PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Seorang wanita 24 tahun dibawa dan diantar ke PUSKESMAS oleh polisi. Ia
ditemukan tidak sadar di jalan Tamalanrea Km.9 dan sebuah sepeda motor
ditemukan sejauh 5 meter dari korban. Sayangnya, ia dilaporkan meninggal 10
menit setelah tiba di PUSKESMAS. Sepeda motor yang ditemukan hanya
menunjukkan sedikit kerusakan
1.2 KATA SULIT
-
1.3 KALIMAT KUNCI
1. Seorang Wanita 24 tahun
2. Ditemukan tidak sadar dijalan
3. Sebuah sepeda motor ditemukan sejauh 5 meter dari korban
4. Dilaporkan meninggal 10 menit setelah tiba di PUSKESMAS
1.4 PERTANYAAN
1. Jelaskan patomekanisme dari luka/trauma menggunakan pengetahuan
tentang histologi dan anatomi tubuh ?
2. Bagaimana deskripsi luka yang ada pada seknario?
3. Bagaimana karakteristik kemungkinan agen penyebab dari luka?
4. Menjelaskan keparahan derajat luka sesuai hukum yang berlaku?
5. Bagaimana menetapkan penyebab kematian paling mungkin (COD)
menggunakan pendekatan Proximus mortis?
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 8. Kulit(1)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,
subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan
jaringan lemak.[4]
1) Lapisan epidermis [4,6]
Merupakan lapisan terluar kulit. Dibentuk oleh epitel berlapis gepeng.
Adapun fungsi dari epidermis adalah sebagai pelindung terhadap pengaruh
lingkungan dan terhadap kehilangan cairan.[4,6]
Adapun morfologi epidermis yaitu avaskuler. Dan sekitar 85 % mengalami
keratinisasi. Terdapat 4 jenis sel yaitu sel keratinosit, sel langhans, sel
merkel, dan sel melanosit. Epidermis terdiri dari 5 lapisan antara lain :
Sel - sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reduktif. Lapisan
ini terdiri atas 2 jenis sel yaitu :
i. Sel – sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, di hubungkan dengan jembatan antarsel
ii. Sel pembentuk melanin (melanosit) / clear cell berwarna muda,
dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung
butir pigmen ( melanosomes). [4,6]
1. Lapisan dermis[4,6]
a. Pars papilaris
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah. Terdiri dari jaringan ikat longgar yaitu : sel
fibroblast, lekosit, sel mast, dan serat kolagen tipis.
b. Pars retikularis
Bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini
terdiri atas serabut – serabut penunjang misalnya : serabut kolagen,
elastin, dan retikulin.
2. Lapisan subkutis(4)
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel – sel
lemak di dalamnya, sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti
terdesak ke pinggir sioplasma lemak yang bertambah.
ADNEKSA KULIT[4]
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar- kelnjar kulit, rambut , dan kuku.
1. Kelenjar kulit,
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, yang terdiri atas :
a. Kelenjar keringat
b. Kelenjar ekrin : kecil, di dermis, di pengaruhi oleh saraf kolinergik,
faktor panas, dan stress emosional
c. Kelenjar apokrin : besar, sekret, dipengaruhi oleh saraf adrenergik
d. Glandula sebasea
Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak
tangan dan kaki. Kelenjar sebasea disebut juga kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel – sel
kelenjar.[4]
Patomekanisme luka/Trauma[2]
Luka lecet disebabkan oleh cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing , contohnya :
Kecelakaan lalu lintas (jika jatuh dari motor atau terbentur aspal harusnya
ditemukan debu atau aspal jalanan atau tanah), jika tidak ditemukan bisa
terjadi kekerasan. [2]
a. Lecet gores (scratch) : disebabkan benda runcing (misalnya kuku jari
yang menggores kulit) akan menggeser permukaan lapisanepidermis
(permukaan kulit) didepannya dan membuat lapisan terangkat
b. Lecet serut (graze): variasi luka lecet gores yg daerah persentuhannya
lebih besar
c. Lecet tekan (impression,impact abrasion): penjejakan benda tumpul
pada kulit (kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan), pada mayat : daerah
kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya
d. Lecet geser (friction abrasion) : tekanan linier pada kulit disertai
gerakan bergeser , contoh: gantung diri, jerat korban pecut (cambuk)
2.2 Bagaimana deskripsi luka yang ada pada seknario?
Beradasarkan kasus pada skenario dan gambar maka luka pada pemerikasaan
didapatkan luka lecet.[1]
Jumlahnya : dua buah
Jenis : pada sisi pelipis kiri luka tertutup, pada pipi kiri
luka tertutup
Lokasinya : lecet pertama disisi pelipis kiri. Lecet kedua dipipi
kiri atas
Garis koordinat : tidak dapat diketahui
Warna luka : pada sisi pelipis kiri warna kemerahan, pada pipi
kiri warna merah kecoklatan
Batas luka : pada pelipis kiri tegas ,pada pipi kiri tegas
Tepi luka : pada pelipis kiri tidak rata, pada pipi kiri tidak rata
Ukurannya : pada luka lecet pelipis kiri panjang luka 0,3 cm
dan lebar luka 0,4 cmn, luka lecet dipipi kiri atas
dengan panjang 4 cm dan lebar 3 cm.
Sifatnya : pada luka lecet pelipis kiri perdarahan tidak aktif,
pada luka lecet pelipis kiri perdarahan tidak aktif
Jembatan jaringan : pada luka lecet pelipis kiri tidak ada, luka lecet
pelipis kiri tidak ada
2.3 Bagaimana karakteristik kemungkinan agen penyebab dari luka?
Karena diduga kasus ini merupakan kecelakaan lalu lintas, diduga bahwa
penyebab utama agen luka adalah benda tumpul dengan permukaan datar dan
kasar dalam hal ini yaitu aspal. Sehingga menimbulkan luka gesek.
karena luka lecet berada di wajah sisi kiri, kemungkinan korban jatuh ke
kiri dari motornya kemudian terseret di aspal.
2.4 Menjelaskan keparahan/derajat luka sesuai hukum yang berlaku?
1. Derajat Luka
Ada 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
- Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
- Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B
- Luka berat / luka derajat III / luka golongan A
2. Kitab Undang-Undang hukum pidana[3]
a. Pasal 351
- Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua
tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah
- Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
- Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling
lama tujuh tahun
- Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak Kesehatan
- Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
b. pasal 352 KUHP
- Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam
sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan, atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
- Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
c. Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
- Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian;
- Kehilangan salah satu panca indera;
- Mendapat cacat berat;
- Menderita sakit lumpuh;
- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
3. Undang undang kecelakaan lalu lintas[5]
Berdasarkan Undang-Undang Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ), pengemudi kendaraan bermotor yang meyebabkan
kecelakaan lalu lintas dapat diancam sanksi pidana yang berbeda-beda
sebagaimana telah diatur pada Pasal 310 ayat (2), (3), dan (4)
Pasal 310 ayat 2 menjelaskan bahwa “setiap orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau
barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 3 maka akan dipidana
dengan kurungan penjara paling lama satu tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 2 juta.”
Sementara pada Pasal 310 ayat 3, “setiap orang yang mengemudikan
kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan
lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
ayat 4, akan dipidana kurungan paling lama lima tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 10 juta.”
Pasal 310 ayat 4 menjelaskan “Dalam hal kecelakaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).
”Di sisi lain, setiap pengemudi yang terlibat kecelakaan lalu lintas juga
memiliki tanggung jawab antara lain wajib (Pasal 231 ayat [1] UU LLAJ):
a) menghentikan Kendaraan yang dikemudikannya;
b) memberikan pertolongan kepada korban;
c) melaporkan kecelakaan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
terdekat; dan
d) memberikan keterangan yang terkait dengan kejadian kecelakaan
Apabila pengemudi dalam keadaan memaksa sehingga tidak dapat
melaksanakan kewajiaban menghentikan kendaraan dan memberi
pertolongan, setidaknya harus segera melaporkan diri kepada Kepolisian
terdekat (Pasal 231 ayat [2] UU LLAJ).
Terkait dengan tanggung jawab pengemudi yang menyebabkan kecelakaan
lalu lintas, di masyarakat, dikenal istilah “tabrak lari” yaitu mengemudikan
kendaraan dan terlibat kecelakaan, tetapi tidak menghentikan kendaraan dan
tidak memberikan pertolongan kepada korban. Untuk pengemudi yang
menyebabkan tabrak lari ini selain dikenakan Pasal 310 UU LLAJ, juga
dapat dikenakan Pasal 312 UU LLAJ:
“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang terlibat
Kecelakaan Lalu Lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan
kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan
Kecelakaan Lalu Lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 ayat (1) huruf a, huruf b,
dan huruf c tanpa alasan yang patut dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh
lima juta rupiah).” [5]
2.5 Bagaimana menetapkan penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan
pendekatan Proximus mortis?
A. Cause of death
II Faktor kontribusi
II -
DAFTAR PUSTAKA
1. Bahan ajar kuliah forensik Dr. dr. Berti J. Nelwan, MKes, SpPA, SpF,
DFM Traumatologi: Trauma Tumpul
2. Bahan ajar kuliah forensik Dr.dr. Berti Nelwan, DFM, MKes.,
SpPA(K), SpF.blunt force trauma Buku ilmu kedokteran forensic FK
UI
3. Bahan Ajar Kuliah Forensik dr. Djumadi Achmad, Sp.PA(K), Sp.F.
Perlukan
4. Djuanda, Adhi dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi
keenam.2011, Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Hal. 3-5 (Asri )