Anda di halaman 1dari 18

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa REFERAT

Fakultas Kedokteran 8 Juni 2022


Universitas Alkhairaat
Palu

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR DAN GANGGUAN TERKAIT

Disusun Oleh:
Moh Vikri Chaikal Yunus, S.Ked
(18 21 777 14 490)

Pembimbing :
dr. Andi Soraya Tendri Uleng, M.Kes, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022
2

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Moh Vikri Chaikal Yunus, S.Ked


No. Stambuk : 18 21 777 14 490
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat Palu
Judul Refleksi Kasus : Gangguan Afektif Bipolar Dan Gangguan terkait
Bagian : Ilmu Kesehatan Jiwa

Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Madani Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Juni 2022

Pembimbing

dr. Andi Soraya Tendri Uleng. M.Kes, Sp.KJ


3

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan 2

Daftar Isi 3

BAB I PENDAHULUAN 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

1. Definisi 5

2. Epidemiologi 5

3. Etiologi
6
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi Episode Gangguan Afektif Bipolar 7

6. Pedoman Diagnostik Gangguan Afektif Bipolar Menurut PPDGJ III 8


7. Gangguan Bipolar Menurut DSM-V 10
8. Terapi 13

BAB III KESIMPULAN 17

Daftar Pustaka 18
4

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-depresive illness adalah penyakit medis
yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi
bipolar, yaitu 10-15%. Gangguan bipolar adalah suatu penyakit jangka panjang dan episodik
dengan berbagai macam variasi perjalanan penyakit.

Saat ini prevalensi dari 11 negara menemukan prevalensi seumur hidup secara
keseluruhan dari gangguan spektrum bipolar adalah 2,4%, dengan prevalensi 0,6% untuk bipolar
tipe I dan 0,4% untuk bipolar tipe II. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya
terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada
perempuan lebih besar.

Pasien dengan gangguan mood berada pada peningkatan risiko kematian karena bunuh
diri. Insiden kematian akibat bunuh diri di antara pasien dengan diagnosis gangguan afektif
bipolar telah dilaporkan setinggi 20 kali lebih banyak daripada populasi umum - terutama ketika
gangguan bipolar tidak diobati. Sekitar satu dari tiga hingga satu dari dua pasien dengan
gangguan bipolar mencoba bunuh diri setidaknya sekali dalam perjalanan hidup mereka, dan
sekitar 15-20% dari upaya tersebut berhasil.

Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai oleh adanya aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania dan hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Afektif Bipolar


1. Definisi
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu
terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania dan
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energi dan aktivitas (depresi).
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata
sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang usia
lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan
diagnosis)
2. Epidemiologi
Saat ini prevalensi dari 11 negara menemukan prevalensi seumur hidup secara
keseluruhan dari gangguan spektrum bipolar adalah 2,4%, dengan prevalensi
0,6% untuk bipolar tipe I dan 0,4% untuk bipolar tipe II. Prevalensi antara laki-
laki dan perempuan sama besarnya terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan
pada gangguan bipolar II, prevalensi pada perempuan lebih besar.
Pasien dengan gangguan mood berada pada peningkatan risiko kematian karena
bunuh diri. Insiden kematian akibat bunuh diri di antara pasien dengan diagnosis
gangguan afektif bipolar telah dilaporkan setinggi 20 kali lebih banyak daripada
populasi umum - terutama ketika gangguan bipolar tidak diobati. Sekitar satu dari
tiga hingga satu dari dua pasien dengan gangguan bipolar mencoba bunuh diri
setidaknya sekali dalam perjalanan hidup mereka, dan sekitar 15-20% dari upaya
tersebut berhasil.
6

3. Etiologi
a. Faktor Genetik
Risiko gangguan bipolar adalah 10-25% ketika salah satu orang tua memiliki
gangguan mood. Studi kembar telah menunjukkan tingkat kesesuaian 70-90%
pada kembar monozigot. Kromosom 18q dan 22q memiliki bukti terkuat untuk
keterkaitan dengan gangguan bipolar. Gangguan bipolar 1 memiliki hubungan
genetik tertinggi dari semua gangguan kejiwaan.
b. Neuroanatomi
Korteks prefrontal, korteks cingulate anterior, hipokampus, dan amigdala adalah
area penting untuk regulasi emosi, pengkondisian respons, dan respons perilaku
terhadap rangsangan.
c. Faktor Psikososial
Stresor kehidupan yang signifikan dapat menyebabkan perubahan saraf seperti
tingkat neurotransmiter, perubahan sinyal sinaptik, serta hilangnya saraf. Ini
berimplikasi pada episode pertama gangguan mood, serta pengulangan episode
berikutnya.

