Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH GANGGUAN HIPOKONDRIK

Disusun oleh :

1.

POLTEKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Gangguan
Hipokondrik”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini
di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih tidak lupa penulis
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini, diantaranya :

1. Siswoko, S.Kep, Ns., MH.Kes. selaku dosen pembimbing.


2. Teman – teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga tersusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik
dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.
Daftar isi

Kata pengantar i
Daftar isi ii
Bab I pendahuluan 1
A. Latar belakang 1
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hypochondria adalah suatu gangguan somatoform dimana individu
terpreokupasi ketakutan mengalami suatu penyakit serius yang menetap terlepas dari
kepastian medis yang menyatakan sebaliknya. Individu yang di diagnosis menderita
hipokondria akan disibukkan dengan rasa takut yang luar biasa, dimana dirinya
merasa memiliki penyakit serius yang mendasarinya. Padahal tidak ada dasar organik
yang bertanggung jawab sepenuhnya atas keluhan mereka yang membenarkan bahwa
mereka memiliki penyakit serius. Namun ketakutan memiliki penyakit serius tersebut
akan bertahan di pikiran mereka, meskipun tidak ada kepastian medis yang
menemukan bukti dari keluhan yang mereka rasakan. Ketakutan ini dapat
mengganggu kegiatan yang biasanya individu tersebut lakukan sehari-hari. Penderita
hipokondria juga, tidak secara sadar berpura-pura akan simptom fisiknya. Mereka
umumnya mengalami ketidaknyamanan fisik, sering kali melibatkan sistem
pencernaan atau campuran antara rasa nyeri dan sakit. Tidak seperti gangguan
konversi atau gangguan somatisasi, hipokondria tidak melibatkan disfungsi tubuh
ekstrim atau gejala medis. Sebaliknya, orang dengan hipokondria salah
menginterpretasikan atau melebih-lebihkan reaksi tubuh yang biasa, sehingga orang
yang mengembangkan hipokondria sangat peduli, bahkan benar-benar terlalu peduli,
pada simptom dan hal-hal yang mungkin mewakili apa yang ia takutkan. Meski
prevalensi hipokondria masih belum diketahui, gangguan ini tampak sama umumnya
diantara pria maupun wanita.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian gangguan hipokondrik?
2. Bagaimana etiologi gangguan hipokondrik?
3. Bagaimana epidemiologi gangguan hipokondrik?
4. Apakah diagnosis gangguan hipokondrik itu?
5. Bagaimana gambaran klinis gangguan hipokondrik?
6. Apakah diagnosis Banding Gangguan Hipokondrik

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan hipokondrik.
2. Untuk mengetahui etiologi gangguan hipokondrik.
3. Untuk mengetahui epidemiologi gangguan hipokondrik.
4. Untuk mengetahui diagnosis gangguan hipokondrik.
5. Untuk mengetahui gambaran klinis gangguan hipokondrik.
6. Untuk mengetahui diagnosis banding gangguan hipokondrik

D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Hipokondrik

Istilah hipokondriasis didapatkan dari istilah medis yang lama “hipokondrium”

yang berarti dibawah rusuk, dan mencerminkan seringnya keluhan abdomen yang

dimiliki pasien dengan gangguan ini. Hipokondriasis disebabkan dari interpretasi

pasien yang tidak realistik dan tidak akurat terhadap gejala atau sensasi fisik yang

menyebabkan preokupasi dan ketakutan bahwa mereka menderita penyakit yang

serius kendatipun tidak ditemukan penyebab medis yang diketehui. Preokupasi pasien

yang menyebabkan penderitaan yang bermakna bagi pasien dan mengganggu

kemampuan mereka untuk berfungsi didalam peranan personal, social dan pekerjaan.

(Kaplan, 1997).

B. Etiologi Gangguan Hipokondrik


Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa
gejala mencerminkan gejala-gejala tubuh. Data tubuh yang cukup menyatakan bahwa
orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya; mereka
memiliki ambang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Sebagai
contohnya apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal, orang
hipokondriakal mungkin berpusat pada sensasi tubuh, salah menginterpretasikannya
dan menjadi tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.
Teori kedua adalah bahwa hipokondriasis dapat dimengerti berdasarkan model
belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan
perasaan sakit oleh seseorang yang menghadapi masalah yang tampaknya berat dan
tidak dapat dipecahkan. Peranan sakit memberikan jalan keluar, karena pasien yang
sakit dibiarkan menghindari kewajiban yang menimbulkan kecemasan dan menunda
tantangan yang tidak disukai dan dimaafkan dari kewajiban yang biasanya
diharapkan.

Teori ketiga adalah bahwa gangguan ini adalah bentuk varian dari gangguan
mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan
hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan. Diperkirakan 80
persen pasien dengan hipokondriasis mungkin memiliki gangguan depresif atau
gangguan kecemasan yang ditemukan bersama-sama. Pasien yang memenuhi criteria
diagnostic untuk hipokondriasis mungkin merupakan subtype pensomatisasi dari
gangguan lain tersebut.
Bidang pikiran keempat tentang hipokondriasis adalah bedang psikodinamika
yang menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain
dipindahkan kepada keluhan fisik. Kemarahan pasien hipokondriakal berasal dari
kekecewaan, penolakan dan kehilangan di masa lalu, tetapi pasien
mengekspresikannya pada saat ini dengan meminta pertolongan dan perhatian dari
orang lain dan selanjutnya menolaknya karena tidak efektif. Hipokondriakal juga
dipandang sebagai pertahanan terhadap rasa bersalah yang melekat, suatu ekspresi
harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri yang berlebihan.
Penderitaan nyeri dan somatik selanjutnya menjadi alat untuk menebus kesalahan dan
membatalkan dan dapat dialami sebagai hukuman yang diterimanya atas kesalahan di
masa lalu dan perasaan bahwa seseorang adalah jahaat dan memalukan.

C. Epidemiologi Gangguan HipokondriK

Satu penelitian terakhir melaporkan prevalensi enam bulan terakhir sebesar 4-6

persen pada populasi klinik medis umum. Laki-laki dan wanita sama-sama terkena

oleh hipokondriasis. Walaupun onset gejala dapat terjadi pada setiap manusia, onset

paling sering antara usia 20 dan 30 tahun. Beberapa bukti menyatakan bahwa

diagnostik adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan kulit

putih.

D. Diagnosis Gangguan Hipokondrik

Kategori diagnostic DSM IV untuk hipokondriasis mengharuskan bahwa pasien

terpreokupasi dengan keyakinan palsu bahwa ia menderita penyakit yang berat dan

keyakinan palsu tersebut didasarkan pada misintepretasi tanda atau sensasi fisik.

Criteria mengharuskan bahwa keyakinan tersebut berlangsung sekurangnya enam


bulan, kendatipun tidak adanya temuan patologis pada pemeriksaan medis dan

neurologis. Criteria diagnostic juga mengharuskan bahwa keyakinan tersebut tidak

dalam intensitas waham (lebih tepat didiagnosis sebagai gangguan delusional) dan

tidak terbatas pada ketegangan tentang penampilan ( lebih tepat didiagnosis sebagai

gangguan dismorfik tubuh). Tetapi gejala hipokonriasis diharuskan memiliki

intensitas yang menyebabkan gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi

didalam bidang penting hidupnya. Klinisi dapat menentukan adanya tilikan secara

tidak konsisten mengetahui bahwa permasalahan tentang penyakit adalah luas.

E. Gambaran Klinis Gangguan Hipokondri


Pesien hipokondriakal percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah
yang belum dapat dideteksi dan mereka tidak dapat diyakinkan akan kebalikannya.
Pasien hipokondriakal dapat mempertahankan keyakinan bahwa mereka memiliki satu
penyakit tertentu atau dengan jalannya waktu, mereka mungkin mengubah
keyakinannya tentang penyakit tertentu. Keyakinan tersebut menetap walau hasil lab
adalah negatif.

F. Diagnosis Banding Gangguan Hipokondrik


Hipokondriasis harus dibedakan dari kondisi medis non psikiatrik, khususnya
gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit –
penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, sklerosis multiple,
penyakit degeneratif pada system syaraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan
neoplastik yang tidak jelas.
Hipokondriasis dibedakan dari gangguan somatisasi oleh penekanan pada
hipokondriasis tentang ketakutan menderita suatu penyakit dan penekana pada
gangguan somatisasi tentang banyak gejala. Perbedaan yang tidak jelas adalah bahwa
pasien dengan hipokondriasis biasanya mengeluh tentang sedikit gejala debandingkan
dengan pasien dengan gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi biasanya memiliki
onset sebelum usia 30 tahun sedangkan hipokondriasis memiliki usia onset yang
kurang spesifik. Pasien dengan gangguan somatisasi lebih sering adalah wanita
dibandingkan pasien hipokondriasis.
Hipokonsriasis juga dibedakan dari gangguan somatoform lainnya. Gangguan
konversi adalah akut dan biasanya sementara, melibatkan satu gejala, bukan suatu
penyakit tertentu. Adanya atau tidak la belle indifferences adalah ciri yang tidak dapat
dipercaya yang membedakan kedua kondisi tersebut. Gangguan nyeri adalah kronis,
seperti juga hipokondriasis, tetapi gejalanya adalah terbatas pada keluhan nyeri.
Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh berharap dapat tampil normal tetapi percaya
bahwa orang lain memperhatikan bahwa mereka tidak noemal, sedangkan pasien
hipokondriakal mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya.
Gejala hipokondriakal dapat terjadi pada gangguan depresi dan gangguan
kecemasan. Jika pasien memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk hipokondriasis
maupun gangguan mental berat lainnya, seperti gangguan depresif berat atau
gangguan gejala klasik gangguan panic. Keyakinan hipokondriakal delusional terjadi
pada skizpfrenia dan gangguan psikotik lainnya tetapi dapat dibedakan dari
hipokondriasis dengna adanya gejala psikotik lain. Disamping itu waham somatic
pasien skizofrenia cenderung kacau, aneh, dan diluar lingkungan kulturnya.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorderr, page 77. Washington DC : APA

Behrman, Richard E, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson bab 552 kelainan

neurodegeneratif masa anak, halaman 2103. EGC. Jakarta

Kaplan, Harold I, dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri, jilid 2 bab 38 gangguan somatoform,

halaman 81. Binarupa Aksara. Jakarta

Mantja, Zulkarnaen. 2008. Simtomatologi psikiiatri, hal 59. Departemen of psikiatri

medical faculty. Bandar lampung.

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III,

halaman 84. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. Jakarta

http://handihka-ramadhan.blogspot.co.id/2010/08/gangguan-hipokondrik.html

https://www.kompasiana.com/ayulisnawati/gangguanhipokondria_552fc1316ea83491308

b45a0

Anda mungkin juga menyukai