Dosen Pembimbing:
dr. Erni Handayani Situmorang, Sp.KF., MH
BACKGROUND
● Jenazah perempuan yang ditemukan pada tanggal
13 Januari 2023 di Jln. Kopral Ramli Perum Samudra
Afroza III Rt.16 Kel. Pasir Putih Kec. Jambi Selatan
Kota Jambi
● Pada pemeriksaan dalam ditemukan tiga resapan darah di kepala bagian belakang,
terdapat bekuan darah di lapisan atas pembungkus otak, pada seluruh lapisan otak
terdapat perdarahan, terdapat perdarahan pada batang tenggorokan, paru, jantung,
hati, ginjal, limpa, usus halus, dan usus besar terdapat pelebaran pembuluh darah.
● Sebab kematian adalah mati lemas disebabkan diduga adanya jeratan di leher yang
menyebabkan perdarahan di otak dan menyebabkan perdarahan diseluruh organ organ
bagian tubuh. Dan tidak ditemukannya tanda tanda trauma tajam.
JOURNALJOURNAL
ABSTRAK
Latar Belakang: Sering kali tanda pengikat mungkin satu-satunya bukti yang tersedia dalam kasus kematian
sesak napas karena gantung diri/pencekikan. Oleh karena itu, pemeriksaan menyeluruh terhadap tanda
pengikat dan analisis informasi yang diberikan merupakan suatu keharusan untuk mengkonfirmasi kematian
karena gantung diri.
Bahan dan Metode: Studi retrospektif dilakukan di Departemen Kedokteran Forensik dan Toksikologi,
Institut Ilmu Kedokteran Regional, Imphal, 2011-2019 menilai informasi tanda pengikat dalam kasus
tersebut. Analisis menyeluruh dilakukan sehubungan dengan usia, jenis kelamin, tanda
pengikat, bahan pengikat, kesan, pola, jenis simpul, tingkat ligatur, perubahan kulit, dsb
Hasil: Kematian gantung diri merupakan 7,1% dari total kematian tidak wajar otopsi medikolegal. Tali
adalah bahan pengikat yang paling umum digunakan. Mayoritas korban lebih memilih slip knot (53,61%),
diikuti fixed knot (46,38%). Dalam sebagian besar kasus, tanda itu ditempatkan miring (83, 73%) dan di atas
laring (77,1%). Jejak di atas lekukan ada berhubungan dengan bahan pengikat yang digunakan dalam semua
kasus.
Kesimpulan: Pemeriksaan menyeluruh dan tanda pengikat merupakan bagian terpenting dari pemeriksaan
postmortem karena gantung diri.
PENDAHULUAN
Menggantung adalah salah satu metode kematian bunuh diri yang
paling umum di India. Ini adalah bentuk asfiksia mekanis yang
disebabkan oleh suspensi tubuh oleh pengikat yang melingkari leher,
kekuatan penyempitan menjadi berat tubuh.
Bahan pengikat dapat berupa zat rumah tangga apa pun. Sifat tanda
pengikat tergantung pada bahan dan posisi pengikat yang digunakan dan
waktu suspensi tubuh setelah kematian. Jika bahan pengikat lunak dan
dilepas segera setelah kematian, tanda itu mungkin tidak ada dalam
kasus seperti itu. Jenggot tebal dan panjang atau pakaian di leher dapat
menyebabkan pembentukan tanda pengikat yang kusam dan tidak
terbentuk dengan baik. Dengan demikian, tanda pengikat menjadi
bantuan penting dalam diagnosis dan evaluasi kasus.
HASIL DAN DISKUSI
● Jumlah total otopsi di kamar mayat Departemen Kedokteran Forensik dan
Toksikologi, Institut Ilmu Kedokteran Regional, Imphal, antara 2011 s/d 2019
adalah 2311. Di antaranya 166 (7,1%) kasus disebabkan oleh gantung diri.
● Mayoritas kasus adalah dewasa muda yaitu, 21-30 tahun dengan 53 (31,9%),
diikuti 11–20 tahun 38 (22,89%)
● Sebagian besar terjadi pada pagi hari (44%), diikuti oleh malam (29%), dan sore
(8%)
● Tali adalah bahan yang paling umum digunakan oleh
korban dalam penelitian ini: 58 (34,93%), diikuti oleh
dupatta (syal) pada 51 (30,72%) dan bahan lain seperti
khudei dan phanek. Menggambarkan bahwa dalam
sebagian besar kasus, keputusan bunuh diri dengan cara
digantung adalah keputusan yang tidak direncanakan di
01
bawah gangguan psikologis yang ekstrem menggunakan
simpul yang mudah.
● Mengenai posisi simpul, 6 kasus (3,61%) adalah tipe gantung tipikal dan 160
(96,38%) kasus adalah tipe gantung atipikal di mana simpul berada di bagian
lain leher dan bukan di daerah oksipital
● Tanda ditempatkan miring di leher pada 162 (97,59%) kasus dan ditempatkan
secara melintang pada 4 (2,4%) kasus
● SECTION HEADER
Tanda pengikat terletak di atas tulang rawan tiroid 128 (77,1%) kasus, pada
tulang rawan tiroid 38 (22,89%) kasus, dan di bawah tulang rawan tiroid 10
(6,02%) kasus
● Mengenai arah tanda pengikat, tanda miring ke atas dari kanan ke
kiri dan dalam 88 kasus (53,01%), miring dari kiri ke kanan dalam 51 kasus
(30,72%), dan ditempatkan secara melintang dalam 3 kasus
01
● Arteri karotis internal masih utuh pada 159 (95,7%) kasus dan memiliki robekan
melintang pada 8 kasus (4,81%)
● Dalam studi ini, diamati 26 (15,6%) kasus, ada resapan darah pada jaringan
leher, pada 65 (39,15%) tidak ada resapan darah, dan pada 75 kasus (45,18%),
jaringan subkutan pucat dan berkilau di bawah tanda pengikat.
• Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi pada otak yang terletak di
bawahnya.
Nontraumatik :
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarachnoid
Traumatik :
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan perdarahan
subarakhnoid
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang menyebabkan
robeknya arteri vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang diakibatkan gerakan
hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.
ASFIKSIA
Sebuah kondisi ditandai dengan terganggunya pertukaran pernapasan (oksigen dalam
darah rendah/hipoksia dan meningkatnya karbondioksida/hiperkapnia).
• Tahap kedua adalah kejang dengan gerakan klonik yang kuat di seluruh tubuh,
kehilangan kesadaran, relaksasi sfingter, sianosis, denyut nadi, dan TD masih
tinggi.
• Tahap ketiga adalah apnea, korban tidak dapat bernapas karena depresi pernapasan,
otot mulai lemas, refleks hilang, pupil melebar, TD mulai menurun, pernapasan
mulai dangkal. Kondisi ini terjadi dalam waktu 3-5 menit sampai tahap terakhir.
• Tahap terakhir adalah tahap kematian ketika sistem tubuh mengalami malfungsi dan
kerusakan
TERIMA KASIH
TERIMAKASIH