghasilkan suara dullness.

d. Auskultasi Thoraks Posterior


Prosedur auskultasi thoraks posterior yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut :
1. Visualisa ‘landmark’ daerah thoraks
Sebelum auskultasi thoraks posterior dilakukan,visualilasikan
diafragma daerah tersebut seperti sebelum perkusi.

2. Auskultasi trakhea
a) Dengan mengunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma
stateskop sejalan dengan ritme napas pasien secara perlahan
dengan mulut terbuka.
b) Mulailah pada garis vertebrae carvicalis lalu turun kebawah
sampai vertebrae thoracalis, pada area tersebut pemeriksa akan

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 19


melakukan auskultasi trakhea dan suara yang terdengar adalah
bronkhial.

3. Auskultasi bronkhus
Pindahkan stateskop ke kiri dan kanan garis vertebrae setinggi T3-T5,
area tersebut tepat berada pada bronkhus kiri dan kanan, pemeriksa
akan mendengar bronkhoveesikular

4. Auskultasi paru-paru
a) Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang
dilakukan pada perkusi paru-paru.
b) Mulai auskultasi pada bagian apeks paru-paru kiri dan lanjutkan
seperti pola perkusi, pemeriksa akan mendengar suara vesikular.
c) Dengar pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus
inspirasi, bila terdengar adanya suara napas tambahan, catat lokasi,
durasi, dan waktu kejadiannya selama siklus pernapasan.

e. Auskultasi Thoraks
Anterior
Prosedur auskultasi thoraks anterior yang dilakukan oleh perawat adalah
sebagai berikut:
1). Visualisasikan petunjuk thoraks anterior
2). Auskultasi diatas trakhea
Suara akan didengar disebelah atas dari jugular (suprasternal), suara yang
terdengar adalah bronkhial.

f. Auskultasi Paru-paru
1. Dengarkan suara vesikular, biasanya terdengar pada terdengar pada
daerah parankin paru-paru.
2. Sekarang dengarkan bunyi napas tambahan, suara ini mendahulu
inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasa.
3. Bila pemeriksa mendengar suara napas tambahan, segera catat lokasi,
dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 20


C. Gangguan Sistem Pernapasan
1. Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan
Infeksi saluran pernapasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun
saluran pernapasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring(tenggorokan),
kotak suara (laring), bronchi, bronkhioli dan paru. Jenis penyakit yang termasuk
dalam infeksi saluran pernapasan bagian atas antara lain: (1) Batuk pilek, (2)
Sakit Telinga (Otis media), (3) Radang tenggorokan (Faringitis) (Irianto, Koes.
2014).

Sedangkan jenis penyakit yang termasuk infeksi saluran pernapasan bawah


antara lain: (a) Bronchitis, (b) Bronkhiolitis, (c) Pneumonia. Infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat
berlangsung sampai 14 hari.

Penyebab ISPA: Virus, Bakteri, Riketsia.


Penggolongan ISPA, ISPA dibedakan menjadi: (1) ISPA non-pneumonia:
dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek, (2) Pnemonia; apabila batuk
pilek disertai dengan gejala seperti kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi
napas (napas cepat) (Irianto, Koes. 2014).

Hal yang perlu diperhatikan setelah diketahui jenis ISPA yang diderita adalah:
(1) Tindakan pengobatan sendiri hanya dapat dilakukan pada ISPA non-
pneumonia yaitu keadaan batuk pilek ringan, (2) Jika dalam waktu 14 hari
penderita tidak sembuh atau timbul gejala pneumonia, utamanya pada anak
balita, segera konsultasikan ke dokter atau unit pelayanan kesehatan (Irianto,
Koes. 2014).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 21


2. Gejala Adanya Infeksi Saluran Pernapasan
Gejala awal dan ciri-ciri terjadinya penyakit ISPA dapat dilihat dari: napas tidak
teratur, sesak pada pernapasan, seperti ada cairan pada saat bernapas, badan
lemas dan lesu, nyeri bagian dada, detak jantung tidak beraturan dan bergetar
dengan cepat, hipertensi, gagal jantung, lebih banyak berkeringat, stress, sakit
kepala dan kejang (Irianto, Koes. 2014).

3. Gangguan dan Penyakit Sistem Pernapasan

Gangguan pada siastem respirasi merupakan penyebab utama morbilitas dan


mortalitas. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkn
dengan infeksi pada system organ tubuh lain, dan berkisar dari salesma biasa
(common cold) dengan gejala-gejala serta gangguan yang relative ringan sampai
pneumonia berat. Pada tahun 1980 tercatat skitar 101.000 meninggal karena
kanker paru-paru (Irianto, Koes. 2014).

Karena penyakit pernapasan ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap


masyarakat secara keseluruhan, baik fisik social maupun ekonomi, maka
encegahan, diagnosis dan pengobatan gangguan pernapasan mempunyai makna
yang penting sekali (Irianto, Koes. 2014).

a. Pneumonia (Radang paru-paru)

Merupakan suatu penyakit infeksi atau radang yang sangat serius, pada
penderita ini, kantong-kantong udara di paru-paru terisi oleh nanah dan
cairan yang lain. Karena keadaan ini, oksigen akan sulit mencapai darah.
Jika darah kurang mengandung oksigen, sel-sel tubuh tidak akan bekerja
secara layak. Pneumonia menyerang paru-paru dalam 2 kategori anatomis,
yaitu: pneumonia lobaris, dimana organ paru-paru yang rusak adalah suatu
lobus/bagian dari paru-paru kiri atau kanan. Jika kedua paru-paru terserang
disebut pneumonia lobularis/ Bronchopneumonia (Irianto, Koes. 2014).

Diperkiran ada sekitar 30 penyebab, paling sering adalah bakteri, virus,


jamur, mikroplasma, protozoa, riketsia dan benda-benda asing. Umumnya

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 22


perjalanan pneumonia disebabkan oleh cedera atau infeksi pada saluran
napas bawah yang menyebabkan peradangan. Bakteri juga dapat ditemukan
pada tenggorokan manusia sehat. Apabila pertahanan tubuh lemah setelah
bertahun-tahun merokok dan minum alcohol atau baru sembuh dari
penyakit lain, maka paru-paru menjadi rawan terhadap kuman sehari-hari
(Irianto, Koes. 2014).

b. Flu Burung

Penyakit menular yang desebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti


burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A
yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula
menyebar ke spesies lain seperti in seperti babi, kucing, anjing, harimau dan
manusia (Irianto, Koes. 2014).

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman dan sentuhan. Namun demikian virus mati dalam suhu yang
tinggi. Oleh Karena itu, daging, telur dan hewan harus dimasak dengan
matang untuk mengindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula
dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Bahan makanan yang diinginkan
atau dibebukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan
setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah (Irianto, Koes.
2014).

Unggas sebaiknya tidak dipelihara didalam rumah atau ruangan tempat


tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi
resiko penularan. Gejala umum yang dapat terjadi demam tinggi, keluhan
pernapasan dan mungkin perut. Perkembangan virus dalam tubuh dapat
berjalan cepat sehingga pasien perlu segra mendapatkan pengobatan
(Irianto, Koes. 2014).

c. Faringitis
Suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau faring.
Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bias

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 23


disebabkan oleh virus atau kuman, pada saat daya tahan tubuh lemah.
Pengbatan dengan antibiotik hanya efektif apabila karena terkena kuman.
Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banya,
disertai vitamin yang bias menolong (Irianto, Koes. 2014).

Gejala radang tenggorokan seringkali merupan pertanda penakit flu atau


pilek. Terdapat dua jenis radang tenggorokan yaitu akut dan kronis.
Faringitis akut, radang tenggorokan yang masih baru, dengan gejala nyeri
tenggorokan dan kadang disertai demand an batuk. Faringitis kronis, radang
tenggorokan yang sudah berlangsung lama, biasanya tidak disertai nyeri
menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal tenggorokan (Irianto,
Koes. 2014).

d. Pneumothoraks
Pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada diantara
paru-paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi spontan pada orang tanpa
kondisi paru-paru kronis (biasa disebut pneumotoraks primer) dan orang
dengan penyakit paru-paru (pneumothoraks sekunder). Selain itu, banyak
juga ditemui kasus pneumothoraks yang disebabkan trauma fisik pada dada,
cedera akibat ledakan atau komplikasi dari berbagai pengobatan (Irianto,
Koes. 2014).

4. Penyakit Sistem Pernapasan


a. Emfisema
1) Penyakit Emfisema
Penyakit kronis yang serius yang terjadi pada paru-paru dan ditandai
dengan sesak napas yang hebat. Kerusakan pada jaringan paru-paru dan
hilangnya elastisitas paru-paru menyebabkan perubahan dan membuat
sangat sulit bernapas. Dalam kondisi normal, udara memasuki hidung
atau mulut dan perjalanan menuruni tabung udara (trakea) ke saluran
udara utama (bronkus). Bagian ini memngkinkan udara masuk ke paru-
paru kanan dan kiri (Irianto, Koes. 2014).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 24


Setiap cabang bronkus menjadi bagian yang lebih kecil (bronkiolus)
dan akhirnya kantung udara menjadi semakin kecil (alveoli). Emfisema
menyebabkan kerusakan pada paru-paru yang tidak dapat diubah.
Seperti kantung udara menjadi hancur, paru-paru menjadi kurang
mampu mentransfer oksigen untuk karbondioksida dalam aliran darah,
dan masih banyak lagi (Irianto, Koes. 2014).

2) Gejala Penyakit Emfisema, Penyebab dan Pengobatannya


Kebanyakan orang dengan menderita penyakit ini adalah pria yang
sudah berusia > 50 tahun, yang telah menjadi perokok berat, untuk
sebagian besar hidup mereka. Namun, sekarang yang merokok
bukanlah hanya para pria saja, wanita juga sudah banyak yang
merokok. Dari sinilah penyakit ini dapat menyerang wanita juga.
Perkembangan pada penyakit emfisema dapat dikatakan sangat lambat.
Karena biasanya penderita akan merasakan sesak napas selama
kegiatan atau latihan, dan alasan inilah yang mendorong seseorang
datang ke dokter untuk melakukan konsultasi (Irianto, Koes. 2014).

Emfisema datang secara bertahap, biasanya setelah penderita merokok


selama bertahun-tahun, penyakit ini baru dapat dirasakan. Jika sudah
semakin buruk, ketika penderita melakukan hal kecil maka akan
mengalami sesak napas yang cukup hebat. Penyebab dari penyakit
emfisema: Usia, merokok, polusi udara, jenis kelamin, keturunan,
jarang berolahraga, pola hidup tidak sehat, reaktifitas saluran
pernapasan dan kekurangan enzim alpha -1 antitrypsin (Irianto, Koes.
2014).

Berikut adalah gejala penyakit emfisema : sesak napas, batuk kronis


sering merasa gelisah, penurunan berat badan, sering merasa kelelahan
berkurangnya napsu makan, pembengkakan pada mata kaki dan kaki,
dan penurunan kemampuan untuk berolahraga (Irianto, Koes. 2014).

3) Pengobatan pada emfisema

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 25


Berhenti merokok adalah pengobatan yang paling penting dan efektif
utuk menananganigejala penyakit emfisema. Dengan hanya berhenti
merokok dapat menghentikan perkembangan kerusakan paru-paru,
penyebab rokok yang dapat menimbulkan penyakit ini. Yang pastinya
harus disertai dengan melakukan cek ke dokter terhadap jenis
pengobatan pada penyakit ini, karena jika pengobatan tanpa lakukan
dengan tuntas (sampai sembuh) maka penyakit yang sebelumnya di
derita akan semakin parah (Irianto, Koes. 2014).

D. Faktor Resiko Gangguan Sistem Pernapasan


Faktor yang dapat memengaruhi pernafasan,antara lain tingkat perkembangan
(usia), gaya hidup, status kesehatan, dan obat tertentu (narkotik).

1. Perkembangan
Saat bayi lahir,terjadi perubahan system pernafasan menjadi terisi udara dan
paru mengalami pengembangan. Selain itu, perubahan terjadi pula pada laju
ernafasan. Pada bayi, dada berbentuk bulat (tong) dan semakin lama sisi
anteroposterior semakin kecil dibandingkan sisi mediolateral. Pada orangtua,
terjadi perubahan bentuk toraks dan laju pernafasan (Tamsuri, Anas. 2008).

2. Gaya Hidup
Latihan fisik atau aktivitas menyebabkan peningkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan dan frekuensi jantung dalam rangka menyuplai oksigen bagi tubuh.
Kebiasaan merokok dan jenis pekerjaan tertentu dapat menimbulkan penyakit
pernafasan (Tamsuri, Anas. 2008).

3. Status Kesehatan
Pada orang sehat, system pernafasan dan kardiovaskuler memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Penyakit pernapasan dan penyakit
kardiovaskuler dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyuplai
oksigen bagi tubuh (Tamsuri, Anas. 2008).

4. Obat-obatan

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 26


Narkotik seperti morfin dan meperidin hidroklarida (Demerol) menurunkan
frekuensi dan kedalaman pernafasan karena mendepresi pusat pernafasan pada
medulla (Tamsuri, Anas. 2008).

5. Lingkungan
Ketinggian tempat, suhu (panas dan dingin), dan polusi dapat memengaruhi
oksigenasi. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan oksigen
(PaO2) pada pernafasan individu. Hal ini menyebabkan orang yang berada di
ketinggian memiliki pernafasan yang lebih cepat dan lebih dalam. Dalam
lingkungan yang panas, terjadi dilatasi pembuluh darah yang akan
meningkatkan jumlah panas yang hilang dari tubuh. Dengan vasodilatasi, lumen
pembuluh darah melebar dan menyebabkan penurunan tahanan aliran darah.
Tubuh merespons kondisi ini dengan output untuk mempertahankan tekanan
darah. Peningkatan curah jantung memerlukan oksigen (Tamsuri, Anas. 2008).

6. Kebiasaan Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang menjadi penyebab utama gangguan pernapasan
karena dengan rokok akan meninggalkan ribuan toksin (Tamsuri, Anas. 2008).

7. Gangguan Pernafasan
Dalam paru-paru seperti tar, karbon monoksida, dan nikotin. Ribuan
toksin/racun itu akan mengakibatkan gangguan pernafasan seperti batuk,
bronkitis, bahkan pneumonia. Selain itu bahkan dapat enyebabkan kanker paru-
paru juga (Tamsuri, Anas. 2008).

8. Kurang Berolahraga
Olahraga sangat penting untuk tubuh, bahkan untuk pernafasan. Jika Anda
kurang berolahraga badan akan mudah menjadi tidak fit. Kurangnya gerak dan
olahraga menyebabkan aliran darah tidak lancar sehingga nutrisi bagi sel-sel,
jaringan, dan organ tubuh sangat minim dan sistem imunitas tubuh akan menjadi
terganggu sehingga tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Tubuh yang dalam
keadaan seperti ini akan dengan mudah mengalami gangguan pernafasan, sebut
saja misalnya flu (Tamsuri, Anas. 2008).

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 27


9. Kurang Tidur
Tidur yang cukup penting agar sistem kekebalan tubuh tetap berfungsi dengan
baik karena pada saat kita tidur, tubuh akan mengembalikan dan merehabilitasi
kerja semua sel-sel tubuh, termasuk jaringan yang menghasilkan sel-sel
kekebalan tubuh. Orang yang kekurangan waktu tidurnya biasanya cenderung
mengalami gangguan pernapasan misalnya seperti asma, yang biasanya muncul
karena alergi atau infeksi (Tamsuri, Anas. 2008).

10. Stres
Ketidakseimbangan hormon akan terjadi pada orang yang mengalami stress.
Ketidakseimbangan hormon akan mengakibatkan sistem metabolisme dan daya
tahan tubuh menurun. Berkurangnya daya tahan tubuh seringkali berujung pada
infeksi dan gangguan pernapasan. Stres juga bisa menyebabkan sempitnya
saluran napas dan memicu asma (Tamsuri, Anas. 2008).

E. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan


1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
a. Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.

b. Batasan Karakteristik
1). Subjektif: Dispnea
2). Objektif:
a) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah
kasar, dan ronkhi kering)
b) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan
c) Batuk tidak ada atau tidak efektif
d) Sianosis
e) Kesulitan untuk bersuara
f) Penurunan bunyi napas

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 28


g) Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk
atau berdiri dan sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru
h) Kegelisahan
i) Sputum
j) Mata terbelalak (melihat)

c. Faktor yang berhubungan.


1). Lingkungan
Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
2). Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan
napas buatan, terdapat benda asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan
eksudat pada alveoli.
3). Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, infeksi, asma,
alergi jalan napas, dan trauma
4). Hasil yang disarankan NOC
a) Status pernapasan; pertukaran gas.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri
b) Status pernapasan; ventilasi.
Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru
c) Perilaku mengontrol gejala.
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan
yang didapat pada fungsi fisik dan emosi
d) Perilaku perawatan: penyakit atau cidera
Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi/menghilangkan patologi

2. Ketidakefektifan Pola Nafas


a. Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami
penurunan ventilasi yang adekuat, aktual atau potensial, karena perubahan pola
nafas.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 29


b. Batasan karakteristik
1). Mayor (harus ada)
a) Perubahan frekuensi dan pola pernafasan (dari nilai dasar)
b) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
2). Minor (mungkin ada)
a) Ortopnea
b) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
c) Pernafasan disritmik
d) Pernafasan yang hati-hati

c. Faktor yang berhubungan


1). Patofisiologis
a) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental, sekunder akibat:
infeksi, inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
b) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak
efektif, sekunder akibat:
i. Penyakit system persarafan, misal: miastenia gravis
ii. Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala
iii. Cedera serebrovaskular (stroke)
iv. Kuadriplegia

c) Terkait pengobatan
Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat
i. Efek sedativ obat
ii. Anestesia, umum atau spinal
iii. Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat
(sebutkan)
iv. Berhubungan efek trakeostomi  (perubahan sekresi)

d) Situasional (personal, lingkungan)


Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat: pembedahan atau
trauma, nyeri, takut, ansietas, kelelahan, gangguan persepsi/kognitif.
i. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 30


ii. Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap.
iii. Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap

3. Gangguan Pertukaran Gas


a. Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
dimembrane kapiler-alveolar.Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi
atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang
bersih.

b. Batasan karakteristik
1). Subjektif
a) Dispnea
b) Sakit kepala pada saat bangun
c) Gangguan penglihatan

2). Objektif
a) Gas darah arteri yang tidak normal
b) pH arteri tidak normal
c) Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
d) Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau kehitaman)
e) Konfusi
f) Sianosis (hanya pada neonates)
g) Karbondioksida menurun
h) Diaphoresis
i) Hiperkapnea
j) Hiperkarbia
k) Hipoksia
l) Hipoksemia
m) Iritabilitas
n) Cuping hidung mengembang
o) Gelisah
p) Sputum

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 31


q) Takhikardia
r) Mata terbelalak

3). Faktor  yang berhubungan


a) Lingkungan
Merokok, menghirupasap rokok, dan perokok pasif.
b) Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya
jalan napas bantuan, sekresi pada bronki, eksundat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial,
infeksi asma, alergi jalan naps, dan trauma.