4. Patofisiologi
Teori Neurotransmitter
Gangguan mood disebabkan karena ketidakseimbangan neurotransmitter di SSP
Kelebihan senyawa amin (NE dan dopamine)→ Mania, Sedangkan kekurangan NE,
dopamine dan 5-HT → Depresi
Ketidakseimbangan antara aktivitas/ rasio dopamine agonis dan NE → Perubahan
mood dari depresi ke mania
Teori kation dan membrane
Perubahan keseimbangan elektrolit, terutama Ca dan Na diduga terkait dengan
fluktuasi mood pada penderita bipolar
Perubahan Ca ekstrasel dan intrasel dapat mempengaruhi pelepasan neurotransmitter
dopamine, NE dan 5-HT → ekstabilitas saraf → mempengaruhi variasi perasaan dan
terjadi perubahan mood dari depresi ke mania atau sebaliknya
7

5. Klasifikasi Episode Gangguan Afektif Bipolar


a. Episode Manik
 Ditandai dengan afek yg meningkat, aktivitas fisik dan motorik yg
meningkat, flight of ideas
 Berlangsung paling sedikit satu minggu
 Gejala tambahan: Meningkatnya kepercayaan diri, berkurangnya
kebutuhan tidur, banyak bicara, loncat gagasan, distraktibilitas,
meningkatnya aktivitas bertujuan atau agitasi psikomotor dan impulsivitas
 Bila berat dapat disertai gejala psikotik, hendaya berat pada fungsi sosial
dan pekerjaan, memerlukan hospitalisasi

b. Episode Hipomanik
 Hampir mirip dengan episode manik
 Perbedaannya yaitu derajat gejalanya tidak berat, tidak ada psikotik, tidak
memerlukan perawatan, dan hendaya tidak berat
 Durasi episodenya lebih pendek yaitu paling sedikit empat hari
 Hipomanik ditandai dengan peningkatan mood yang ringan, pikiran
menjadi lebih tajam, disertai peningkatan energi dan aktivitas, berlangsung
beberapa hari pada episode tertentu, tanpa adanya hendaya.

c. Episode Depresi
 Gejala Utama: Adanya afek depresif (sedih, lesu, murung & menangis),
kehilangan minat & kegembiraan dan energi berkurang (mudah lelah)
 Paling sedikit empat gejala tambahan yang bersifat pervasive (sepanjang
hari, hampir setiap hari) yang berlangsung paling sedikit dua minggu
Gejala tambahannya; buruknya konsentrasi, kurangnya tenaga, rendahnya harga
diri, rasa bersalah, ide-ide bunuh diri, gangguan tidur, makan terganggu,
perubahan berat badan dan gangguan psikomotor
d. Episode Campuran
8

Ditandai dengan terpenuhinya kriteria untuk kedua episode yaitu episode manik
dan episode depresi mayor, paling sedikit satu minggu
Episode campuran derajatnya berat (bisa disertai dengan gejala psikotik,
memerlukan hospitalisasi, hendaya fungsi psikososial dan pekerjaan yang
derajatnya berat)

6. Pedoman Diagnostik Gangguan Afektif Bipolar Menurut PPDGJ III


F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0);
dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,manik,
depresif atau campuran) di masa lampau
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik (F30.1)
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau
F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik gejala psikotik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2)
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau

F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
9

 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,


depresif atau campuran) di masa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau

F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau

F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran


Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejal manik, hipomanik,
depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar
dari episode penyakit yg sekarang, dan telah berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu; dan
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau
F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
10

hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-


kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif dan campuran)

F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya


F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT

7. Gangguan Bipolar Menurut DSM-V


Dalam DSM V mengklasifikasikan diagnosa gangguan bipolar
menjadi beberapa klasifikasi yaitu gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, dan
gangguan cyclotymic, bipolar akibat obat-obatan, gangguan bipolar terkait kondisi
medis lain, gangguan bipolar spesifik dan gangguan bipolar yang tidak spesifik.

1. Mania, yang merupakan fitur BD I, dapat didiagnosis ketika:


 Suatu periode berbeda dari suasana hati yang persisten dan abnormal
meningkat, ekspansif, atau mudah tersinggung dengan aktivitas yang
diarahkan pada tujuan yang abnormal, persisten, meningkat yang
berlangsung lebih dari satu minggu dan muncul hampir sepanjang hari
hampir setiap hari.
 Gangguan mood menyebabkan gangguan sosial, pekerjaan, dan fungsional
dengan atau tanpa psikosis. Ada juga bisa menjadi ancaman yang terlihat
untuk diri sendiri atau orang lain.
 Gejala suasana hati tidak terkait dengan pengobatan, zat terlarang, atau
kondisi medis lainnya.
 Adanya tiga atau lebih gejala berikut selama episode, yang bukan
merupakan perilaku biasa:
1. Kebesaran atau peningkatan harga diri, misalnya, keyakinan yang tidak
realistis bahwa seseorang itu kuat atau berpengaruh
2. Kebutuhan tidur berkurang
3. Pidato tertekan, banyak bicara, pidato cepat
4. Melarikan diri dari ide atau mengeluh tentang pemikiran yang berlomba
11

5. Gangguan dan ketidakmampuan untuk fokus dengan mudah melompat


dari satu topik ke topik lainnya
6. Peningkatan aktivitas yang diarahkan pada tujuan atau agitasi psikomotor,
tampak gelisah, gerakan konstan atau ketukan kaki
7. Keterlibatan dalam kegiatan yang akan memiliki konsekuensi yang tidak
diinginkan, terlibat dalam perilaku berisiko tinggi

2. Hipomania, yang dapat menjadi ciri BD I, BD II, atau siklotimia, dapat


didiagnosis ketika:
 Suatu periode berbeda dari suasana hati yang persisten dan meningkat secara
tidak normal, ekspansif, atau mudah tersinggung dengan aktivitas yang
diarahkan pada tujuan yang abnormal, persisten, meningkat yang berlangsung
setidaknya empat hari dan muncul hampir sepanjang hari hampir setiap hari.
 Tiga atau lebih gejala mania hadir.
 Gejala suasana hati dapat dipahami oleh orang lain.
 Tidak ada gangguan pekerjaan atau fungsi sosial yang signifikan dan tidak
ada psikosis.
 Gejala hipomanik tidak tergantung pada tindakan pengobatan, zat terlarang,
atau kondisi medis lainnya. Hipomania dapat terlihat setelah inisiasi terapi
antidepresan serta setelah terapi elektrokonvulsif tetapi ketika hipomania
terkait dengan gangguan bipolar, gejalanya muncul untuk waktu yang lebih
lama dan lebih jelas.

3. Episode depresi mayor terdapat pada BD I, BD II, tetapi tidak diperlukan untuk
diagnosis. Lima atau lebih gejala yang tercantum di bawah ini muncul selama
lebih dari dua minggu yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan:
 Suasana hati depresi subjektif atau objektif, misalnya perasaan kosong, putus
asa, sedih, rendah, atau pengamatan oleh orang lain bahwa seseorang
menangis.
 Anhedonia atau kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan
12

 Perubahan berat badan, penurunan, atau penambahan, sebesar 5% dari berat


badan dalam satu bulan
 Perubahan tidur, insomnia, atau hipersomnolen
 Agitasi atau retardasi psikomotor (kebanyakan objektif)
 Rasa bersalah atau tidak berharga
 Konsentrasi menurun, ketidakmampuan untuk fokus
 Ide bunuh diri dengan atau tanpa rencana atau pikiran untuk mati
Gejalanya tidak sekunder akibat pengobatan, obat-obatan terlarang, atau kondisi
medis lainnya.
Pasien juga dapat datang dengan 'fitur campuran' yang menandakan episode
mania, depresi, atau hipomania yang disertai dengan fitur dari polaritas yang
berlawanan. Episode manik atau hipomanik ditandai dengan perbedaan 'fitur
campuran' ketika kriteria penuh untuk mania atau hipomania terpenuhi bersama
dengan setidaknya 3 dari gejala berikut: mood depresi, keterbelakangan
psikomotor, asthenia, rasa bersalah, ide bunuh diri, atau anhedonia. Episode
depresif mayor dibedakan sebagai campuran ketika kriteria penuh untuk depresi
mayor terpenuhi bersama dengan setidaknya 3 dari gejala berikut: suasana hati
yang meningkat, kebesaran, verbose, pelarian ide, hiperkinesis, impulsif, atau
insomnia.

Saat mendiagnosis gangguan bipolar, harus ditentukan jika gangguannya adalah:


 Siklus cepat--setidaknya empat episode suasana hati yang berbeda dalam
periode dua belas bulan yang sama.
 Dengan fitur psikotik - adanya delusi, fobia atau pikiran paranoid,
pendengaran, visual atau halusinasi lainnya.
 Dengan fitur campuran--lihat di atas.
 Dengan ciri-ciri atipikal--ketika episode depresi nafsu makan meningkat,
tidur meningkat, kepekaan terhadap penolakan pribadi.
 Dengan kecemasan distres - ketika pasien tegang, tegang, gelisah, dan
memiliki perasaan kehilangan kendali dan kecemasan.
13

 Memiliki onset peripartum - yang dapat terjadi selama kehamilan atau dalam
empat minggu setelah melahirkan. Seorang pasien dengan riwayat episode
manik pascapersalinan memiliki risiko tinggi kambuh dengan kehamilan
berikutnya.
 Pola musiman--ketika suatu hubungan dapat diamati dengan mania dan waktu
tertentu dalam setahun.
8. Terapi
a. Tujuan Terapi
Mengurangi gejala bipolar
Mencegah episode berikutnya
Meningkatkan kepatuhan pada pasien pengobatan
Menghindari stressor yang dapat memicu kejadian episode
Mengembalikan fungsi-fungsi kehidupan menjadi normal
b. Terapi Psikososial
- Terapi kognitif
Terapi kognitif bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif. Terapi
kognitif digunakan untuk membantu penderita mengubah sudut pandang akan
permasalahan atau situasi menantang dalam hidupnya, sekaligus cara bereaksi
terhadap permasalahan tersebut.
- Terapi Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah terapi fokus singkat kepada hubungan personal pasien
dan interaksinya dengan yang lain.
- Terapi Perilaku
Terapi perilaku (behavioral therapy) adalah pengobatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan pasien serta menangani
pikiran dan perasaan yang dapat menyebabkan perilaku yang membahayakan diri
sendiri.
- Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah psikoterapi yang dapat membantu setiap anggota keluarga
agar dapat meningkatkan komunikasi dan menyelesaikan masalah antar keluarga.
Saat dalam masa sulit, metode ini sangat baik untuk menemukan solusi yang tepat,
14

hingga mendapatkan penanganan terkait masalah kesehatan mental atau perilaku


salah satu anggota keluarga.

c. Farmakoterapi
Farmakologi untuk Gangguan Bipolar, Episode manik, Akut

Pilihan Jenis obat


Lini I Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, Quetiapin,
Quetiapin XR, Aripiprazol, Ziprasidon, Litium atau
Divalproat + Risperidon, Litium atau Divalproat +
Quetiapin, Litium atau Divalproat + olanzapin, Litium
atau Divalproat + aripiprazol
Lini II Karbamazepin, ECT, Litium + divalproat, asenapin,
litium atau divalproat + asenapin, paliperidon
monoterapi
Lini III Haloperidol, chlorpromazine, Litium atau Divalproat +
haloperidol, litium + Karbamazepin, Clozapin,
Oksakarbazepin, tamoksifen

Mania Akut : Haloperidol (Haldol, Serenace, dll)


Carbamezapine (Tegretol, dll)
Valproic Acid (Depakene)
Divalproex (Depakote)
Profilaksis Mania : Lithium Carbonate (Frimania)
Lithium yang digunakan adalah “Lithium Carbonate”, mulai
dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan 1-2 kali sehari dinaikkan 250 mg/h
setiap
15

minggu, diukur Serum Lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum
Lithium berefek klinis terapeutik (0,8 – 1,2 mEq/L). Biasanya dosis efektif dan
optimal berkisar 1000 – 1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi “dosis maintenance”, konsentrasi serum Lithium yang
dianjurkan untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 – 0,8
mEq/L, ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,8 – 1,2 mEq/L,
dan juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pada Gangguan Afektif Bipolar (manic-depressive disorder) dengan
serangan-serangan episodik mania/depresi : Lithium Carbonate sebagai obat
profilaksis terhadap serangan sindrom mania/depresi, dapat mengurangi
frekuensi, berat dan lamanya suatu kekambuhan.
Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolelir
dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan
penggunaan obat Lithium Carbonate, dapat menggunakan obat alternatif :
CARBAMEZEPINE, VALPROIC ACID DIVALPROEX Na, yang terbuktu
juga ampuh untuk meredakan “Sindrom Mania Akut” dan profilaksis serangan
Sindrom Mania/Depresi pada “Gangguan Afektif Bipolar”.
Pada “gangguan afektif Bipolar dan unipolar”, penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa thun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
Sindrom Mania/epresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam “dosis
minimum” dengan kadar Serum Lithium “ter-rendah” yang masih efektif untuk
terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).

Pilihan Terapi Stabilisator Mood untuk Mania


Presentasi Klinis Stabilisator mood yang Stabilisator mood
dianjurkan pilihan lain
Mania dengan gejala Divalproat Karbamazepin
psikotik Litium
Mania tipe disforik atau Divalproat
16

mania campuran murni Litium


Hipomania Litium
Divalproat
Catatan : yang dicetak tebal dan miring adalah teerapi pilihan utama

Anjuran Dosis :
Lithium
 Dosis pasien dewasa

Dosis awal 600–900 mg per hari yang dibagi ke dalam 2–3 jadwal konsumsi.
Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 300–600 mg setiap 1–5 hari hingga
mencapai dosis 900–1800 mg per hari, tergantung respons pasien terhadap
pengobatan.
Dosis perawatan 900–1.200 mg per hari yang dibagi ke dalam 3–4 jadwal
konsumsi.
Divalproat : 1000-3000 mg/hari (tingkat darah terapeutik adalah 50-125
mg/ml).
Karbamazepin : 600-1600 mg/hari (tingkat darah terapeutik adalah 4-12
mg/ml).
17

BAB III
KESIMPULAN

Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat oleh episode
berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan
bipolar episode manik. Beberapa penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul
yaitu gangguan proses berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood,
katatonia, dan delirious mania.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, harus memastikan
diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium awal algoritme menggunakan
terapi yang sederhana (monoterapi) karena mempertimbangkan keamanan, tolerabilitas,
kemudahan dalam penggunaan, dan profil efek samping sedangkan pada stadium akhir
menggunakan beberapa obat. Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif jika dilakukan
secara komprehensif. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi psikososial.
Beberapa intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita gangguan bipolar yaitu
Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy, serta terapi ritme sosial
dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi tergantung pada banyak
faktor yang mempengaruhi.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Jain A, Mitra P. Bipolar Affective Disorder. [Updated 2022 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558998/?report=classic
2.  Kaplan & Sadock. 2017. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran;
EGC. Jakarta
3. Maslim, Rusdi. 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM-5, Jakarta
4. Maslim, Rusdi. 2014, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication).
Cetakan 4. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
5. Rowland TA, Marwaha S. Epidemiology and risk factors for bipolar disorder. Ther Adv
Psychopharmacol. 2018;8(9):251–69.
6. Effendy E. Gejala Dan Tanda Gangguan Psikiatri. 1st ed. Medan, SUmatera Utara:
yayasan al-hayat; 2021.

Anda mungkin juga menyukai