Anda di halaman 1dari 25

Analisis tanda pengikat di gantung:

Sebuah studi retrospektif otopsi


di kamar mayat sebuah pusat perawatan Kesehatan
tersier di India
Timur Laut dari 2011 hingga 2019

Wulan Rizky Amelia


Selia Tiara Putri Utami

Dosen Pembimbing:
dr. Erni Handayani Situmorang, Sp.KF., MH
BACKGROUND
● Jenazah perempuan yang ditemukan pada tanggal
13 Januari 2023 di Jln. Kopral Ramli Perum Samudra
Afroza III Rt.16 Kel. Pasir Putih Kec. Jambi Selatan
Kota Jambi

● Berumur dua puluh lima tahun, ditemukan tewas


tergantung di dalam rumah

● Diduga menjadi korban pembunuhan


TEMUAN KLINIS
● Pada pemeriksaan luar ditemukan Mata merah sebelah kanan, terdapat memar pecah
pembuluh darah pada dahi, pipi sisi kanan, belakang telinga sebelah kanan dan kiri.
Terdapat sebuah jejas jerat di leher yang melingkar setengah bagian dengan arah keatas
bentuk tidak beraturan setinggi dua sentimeter dari tulang gondok dengan kedalaman
nol koma dua sentimeter, dijumpai dua luka lecet berbentuk kuku seperti bulan sabit
dengan letak dibawah dagu dan leher sisi kiri, pada bibir bawah terdapat cetakan gigi
berwarna merah kebiruan, terdapat tiga luka memar pada tungkai bawah sebelah kiri
dan terdapat dua luka memar pada tungkai bawah sebelah kanan, dengan lokasi sejajar
antara kanan dan kiri.

● Pada pemeriksaan dalam ditemukan tiga resapan darah di kepala bagian belakang,
terdapat bekuan darah di lapisan atas pembungkus otak, pada seluruh lapisan otak
terdapat perdarahan, terdapat perdarahan pada batang tenggorokan, paru, jantung,
hati, ginjal, limpa, usus halus, dan usus besar terdapat pelebaran pembuluh darah.

● Sebab kematian adalah mati lemas disebabkan diduga adanya jeratan di leher yang
menyebabkan perdarahan di otak dan menyebabkan perdarahan diseluruh organ organ
bagian tubuh. Dan tidak ditemukannya tanda tanda trauma tajam.
JOURNALJOURNAL
ABSTRAK
Latar Belakang: Sering kali tanda pengikat mungkin satu-satunya bukti yang tersedia dalam kasus kematian
sesak napas karena gantung diri/pencekikan. Oleh karena itu, pemeriksaan menyeluruh terhadap tanda
pengikat dan analisis informasi yang diberikan merupakan suatu keharusan untuk mengkonfirmasi kematian
karena gantung diri.

Bahan dan Metode: Studi retrospektif dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik dan Toksikologi,
Institut Ilmu Kedokteran Regional, Imphal, 2011-2019 menilai informasi tanda pengikat dalam kasus
tersebut. Analisis menyeluruh dilakukan sehubungan dengan usia, jenis kelamin, tanda
pengikat, bahan pengikat, kesan, pola, jenis simpul, tingkat ligatur, perubahan kulit, dsb

Hasil: Kematian gantung diri merupakan 7,1% dari total kematian tidak wajar otopsi medikolegal. Tali
adalah bahan pengikat yang paling umum digunakan. Mayoritas korban lebih memilih slip knot (53,61%),
diikuti fixed knot (46,38%). Dalam sebagian besar kasus, tanda itu ditempatkan miring (83, 73%) dan di atas
laring (77,1%). Jejak di atas lekukan ada berhubungan dengan bahan pengikat yang digunakan dalam semua
kasus.

Kesimpulan: Pemeriksaan menyeluruh dan tanda pengikat merupakan bagian terpenting dari pemeriksaan
postmortem karena gantung diri.
PENDAHULUAN
Menggantung adalah salah satu metode kematian bunuh diri yang
paling umum di India. Ini adalah bentuk asfiksia mekanis yang
disebabkan oleh suspensi tubuh oleh pengikat yang melingkari leher,
kekuatan penyempitan menjadi berat tubuh.

Bahan pengikat dapat berupa zat rumah tangga apa pun. Sifat tanda
pengikat tergantung pada bahan dan posisi pengikat yang digunakan dan
waktu suspensi tubuh setelah kematian. Jika bahan pengikat lunak dan
dilepas segera setelah kematian, tanda itu mungkin tidak ada dalam
kasus seperti itu. Jenggot tebal dan panjang atau pakaian di leher dapat
menyebabkan pembentukan tanda pengikat yang kusam dan tidak
terbentuk dengan baik. Dengan demikian, tanda pengikat menjadi
bantuan penting dalam diagnosis dan evaluasi kasus.
HASIL DAN DISKUSI
● Jumlah total otopsi di kamar mayat Departemen Kedokteran Forensik dan
Toksikologi, Institut Ilmu Kedokteran Regional, Imphal, antara 2011 s/d 2019
adalah 2311. Di antaranya 166 (7,1%) kasus disebabkan oleh gantung diri.

● Mayoritas kasus adalah dewasa muda yaitu, 21-30 tahun dengan 53 (31,9%),
diikuti 11–20 tahun 38 (22,89%)

● India : Ditemukan 88 (53,01%) korban laki-laki dan 78 (46,98%) korban


perempuan, Indonesia : Laki-laki (3,7%), perempuan (1,1%)

● Sebagian besar belum menikah, yaitu 91 (54,81%) dan 72 (43,37%) menikah.

● Sebagian besar terjadi pada pagi hari (44%), diikuti oleh malam (29%), dan sore
(8%)
● Tali adalah bahan yang paling umum digunakan oleh
korban dalam penelitian ini: 58 (34,93%), diikuti oleh
dupatta (syal) pada 51 (30,72%) dan bahan lain seperti
khudei dan phanek. Menggambarkan bahwa dalam
sebagian besar kasus, keputusan bunuh diri dengan cara
digantung adalah keputusan yang tidak direncanakan di

01
bawah gangguan psikologis yang ekstrem menggunakan
simpul yang mudah.

● Bahan kain chunni ditemukan sebagai bahan pengikat yang


paling umum, diikuti oleh tali nilon dan saree. Ini
menghasilkan pola tertentu di atas kulit dan karakteristik
tanda secara luas tergantung pada bahan yang digunakan.

● Tanda pengikat tunggal ditemukan pada 131 (78,91%) dan


beberapa putaran pada 35 (21,08%). Pola tanda pengikat
SECTION HEADER
diamati hanya dalam kasus di mana tali (34,93%) dan sabuk
(4,21%) digunakan.
01
● Dalam penelitian ini, ditemukan dua jenis simpul. Slip knot ditemukan pada 89
(53,61%) dan fixed knot pada 77 (46,38%) kasus

● Mengenai posisi simpul, 6 kasus (3,61%) adalah tipe gantung tipikal dan 160
(96,38%) kasus adalah tipe gantung atipikal di mana simpul berada di bagian
lain leher dan bukan di daerah oksipital

● Tanda ditempatkan miring di leher pada 162 (97,59%) kasus dan ditempatkan
secara melintang pada 4 (2,4%) kasus

● SECTION HEADER
Tanda pengikat terletak di atas tulang rawan tiroid 128 (77,1%) kasus, pada
tulang rawan tiroid 38 (22,89%) kasus, dan di bawah tulang rawan tiroid 10
(6,02%) kasus
● Mengenai arah tanda pengikat, tanda miring ke atas dari kanan ke
kiri dan dalam 88 kasus (53,01%), miring dari kiri ke kanan dalam 51 kasus
(30,72%), dan ditempatkan secara melintang dalam 3 kasus

● Tulang hyoid hanya retak dalam 4 kasus (2,40%)

01
● Arteri karotis internal masih utuh pada 159 (95,7%) kasus dan memiliki robekan
melintang pada 8 kasus (4,81%)

● Dalam studi ini, diamati 26 (15,6%) kasus, ada resapan darah pada jaringan
leher, pada 65 (39,15%) tidak ada resapan darah, dan pada 75 kasus (45,18%),
jaringan subkutan pucat dan berkilau di bawah tanda pengikat.

● Semua pengamatan dikaitkan dengan masing-masing temuan berikutnya


seperti tidak adanya atau adanya cedera eksternal atau internal lainnya untuk
SECTION HEADER
mendapatkan hasil yang dapat diterima mengenai mode dan cara kematian
pada korban.
Bahan Pengikat Kain (sprei)

Tanda Pengikat Tunggal

Jenis Simpul Slip Knot

Posisi Simpul Atipikal

Posisi Tanda • Diatas tulang


Pengikat tiroid
• Sejajar tulang
tiroid

Arteri karotis Utuh


interna

Resapan Darah Pada Jaringan


Leher

Tulang hioid Tidak Retak


LANDASAN TEORI
KESIMPULAN
LUKA MEMAR
(Kontusi, Hematom, Bruise, Contusion)

• Luka memar biasanya terjadinya dengan permukaan kulit (kontinuitas jaringan


kulit) dalam keadaan utuh, tetapi terjadi perdarahan pada jaringan di bawah kulit /
kutis, pembuluh darah kapiler dan vena yang pecah dan memasuki jaringan ikat
yang diakibatkan oleh kekerasan benda tumpul
• Luka memar yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai benda tumpul dan
kadang-kadang dapat memberi petunjuk tentang benda penyebab memar
seperti :
1. Jejas ban (marginal hemorrhage).
2. Jejas tapak sepatu.
3. Jejas cambuk.
4. Jejas batu/bola.
5. Cubitan/cekikan tangan.
Perbedaan Lebam Mayat dan Memar
SIFAT LEBAM MAYAT MEMAR
Letak Epidermal, karena Sub epidermal, karena
pelebaran ruptur pembuluh darah
pembuluh darah yang letaknya bisa
yang tampak superfisial atau lebih
sampai ke dalam.
permukaan kulit.
Kutikula Tidak rusak Rusak
(kulit ari)
Lokasi Terdapat pada Terdapat di sekitar, bisa
daerah yang luas, dimana saja pada bagian
terutama luka pada tubuh yang terkena ruda
bagian tubuh yang paksa dan tidak meluas.
letaknya rendah.
Gambaran Tidak ada Biasanya membengkak
perubahan bentuk. karena resapan darah.
SIFAT LEBAM MAYAT MEMAR
Pinggiran Jelas Tidak jelas
Warna Sama semua Memar yang lama
warnanya bervariasi.
Memar yang baru
warnanya lebih tegas
daripada warna lebam
mayat di sekitarnya.
Pada pemotongan Darah tampak Menunjukkan resapan
dalam pembuluh darah ke jaringan
darah dan mudah sekitar, susah
dibersihkan, dibersihkan jika hanya
jaringan subkutan dengan air mengalir.
tampak pucat Jaringan subkutan
berwarna merah
kehitaman.

Dampak setelah penekanan Ada, baru akan Warnanya berubah


hilang walaupun sedikit saja, jika diberi
hanya diberi penekanan.
penekanan yang
ringan (dibawah 6
jam)
Perubahan warna pada Memar
WARNA DAN PERUBAHAN WAKTU

Merah (bengkak) Baru (1-2 jam)


Kebiru-biruan Beberapa jam sampai 3 hari
Kecoklatan (karena pigmen Hari ke-4 atau hari ke-5
hemosiderin)
Kehijauan (karena pigmen Hari ke-5 atau hari ke-6
hematoidin)
Kekuningan (karena Hari ke-6 sampai hari ke-12
bilirubin)
Normal 2 Minggu
PEMBEKAPAN
• Pembekapan berarti obstruksi mekanik terhadap aliran udara dari lingkungan
ke dalam mulut dan atau lubang hidung, biasanya dilakukan dengan menutup
mulut dan hidung dengan menggunakan kantong plastik.
• Normalnya, pembekapan membutuhkan paling tidak sebagian obstruksi  baik
dari rongga hidung maupun mulut untuk menjadi asfiksia. Pembekapan
merupakan salah satu bentuk mati lemas, dimana pada pembekapan baik
mulut maupun lubang hidung tertutup sehingga proses pernafasan tidak dapat
 berlangsung
• Kelainan yang terjadi karena pembekapan adalah berbentuk luka lecet dan
atau luka memar terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. sering juga
didapatkan memar dan robekan pada  bibir, khususnya bibir bagian dalam
yang berhadapan dengan gigi
Gambaran Postmortem
a. Pemeriksaan Luar b. Pemeriksaan Dalam
• Tanda kekerasan yang ditemukan tergantung dari • Tetap cairnya darah.
jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan. • Kongesti (bendungan sistemik)
• Kekerasan yang mungkin dapat ditemukan: luka lecet • Edema pulmonum
jenis tekan atau geser, jejas bekas jari kuku di sekitar
wajah, dagu, pinggir rahang, hidung, lidah dan gusi, • Perdarahan berbintik
yang mungkin terjadi akibat korban melawan.
• Luka memar/lecet dapat ditemukan pada bagian
permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong
dan menekan gigi, gusi dan lidah. Ujung lidah juga
dapat mengalami memar atau cedera.
• Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak,
misalnya bantal, maka pada pemeriksaan luar
jenazah mungkin tidak ditemukan tanda kekerasan.
Memar atau luka masih dapat ditemukan pada  bibir
bagian dalam.
PENGGANTUNGAN (HANGING)
• Penggantungan (hanging) adalah keadaan dimana leher dijerat dengan ikatan,
daya jerat ikatan tersebut memanfaatkan berat badan tubuh atau kepala

Perbedaan antara penggantungan antemortem dan postmortem


Perdarahan Epidural
• Perdarahan epidural atau ekstradural adalah perdarahan yang letaknya antara
tengkorak dan selaput otak tebal, akibatnya robek arteri yang tersering arteri
meningeal media dan dapat terjadi dengan atau tanpa patah tulang tengkorak.
• Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan terapi dekompresi segera. Waktu
antara timbulnya cedera kepala sampai munculnya gejala-gejala yang
diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai “lucid interval”.
• Jadi antara terjadinya kekerasan dan timbulnya gejala klinik ada masa tanpa
gejala. Interval bebas atau periode laten, lamanya biasanya beberapa jam
sampai 24 jam, jarang lebih dari 2 hari.
• Jumlah perdarahan yang sudah dapat menyebabkan kematian adalah 60-80
gram
Perdarahan Subdural
• Perdarahan yang timbul apabila terjadi “bridging vein” yang pecah dan darah
berkumpul di ruang subdural.

• Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di
bawahnya.

• Karena perdarahan yang timbul berlangsung perlahan, maka “lucid interval”


juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural, berkisar dari beberapa jam
sampai beberapa hari.
Perdarahan Subarachnoid
ETIOLOGI :

Nontraumatik :
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarachnoid

Traumatik :
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan perdarahan
subarakhnoid
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang menyebabkan
robeknya arteri vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan gerakan
hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.
ASFIKSIA
Sebuah kondisi ditandai dengan terganggunya pertukaran pernapasan (oksigen dalam
darah rendah/hipoksia dan meningkatnya karbondioksida/hiperkapnia).

Asfiksia memiliki empat tahap.


• Tahap satu adalah dispnea. Pernapasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat, wajah
cemas dengan mata melotot, bibir kebiruan, denyut nadi, dan TD meningkat.

• Tahap kedua adalah kejang dengan gerakan klonik yang kuat di seluruh tubuh,
kehilangan kesadaran, relaksasi sfingter, sianosis, denyut nadi, dan TD masih
tinggi.

• Tahap ketiga adalah apnea, korban tidak dapat bernapas karena depresi pernapasan,
otot mulai lemas, refleks hilang, pupil melebar, TD mulai menurun, pernapasan
mulai dangkal. Kondisi ini terjadi dalam waktu 3-5 menit sampai tahap terakhir.

• Tahap terakhir adalah tahap kematian ketika sistem tubuh mengalami malfungsi dan
kerusakan
TERIMA KASIH
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai