Anda di halaman 1dari 17

1

LAPORAN TUTORIAL
BLOK RESPIRASI
SKENARIO 1

KELOMPOK XIX
1 Agung Budi Suristio
2 Annisa Julia Nahuway
3 Arina Tsusayya R
4 Bepriyana Y
5 Fikri Dian Dinu A
6 Giska Widya Dephita
7 Hana Kamila
8 Ichsan Maulana
9 Irma Kurniawati
10 Nurul Azmi
11 Ratih Ayu Oki Prasiwi
12 Reinaldo Bobby Y

G0013010
G0013034
G0013038
G0013058
G0013096
G0013102
G0013106
G0013116
G0013120
G0013182
G0013194
G0013196

TUTOR : Reni Wijayanti, dr., M.Sc


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2014

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
SKENARIO 1.......................................................................................................3
BAB II DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA............................................................4
SEVEN JUMP......................................................................................................4
BAB III PENUTUP ...............................................................................................18
KESIMPULAN .................................................................................................18
SARAN .............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
Seorang laki-laki berusia 56 tahun dating ke poliklinik Paru RS.Dr
Moewardi dengan keluhan utama batuk berdahak bercampur darah. Keluhan
batuk berdahak sejak lebih dari 2 minggu yang lalu, batuk darah terjadi sebelum
dating ke poliklinik. Pasien juga mengeluh sering masuk angin, demam sumersumer, nyeri tulang sendi, mudah capek dan lemah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD : 110/80 mmHg, RR:26x/menit,
suhu 37,6C dan denyut nadi 88 kali/menit. Pada auskultasi kedua lapang paru,
didapatkan suara ronkhi di lapang paru kanan. Kemudian pasien dilakukan
pemeriksaan radiologis thoraks PA, didapatkan gambaran garis-garis fibrotik dan
perselubungan awan di lapangan paru atas kanan. Kemudian oleh dokter pasien
direncanakan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan
penatalaksanaan.

BAB II
DISKUSI DAN STUDI PUSTAKA
SEVEN JUMP
Langkah 1 : Klarifikasi Istilah dan Konsep
1. Ronkhi

: suara napas tambahan bernadarendak

sehingga bersifat sonor, terdengar raspy (tidak mengenakkan), terjadi pada


saluran naas besar seperti trakhea bagian bawah dan bronkus utama.
Desababkan karena udara melewati penyempitan, biasanya terjadi saat
ekspirasi (Broto, 2014).
2. Batuk

: desakan napas karena ada rangsangan

berupa benda asing/agen infeksi/pus, mekanik/tersedak, bahan kimia, serta


peradangan. Batuk merupakan rangsangan fisiologis tubuh yang berfungsi
menjaga dan membersihkan saluran napas bawah (laring-alveolus)
(Revino, dkk, 2008).
3. Demam sumer sumer
4. Batuk dahak

:: ekspektorasi darah akibat perdarahan pada

saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran
napas bawah laring (Rasmin, Menaldi).
5. Masuk angin
: kumpulan gejala yang secara subyektif
disampaikan oleh penderita sebagai pusing, mual, kembung, badan
meriang dan lain-lainnya (Kinsella, Naomi ,2000).
6. Garis-garis fibrotik
: garis-garis fibrotik adalah pembentukkan
jaringan fibrosa yang biasanya disebutfibrosis pleura viseral sehingga
sebagian atau keseluruhan paru tertutup oleh bercak atau lapisan tebal
jaringan fibrosa sehingga paru bisa tiak mengembang (Dorland, 2010).
7. Perselubungan seperti awan
: gambaran dari makrofag yang
menginfiltrasi alveolar yang telah terinfeksi kuman TB.
8. Dahak
: lendir kental dan lengket , disekresi di
saluran pernafasan, akibat dari radang, iritasi atau infeksi saluran nafas dan
dibuang melalui mulut. Warnanya abu-abu atau putih
Langkah 2 : Menetapkan/Mendefinisikan Masalah
1. Apa saja anatomi, histologi, dan fisiologi sistem respirasi?
2. Bagaimana mekanisme batuk, batuk dahak, dan batuk darah?

3.
4.
5.
6.

Apa saja hubungan keluhan utama dengan keluhan lain yang menyertai?
Apa diagnosis banding dari kasus pada skenario tersebut?
Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Bagaimana mekanisme suara ronchi, garis fibrotik, dan perselubungan

seperti awan di paru kanan?


7. Apa saja pemeriksaan lebih lanjut yang dibutuhkan?
8. Apa etiologi dari kasus pada skenario tersebut?
9. Apa saja penatalaksanaan kasus TB?
Langkah 3 : Analisa Masalah
1. Anatomi, histologi, dan fisiologi sistem respirasi
a. Anatomi :
- Urutan jalannya pernapasan

Nares anterior Cavitas nasalis nasopharyx larynx trachea

bronchus primarius bronchiolus bronchiolus terminalis


bronchiolus respiratorius ductus alveolaris sacculus alveolaris
alveolus.

Bronkus principalis dexter

Bronkus principalis sinister

Lebih pendek, panjangnya 2,5 cm dan Lebih panjang, panjangnya 5 cm dan


mempunyai 6-8 cincin tulang rawan

mempunyai 9-12 cincin tulang rawan

Lebih vertikal, membentuk sudut 25o Lebih horizontal, membentuk sudut


ke kanan dari garis tengah

45o ke kiri dari garis tengah

Lebih lebar

Lebih sempit

Perbedaan bronkus principalis dexter et sinister

b. Histologi
c. Fisiologi
2. Mekanisme batuk, batuk dahak, dan batuk berdarah
Mekanisme khas batuk:
a. Napas dalam (fairly deep initial inspiration)

b. Penutupan glottis yang kuat, diperkuat dengans truktur supraglottis.


c. Konstraksi otot cepat dan bertekanan kuat
d. Glottis terbuka secara tiba-tiba sedangkan otot tetap berkontraksi.
Pada mekanisme 3 dan 4, tekanan parsial udara di paru paru jauh lebih
tinggi dari di atmosfir. Sehingga ada kombinasi antara jalan napas yang
sempit akibat kontraksi otot dan tekanan yang tinggi menyebabkan aliran
udara paksaan.
3. Hubungan keluhan utama dengan keluhan lain yang menyertai
4. Diagnosis banding dari kasus pada skenario tersebut
5. Interpretasi dari pemeriksaan fisik
6. Mekanisme suara ronchi, garis fibrotik, dan perselubungan seperti awan di
paru kanan
a. Mekanisme suara ronchi : b. Mekanisme garis fibrotic : c. Mekanisme perselubungan seperti awan :
Kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia,ada yang bersarang di
hidung,faring,trachea,namun kuman tersebut baru akan aktif jika
menginfeksi tubuh manusia ketika mencapai alveolar. Ketika
menginfeksi,akan memicu leukosit yang nanti akan digantikan oleh
makrofag. Makrofag ini akan mengilfiltrasi alveolar yg sudah
terinfeksi kuman TB. Infiltrasi makrofag ini lah yang akan
memberikan gambaran perselubungan awan.
7. Pemeriksaan lebih lanjut yang dibutuhkan
a. Pemeriksaan laboratorium darah rutin
- Pemeriksaan LED
- Pemeriksaan limfositosis
b. Foto thoraks Posterior dan Anterior
- Terdapat bayangan lesi di segmen atas paru
- Terdapat bayangan berawa (patchy) atau berbercak (noduar)
- Adanya kavitas tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama si lapangan atas paru
- Adanya kalsifkasi
- Bayangan menetap pada foto thoraks berulang 2 minggu
selanjurnya
- Bayangan milier
c. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan Sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun


pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70% pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap hasil TB.
e. Tes Mantoux atau Tuberkulin
f. Teknik polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam tehadap
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1
mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
g. Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Deteksi growth indexberdasarkan CO2 yang dihasilkan

dari

metabolisme asam lemak oleh M. Tuberculosis.


h. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang etrjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
i. MYCODOT
Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik dalam jumlah
memadai maka warna sisir akan berubah.
8. Etiologi dari kasus pada skenario tersebut
9. Penatalaksanaan kasus TB
Langkah 4 : Menginventarisasi secara sistematis berbagai penjelasan yang
didapatkan pada langkah tiga

Pasien

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Keluhan Utama :
-batuk berdahak campur
darah

- vital sign
- auskultasi : ronkhi
lapang paru kanan

Pemeriksaan Penunjang

- radiologi thoraks PA

Keluhan Lain :
- masuk angin
-demam sumer-sumer
-nyeri tulang dan sendi
- mudah capek dan lemah

Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan laboratorium darah rutin
Foto thoraks Posterior dan Anterior
Pemeriksaan sputum BTA
Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Tes Mantoux atau Tuberkulin
Teknik polymerase Chain Reaction
Becton Dickinson Diagnostic Instrumen System (BACTEC)
Linked
Immunosorbent
Langkah 5Enzyme
: Merumuskan
sasaran
pembelajaranAssay
MYCODOT
1.
2.
3.
4.

Bagaimana mekanisme batuk dahak dan batuk darah?


Apa saja hubungan keluhan utama dengan keluhan lain yang menyertai?
Apa diagnosis banding dari kasus pada skenario tersebut?
Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?

5. Bagaimana mekanisme suara ronchi, garis fibrotik, dan perselubungan


seperti awan di paru kanan?
6. Apa etiologi dari kasus pada skenario tersebut?
7. Apa saja penatalaksanaan kasus TB?
Langkah 6 : Mengumpulkan informasi tambahan di luar waktu diskusi
kelompok
1. Dilakukan di luar tutorial
2. Penelusuran pustaka, konsultasi pakar, pengamatan lapangan, diskusi
kelompok tanpa tutor untuk mencari / mempelajari apa yang sudah
ditetapkan sebagai sasaran belajar
Langkah 7 : Melakukan sintesis dan pengujian informasi-informasi yang
terkumpul
1

Bagaimana mekanisme batuk dahak jadi batuk berdarah?


Batuk darah disebabkan oleh adanya pembuluh darah yang pecah
dan baruk berfungsi untuk mengeluarkan produk-produk radang tersebut
keluar. Secara anastomis asal perdarahan berbeda untuk setiap keadaan
patologis tetentu. Pada tuberkulosis, perdarahan mungkin terjadi karena
robekan aneurisma arteri pulmonalis pada dinding kavitas, karena
pecahnya anastomosis bronkopulminal, atau karena proses erosif pada
arteri bromkialis yang membesar, seta akibat ulserasi mukosa bronkus
(Masjoer, 2000).

Apa hubungan keluhan utama dengan keluhan penyerta lain?


1 Hemoptosis (batuk darah) diklasifikasikan berdasar berat ringannya
atau jumlah darah yang dibatukkan
a Bercak
- Darah bercampur sputum
- Volume darah : <15-20 ml/24 jam
- Biasanya pada bronchitis
b Hemoptosis
- Volume darah 20-600 ml/24 jam
- Pada kanker, pneumonia, TB, emboli paru
c Hemoptosis masif
- Volume darah 7600 ml/24 jam

10

- Pada kasus kanker paru, kavitas pada TB, dan bronkiektasis


Pseudohemoptosis
Terdapat luka yang sengaja di mulut, faring atau rongga hidung
Gejala pada kasus
a Gejala sistemik atau umum
- Demam tidak terlalu tinggi berlangsung lama
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Malaise, lemah
- Batuk lebih dari tiga minggu
b Gejala khusus
- Sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah
d

bening yang membesar menyebabkan terdengarnya suara


-

mengi.
Terdapatnya

terjadinya nyeri dada


Pada tulang terjadi infeksi menyebabkan keluar nanah pada

kulit
Pada anak anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus

cairan

pada

rongga

pleura

menyebabkan

otak) yang dapat menyebabkan meningitis


3

Apa saja diagnosis banding?

TB paru
Disebabkan
oleh

Bronkiektas

Bronkitis

Asma

Kanker

Infeksi jamur

is

kronis

bronkial

paru

pada paru

Pelebaran

Disebabkan

Disebabk

Tumor

Disebabkan

oleh

an

gangguan

infeksi bronkus

Mycobacteriu

yang

pembentuk

abnormal

an

tuberculosis

dan

yang

menetap

oleh ganas

oleh

infeksi

paru

atau

primer

kolonisasi

kronik

yang

jamur

berlebihan

jalan

berasal

reaksi

akibat

dalam

napas

dari

hipersensitifit

kerusakan

bronkus

saluran

as

komponen

napas

jamur

elastis dan

atau

muskular

epitel

dinding

bronkus

mucus inflamasi

atau

terhadap

11

bronkus
Gejala klinis: Gejala

Gejala

Gejala

Gejala

Gejala klinis:

Batuk

lebih klinis:

klinis:

klinis:

klinis:

Batuk-batuk,

dari 4 minggu Batuk

Batuk

Bising

Batuk

batuk

dengan

produktif

mengi,

hebat

banyak

tanpa sputum, dengan

berlangsun

batuk

lebih

dahak,

malaise,

sputum

g 3 bulan produktif

parah

sesak,demam,

flu, banyak,

dalam satu (terutama

daripada

nyeri

tahun

pada

batuk

dan bisa juga

2 malam

kronis,

tanpa gejala.

gejala

atau kronik

demam

demam,

derajat

tidak nafsu selama

rendah, nyeri makan,

tahun

hari),

dada,

batuk penurunan

berturut-

napas atau s, mengi,

darah

BB,

turut

dada

nyeri

anemia,

seperti

dada

nyeri

tertekan

pleura,

(nyeri

lemah

dada)

darah,

dada,

hemoptisi

badan

Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang?


Pada pemeriksaan penunjang di skenario yaitu gambaran foto
toraks menunjukan adanya gambaran garis fibrotik dan gambaran seperti
awan pada lapang paru kanan atas, pulmo dexter mempunyai resiko
terjadinya infeksi yang lebih karena secara anatomis bronkus dexter
mempunyai topologi yang lebih besar serta mengarah langsung kebagian
bawah, gambaran seperti awan dan garis-garis dapat disebabkan oleh selsel neoplasma, inflamasi karena infeksi mikroorganisme, dan hal lain.

12

Pada kasus ini dugaan diagnosis masih harus dipastikan melalui


pemeriksaan histologis sputum.
5

Mekanisme suara ronchi, garis fibrotik di paru kanan?


Suara ronkhi adalah bunyi nafas tambahan yang merupakan suara
getaran dari jariangan paru yang sakit. Suara ronkhi ada dua, yaitu ronkhi
kering dan ronkhi basah.
1

Ronkhi Kering
Bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran
nafas akibat penyempitan. Kelainan ini terjadi pada mukosa atau
adanya secret yang kental dan lengket. Terdengar jelas pada ekspirasi,
namun terkadang saat inspirasi juga terdengar. Suara ini dapat
terdengar pada semua bagian bronkus, makin kecil diameter lumen
maka makin tinggi dan keras nadanya. Wheezing merupakan ronkhi
kering yang tinggi nadanya dan panjang yang bisa terdengar pada

penderita asma.
Ronkhi Basah
Ronkhi basah sering disebut dengan suara krekels (crackles)
atau rales. Suaranya berisik dan terputus akibat aliran udara yang
melewati cairan. Umumnya terdengar pada saat inspirasi. Ronkhi
basah ada yang halus, sedang atau kasar. Ronkhi halus biasanya
terdapat pada bronkiolus, sedangkan yang lebih halus berasal dari
alveolus yang sering disebut krepitasi, akibat terbukanya alveoli pada
akhir inspirasi. Sifat ronkhi basah ini dapat menyaring atau tidak
menyaring. Ronkhi basah ini mencerminkan adanya inflamasi dan
sering timbul pada kondisi pneumonia, bronchitis, gagal jantung
kongesti, bronkiektasis, dan fibrosis pulmonal

Apa etiologi kasus?


Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium

tuberculosis

dan

menular

secara

langsung.

Mycobacterium tuberculosis termasuk bakteri gram positif dan

13

berbentuk batang. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang


paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat
khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai
untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai
basil tahan asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati
dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat
yang gelap dan lembab. Kuman dapat dormant atau tertidur sampai
beberapa tahun dalam jaringan tubuh.
Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh
banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
Secara klinis, tuberkulosis dapat terjadi melalui infeksi primer dan
pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terkena kuman
tuberkulosis untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui
saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi
peradangan. Hal ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis yang
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu
terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar

14

4-6 minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya


kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan
perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan
jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai
persister atau dormant, sehingga daya tahan tubuh tidak dapat
menghentikan

perkembangbiakan

kuman,

akibatnya

yang

bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis dalam beberapa


bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses (terselubung)
dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi
pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru
hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular.
Infeksi pasca primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah
infeksi primer. Ciri khas tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya efusi pleura.
Risiko terinfeksi tuberkulosis sebagian besar adalah faktor risiko
eksternal, terutama adalah faktor lingkungan seperti rumah tak sehat,
pemukiman padat dan kumuh. Sedangkan risiko menjadi sakit
tuberkulosis, sebagian besar adalah faktor internal dalam tubuh
penderita sendiri yang disebabkan oleh terganggunya system
kekebalan dalam tubuh penderita seperti kurang gizi, infeksi
HIV/AIDS, dan pengobatan dengan immunosupresan.
7

Bagaimana penatalaksanaan kasus TB?


Penderita tuberkulosis paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah
sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini
seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini,
pengobatan dengan obat antituberkulosis (OAT) tidak diperlukan, tapi
cukup diberikan pengobatan simtomatis. Resistensi terhadap OAT
terjadi umumnya karena penderita yang menggunakan obat tidak
sesuai atau patuh dengan jadwal atau dosisnya. Resistensi ini

15

menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman


pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman.
a. Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian
OAT :
-

Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat

mungkin melalui kegiatan bakterisid.


Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan

dengan kegiatan sterilisasi.


Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan
daya tahan imunologis

Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :


a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan
populasi kuman yang membela dengan cepat
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan
jangka

pendek

atau

kegiatan

bakteriostatik

pada

pengobatan

konvensional
OAT yang biasa digunakan adalah : isoniazid (INH), rifampisin (R),
pirazinamid (Z).
b. Pembedahan TB Paru
Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkurang
c. Directly Pbserved Treatment Shortcourse (DOTS)

16

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Batuk merupakan desakan napas karena ada rangsangan berupa benda
asing/agen infeksi/pus, mekanik/tersedak, bahan kimia, serta peradangan. Hal ini
merupakan

rangsangan

fisiologis

tubuh

yang

berfungsi

menjaga

dan

membersihkan saluran napas bawah (laring-alveolus). Batuk menjadi perlu


diwaspadai apabila terjadi dalam waktu lama, dan dalam batuk itu sendiri disertai
dengan dahak yang berlebih atau darah.
Dari pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang dalam skenario ini, dapat disebutkan bahwa penyakit yang diderita
pasien mengarah pada penyakit TB. Hal ini terutama dibuktikan dari batuk yang
dialami pasien sudah berlangsung selama 2 minggu dan disertai dahak, juga dari
pemeriksaan radiologis yang menggambarkan adanya perselubungan awan.
Namun, untuk mengetahui lebih pasti terntang diagnosis kasus ini perlu dilakukan
pemeriksaa-pemeriksaan lanjutan.
SARAN

Peserta diskusi diharapkan lebih aktif lagi dan memperbanyak referensi

agar diskusi berjalan lebih baik lagi.


Dari skenario, sebaiknya apabila sudah ditemukan batuk sekitar 2 minggu,
lebih baik seorang penderita batuk tersebut segera mungkin untuk

memeriksakan diri ke dokter.


Apabila memang benar ditemukan penyakit TB pada pasien, seharusnya
pasien mau mengikuti langkah-langkah dalam terapi pengobatan penyakit
TB hingga tuntas walaupun memang pengobatan penyakit TB memerlukan
waktu yang cukup lama hingga sembuh total. Hal ini dikarenakan pada
penyakit TB dapat ditularkan melalui droplet (percikan dahak), yang
apabila droplet tersebut masuk ke saluran nafas orang yang sehat dapat
terjadi penularan.
DAFTAR PUSTAKA

17

Braunwald, E., Fauci, A.S., Isselbacher, K.J., Wilson, J.D., Martin, J.B., Kasper,
D.L., et al, 2001. Harrison's Principles of Internal Medicine.
Philadelphia: McGraw-Hill
Ganong W.F., 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. USA: McGraw Hill
Companies
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
Kumar, Vinay. 2001. Robbins Basic Pathology 8th edition. Philadelphia : Saunders
Elsevier
Mescher, Anthony L. 2010. Junqueiras Basic Histology Text and Atlas. Singapore
: McGrawHill
Price, S. A., Wilson, L. M. 2006. 1st Volume. Patofisiologi Konsep klinis dan
Proses Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Robbins, S.L., Kumar S, Cotran, R.S. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7.
Jakarta : EGC.
R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 21 Jilid 2. Jakarta: EGC.
2006
Scanlon, Valerie., 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Sherwood, Lauralee., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sloane, Ethel., 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam FKUI Jilid II. Jakarta : EGC.
Willmore J.H., Costill D.L, and Kenney W.L, 1999. Physiology of Sports and
Exercise. 2nd ed. USA : Human Kinetics

Anda mungkin juga menyukai