4). Hasil yang Disarankan NOC


a) Status pernapasan: pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar untuk
mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.
b) Status pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan
keluar dari paru-paru.
c) Perilaku mengontrol gejala: tindakan seseorang yang yang
meminimalkan perubahan sampingan yang di dapat pada fungsi fisik
dan emosi.
d) Perilaku perawatan: penyakit atau cidera tindakanseseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan patologi.

4. Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan


a. Definisi
Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika individu
berisiko mengalami ancaman pada jalan masuk udara menuju saluran
pernapasan dan/ ancaman pada pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan
system vaskuler.
b. Faktor resiko
Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang
berhubungan).
c. Faktor yang berhubungan

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 32


1). Patofisiologis
Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental, sekunder akibat :
infeksi, inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif,
sekunder akibat:
a) Penyakit system persarafan, missal: miastenia gravis.
b) Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala.
c) Cedera serebrovaskular (stroke).
d) Kuadriplegia.

2). Terkait pengobatan


Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:
a) Efek sedative obat (sebutkan).
b) Anestesia, umum atau spinal.
c) Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan).
d) Berhubungan efek trakeostomi  (perubahan sekresi)

3). Situasional (personal, lingkungan)


Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:
a) Pembedahan atau trauma.
b) Nyeri, takut, ansietas.
c) Kelelahan

4). Gangguan persepsi/kognitif


Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah.
Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 33


ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian tgl. : 02 Oktober 2017 Jam : 10.30
WIB
MRS tanggal : 02 Oktober 2017 No. RM : -
Diagnosa Masuk :-
Ruangan/kelas : Ruang A

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. V Penanggung jawab biaya
Usia : 7 tahun Nama :-
Jenis kelamin : Perempuan Alamat :-
Suku/Bangsa : Jawa Hub. Keluarga :-
Agama : Islam Telepon :-
Pendidikan : SD
Status perkawinan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat :-
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : batuk sejak 2 minggu pada malam hari, demam ringan, bersin-bersin
pada pagi hari, hidung tersumbat
2. Keluhan Penyakit Sekarang : -
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Riwayat penyakit kronik dan menular □ya, jenis.................... □tidak
2. Riwayat alergi □ya, jenis.................... □tidak
3. Riwayat operasi □ya, jenis.................... □tidak
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
□ya : asma □tidak
E. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
Keadaan umum □baik □sedang □lemah
S : 38,1 ◦C N : 100 x/mnt TD : .... mmHg RR : 24 x/mnt
Saturasi: O2 99%

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 34


2. Sistem pernapasan
a. Pola napas: irama : □ Teratur □ Tidak teratur
b. Jenis □Dispnoe □kusmaul □Ceyne Stokes Lain-lain : ...
Pernapasan cuping hidung □ada □tidak
Septum nasi □simetris □tidak simetris
Lain-lain : ....
c. Bentuk dada □simetris □asimetris □barrel chest
□funnel chest □pigeon chest
d. Keluhan □sesak □batuk □nyeri waktu napas
e. Irama napas □teratur □tidak teratur
f. Suara napas □vasculer □ronchi D/S □wheezing D/S □rale D/S

II. ANALISA DATA


Data Etiologi Masalah
DS: - Produksi sputum - Bersihan jalan nafas
- Pasien mengeluh batuk berlebihan menyebabkan tidak efektif
semenjak 2 minggu yang sumbatan jalan nafas
lalu
- Pasien mengalami
bersin-bersin
- Pasien mengalami
hidung tersumbat
sehingga sulit bernafas

DO:
- R : 24 x/menit
- Ronchi

DO: - Penyempitan - Gangguan pertukaran


- Wheezing bronkiolus gas
- Saturasi : O2 99%

- -

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 35


III.MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas

IV. ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi Rasional
keperawatan evaluasi (tindakan
keperawatan)

Bersihan jalan napas - Menunjukkan 1. Memfasilitasi 1. Mengetahui


tidak efektif
pembersihan kepatenan jalan keadaan umum
berdasarkan dengan
produksi sputum jalan nafas yang udara pasien
berlebih ditandai
efektif yang 2. Mengeluarkan 2. Memamanifestasika
dengan sumbatan
jalan napas ditandai dibuktikan oleh secret dari jalan n adanya bunyi
dengan batuk selama
pencegahan nafas dengan nafas
2 minggu,
bersin dan tersumbat aspirasi, status memasukkan 3. Mencegah pasien
pernafasan: sebuah kateter tidak sesak nafas
kepatenan jalan penghisap ke 4. Untuk mencegah
nafas. dalam jalan nafas aspirasi
Dibuktikan dengan oral atau trakea 5. Penurunan kadar O2
indikator :
3. Mengindentifikas atau saturasi
- Kemudahan
i , menangani
bernapas
dan mencegah
- Frekuensi dan
reaksi invlamasi
irama
konstriksi
pernapasan baik
didalam jalan
- Pergerakan
nafas
sputum
4. Meningkatkan
keluar dari jalan
napas inhalasi dalam
- Pergerakan
pada pasien yang
sumbatan keluar
memiliki riwayat
dari jaalan napas
keturunan
5. Mengalami
tekanan
intraktoraksik

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 36


dan kompresi
parenkim paru
untuk
pengerahan
tenaga dalam
menghembuskan
udara

Gangguan perukaran - Mendemonstrasi 1. Kaji pola 1. Mengetahui tindakan


gas berdasarkan
kan peningkatan pernapasan selanjutnya
penyempitan bronkus
ditandai dengan ventilasi dan pasien 2. Memaksimaalkan
bunyi napas
oksigenasi yang 2. Posisi pasien ventilasi
wheezing
adekuat untuk 3. Mengoptimalkan
memaksimalkan pernapasan
- Mendemonstrasi
ventilasi 4. Mengetahui adanya
kan batuk efektif
3. Auskultasi suara keabnormalan pada
dan suara nafas
napas,catat pernapasan untuk
yang bersih,tidak
adanya suara mengoptimalkan
ada sianosis dan
tambahan tindakan
dyspnew
5. Mendengarkan bunyi
(mampu
pernapasan
mengeluarkan
sputum, mampu
bernapas dengan
mudah).

- Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 37


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem respirasi merupakan komponen penting yang terdapat dalam tubuh manusia.
Selain mempelajari bagian anatomi dan fisiologi sistem pernapasan, ada banyak hal
yang dapat berpengaruh sebagai referensi bagi dunia kesehatan. Kita dapat
mengetahui hasil pemeriksaan dengan melakukan pemeriksaan fisik sistem respirasi.
Hal ini berfungsi salahsatunya untuk pembuatan asuhan keperawatan yang terdiri dari
proses keperawatan, pengkajian, analisa data, penegakan diagnosa, intervensi dan
implementasi. Dalam sistem pernapasan, juga terdapat gangguan dan faktor-faktor
penyebab dari sistem pernapasan. Maka akan di kaji dalam bentuk asuhan
keperawatan sistem respirasi.

3.2 Saran
Pernapasan merupakan salah satu proses yang sangat penting untuk manusia, apabila
mengalami kerusakan akan mengganggu proses pernapasan, maka dari itu jagalah
kesehatan organ pernapasan terutama pada paru-paru dan organ sistem pernpasan
lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan tersebut.

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 38


DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Koes. 2014. Anatomi dan Fisiologi. Bandung. Alfabeta


Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika
Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Pernapasan. Jakarta. EGC
Panda, UN. 2014. Kamus Keperawatan & Kebidanan. Tanggerang. Binarupa
Aksara
Wilkinson, Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC
Soemantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka
Nuswantari, Dyah. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta.
EGC

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 39


LAMPIRAN

Makalah Tutorial 3 Sistem Respirasi Page 40

Anda mungkin juga menyukai