Disusun Oleh:
Moh Vikri Chaikal Yunus, S.Ked
(18 21 777 14 490)
Pembimbing :
dr. Andi Soraya Tendri Uleng, M.Kes, Sp.KJ
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1. Definisi 5
2. Epidemiologi 5
3. Etiologi
6
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi Episode Gangguan Afektif Bipolar 7
Daftar Pustaka 18
4
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar yang dikenal sebagai manic-depresive illness adalah penyakit medis
yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi
bipolar, yaitu 10-15%. Gangguan bipolar adalah suatu penyakit jangka panjang dan episodik
dengan berbagai macam variasi perjalanan penyakit.
Saat ini prevalensi dari 11 negara menemukan prevalensi seumur hidup secara
keseluruhan dari gangguan spektrum bipolar adalah 2,4%, dengan prevalensi 0,6% untuk bipolar
tipe I dan 0,4% untuk bipolar tipe II. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya
terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada
perempuan lebih besar.
Pasien dengan gangguan mood berada pada peningkatan risiko kematian karena bunuh
diri. Insiden kematian akibat bunuh diri di antara pasien dengan diagnosis gangguan afektif
bipolar telah dilaporkan setinggi 20 kali lebih banyak daripada populasi umum - terutama ketika
gangguan bipolar tidak diobati. Sekitar satu dari tiga hingga satu dari dua pasien dengan
gangguan bipolar mencoba bunuh diri setidaknya sekali dalam perjalanan hidup mereka, dan
sekitar 15-20% dari upaya tersebut berhasil.
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai oleh adanya aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania dan hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
a. Faktor Genetik
Risiko gangguan bipolar adalah 10-25% ketika salah satu orang tua memiliki
gangguan mood. Studi kembar telah menunjukkan tingkat kesesuaian 70-90%
pada kembar monozigot. Kromosom 18q dan 22q memiliki bukti terkuat untuk
keterkaitan dengan gangguan bipolar. Gangguan bipolar 1 memiliki hubungan
genetik tertinggi dari semua gangguan kejiwaan.
b. Neuroanatomi
Korteks prefrontal, korteks cingulate anterior, hipokampus, dan amigdala adalah
area penting untuk regulasi emosi, pengkondisian respons, dan respons perilaku
terhadap rangsangan.
c. Faktor Psikososial
Stresor kehidupan yang signifikan dapat menyebabkan perubahan saraf seperti
tingkat neurotransmiter, perubahan sinyal sinaptik, serta hilangnya saraf. Ini
berimplikasi pada episode pertama gangguan mood, serta pengulangan episode
berikutnya.
4. Patofisiologi
Teori Neurotransmitter
Gangguan mood disebabkan karena ketidakseimbangan neurotransmitter di SSP
Kelebihan senyawa amin (NE dan dopamine)→ Mania, Sedangkan kekurangan NE,
dopamine dan 5-HT → Depresi
Ketidakseimbangan antara aktivitas/ rasio dopamine agonis dan NE → Perubahan
mood dari depresi ke mania
Teori kation dan membrane
Perubahan keseimbangan elektrolit, terutama Ca dan Na diduga terkait dengan
fluktuasi mood pada penderita bipolar
Perubahan Ca ekstrasel dan intrasel dapat mempengaruhi pelepasan neurotransmitter
dopamine, NE dan 5-HT → ekstabilitas saraf → mempengaruhi variasi perasaan dan
terjadi perubahan mood dari depresi ke mania atau sebaliknya
7
b. Episode Hipomanik
Hampir mirip dengan episode manik
Perbedaannya yaitu derajat gejalanya tidak berat, tidak ada psikotik, tidak
memerlukan perawatan, dan hendaya tidak berat
Durasi episodenya lebih pendek yaitu paling sedikit empat hari
Hipomanik ditandai dengan peningkatan mood yang ringan, pikiran
menjadi lebih tajam, disertai peningkatan energi dan aktivitas, berlangsung
beberapa hari pada episode tertentu, tanpa adanya hendaya.
c. Episode Depresi
Gejala Utama: Adanya afek depresif (sedih, lesu, murung & menangis),
kehilangan minat & kegembiraan dan energi berkurang (mudah lelah)
Paling sedikit empat gejala tambahan yang bersifat pervasive (sepanjang
hari, hampir setiap hari) yang berlangsung paling sedikit dua minggu
Gejala tambahannya; buruknya konsentrasi, kurangnya tenaga, rendahnya harga
diri, rasa bersalah, ide-ide bunuh diri, gangguan tidur, makan terganggu,
perubahan berat badan dan gangguan psikomotor
d. Episode Campuran
8
Ditandai dengan terpenuhinya kriteria untuk kedua episode yaitu episode manik
dan episode depresi mayor, paling sedikit satu minggu
Episode campuran derajatnya berat (bisa disertai dengan gejala psikotik,
memerlukan hospitalisasi, hendaya fungsi psikososial dan pekerjaan yang
derajatnya berat)
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan
9
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala
psikotik
Untuk Menegakkan diagnosis pasti:
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain hipomanik, manik,
depresif atau campuran) di masa lampau
3. Episode depresi mayor terdapat pada BD I, BD II, tetapi tidak diperlukan untuk
diagnosis. Lima atau lebih gejala yang tercantum di bawah ini muncul selama
lebih dari dua minggu yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan:
Suasana hati depresi subjektif atau objektif, misalnya perasaan kosong, putus
asa, sedih, rendah, atau pengamatan oleh orang lain bahwa seseorang
menangis.
Anhedonia atau kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan
12
Memiliki onset peripartum - yang dapat terjadi selama kehamilan atau dalam
empat minggu setelah melahirkan. Seorang pasien dengan riwayat episode
manik pascapersalinan memiliki risiko tinggi kambuh dengan kehamilan
berikutnya.
Pola musiman--ketika suatu hubungan dapat diamati dengan mania dan waktu
tertentu dalam setahun.
8. Terapi
a. Tujuan Terapi
Mengurangi gejala bipolar
Mencegah episode berikutnya
Meningkatkan kepatuhan pada pasien pengobatan
Menghindari stressor yang dapat memicu kejadian episode
Mengembalikan fungsi-fungsi kehidupan menjadi normal
b. Terapi Psikososial
- Terapi kognitif
Terapi kognitif bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif. Terapi
kognitif digunakan untuk membantu penderita mengubah sudut pandang akan
permasalahan atau situasi menantang dalam hidupnya, sekaligus cara bereaksi
terhadap permasalahan tersebut.
- Terapi Interpersonal
Terapi Interpersonal adalah terapi fokus singkat kepada hubungan personal pasien
dan interaksinya dengan yang lain.
- Terapi Perilaku
Terapi perilaku (behavioral therapy) adalah pengobatan yang bertujuan untuk
mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan pasien serta menangani
pikiran dan perasaan yang dapat menyebabkan perilaku yang membahayakan diri
sendiri.
- Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah psikoterapi yang dapat membantu setiap anggota keluarga
agar dapat meningkatkan komunikasi dan menyelesaikan masalah antar keluarga.
Saat dalam masa sulit, metode ini sangat baik untuk menemukan solusi yang tepat,
14
c. Farmakoterapi
Farmakologi untuk Gangguan Bipolar, Episode manik, Akut
minggu, diukur Serum Lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum
Lithium berefek klinis terapeutik (0,8 – 1,2 mEq/L). Biasanya dosis efektif dan
optimal berkisar 1000 – 1500 mg/h. Dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi “dosis maintenance”, konsentrasi serum Lithium yang
dianjurkan untuk mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 – 0,8
mEq/L, ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0,8 – 1,2 mEq/L,
dan juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pada Gangguan Afektif Bipolar (manic-depressive disorder) dengan
serangan-serangan episodik mania/depresi : Lithium Carbonate sebagai obat
profilaksis terhadap serangan sindrom mania/depresi, dapat mengurangi
frekuensi, berat dan lamanya suatu kekambuhan.
Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak mampu ditolelir
dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra indikatif) tidak memungkinkan
penggunaan obat Lithium Carbonate, dapat menggunakan obat alternatif :
CARBAMEZEPINE, VALPROIC ACID DIVALPROEX Na, yang terbuktu
juga ampuh untuk meredakan “Sindrom Mania Akut” dan profilaksis serangan
Sindrom Mania/Depresi pada “Gangguan Afektif Bipolar”.
Pada “gangguan afektif Bipolar dan unipolar”, penggunaan harus
diteruskan sampai beberapa thun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
Sindrom Mania/epresi. Penggunaan jangka panjang ini sebaiknya dalam “dosis
minimum” dengan kadar Serum Lithium “ter-rendah” yang masih efektif untuk
terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).
Anjuran Dosis :
Lithium
Dosis pasien dewasa
Dosis awal 600–900 mg per hari yang dibagi ke dalam 2–3 jadwal konsumsi.
Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 300–600 mg setiap 1–5 hari hingga
mencapai dosis 900–1800 mg per hari, tergantung respons pasien terhadap
pengobatan.
Dosis perawatan 900–1.200 mg per hari yang dibagi ke dalam 3–4 jadwal
konsumsi.
Divalproat : 1000-3000 mg/hari (tingkat darah terapeutik adalah 50-125
mg/ml).
Karbamazepin : 600-1600 mg/hari (tingkat darah terapeutik adalah 4-12
mg/ml).
17
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat oleh episode
berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan
aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan
bipolar episode manik. Beberapa penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul
yaitu gangguan proses berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood,
katatonia, dan delirious mania.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, harus memastikan
diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium awal algoritme menggunakan
terapi yang sederhana (monoterapi) karena mempertimbangkan keamanan, tolerabilitas,
kemudahan dalam penggunaan, dan profil efek samping sedangkan pada stadium akhir
menggunakan beberapa obat. Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif jika dilakukan
secara komprehensif. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan intervensi psikososial.
Beberapa intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita gangguan bipolar yaitu
Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy, serta terapi ritme sosial
dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi tergantung pada banyak
faktor yang mempengaruhi.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Jain A, Mitra P. Bipolar Affective Disorder. [Updated 2022 May 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558998/?report=classic
2. Kaplan & Sadock. 2017. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran;
EGC. Jakarta
3. Maslim, Rusdi. 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III dan DSM-5, Jakarta
4. Maslim, Rusdi. 2014, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication).
Cetakan 4. Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta.
5. Rowland TA, Marwaha S. Epidemiology and risk factors for bipolar disorder. Ther Adv
Psychopharmacol. 2018;8(9):251–69.
6. Effendy E. Gejala Dan Tanda Gangguan Psikiatri. 1st ed. Medan, SUmatera Utara:
yayasan al-hayat; 2021.