Anda di halaman 1dari 47

Gantung Diri, Gantung Akibat Pembunuhan,

Gantung Akibat Kecelakaan : Studi Cross


Sectional Komparatif di Daerah Aljabar
Alakhdar, Libya

Pembimbing:
dr. Adji Suwandono, S.H., Sp.F
ANGGOTA KELOMPOK
● Shofiyana Meistika J510215005 ● Deaz Cresendo J510215033
● Wahyu Fajar Hidayatullah J510215008 ● Reno Latif Hasyim J510215035
● Faricha Kurnia Illahi J510215013 ● Muhammad Rizki Aditya J510215036
● Nurwahida Mayrudin J510215015 ● Sri Astari Dwi Winarni J510215045
● Nisa Mahmudah J510215020 ● Henandwita Fadilla Pravitasari J510215052
● Yusnia Fatrotun Nisak J510215022 ● Ocktavia Shinta Puspitosari J510215053
● Bestari Ayu Rahmania J510215023 ● Novendra Maya Melinda J510215056
● Qonita Rahmadiena J510215026 ● Mira Fitria Rahmawati J510215057
● Ayudya Pramesti J510215027 ● Lydia Eka Putri Nuroctaviani J510215058
● Nailena Widya Rahmawati J510215030 ● Hernandi Sevira Trianing Putri J510215060
● Bima Tirta Pradana Ajie Gewab J510215032
ABSTRAK

Pendahuluan: Kematian gantung dapat terjadi karena bunuh diri, kecelakaan atau


pembunuhan. Tampilan luar umum, temuan lokal bagian luar leher, autopsi leher dan
perubahan histologis leher memainkan peran penting dalam membedakan jenis
gantung. 

Maksud & Tujuan: Perbedaan antara bunuh diri, pembunuhan dan kecelakaan
gantung dapat menggunakan metode diagnostik yang berbeda termasuk pemeriksaan
mata telanjang, otopsi leher, pemeriksaan struktur leher, dan histopatologis struktur
leher di daerah tanda ikatan. 
ABSTRAK

Subjek & Metode: penelitian dilakukan mulai Maret 2018 hingga Maret 2019, dengan
36 kasus kematian akibat gantung diri yang terbagi dalam: Kelompok 1 (18 kasus ) :
gantung diri, Kelompok 2 (13 kasus) : pembunuhan gantung dan Kelompok (5 kasus):
kecelakaan gantung. Pemeriksaan eksternal dan internal yang menyeluruh struktur
leher dilakukan pada semua kasus. 

Hasil: Gantung diri, berkaitan dengan jenis kelamin perempuan, terdeteksi di 57,1%
kasus. Pembunuhan dan gantung diri, secara signifikan berkaitan dengan perdarahan
kulit, terdeteksi pada 80% kasus. Pemeriksaan mikroskopis: Kulit robek, berkerut dan
tertekan perdarahan mikro di jaringan subkutan diketahui lebih umum pada
pembunuhan gantung.
1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Istilah 'gantung' dideskripsikan sebagai sesuatu bentuk kompresi yang khas di leher.
• Perbedaan dengan penjeratan dan pencekikan manual, yaitu adanya tekanan pada jaringan
lunak leher didapatkan dari gaya tarik beban tubuh pada tali gantung.
• Jenis-jenis gantung adalah gantung bunuh diri, pembunuhan dan gantung dan kecelakaan
jarang terlihat (Tattoli et al., 2014 ).
• Tugas ahli patologi forensik untuk menentukan apakah orang tersebut gantung diri, dan
apakah orang tersebut digantung sewaktu masih hidup atau post mortem.
• Riwayat kesehatan gangguan jiwa dan adanya catatan bunuh diri digunakan untuk
membedakannya (Buschmann et al., 2010).
PENDAHULUAN

• WHO tahun 2015, membuat review dari 56 negara, menemukan bahwa gantung adalah yang
metode kedua bunuh diri yang paling umum di sebagian besar negara, setelah keracunan.
• Dalam beberapa negara, seperti Jerman dan Jepang, gantung digolongkan sebagai metode
tersering bunuh diri, sedangkan di India dan Amerika Serikat, itu adalah penyebab utama
kedua bunuh diri setelah keracunan dan senjata api berturut-turut.
• Tujuan dari penelitian ini adalah analisis gantung (bunuh diri, pembunuhan dan kecelakaan)
termasuk dengan pemeriksaan mata telanjang, autopsi leher dan gambaran histopatologi
daerah kulit yang terdapat tanda penjeratan.
2
SUBJEK & METODE
ANALISIS
STATISTIK
● Chi square (X2) untuk perbedaan dan
asosiasi variabel kualitatif.
● ANOVA untuk perbedaan antara
kelompok independen kuantitatif.
● Nilai P ditetapkan pada <0,05 untuk hasil
yang signifikan & <0,001 untuk hasil
yang signifikan tinggi.
KRITERIA
INKLUSI

Semua kasus meninggal karena gantung diri


(bunuh diri, pembunuhan dan kecelakaan) dari
kedua jenis kelamin dan segala usia dengan
rata-rata waktu kerja postmortem dari 2 jam
hingga 24 jam setelah kematian.
SUBJEK
PENELITIAN

Pada penelitian ini terdapat 36 kasus


kematian akibat gantung yang kemudian
dilakukan otopsi medikolegal, terbagi
menjadi 3 kelompok:
● Kasus gantung diri (18 kasus)
● Kasus pembunuhan gantung (13 kasus)
● Kasus kecelakaan gantung (5 kasus)
LANGKAH
KERJA
● Identifikasi tubuh, adanya cedera eksternal,
tetesan saliva, tanda adanya asfiksia, rigor
mortis yang meluas, dan lain-lain.
● Diseksi leher pada jaringan yang berada di
bawah bekas ikatan, setelah mengangkat
organ dalam thoraks dan otak.
● Leher diekstensikan dengan bantuan balok
kayu.
LANGKAH
KERJA
● Sampel darah dari bilik kiri jantung dan
sampel jaringan diambil untuk
pemeriksaan toksikologi.
● Sampel dikirim ke laboratorium forensik,
pengadilan pengalaman dan pusat
pengembangan ilmu – Aljabal Alakhdar,
Libya
● Pemeriksaan histopatologi menggunakan
sampel yang diambil dari sebagian kulit
dan jaringan subkutan pada bekas ikatan
3
HASIL
DATA
DATADEMOGRAFIS
DEMOGRAFIS

Tabel 1: Distribusi
usia dan jenis
kelamin pada
kelompok yang
diteliti
DATA
DATADEMOGRAFIS
DEMOGRAFIS
Tabel 2 :
Perbandingan
karakteristik
demografis dan
karakteristik umum
menggunakan uji
ANOVA dan Chi
square.
DATA
DATADEMOGRAFIS
DEMOGRAFIS
Distribusi Temuan Kulit di
Antara Kelompok yang
Diteliti (N:36)
PERBANDINGAN TEMUAN KULIT
PERBANDINGAN TEMUAN OTOPSI
Hubungan Tipe Gantung dan
Material Ligasi
HUBUNGAN MATERIAL LIGASI &
BENTUK GANTUNG
HUBUNGAN MATERIAL LIGASI &
BENTUK GANTUNG
HUBUNGAN MATERIAL LIGASI &
BENTUK GANTUNG
Gantung Bunuh Diri, Gantung
Akibat Pembunuhan, dan Gantung
Diri Kecelakaan Sehubungan
dengan Klasifikasi Gantung Lainnya
Perbandingan antara gantung diri, pembunuhan, dan kecelakaan
sehubungan klasifikasi gantung lainnya (gantung sebagian, gantung
lengkap, gantung atipikal dan gantung tipikal) menggunakan uji
Chi square
Temuan Histologi
TEMUAN HISTOLOGI
● Bagian yang diwarnai hematoksilin dan
eosin (H&E) pada kelompok kontrol
menunjukkan struktur histologis normal
dari kulit tipis manusia. Bagian tersebut
terdiri dari dua lapisan utama; epidermis
dan dermis. Epidermis adalah penutup
epitel eksternal yang terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat berkeratin. Dermis
adalah dasar lapisan jaringan ikat yang
Fotomikrograf dari bagian kulit normal. Ini meliputi pelengkap kulit sebagai folikel
menunjukkan epidermis (E) dan dermis (D). Dermis
mengandung folikel rambut (H) kelenjar sebaceous (SG) rambut,kelenjar keringat , sebaceous dan
dan otot arrector pili (AR) (H&E × 100). pembuluh darah
TEMUAN HISTOLOGI
● Perubahan seperti kerusakan, kerutan dan
kompresi ditemukan. Kongesti pembuluh
darah, perdarahan dan infiltrasi seluler
diamati dalam penelitian ini. Pada
kelompok gantung diri, epidermis
menunjukkan penghentian, kerusakan dan
kompresi. Dermis menunjukkan kongesti
fokal dan pelebaran kapiler dengan edema.
Kerusakan dan kompresi terlihat pada
Gambar 5 : Fotomikrograf kelompok gantung diri yang
lapisan luar epidermis, persimpangan
menunjukkan bagian kulit dari tempat pengikatan. dermo-epidermal menunjukkan area
menunjukkan kerusakan dan kompresi di epidermis (E), perdarahan
Kongesti fokal dan kapiler melebar (C), perdarahan di
persimpangan dermo-epidermal (Hg) dengan edema di
dermis (D) (H&E × 400).
TEMUAN HISTOLOGI

● Pada kelompok gantung kecelakaan,


epidermis menunjukkan kerusakan dan
kompresi. Dermis menunjukkan
kongesti fokal dan pelebaran kapiler
dengan edema, dermo-epidermal
junction menunjukkan area perdarahan
Gambar 6 : Fotomikrograf kelompok kecelakaan gantung
menunjukkan bagian kulit dari tempat pengikatan. Ini
menunjukkan kerusakan dan kompresi di epidermis (E),
folikel rambut (H), kongesti fokal dan kapiler melebar
dengan edema (panah) dan kelenjar sebaceous (SG) di
dermis (D) (H&E × 100).
TEMUAN HISTOLOGI
● Bagian bernoda dari kelompok
pembunuhan gantung menunjukkan
epidermis dengan kerusakan dan
kompresi yang parah. Dermis
menunjukkan kongesti parah dan
pelebaran kapiler dengan edema,
kerusakan dan kompresi terlihat lebih
banyak di lapisan luar epidermis,
Gambar 7 : Fotomikrograf kelompok pembunuhan dermo-epidermal junction
gantung menunjukkan bagian kulit dari tempat menunjukkan daerah perdarahan yang
pengikatan. Ini menunjukkan kerusakan dan kompresi di
epidermis (E), folikel rambut (H), kongesti fokal dan parah
kapiler melebar dengan edema (panah) dan kelenjar
sebaceous (SG) di dermis (D) (H&E × 100).
4
DISKUSI
DISKUSI
• Diantara bagian leher ini, pemeriksaan dalam tulang hyoid dan tulang rawan tiroid
merupakan dua bagian penting yang harus diperiksa dengan teliti, karena pada kasus korban
yang telah mengalami pembusukan dimana kulit leher telah berubah warna atau bahkan
sudah tidak dapat diidentifikasi, dengan melihat kerusakan pada jaringan dalam leher dan
tulang hyoid dapat diketahui sebab kematiannya meski sudah terjadi berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun (Naik dan Patil, 2005).
• Kasus gantung biasanya akibat bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan. Jika tubuh
tergantung sepenuhnya dari atas, disebut gantung total atau hanging complete. Jika ada
bagian tubuh yang menyentuh tanah maka disebut hanging incomplete atau gantung
sebagian (Nandy, 2010).
DISKUSI

• Dalam penelitian ini, kematian akibat gantung diri terlihat dari usia 3 tahun hingga 49 tahun.
Insiden paling banyak terjadi pada kelompok usia 30-40 tahun. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh sharma et al pada tahun 2005, kelompok usia dewasa muda 21-30 tahun
menyumbang 46% dari semua kasus. Dalam penelitian kanchan dan menezes (2008) insiden
gantung diri paling banyak terjadi pada kelompok usia 30-40 tahun.
• Dalam penelitian ini 36 kasus gantung diri yang dipilih dari tanggal 1 maret 2018 hingga 28
februari 2019. 58,3% diantaranya adalah laki-laki dan 41,7% adalah perempuan. Sehingga
kejadian gantung diri lebih banyak pada pria dibandingkan dengan wanita. Dalam penelitian
yang dilakukan oleh sharma et al. (2005) rasio pria : wanita adalah 2 : 1.
DISKUSI
• Terdapat perbedaan temuan kejadian gantung dimana temuan kami berbeda dengan temuan
Ahmad dan Hossain (2010), Saisudheer dan Nagaraja (2012), di mana kejadian gantung
lebih banyak pada perempuan
• Pada penelitian ditemukan 10 kasus (55,6%) tidak menunjukkan adanya skin mark, namun
pada 16 kasus (44,4%) terlihat luka berupa memar, cakaran dan tanda pertahanan.
• Pada penelitian ditemukan jaringan di bawah tanda pengikat pucat dan berkilau dengan efusi
darah terlihat pada 20 kasus (55,6%)
DISKUSI
• Pecah / memar pada otot sternomastoid dan / atau otot strap lainnya terlihat pada 77,8%
kasus, sedangkan pada penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Sharma et al. (2005),
cedera pada sternomastoid dan otot leher lainnya terlihat pada 42% kasus, sedangkan pada
penelitian ini fraktur tulang hyoid diamati pada 10 kasus (27,8%) namun dalam penelitian
retrospektif yang dilakukan oleh Sharma et al. (2005), patah tulang hyoid terlihat pada 15%
kasus, dan patah tulang rawan tiroid terlihat pada 12% kasus.
• Pada penelitian ini, gantung diri total terlihat pada 11 kematian (30,6%). Gantung sebagian
merenggut nyawa terbanyak yaitu 25 kematian (69,4%), sedangkan dalam penelitian
retrospektif yang dilakukan oleh Sharma et al. (2005), gantung diri lengkap terlihat di 32%
kasus dan gantung sebagian di 68% kasus.
5
KESIMPULAN
KESIMPULAN

● Sebagian besar korban bunuh diri gantung dalam penelitian ini adalah
○ Lajang
○ Perempuan
○ Usia 20-30 tahun
○ Menggunakan pakaian atau kawat logam sebagai alat gantung
○ Gantung atipikal lebih sering terjadi pada gantung diri untuk bunuh diri.
● Pendarahan di bawah kulit, memar dan goresan disertai dengan laserasi kulit dan kompresi
epidermis yang berhubungan dengan dan lebih parah pada kasus pembunuhan gantung.
6
REKOMENDASI
Penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk mengklarifikasi
peran diseksi otot leher, tulang leher dan pembuluh darah
dalam membedakan berbagai jenis gantung.
7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, M. and Hossain, M.Z. (2010): Hanging as a method of suicide: Retrospective analysis of
post-mortem cases; Journal of Armed Forces Medical College, Bangladesh, 6(2):37-39.

Bancroft, J.D. and Gamble, M. (2008): Theory and practice of histological techniques; Elsevier
health sciences.

Buschmann C., Guddat SS. and Tsokos M. (2010): The special case in the picture - farewell letter
on the body after genital self-harm .legal medicine; 20: 419–422.

Demirci, S. and Dogan, K.H. (2011): Death scene investigation from the viewpoint of forensic
medicine expert. Forensic Medicine-From Old Problems to New Challenges. Rijeka,
Croatia: In Tech, pp.13-52.

Feigin, G. (1999): Frequency of neck organ fractures in hanging; The American journal of
forensic medicine and pathology, 20(2):128-130.

https://www.who.int/mental_health/prevention/suicide/suicideprevent/en
Kumar, V. (2013): Histopathological study of carotid trauma in strangulation deaths. Indian
Academy of Forensic Medicine (IAFM), 35(2): 102.

Meera, T, Singh, M., and Kumar, B. (2011): J Indian Acad. Forensic Med.; 33(4):351-354.

Mohanty, M.K., Rastogi, P., Kumar, G.P., Kumar, V. and Manipady, S. (2003): Periligature
injuries in hanging; Journal of clinical forensic medicine, 10(4):255-258.

Mohanty, S., Sahu, G., Mohanty, M.K. and Patnaik, M. (2007): Suicide in India–A four-year
retrospective study; Journal of forensic and legal medicine, 14(4):185-189.

Naik, S.K. and Patil, D.Y. (2005): Fracture of Hyoid Bone in cases of Asphyxial deaths
resulting from constricting force round the neck; Journal of Indian Academy of Forensic
Medicine, 27(3):149-153.

Nandy , A. (2010): Principle of Forensic Medicine including Toxicology. 3rd ed. India: Central
Book Agency; p.517-518.
Nikolic, S., Micic, J., Atanasijevic, T., Djokic, V. and Djonic, D. (2003): Analysis of neck
injuries in hanging; The American journal of forensic medicine and pathology,
24(2):179-182.

Nouma, Y., Ammar, W.B., Bardaa, S., Hammami, Z. and Maatoug, S. (2016): Accidental
hanging among children and adults: A report of two cases and review of the literature;
Egyptian Journal of Forensic Sciences, 6(3):310-314.

Payne-James, J., Busuttil, A. and Smock, W. (2003): Forensic Medicine: Clinical and
Pathological Aspects. J R Soc Med. ;96(10):517–518.

Pomara C., Karch S.B. and Fineschi V. (2010): Forensic Autopsy: A handbook and atlas. CRC
Press.1st edition

Prinsloo, I. and Gordon, I. (1951): Post-mortem dissection artifacts of the neck; their
differentiation from ante-mortem bruises; South African medical journal, 25(21):358-
361.
Reddy, K.S.N. (2008): Mechanical asphyxia: The essentials of Forensic Medicine and
Toxicology, 27th edition, Medical book company, Hyderabad, pp 299-318.

Saisudheer, T. and Nagaraja, T.V. (2012): A study of ligature mark in cases of hanging deaths, Int
J Pharm Biomed, 3(3): 80-84.

Shaikh,M., Chotaliya, H., Modi,AD., Parmar,A. and Kalele, SD. (2013): A Study of Gross
Postmortem Findings in Cases of Hanging and Ligature Strangulation,J Indian Acad
Forensic Med, 35(1): 971-973.

Sharma, B.R., Harish, D., Singh, V.P. and Singh, P. (2005): Ligature mark on neck: how
informative; J Indian Acad Forensic Med, 27(1):10-15.

Tattoli, L., Buschmann, C.T. and Tsokos, M., (2014): Remarkable findings in suicidal hanging;
Forensic science, medicine, and pathology, 10(4):639-642.

Tumram, N.K., Bardale, R.V. and Dixit, P.G. (2010): Periligature Injuries in Hanging-A Taciturn
Proof, Indian Internet Journal of Forensic Medicine & Toxicology, 8(4):141-147.
Üzün, İ., Büyük, Y. and Gürpinar, K. (2007): Suicidal hanging: fatalities in Istanbul retrospective
analysis of 761 autopsy cases; Journal of forensic and legal medicine, 14(7):406-409.

Vij, K., (2008): Asphyxial deaths, Textbook of Forensic Medicine and Toxicology- Pricnciples
and practice, 3rd edn, Elsevier, p 179-202.

Yadav, A. and Gupta, B.M. (2009): Histopathological changes in skin and subcutaneous tissues
at ligature site in cases of hanging and strangulation; Journal of Indian Academy of
Forensic Medicine, 31(3): 200-204.
TERIMA KASIH

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai