Anda di halaman 1dari 56

ASFIKSIA

dr. Arkipus Pamuttu, Sp.F.M.,M.Kes

Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura


Ambon 2019
Pengertian
Keadaan yang di tandai terjadinya :
• Ganguan pertukaran udara pernapasan
• Oksigen darah berkurang (hipoksia)
• Peningkatan karbondioksida (hiperkapnia)
• Tubuh kekurangan oksigen ( hipoksia hipoksik)
• Kematian
Berdasarkan etiologi

• Penyebab alamiah
• Trauma mekanik ( asfiksia mekanik)
• Depresi pusat pernapasan
Klasifikasi Asfiksia Mekanik
1. Penutupan lubang saluran atas
– Pembekapan (smothering)
– Penyumbatan (gagging dan choking)
2. Penekanan dinding saluran pernapasan
– Penjeratan ( strangulation)
– Pencekikan ( Manual strangulation, throtting)
– Penggantungan ( hanging)
3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia
traumatic)
4. Saluran pernapasan terisi air ( drowning)
Empat fase asfiksia

• Fase dispnea
• Fase konvulsi
• Fase apnea
• Fase akhir
Stadium Asfiksia
1. Stadium pertama
– Zat asam arang ( CO2) meningkat
– Pernapasan cepat
– Nadi cepat,
– Tekanan darah meningkat
– Muka dan tangan menjadi biru atau sianosis
Sianosis, warna biru gelap pada wajah dan bibir yang merupakan karateristik
kematian akibat asfiksia (gambar 1)

Gambaran Cherry red akibat keracunan CO (gambar 2)


Stadium Asfiksia
2. Stadium kedua
– Pernapasan menjadi sukar
– Kongesti di vena dan kapiler
– Terjadi bintik – bintik perdarahan (petecchiae)
– Kesadaran menurun dan kejang
Gambaran petechial hemorrhages
Stadium Asfiksia
3. Stadium ketiga
– Gerakan tubuh berhenti
– Pernapasan melemah
– Pingsan
– Relaksasi sfingter (keluar sperma, urine dan
feces)
– Meninggal dunia
Asfiksia Mekanik

• Knight, Bernard, Lawyer’s Guide to Forensic Medicine, 2nd Cavendish Publishing Limited, 1998, p 38-42
I. PEMBEKAPAN

Pembekapan ( Smothering)
Penutupan lubang hidung dan mulut
yang menghambat masuknya udara ke
paru – paru.
I. PEMBEKAPAN
Cara kematian :
• Bunuh diri (suicide)
• Kecelakaan (accidental smothering)
• Pembunuhan (homicidal smothering)

Tanda kekerasan yang dapat ditemukan


tergantung dari jenis benda yang digunakan
dan kekuatan menekan
I. PEMBEKAPAN
Accidental smothering
tampak lebam pada dada
atas anak. Dan daerah
pucat pada wajah karena
tekanan pada tempat tidur
I. PEMBEKAPAN
Gambaran anak yang di
bekap dengan bantal pada
hidung dan mulut.

Tampak gambaran gigi


pada bibir yang tertekan
II. GAGGING DAN CHOKING
Gagging
Sumbatan terdapat pada orofaring
Choking
Sumbatan terdapat lebih dalam pada
laringofaring

Mekanisme kematian adalah asfiksia dan refleks


vagal
II. GAGGING DAN CHOKING

Cara kematian :
• Bunuh diri (suicide)
• Kecelakaan (accidental choking)
• Pembunuhan (homicidal choking)
III. PENCEKIKAN
Pencekikan ( manual strangulation )
Tindakan kekerasan akibat penekanan pada
bagian leher dari arah luar dengan tangan

Mekanisme kematian adalah


• Asfiksia
• Vagal refleks
III. PENCEKIKAN
Gambaran post mortem
1. Jejas penjeratan
– Letaknya melintang dan melingkar
– Di bawah kartilago tiroid
– Letaknya miring karena tali di tarik dari
belakang
– Tampak bekas jari pada leher, jika pelaku
menggunakan tangan
III. PENCEKIKAN
2. Gambaran akibat asfiksia
– Wajah serta bibir sianosis dan bengkak
– Bola mata menonjol dan pupil melebar
– Lidah membengkak, terjulur kadang tergigit
– Tangan tergenggam
– Inkontinensia urine dan feces
– Organ genetalia kongesti
III. PENCEKIKAN
Pemeriksaan dalam
1. Tampak resapan darah
2. Laserasi pada otot dan lapisan dalam dan tengah
arteri karotis
3. Fraktur tulang hioid dan kartilago tiroid sering
ditemukan, fraktur cervikal jarang
4. Kongesti luas pada saluran nafas
5. Paru kongesti, bercak perdarahan, pada sayatan
akan keluar darah, emfisema dengan ruptur septum
interalveolar
6. Kongesti jantung dan organ abdomen
IV. PENJERATAN
Penjeratan
Benda asing seperti tali, ikat pinggang, rantai,
stangen, kawat, kaos kaki, dan sebagainya,
yang melingkari atau mengikat leher yang
makin lama makin kuat sehingga saluran
pernafasan tertutup.
IV. PENJERATAN
Cara kematian :
• Bunuh diri (self strangulation)
• Kecelakaan
• Pembunuhan

Kematian karena refleks vasovagal adalah


karena perangsangan reseptor pada carotid
body
IV. PENJERATAN

Anak yang tercekik karena


pakaian tidurnya.
Gambaran jejas pada leher
korban terlihat jelas,
kematian dikarenakan
gerakan tali yang
melingkar di leher
korban dan merangsang
carotid bodies arteri
karotis
IV. PENJERATAN
Tampak alat jerat yang
dipakai membunuh
melingkar di leher korban

Setelah dibuka tampak


bekas alat jerat melingkar
horizontal sampai ke
belakang leher
IV. PENJERATAN
Jejas tali pada leher anak
yang dibunuh, tampak
dua jejas pada leher

Jejas penjeratan yang


khas, jejas jerat tidak
harus ada pada leher
belakang korban
V. PENGGANTUNGAN
Penggantungan ( hanging)
Keadaan dimana terjadi konstriksi dari leher
oleh alat penjerat yang ditimbulkan oleh berat
badan korban seluruh atau sebagian
V. PENGGANTUNGAN
Mekanisme kematian
1. Kerusakan pada batang otak dan medulla
spinalis
2. Asfiksia
3. Iskemia otak
4. Vagal refleks
V. PENGGANTUNGAN
Macam penggantungan
1. Gantung diri
Posisi korban pada gantung diri
– Kedua kaki tidak menyentuh tanah (complete
hanging)
– Duduk berlutut
– Berbaring
V. PENGGANTUNGAN
Jenis gantung diri
– Typical hanging
– Atypical hanging
– Kasus dengan titik gantung terletak di depan atau
di dagu
V. PENGGANTUNGAN
2. Accidental hanging
terjadi karena
kecelakaan sewaktu
bekerja atau sewaktu
melampiaskan nafsu
seksual
V. PENGGANTUNGAN
3. Homicidial hanging
– Jarang dijumpai
– Korban umumnya anak – anak, atau yang
kondisinya lebih lemah dari pelaku.
– Korban dapat dilumpuhkan terlebih dahulu
( bius, tidur, dan lain – lain )
V. PENGGANTUNGAN
Jejas jerat yang dalam pada
leher korban

Jejas jerat yang dalam


melingkar oblique
sampai di belakan leher
korban
V. PENGGANTUNGAN
Gambaran Post mortem pada penggantungan
Pemeriksaan luar
1. Tanda penjeratan pada leher.
– Makin kecil tali jejas makin dalam
– Arah jeratan berjalan miring
– Pinggir berbatas tegfas dan tidak ada tanda – tanda
abrasi
2. Makin dalam jejas makin lama korban
tergantung
3. Ukuran leher memanjang
V. PENGGANTUNGAN
4. Terdapat tanda – tanda asfiksia
5. Air liur mengalir dari sudut bibir yang
berlawanan dengan tempat simpul
6. Lebam jelas terlihat pada tungkai
7. Tangan biasanya tergenggam
8. Urin dan feces biasanya keluar
V. PENGGANTUNGAN
Pemeriksaan dalam
1. Jaringan di bawah jeratan putih dan mengkilap
akibat kekurangan darah
2. Platisma dan otot sekitar jeratan memar atau ruptur
3. Lapisan tengah atau dalam pembuluh mengalami
laserasi atau ruptur
4. Fraktur hiodi jarang terjadi
5. Fraktur kartilago tiroid jarang terjadi
6. Fraktur 2 tulang cervical atas (C1 dan C2)
Perbedaan penggantungan dan pencekikan

penggantungan pencekikan

1. Jejas berat oblik melintang

2. Pinggiran jejas Batas tegas Batas tidak tegas

3. Otot leher Memar sedikit Memar lebih banyak

4. Jaringan di bawah Putih, keras, berkilap Lunak, warna


jejas kemerahan
5. Arteri Karotis Rusak jika tubuh Sering rusak
dijatuhkan dari tempat
tinggi
6. Tulang hioid Jarang fraktur Sering fraktur
Perbedaan penggantungan dan pencekikan

7. Perdarahan jarang Sering


8. Kartilago Tiroid Jarang fraktur Sering Fraktur
9. Wajah Pucat jarang petechie Kongesti, sering
petechie
10. Leher Tertarik dan memanjang Tidak memanjang
11. Tanda asfiksia Tidak begitu jelas Lebih jelas
12. Air liur Tampak mengalir Tidak terjadi
13. Paru - paru Sering Bulla emfisema jarang
14. Incontinensia urin jarang Lebih sering
dan feces
15. Cairan sperma Sering ditemukan jarang
Perkiraan kematian pada penggantungan
Pembunuhan Bunuh diri
Alat penjerat
-Simpul Biasanya simpul mati Simpul hidup
-Jumlah lilitan Hanya satu Satu atau lebih
-Arah Mendatar Serong ke atas
-Jarak titik tumpu- dekat jauh
simpul
Korban :
-Jejas jerat Berjalan Meninggi ke arah simpul
-Luka perlawanan Ada Tidak ada
-Luka – luka lain Ada sering di leher Biasanya tidak ada
-Jarak dari lantai Dekat Ada luka percobaan
bunuh diri lain
Perkiraan kematian pada penggantungan
TKP :
- Lokasi Bervariasi Tersembunyi
- Kondisi Tidak teratur Teratur
- Pakaian Tidak teratur, biasanya Rapi dan baik
robek
Alat : Dari si pembunuh Berasal dari TKP
Surat peninggalan Tidak ada Umumnya ada
Ruangan Tidak teratur, terkunci Terkunci dari dalam
dari luar
VI. ASFIKSIA SEKSUAL
Asfiksia Seksual
Asfiksia yang terjadi akibat kelainan seksual,
sedangkan asfiksia yang partial dapat
menyebabkan gangguan serebral yang disertai
dengan kepuasan seksual.

Penekanan sinus karotis yang terjadi


mengakibatkan munculnya halusinasi dan
penderita berlaku erotis
VI. ASFIKSIA SEKSUAL
Gambaran wanita yang
asfiksia akibat tertekan
pada tempat tidur saat
intercourse

Gambaran bekas gigi pada


bibir atas akibat tekanan
dari tempat tidur
VII. TENGGELAM
Tenggelam ( drowning)
Terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh
yang mana terjadi aspirasi cairan dan
mengakibatkan perubahan elektrolit dalam
darah
VII. TENGGELAM
Beberapa istilah tenggelam
1. Wet drowning
2. Dry drowning
3. Secondary drowning
4. Immersion drowning
VII. TENGGELAM
Mekanisme tenggelam
1. Tenggelam di air tawar
– Air terserap dan terjadi hemodilusi
– Perubahan biokimia darah, maka kalium plasma
bertambah (hipokalemi relatif)
– Peningkatan beban sirkulasi akibat hemodilusi
– Fibrilasi ventrikel dan anoksia otak
– Kematian
VII. TENGGELAM
2. Tenggelam dalam air asin
– Air terserap, terjadi hemokonsentrasi yang
mengakibatkan edema pulmonum
– Meningkatnya hematokrit dan kadar natrium
plasma
– Viskositas darah meningkat, terjadi anoksia otak
dan payah jantung
– Kematian
VII. TENGGELAM
Pemeriksaan luar
1. Algor mortis berlangsung cepat, kira – kira 5oF
permenit
2. Lebam mayat biasanya terjadi pada dada bagian
depan
3. Pembusukan sering tampak, kulit warna kehijauan
atau merah gelap, kulit telapak tangan dan kaki
dapat mengelupas
4. Gambaran kulit angsa ( goose flesh – cutis
anserina)
5. Busa putih halus seperti jamur (mushroom like
mass) pada mulut atau hidung
VII. TENGGELAM
Gambaran washer woman
apprereance

Kulit bayi yang mati


intrauterin, mengelupas
seperti korban pada
kasus tenggelam
VII. TENGGELAM
6. Terdapat petchial hemoragik
7. Genetalia ( pada pria) berkerut
8. Lidah ditemukan memar atau bekas gigitan
9. Cadaveric spasma jarang dijumpai
10. Luka yang ada biasanya akibat persentuhan
dengan tempat korban meninggal
11. Jika ditemukan kerusakan pada kepala dan
leher akibat benturan, kemungkinan kasus
bunuh diri dari tempat tinggi
VII. TENGGELAM
Pemeriksaan dalam
1. Pemeriksaan terutam pada sistem pernapasan
2. Benda asing dalam trakea secara makro seperti
pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air, dan
sebagainya. Mikroskopis ditemukan diatom
3. Perlu tes destruksi paru untuk mendapat diatom
4. Diatom dapat juga ditemukan di jantung
5. Jika terjadi pembusukan lanjut diatom dapat
ditemukan di sumsum tulang panjang
6. Positif jika ditemukan 5 diatom per LPB
VII. TENGGELAM

Gambaran salah satu


bentuk diatom yang
dapat ditemukan pada
kasus tenggelam
VII. TENGGELAM
7. Pleura berwarna kemerahan dan terdapat bintik
perdarahan
8. Bercak perdarahan ( berukuran 3 – 5 cm) disebut
bercak Paltauf
9. Banyak terdapat pada bagian paru bawah bagian depan
10. Kongesti pada larynx
11. Terdapat edema pulmonal,
12. paru pucat dengan bercak kemerahan dan pada irisan
mengeluarkan cairan merah kehitaman bercampur buih.
(emphysema aquosum atau emphysema hydroaerique)
VII. TENGGELAM
Pemeriksaan laboratorium pada tenggelam
1. Pemeriksaan diatom
– Jaringan paru (bila mayat segar) atau jaringan ginjal,
otot, atau sumsum tulang (bila terjadi pembusukan)
– 100 gram jaringan dilarutkan dalam asam sulfat pekatdan
didiamkan sel;ama kurang lebih setengah hari
– Panaskan dan diteteskan dengan asam nitrat pekat sampai
terbentuk cairan jernih lalu di sentrifuge
– Tambahkan air dan diperiksa di mikroskop
2. Pemeriksaan darah jantung
VII. TENGGELAM
Mekanisme kematian
1. Asfiksia akibat spasme laring
2. Asfiksia akibat gagging dan choking
3. Refleks vagal
4. Fibrilasi ventrikel ( tenggelam di air tawar )
5. Edema pulmonum ( tenggelam di air asin )
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai