Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

PEREMPUAN 31 TAHUN DENGAN BRONKITIS AKUT

PENYUSUN:
Annisa Maulidia, S.Ked J510215082

PEMBIMBING:
dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SEPTEMBER 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Perempuan 31 tahun dengan Bronkitis Akut


Penyusun : Annisa Maulidia, S.Ked J510215082
Pembimbing : dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

Surakarta, 01 September 2021

Penyusun

Annisa Maulidia, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
PEREMPUAN 31 TAHUN DENGAN BRONKITIS AKUT

Annisa M.*, Niwan T. M.**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Penyakit Paru Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

ABSTRAK

Bronkitis akut adalah peradangan pada saluran bronkial yang disertai


pembengkakan pada saluran napas dan produksi lendir berlebihan sehingga menyebabkan
terhambatnya jalan napas. Bronkitis akut bersifat musiman, pada umumnya terjadi pada
usia kurang dari dua tahun dengan puncak kejadian pada usia enam bulan pertama. Angka
kejadian bronkitis akut di Indonesia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Batuk,
peningkatan pengeluaran dahak dan sesak napas yang berlangsung kurang dari tiga bulan
adalah gejala utama bronkitis akut. Pada pemeriksaan foto toraks bronkitis akut biasanya
didapatkan gambaran yang kurang khas, pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis lain. Tatalaksana yang diberikan adalah terapi antibiotik (jika
diperlukan), antitusif, ekspektoran, mukolitik, dan beta 2 agonis (bronkodilator).

Kata kunci: Bronkitis akut, sesak, batuk

A 31 YEARS WOMAN WITH ACUTE BRONCHITIS: A CASE REPORT


Abstract

Acute bronchitis is an inflammation of the bronchial tubes accompanied by


swelling of the airways and excessive mucus production, causing airway obstruction.
Acute bronchitis is seasonal, generally occurs at the age of less than two years with a
peak incidence in the first six months of age. The incidence of acute bronchitis in
Indonesia is not yet known with certainty. Cough, increased sputum production and
shortness of breath lasting less than three months are the main symptoms of acute
bronchitis. On chest x-ray examination of acute bronchitis usually obtained a less typical
picture, this examination is only done to rule out other diagnoses. The treatment given is
antibiotic therapy (if needed), antitussives, expectorants, mucolytics, and beta 2 agonists
(bronchodilators).

1
Keywords: Acute bronchitis, out of breath, cough

PENDAHULUAN paru RSUP Surakarta pada tanggal 24


Bronkitis akut merupakan Agustus 2021 dengan keluhan utama
penyakit saluran napas yang sering batuk sejak 3-4 hari yang lalu. Batuk
didapatkan di masyarakat. Bronkitis tersebut berdahak, berwarna putih dan
akut adalah infeksi saluran napas bawah konsistensinya kental. Batuk dirasakan
yang melibatkan saluran napas besar sama saja pada pagi, siang maupun
(bronkus), tanpa bukti terjadinya malam hari. Dua hari sebelum
pneumonia dan tanpa adanya penyakit kunjungan ke RS, pasien mengeluhkan
paru obstruktif kronis. Penyakit ini dada kiri terasa seperti ditusuk-tusuk,
berkaitan erat dengan paparan asap serta dimalam harinya setelah batuk,
rokok ataupun polutan industri. Kondisi pasien mengatakan ada mengi. Keluhan
ini berawal dari inflamasi yang self- sesak dan demam disangkal. Pasien
limited, sembuh dalam waktu satu merupakan seorang admin disebuah
sampai tiga minggu. Bronkitis akut kantor dan mengaku sering terpapar
ditemukan pada semua kelompok usia, asap rokok dilingkungan kerjanya sejak
namun paling sering didiagnosis pada dua tahun yang lalu.
anak usia di bawah 5 tahun. Bronkitis Sebelumnya pasien belum
akut disebabkan oleh infeksi virus dan pernah mengalami keluhan serupa dan
jika di biarkan bisa menjadi bronkitis belum pernah dirawat inap di Rumah
kronis. Gejala bronkitis akut sering tidak Sakit. Riwayat alergi obat dan makanan,
jelas dan nyaris ringan sekali, antara lain asma, hipertensi, diabetes melitus, batuk
batuk lebih dari 5 hari, sakit kepala, lama, dan riwayat minum OAT
hidung tersumbat, dan sakit disangkal pasien.
tenggorokan. Bronkitis akut adalah Riwayat penyakit pada keluarga,
penyakit self-limiting disease atau dapat yaitu riwayat penyakit serupa,
sembuh sendiri, sehingga tidak hipertensi, diabetes melitus, dan riwayat
memerlukan pengobatan atau OAT disangkal. Riwayat asma diakui,
pemeriksaan diagnostik yang spesifik yaitu pada ayah pasien.
Pada pemeriksaan fisik
LAPORAN KASUS didapatkan berat badan 74,5 kg, kondisi
Seorang perempuan berinisial umum baik dan kesadaran compos
Ny. NA berusia 31 tahun datang ke poli mentis, vital sign tekanan darah 133/90

2
mmHg, nadi 100x/menit, frekuensi Terapi yang diberikan yaitu
napas 20x/menit, dan suhu 36,7oC. agen mukolitik dan beta 2 agonis
Status generalis kepala leher, (bronkodilator).
abdomen dan ekstremitas dalam batas
normal. Hasil pemeriksaan lokalis yaitu
thoraks yang meliputi inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi, didapatkan hasil DISKUSI
dalam batas normal. Perubahan transisi demografi,
Pemeriksaan penunjang yang sosial ekonomi terutama di negara
dilakukan yaitu foto rontgen thoraks, berkembang seperti Indonesia telah
pada pemeriksaan rontgen thoraks memberikan dampak signifikan pada
didapatkan cor dalam batas normal, pada transisi penyakit, yang mana pada
pulmo corakan bronkovaskular awalnya pemerintah dan masyarakat
meningkat, infiltrat (-), dan sinus serta dihadapkan dengan penyakit menular
diafragma normal. tetapi kini berubah menjadi penyakit
Gambar 1. Hasil rontgen thoraks tidak menular. Hal ini sedikit banyaknya
dipengaruhi oleh semakin baiknya
kualitas hidup masyarakat dan kualitas
lingkungan ditunjang sistem pelayanan
kesehatan yang semakin berkualitas,
salah satu jenis penyakit tidak menular
adalah bronkitis[ CITATION Win12 \l
1057 ]. Merokok adalah faktor risiko
utama untuk bronkitis, tetapi paparan
polusi udara juga dapat berkontribusi
[ CITATION Kau12 \l 1057 ]. Bronkitis
akut adalah peradangan pada saluran
Berdasarkan anamnesis, bronkial, menyebabkan pembengkakan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan yang berlebihan dan produksi lendir.
penunjang yang sudah dilakukan, Batuk, peningkatan pengeluaran dahak
didapatkan diagnosis berupa bronkitis dan sesak napas berjalan kurang dari 3
akut. bulan adalah gejala utama bronkitis
akut[ CITATION Coh10 \l 1057 ].
Penyebab penyakit bronkitis sering

3
disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Tatalaksana yang diberikan adalah terapi
Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus antibiotik, antitusif, ekspektoran,
influenza, virus para influenza, dan kortikosteroid, dan analgesik jika
coxsackie virus[ CITATION Win12 \l diperlukan (Kaunang, 2012).
1057 ]. Terdapat sekitar 5% populasi
dewasa di dunia dilaporkan mengalami
DIAGNOSIS
bronkitis akut setiap tahunnya (Fayyaz,
Gejala batuk minimal 5 hari
2018). Angka kejadian rawat inap tiap
dalam waktu 1 tahun dan berulang
tahun berkisar sampai 50.000-80.000
dalam 2 tahun berturut-turut dan dahak
bayi (Langley, 2003), kematian sekitar 2
akan sulit didapat pada awal penyakit.
per-100.000 bayi (Holman, 2003).
Keparahan gejala akan terjadi secara
Bronkitis akut bersifat musiman, pada
bertahap. Batuk lebih terlihat dipagi hari
umumnya terjadi pada usia kurang dari 2
karena sekresi nokturnal pada posisi
tahun dengan puncak kejadian pada usia
telentang yang kemudian dimobilisasi
6 bulan pertama (Wohl, 2006). Angka
pada pagi hari dengan aktifitas. Temuan
kejadian bronkitis akut di Indonesia
pemeriksaan fisik yang abnormal dapat
sampai saat ini belum diketahui secara
tidak ditemukan, bahkan pada kasus
pasti (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
yang parah. Tanda positif hampir
Bronkitis akut adalah penyakit self-
semuanya disebabkan oleh sekresi
limiting disease atau dapat sembuh
bronkus. Suara napas mengeras, nada
sendiri, jadi tidak memerlukan
kasar, ronki pada inspirasi atau
pengobatan atau pemeriksaan diagnostik
ekspirasi, dan mengi sering ditemukan
yang spesifik. Pada pemeriksaan foto
selama eksaserbasi akut. Temuan
thoraks kurang khas pada bronkitis akut,
rontgen dada sering ditemukan normal,
pemeriksaan ini hanya dilakukan untuk
namun juga dapat terlihat penebalan
menyingkirkan diagnosis lain. Namun
pada dinding bronkial dan kerumunan
yang tersering adalah didapatkan
struktur bronkial di bagian bawah zona
corakan bronkovaskular yang
medial. Bronkografi menunjukkan
meningkat. Uji mikrobiologi
sejauh mana kelenjar mukus bronkus
dipertimbangkan untuk alasan pilihan
terlibat dan penebalan mukosa yang
pengobatan, misalnya bila didapatkan
terkait dengan edema atau hiperplasia
penyebabnya adalah virus/bakteri atau
(Unair, 2019).
untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis lain (Chow, 2007).

4
Pemeriksaan yang membantu menurunkan kadar mukus dibandingkan
dalam memastikan diagnosis bronkitis dengan mereka yang terus merokok.
akut adalah hitung darah lengkap. Kultur Sebuah studi lanjutan longitudinal yang
dahak diindikasikan apabila besar menemukan bahwa angka kejadian
penyebabnya adalah infeksi bakteri. bronkitis kronis jauh lebih tinggi pada
Pemeriksaan penunjang tambahan yang perokok yang sedang aktif dibandingkan
membantu yaitu saturasi oksigen dan tes dengan mantan perokok.
fungsi paru (Widyanto2016).

TATALAKSANA Latihan Fisik Terukur


Tujuan utama terapi harus Latihan fisik dapat membantu
menargetkan mekanisme patofisiologi pembersihan mukus dengan manuver
yang berbeda: yang memicu batuk, meningkatkan
• Mengurangi produksi mukus yang menit ventilasi, meningkatkan tegangan
berlebihan; permukaan mukosa yang disebabkan
• Mengurangi hipersekresi mukus peningkatan aliran udara, serta
dengan mengendalikan peradangan; meningkatkan kelembaban jalan napas
• Memfasilitasi pengeluaran mukus dan regulasi hidrasi mukus. Fisioterapi
dengan meningkatkan ciliary dada atau teknik batuk terarah dapat
transport, mengurangi kekentalan menunjukkan beberapa perbaikan dalam
mukus; pembersihan mukus namun tidak
• Mengubah cara batuk. terdapat perubahan fungsi paru.
Tujuan ini dapat dicapai secara
Methylxanthine dan Agonis Beta
farmakologis dan nonfarmakologis,
Adregenik Kerja Singkat
seperti yang dijelaskan di bawah ini
Methylxanthine dan agonis beta
(Kim V, 2013).
adrenergik kerja singkat membantu
Penghentian Merokok pembersihan mukus melalui beberapa
Penghentian merokok dapat mekanisme yaitu
memperbaiki batuk pada banyak pasien • Meningkatkan diameter lumen
dengan bronkitis akut dengan saluran napas
meningkatkan fungsi mukosiliar dan • Meningkatkan frekuensi denyut siliar
mengurangi hiperplasia sel goblet. melalui peningkatan kadar adenosin
Penghentian merokok juga telah terbukti monofosfat intraseluler
mengurangi cedera saluran napas dan

5
• Meningkatkan hidrasi mukus dengan Antikolinergik bekerja pada
merangasng sekresi klorida jalan reseptor muskarinik untuk membantu
napas melalui aktivasi regulator pembersihan mukus dengan
fibrosis kistik transmembran. meningkatkan diameter lumen saluran
Mekanisme tersebut mengurangi napas, mengurangi sekresi musin, dan
viskositas mukus sehingga transportasi sekresi selaput submukosa. Obat ini juga
mukus lebih mudah dilakukan oleh silia dapat memfasilitasi klirens mukus yang
jalan napas. Pemberian agonis beta diinduksi batuk namun antikolinergik
adrenergik kerja singkat berkaitan dapat mengeringkan sekresi jalan napas
dengan peningkatan klirens mukosilia. dengan menghabiskan cairan permukaan
Methylxantine memperbaiki klirens jalan napas, sehingga membuat sekresi
mukosiliar melalui sifat bronkodilator lebih sulit untuk dikeluarkan.
dan dengan merangsang frekuensi Ipratropium bromida telah terbukti
denyut siliar. Kajian klinis teofilin pada mengurangi jumlah dan beratnya batuk
bronkitis akut menunjukkan peningkatan pada bronkitis akut.
fungsi paru tapi tidak menghasilkan
Glukokortikoid
perubahan yang konsisten pada batuk
Glukokortikoid mengurangi
dan produksi sputum.
peradangan dan produksi lendir. Inhalasi
Agonis Beta Adrenergik Kerja kortikosteroid menurunkan hiperplasia
Panjang sel goblet. Dexamethasone juga telah
Efek agonis beta adregenik kerja terbukti menurunkan ekspresi gen musin
panjang pada mukosiliar berhubungan MUC5AC pada sel epitel bronkial dan
dengan manfaatnya pada fungsi paru. mungkin mempercepat pembersihan
Obat ini dapat mengurangi hiperinflasi mukosiliar.
dan meningkatkan aliran ekspirasi
Antioksidan
puncak, yang merupakan komponen
N-Asetilsistein mengurangi
penting pada batuk yang efektif. Bukti
ikatan disulfida dan ikatan sulfhidril
in vitro menunjukkan bahwa salmeterol
yang terhubung bersama polimer musin
dapat merangsang frekuensi denyut
sehingga mengurangi viskositas sputum.
siliar, serta formoterol secara signifikan
memperbaiki fungsi klirens mukosiliar Antibiotik
dibanding plasebo. Umumnya tidak diindikasikan
untuk pasien bronkitis akut. Antibiotik
Antikolinergik

6
golongan makrolida dapat menghambat Bronkitis akut merupakan batuk
sitokin proinflamasi, menurunkan produktif yang berlangsung minimal 5
neutrofil, menghambat migrasi dan hari dalam waktu 1 tahun dan berulang
meningkatkan apoptosis, menurunkan dalam 2 tahun berturut-turut serta
eosinofil inflamasi, meningkatkan memiliki kaitan erat dengan paparan
transport mukosiliar, mengurangi sekresi asap rokok. Diagnosis bronkitis akut
sel goblet, dan menurunkan meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
bronkokontriksi. pemeriksaan penunjang (foto thoraks),
dan pemeriksaan lainnya yang dapat
PROGNOSIS menyingkirkan diagnosis lain.
Bronkitis akut diketahui Penatalaksanaan bronkitis akut terdiri
menyebabkan memburuknya gangguan dari non-farmakologi dan farmakologi.
aliran udara dan penurunan fungsi paru- Pengobatan yang tepat dapat
paru. Studi epidemiologi besar telah meminimalkan progresifitas penyakit
menunjukkan bahwa hipersekresi lendir dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
kronis dikaitkan dengan penurunan
FEV1. Pasien dengan gejala bronkitis DAFTAR PUSTAKA
kronis memiliki peningkatan risiko tiga
kali lipat untuk mengembangkan PPOK
baru dibandingkan dengan populasi
tanpa gejala. Tingkat mortalitas akan
meningkat pada pasien bronkitis akut.
Mereka yang menderita bronkitis akut
ditemukan memiliki kadar serum IL-8
dan protein reaktif C yang lebih tinggi
yang menunjukkan bahwa respon
inflamasi sistemik dapat meningkatkan
risiko penyakit jantung dan penyakit
penyerta lainnya. Bronkitis kronis juga
dapat menyebabkan penurunan kualitas
hidup (Arkhipov, 2017).

KESIMPULAN

7
Abari, I. S. (2016). 2016 ACR Revised Criteria for Early Diagnosis of Knee
Osteoarthritis . Autoimmune Diseases and Therapeutic, 3(1).

Andrew, J. J., & Badger, T. (1979). Lung sounds through the ages. From Hippocrates to
Laennec to Osler. JAMA, 241, 2625–30.

Arovah, N. I. (2007). Fisioterapi dan Terapi Latihan Pada Osteoartritis. MEDIKORA,


3(1), 18-41.

Bandstrup, B., Tonnesen, H., & Beier-Holgersen, R. (2003). Effectsofintravenous fluid


restriction on post operative complications:Comparison of two perioperative fluid
regimens:A randomized assessor-blinded multicenter trial. Ann Surg, 238, 641–8.

Cardinate, L., Volpicelli, G., & Lamorte, A. (2012). Revisiting signs, strenghts and
weakness of standard chest radiography in patients of acute dyspnea in the
emergency department. J Thorac Dis, 4, 398–407.

Chang, W. D., Yung, A. T., & Chia, L. L. (2016). Comparisn Between Spesific Exercise
and Physical Theraphy for Managing Patient with Ankylosing Spondylitis : a
Metal Analysis of Randomized Controlled Trial. Int J Clin Exp Med, 9(9),
17028-17039.

Cohen J., Powderly W., Opal S. (2010). Bronchitis, Bronchiectasis, and Cystic Fibrosis.
Philadelpihia: Mosby (Elsevier).

Davies, M. K., Gibbs, C. R., & Lip, G. Y. (2000). ABC of heart failure. BMJ, 320(297–
300).

Duygu, S. K., Ilknur, A., Feyza, U. O., Meryem, K., & Nuray, G. (2016). Effectiveness of
Ultrasound Treatment Applied with Exercise Teraphy on Patients with
Ankylosing Spondylitis : A Double-blind, Randomized, Placebo-controlled Trial.
Rheumatology International.

Farrouq, M., & Philip , H. (2017). Ankylosing Spondylitis : A Review. European


Medical Journal, 2[4], 134-139.

Forgacs, P. (1975). Crackles and wheezes. Lncaet, 2, 203–5.

8
Gluecker, T., Capasso, P., & Schnyder, P. (1999). Clinical and radiologic features of
pulmonary edema. Radiographics, 19, 1507–31.

Hafez, A. R., Alenazi, A. M., Kachanathu, S. J., Alroumi, A. M., & Mohamed, E. S.
(2014). Knee Osteoarthritis: A Review of Literature. Phys Med Rehabil Int, 1(5).

Harun, S., & Nasution, S. A. (2009). Edema paru akut. Dalam E. V (Penyunt.), Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam (hal. ). Jakarta: Interna Publishing.

Harun, S., & Nasution, S. A. (2009). Edema Paru Akut. Dalam Buku Ajar IlmuPenyakit
Dalam Jilid II (5th Edition ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Jordan, S., Mitchell, J. A., & Quinlan, G. (2000). The pathogenesis of lung injury
following pulmonary resection. Eur Respir J, 15, 790–9.

Jose , M. T.-M., Maria, O. L.-L., Calros, S.-B., & Concepcion, V.-P. (2015). Optimizing
Physical Teraphy for Ankylosing Spondylitis: a case study in a young football
player. Case Study, University of Zaragoza, Spain.

Kaunang. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bronkitis di


Wilayah kerja Puskesmas Kawangkoan Kabupaten Minahasa.

Komiya, K., Ishii, H., & Murakami, J. (2013). Comparison of chest computed
tomography features in the acute phase of cardiogenic pulmonary edema and
acute respiratory distress syndrome on arrival at the emergency. J Torac
Imaging, 28, 322–8.

Liwang, F., & Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (IV ed.). Jakarta: Media
Aesculapius.

Milne, E., Pistolesi, M., & Miniati, M. (1985). The radiologic distinction od cardiogenic
and noncardiogenic edema. AJR Am J Roentgenol, 144, 879–94.

Min, Z., Xiao-Mei, L., Guo-Sheng, W., Jin-Hui, T., Zhu, C., Yan, M., & Xiang-Pei, L.
(2017). The Association between Ankylosing Sopndylitis and the Risk of Any,
Hip, or Vertebral Fracture . Departement of Rheumatology and Immunology,
Anhui Provical Hospital. Anhui Medical University.

9
Novelline, R. (2004). Squires fundamentals of radiology. Cambridge,MA: Harvard
University Press.

Park, J.-S., Hong, J.-Y., Park, Y.-S., Han, K., & Suh, S.-W. (2018). Trends in the
Prevalence and Incidence of Ankylosing Spondylitis in South Korea, 2010–2015
and Estimated Diferences According to Income Status. Scientific Reports,
Department of Orthopedics, Korea University Ansan Hospital, Ansan-si, South
Korea, South Korea.

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. (2014). Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta:


IRA.

Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA) untuk Spondiloartropat.


(2014). Jakarta: IRA.

Sarkar, M., Madabhavi, I., & Niranjan, N. (29015). Auscultation of the respiratory
system. Ann Thorac Med, 10, 158–68.

Verman, C. V., Kawade, S. K., & Krishnan, V. (2016). Psychological Co-Morbidities and
Physical Therapy in Patients with Ankylosing Spondylitis. Journal of Health
Science Research, Vol 1(2), 37-41.

Westra, D., & Sperber, M. (2001). Conventional chest radiography. Dalam M. Sperber
(Penyunt.), Radiologic diagnosis of chest disease ed 2 (hal. 40–41). London:
Springer–Verlag London.

Windrasmara. (2012). Hubungan Antara Derajat Merokok dengan Prevalensi PPOK dan
Bronkitis Kronik di BBKPM Surakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai